oleh:
M. Cahya Dwiguna Jumatullah (22)
SMAN 1 PRAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Ada berbagai macam yang bisa diasuransikan diantaranya seperti jiwa, kesehatan,
pendidikan, kepemilikan sesuatu, dan lain-lain. Setiap nasabah asuransi akan membayar premi
asuransi yang telah di tentukan dan di sepakati setiap jangka waktu tertentu. Ada juga petugas
asuransi yang mendatangi rumah nasabah, hal ini sebagai bentuk layanan untuk menagih
pembayaran angsuran asuransi para nasabahnya, sehingga dapat memudahkan nasabah dalam
melakukan pembayaran angsuran asuransi, jadi nsabah tidak perlu mendatangi kantor perusahaan
asuransi tersebut. (Baca juga secara lengkap: Pengertian asuransi jiwa dan manfaatnya
lengkap).
B. Prinsip-Prinsip Asuransi
Adapun prinsip-prinsip yang ada pada asuransi, diantaranya sebagai berikut ini:
Petugas asuransi perlu memberikan penjelasan yang lengkap tentang produk asuransinya
maupun aturan-aturan yang perlu di taati oleh para calon nasabah sehingga para nasabah
nantinya dapat mengerti mengenai hak maupun kewajibannya jika mengikuti program asuransi
tersebut. Dapat dikatakan juga sebagai tindakan dari pihak calon nasabah maupun perusahaan
asuransi untuk mengungkapkan secara jelas dan lengkap mengenai semua fakta-fakta sesuatu
yang nantinya akan diasuransikan, baik itu data yang diminta maupun yang tidak diminta
semuanya harus di ungkapkan secara jelas dan lengkap.
c. Ganti Rugi (Indemnity)
d. Kontribusi (Contribution)
e. Sebab-Akibat (Proximate Cause)
Yaitu peristiwa yang berantai disebabkan satu peristiwa. Dapat dikatakan penyebab
utama yang paling awal/jika terjadi peristiwa yang berantai maka harus dicari suatu kepastian
yang menjadi penyebab mana yang menimbulkan kerugian tersebut.
f. Perwalian (Subrogation)
Adapun fungsi asuransi seperti misalnya seperti untuk Transfer Resiko, maksudnya
dengan membayar premi asuransi maka nasabah atau perusahaan dapat memindahkan
ketidakpastian atau resiko yang dapat terjadi pada hidup ataupun harta-bendanya ke pihak
perusahaan asuransi. Lalu fungsi lainnya dari kumpulan data premi yang diterima akan dihimpun
oleh pihak perusahaan asuransi yang akan menjadi dana untuk membayar ketidakpastian atau
resiko yang nantinya bisa saja dapat terjadi kepada nasabahnya. (Baca juga: Pengertian premi
asuransi dan fungsinya serta komponennya).
Dengan membayar asuransi maka kita dapat mengatur keuangan kita, karena dengan
membayar premi asuransi itu wajib bagi yang mengikuti program asuransi. Nantinya uang yang
telah di investasikan akan mendapatkan jaminan pengembalian saat kontrak berakhir.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa masa yang akan datang penuh dengan hal
ketidakpastian, dan mungkin saja ada resiko-resiko yang sifatnya merugikan kita. Maka asuransi
dapat memberikan setidaknya perlindungan jika resiko tersebut terjadi pada kita atau keluarga
kita, sehingga resiko tersebut tidak menimbulkan kerugian terlalu besar.
Asuransi tentunya memberikan jaminan kepada para nasabahnya, salah satunya jika
terjadi kerugian, misalnya kerugian akibat kerusakan, kehilanga, kecelakaan, dan lain-lain, maka
asuransi dapat memberikan perlindungan setidaknya meminimalisir atau memperkecil kerugian
tersebut. Banyak sekali program-program asuransi yang dapat membantu hidup kita dimasa yang
akan datang. Pastinya setiap perusahaan asuransi akan memberikan perlindungan kepada para
nasabahnya dari berbagai resiko yang dapat merugikan nasabahnya.
Namun sebagai calon pengguna, maka sudah sewajarnya jika kita memahami dan
mengenal dengan baik asuransi yang akan kita pilih dan gunakan. Hal ini akan membantu kita
untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan yang maksimal atas penggunaan tersebut.
Selama beberapa tahun terakhir, asuransi syariah menjadi salah satu produk asuransi yang
banyak dibicarakan dalam kalangan masyarakat. Asuransi ini hadir untuk memenuhi kepentingan
dan keinginan banyak orang yang mengharapkan adanya sebuah produk asuransi yang halal dan
sesuai dengan ketentuan syariah.
Menurut Dewan Syariah Nasional, asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling
melindungi dan saling tolong menolong di antara sejumlah orang, di mana hal ini dilakukan
melalui investasi dalam bentuk aset (tabarru) yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Dalam asuransi syariah, diberlakukan sebuah sistem, di mana para peserta akan
menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim
jika ada peserta yang mengalami musibah. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa, di dalam
asuransi syariah, peranan dari perusahaan asuransi hanyalah sebatas pengelolaan operasional dan
investasi dari sejumlah dana yang diterima saja.
Di indonesia, asuransi syariah sudah banyak tersedia di berbagai produk-produk asuransi
jiwa maupun asuransi kesehatan yang bisa didapatkan dengan mudah melalui perusahaan-
perusahaan asuransi swasta.
1. Manfaat Asuransi Syariah, asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para
peserta asuransi antara lain:
a. Rasa aman dan perlindungan. Peserta asuransi berhak memperoleh klaim (hak peserta
asuransi) yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Klaim tersebut akan menghindarkan peserta asuransi dari kerugian yang mungkin timbul.
b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar kemungkinan
terjadinya suatu kerugian dan semakin besar kerugian yang mungkin ditimbulkannya makin
besar pula premi pertanggungannya. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi
syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel
morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam
perhitungannya.
c. Berfungsi sebagai tabungan. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak
peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya secara syariah. Jika
pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan
diri sebelum masa reversing, period, maka dana yang dimasukkan dapat diambil kembali, kecuali
sebagian dana kecil yang telah diminatkan untuk Tabarru’ (dihibahkan).
d. Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta
sebagai bentuk salng tolong-menolong dan membantu diantara mereka.
a. Risiko Murni, bahwa ada ketidakpastian terjadi ya suatu kerugian atau dengan kata lain
hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko murni adalah suatu
risiko yang bila terjadi akan memberikan dan apabila tidak terjadi, tidak menimbulkan kerugian
akan tetapi juga tidak memberikan keuntungan.
b. Risiko Investasi, yaitu risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan yaitu
peluang mengalami kerugian finansial atau peluang memperoleh keuntungan. Perbedaan risiko
murni dan risiko investasi adalah dalam risiko murni kerugian terjadi atau tidak terjadi sama
sekali, Sedangkan dalam risiko investasi kemungkinan terjadi kerugian atau keuntungan.
c. Risiko tanggung gugat, adalah risiko yang mungkin dialami sebagai tanggung jawab
akibat merugikan pihak lain. Jika seseorang menanggung kerugian orang lain, maka dia harus
membayarnya sehingga hal ini merupakan kerugian finansial.
b. Reasonable (beralasan), risiko yang diasuransikan adalah risiko yang memiliki nilai.
4. Cara mengelola Risiko, dalam menangani risiko ini sekurang-kurangnya ada 5 hal
yang dapat dilakukan antara lain:
a. Menghindari risiko, untuk menghindari risiko jangan melakukan kegiatan apa pun
yang memungkinkan dapat menimbulkan kerugian.
c. Retensi risiko, berarti kita tidak melakukan apapun terhadap risiko resebut.
d. Membagi risiko, konsep ini merupakan konsep yang diterapkan dalam asuransi
syariah, terkadang suatu risiko tidak dapat dihindari dan rtensi akan memberi peluang kerugian
yang amat besar, maka dapat dilakukan pembagian kerugian
e. Mentransfer risiko, merupakan risiko konsep usaha asuransi kerugian konvensional,
yaitu berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain, biasanya kepada perusahaan
asuransi yang bersedia dan mampu memikul beban risiko. Pengalihan atau pemindahan tersebut
dapat berupa risiko investasi maupun risiko murni.
Sedangkan asuransi konvensional adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Maka disini akan dijelaskan beberapa perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi
konvensional.
1) Akad. Asuransi Konvensional menggunakan akad tabaduli, yakni akad jual beli.
Tentunya di dalam akad jual beli menurut syara' harus jelas ada penjual, pembeli, barang (objek)
yang diperjualbelikan, harga, dan sighat (ijab qabul). Sedangkan dalam asuransi syariah, akad
yang digunakan adalah akad takaful (akad tolong menolong), yaitu suatu akad tolong menolong
sesama peserta, jika salah seorang peserta terkena musibah maka peserta yang lainnya membantu
dengan dana tabarru' (dana sosial).
3) Kepemilikan Dana. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta,
perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya secara syariah. Sedangkan
pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik perusahaan,
sehingga perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya.
4) Objek. Dalam asuransi syariah, membatasi pengelolaan dananya hanya untuk objek-
objek yang halal (jelas) dan tidak boleh mengandung syubhat. Namun dalam asuransi
konvensional tidak membedakan objek yang halal atau haram yang terpenting objek tersebut
mendatangkan keuntungan.
5) Investasi Dana. Dalam asuransi syariah, jika premi dari nasabah belum dipakai, maka
dana tersebut di investasikan kepada lembaga keuangan yang berbasis syariah dan di dasarkan
pada system bagi hasil. Adapun dalam asuransi konvensional pengelolaan investasinya pada
system bunga yang mengandung unsur maghrib.
7) Dewan Pengawas Syariah. Asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah
untuk memastikan tidak adanya penyelewengan investasi ataupun manajemen system
pengelolaan yang tidak berdasarkan hukum Islam. Sedangkan asuransi konvensional tidak
memiliki dewan pengawas khusus. Dewan pengawas untuk asuransi konvensional ialah
berdasarkan hukum yang berlaku di negara tersebut.
Maka dari itu, kedua jenis asuransi syariah dan konvensional ini memiliki akad yang sama, yaitu
mustamir yang artinya terus menerus.
2. Akad Asuransi Syariah dan Konvensional Berdasarkan Keridhoan dan Kesepatakan Dari
Masing-Masing Pihak
Saat Anda setuju dengan apa yang akan diberikan oleh agen asuransi atau perusahaan asuransi,
maka Anda telah ridho menerima asuransi yang akan digunakan.
3. Asuransi Syariah dan Konvensional Memberikan Jaminan Keamanan Bagi Para Anggota
Asuransi syariah dan konvensional memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meminimalkan
risiko. Maka, Anda sudah pasti akan aman dengan memiliki asuransi, baik asuransi syariah dan
konvensional.