Anda di halaman 1dari 13

Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

oleh:
M. Cahya Dwiguna Jumatullah (22)

SMAN 1 PRAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas mata pelajaran Agama Islam dengan judul “Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami Bapak Tanjun yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Praya, 13 Mei 2019


Ringkasan Pengertian Asuransi Konvensional Dan
Manfaatnya
Ringkasan definisi atau pengertian asuransi konvensional yang dilengkapi dengan
manfaat maupun prinsipnya. Dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah tahu secara pasti apa
saja yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Karena masa yang akan datang selalu dipenuhi
dengan hal-hal ketidakpastian, misalnya resiko-resiko yang merugikan dapat terjadi kepada siapa
saja, misalnya seperti datangnya resiko kerusakan atau musibah yang tidak diinginkan. Atau
resiko yang dapat terjadi dalam bisnis seperti resiko kerusakan, kehilangan, terjadinya kerugian
dan lain-lain. Tentunya resiko tersebut harus di tanggulangi, sehingga tidak menimbulkan
kerugian yang lebih besar lagi. Maka diperlukan sesuatu yang harus menanggung resiko tersebut
salah satunya seperti asuransi. Saat ini asuransi semakin berkembang pesat, seperti ada
jenis asuransi konvensional dan syariah. Tapi dalam kesempatan ini kita akan memahami
bersama-sama mengenai asuransi konvensional, yang dimana penjelasannya dapat dipahami
pada tulisan ini.

A. Apa Yang Dimaksud Asuransi Konvensional?


Yang dimaksud asuransi konvensional adalah suatu jenis asuransi yang berdasarkan
kepada jual-beli, sehingga dapat dikatakan asuransi konvensional berbeda dengan asuransi
syariah. Asuransi jenis ini dapat dikatakan asuransi yang berdasarkan pada investasi dana yang
bebas dengan menggunakan aturan dan prinsip tertentu. Asuransi konvensional ini
mengembangkan misi perusahaan yaitu ekonomi dan juga sosial. Setiap perusahaan-perusahaan
asuransi memiliki kebijakan-kebijakan sendiri, yang menyangkut kesejahteraan para nasabahnya
dan tentunya berbagai kebijakan tersebut harus di patuhi dan di sepakati bersama-sama.

Ada berbagai macam yang bisa diasuransikan diantaranya seperti jiwa, kesehatan,
pendidikan, kepemilikan sesuatu, dan lain-lain. Setiap nasabah asuransi akan membayar premi
asuransi yang telah di tentukan dan di sepakati setiap jangka waktu tertentu. Ada juga petugas
asuransi yang mendatangi rumah nasabah, hal ini sebagai bentuk layanan untuk menagih
pembayaran angsuran asuransi para nasabahnya, sehingga dapat memudahkan nasabah dalam
melakukan pembayaran angsuran asuransi, jadi nsabah tidak perlu mendatangi kantor perusahaan
asuransi tersebut. (Baca juga secara lengkap: Pengertian asuransi jiwa dan manfaatnya
lengkap).

B. Prinsip-Prinsip Asuransi

Adapun prinsip-prinsip yang ada pada asuransi, diantaranya sebagai berikut ini:

a. Kepentingan Yang Dipertanggungkan (Insurable Interest)

Merupakan prinsip yang berkaitan dengan hak hukum dalam mempertanggungjawabkan


resiko yang berhubungan dengan keuangan perusahaan yang menyediakan asuransi pastinya
perusahaan asuransi akan selalu mengelola keuangan, hukum tersebut harus sah dan bisa
dipertanggungjawabkan. Maka jika akan memilih perusahaan asuransi maka kita harus lihat
dahulu reputasi perusahaan asuransinya.

b. Itikad Baik (Utmost good faith)

Petugas asuransi perlu memberikan penjelasan yang lengkap tentang produk asuransinya
maupun aturan-aturan yang perlu di taati oleh para calon nasabah sehingga para nasabah
nantinya dapat mengerti mengenai hak maupun kewajibannya jika mengikuti program asuransi
tersebut. Dapat dikatakan juga sebagai tindakan dari pihak calon nasabah maupun perusahaan
asuransi untuk mengungkapkan secara jelas dan lengkap mengenai semua fakta-fakta sesuatu
yang nantinya akan diasuransikan, baik itu data yang diminta maupun yang tidak diminta
semuanya harus di ungkapkan secara jelas dan lengkap.

c. Ganti Rugi (Indemnity)

Merupakan mekanisme yang dimana penanggung dalam memberikan kompensasi


terhadap hal yang menimpa tertanggung dengan menggunakan ganti rugi secara finansial,
mekanisme ini dilakukan secara tunai, penggantian perbaikan maupun pembangunan kembali.
Atau dapat dikatakan jika obyek yang diasuransikan terkena kerugian atau musibah maka pihak
penanggung akan memberikan ganti rugi untuk mengembalikan obyek menjadi sama sebelum
terjadi kerugian.

d. Kontribusi (Contribution)

Merupakan dimana pihak penanggung mengajak pihak penanggung lain yang


berkepentingan sama untuk menanggung pembayaran sesuatu atau ganti rugi kepada pihak
tertanggung lain.

e. Sebab-Akibat (Proximate Cause)

Yaitu peristiwa yang berantai disebabkan satu peristiwa. Dapat dikatakan penyebab
utama yang paling awal/jika terjadi peristiwa yang berantai maka harus dicari suatu kepastian
yang menjadi penyebab mana yang menimbulkan kerugian tersebut.

f. Perwalian (Subrogation)

Merupakan pengalihan hak pihak tertanggung kepada pihak penanggung, sesudah


memberi ganti rugi/klaim bayar pada pihak tertanggung. Misalnya perusahaan asuransi yang
akan mengambil hak tuntut pihak tertanggung yang menjadi nasabah saat telah terjadi
penggantian asuransi. Jadi nasabah asuransi memberikan hak tuntutannya kepada perusahaan
asuransi.

C. Fungsi Dari Asuransi

Adapun fungsi asuransi seperti misalnya seperti untuk Transfer Resiko, maksudnya
dengan membayar premi asuransi maka nasabah atau perusahaan dapat memindahkan
ketidakpastian atau resiko yang dapat terjadi pada hidup ataupun harta-bendanya ke pihak
perusahaan asuransi. Lalu fungsi lainnya dari kumpulan data premi yang diterima akan dihimpun
oleh pihak perusahaan asuransi yang akan menjadi dana untuk membayar ketidakpastian atau
resiko yang nantinya bisa saja dapat terjadi kepada nasabahnya. (Baca juga: Pengertian premi
asuransi dan fungsinya serta komponennya).

D. Beberapa Manfaat Asuransi

Dari pembahasan-pembahasan tersebut maka dapat diambil manfaat asuransi secara


umum diantaranya:

a. Untuk membantu mengelola keuangan

Dengan membayar asuransi maka kita dapat mengatur keuangan kita, karena dengan
membayar premi asuransi itu wajib bagi yang mengikuti program asuransi. Nantinya uang yang
telah di investasikan akan mendapatkan jaminan pengembalian saat kontrak berakhir.

b. Dapat memberikan ketenangan

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa masa yang akan datang penuh dengan hal
ketidakpastian, dan mungkin saja ada resiko-resiko yang sifatnya merugikan kita. Maka asuransi
dapat memberikan setidaknya perlindungan jika resiko tersebut terjadi pada kita atau keluarga
kita, sehingga resiko tersebut tidak menimbulkan kerugian terlalu besar.

c. Menjamin Perlindungan Dari Resiko Kerugian

Asuransi tentunya memberikan jaminan kepada para nasabahnya, salah satunya jika
terjadi kerugian, misalnya kerugian akibat kerusakan, kehilanga, kecelakaan, dan lain-lain, maka
asuransi dapat memberikan perlindungan setidaknya meminimalisir atau memperkecil kerugian
tersebut. Banyak sekali program-program asuransi yang dapat membantu hidup kita dimasa yang
akan datang. Pastinya setiap perusahaan asuransi akan memberikan perlindungan kepada para
nasabahnya dari berbagai resiko yang dapat merugikan nasabahnya.

Pengertian Asuransi Syariah


Saat ini, ada banyak jenis dan manfaat yang ditawarkan oleh asuransi, di mana setiap
perusahaan asuransi memiliki beragam fitur dan keunggulan pada masing-masing produk yang
mereka keluarkan. 

Namun sebagai calon pengguna, maka sudah sewajarnya jika kita memahami dan
mengenal dengan baik asuransi yang akan kita pilih dan gunakan. Hal ini akan membantu kita
untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan yang maksimal atas penggunaan tersebut.

Selama beberapa tahun terakhir, asuransi syariah menjadi salah satu produk asuransi yang
banyak dibicarakan dalam kalangan masyarakat. Asuransi ini hadir untuk memenuhi kepentingan
dan keinginan banyak orang yang mengharapkan adanya sebuah produk asuransi yang halal dan
sesuai dengan ketentuan syariah.

Menurut Dewan Syariah Nasional, asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling
melindungi dan saling tolong menolong di antara sejumlah orang, di mana hal ini dilakukan
melalui investasi dalam bentuk aset (tabarru) yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Dalam asuransi syariah, diberlakukan sebuah sistem, di mana para peserta akan
menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim
jika ada peserta yang mengalami musibah. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa, di dalam
asuransi syariah, peranan dari perusahaan asuransi hanyalah sebatas pengelolaan operasional dan
investasi dari sejumlah dana yang diterima saja.
Di indonesia, asuransi syariah sudah banyak tersedia di berbagai produk-produk asuransi
jiwa maupun asuransi kesehatan yang bisa didapatkan dengan mudah melalui perusahaan-
perusahaan asuransi swasta.

Manfaat Dan Risiko Asuransi

1. Manfaat Asuransi Syariah, asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para
peserta asuransi antara lain:
a. Rasa aman dan perlindungan. Peserta asuransi berhak memperoleh klaim (hak peserta
asuransi) yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Klaim tersebut akan menghindarkan peserta asuransi dari kerugian yang mungkin timbul.

b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar kemungkinan
terjadinya suatu kerugian dan semakin besar kerugian yang mungkin ditimbulkannya makin
besar pula premi pertanggungannya. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi
syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel
morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam
perhitungannya.

c. Berfungsi sebagai tabungan. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak
peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya secara syariah. Jika
pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan
diri sebelum masa reversing, period, maka dana yang dimasukkan dapat diambil kembali, kecuali
sebagian dana kecil yang telah diminatkan untuk Tabarru’ (dihibahkan).

d. Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta
sebagai bentuk salng tolong-menolong dan membantu diantara mereka.

e. Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan melakukan


investasi sesuai dengan syariah atau suatu bidang usaha tertentu.

2. Risiko, risiko dalam industri peransuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari


kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian Risiko selalu melibatkan dua istilah, yaitu
ketidakpastian dan peluang kerugian finansial. Jenis-jenis risiko yang umum dikenal dalam usaha
peransuransian antara lain:

a. Risiko Murni, bahwa ada ketidakpastian terjadi ya suatu kerugian atau dengan kata lain
hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko murni adalah suatu
risiko yang bila terjadi akan memberikan dan apabila tidak terjadi, tidak menimbulkan kerugian
akan tetapi juga tidak memberikan keuntungan.

b. Risiko Investasi, yaitu risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan yaitu
peluang mengalami kerugian finansial atau peluang memperoleh keuntungan. Perbedaan risiko
murni dan risiko investasi adalah dalam risiko murni kerugian terjadi atau tidak terjadi sama
sekali, Sedangkan dalam risiko investasi kemungkinan terjadi kerugian atau keuntungan.

c. Risiko tanggung gugat, adalah risiko yang mungkin dialami sebagai tanggung jawab
akibat merugikan pihak lain. Jika seseorang menanggung kerugian orang lain, maka dia harus
membayarnya sehingga hal ini merupakan kerugian finansial.

3. Risiko Yang Diasurangsikan (Insurable Risk), Pihak yang dapat mengasuransikan


suatu benda adalah pihak yang memiliki Insurable Risk lalu persolan selanjutnya risiko apa saja
yang dapat diasuransikan. Insurable Risk merupakan semua risiko yang dapat diasuransikan, ada
beberapa karakteristik risiki yang dapat diasuransikan yang biasanya disingkat dengan LURCH
yaitu:

a. Loss-Unexpected (kerugian tidak terduga), risiko yang dapat diasuransikan harus


berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian (loss). Kerugian tersebut ada yang dapat
diukur dan dipastikan waktu dan tempatnya dan ada yang tidak, oleh karena itu terjadinya
kerugian haruslah merupakan kecelakaan atau karena diluar kotrol atau kemampuan seseorang
dan bukan hal yang dapat direncanakan.

b. Reasonable (beralasan), risiko yang diasuransikan adalah risiko yang memiliki nilai.

c. Catastropic (kemungkinan bencana besar), risiko yang diasuransikan haruslah tidak


akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang sangat besar yaitu jika sebagian besar
pertanggungan kemungkinan akan mengalami kerugian pada waktu yang bersamaan yang
disebabkan oleh suatu bencana.
d. Homogeneous (sama/serupa), barang yang diasuransikan haruslah homogen dalam arti
ada banyak barang yang serupa atau sejenis. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui besarnya
kemungkinan kerugian suatu benda, maka harus ada jenis yang serupa sebagai bahan
perbandingan untuk memperkirakan kerugian yang mungkin terjadi tersebut.

4. Cara mengelola Risiko, dalam menangani risiko ini sekurang-kurangnya ada 5 hal
yang dapat dilakukan antara lain:

a. Menghindari risiko, untuk menghindari risiko jangan melakukan kegiatan apa pun
yang memungkinkan dapat menimbulkan kerugian.

b. Mengurangi risiko, yaitu sedapat mungkin memperkecil kemungkinan terjadinya


kerugian. Mengurangi risiko ini dapat dilakukan dengan dua cara, pertama mengurangi peluang
terjadinya kerugian, kedua mengurangi jumlah kerugian yang mugkin terjadi.

c. Retensi risiko, berarti kita tidak melakukan apapun terhadap risiko resebut.

d. Membagi risiko, konsep ini merupakan konsep yang diterapkan dalam asuransi
syariah, terkadang suatu risiko tidak dapat dihindari dan rtensi akan memberi peluang kerugian
yang amat besar, maka dapat dilakukan pembagian kerugian
e. Mentransfer risiko, merupakan risiko konsep usaha asuransi kerugian konvensional,
yaitu berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain, biasanya kepada perusahaan
asuransi yang bersedia dan mampu memikul beban risiko. Pengalihan atau pemindahan tersebut
dapat berupa risiko investasi maupun risiko murni.

Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional


Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Fatwa
DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah bagian pertama
menyebutkan pengertian asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu akad atau perikatan yang
sesuai dengan syariah.

Sedangkan asuransi  konvensional  adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan.

Banyak masyarakat yang masih menggunakan asuransi konvensional dibanding asuransi


syariah, karena kurangnya kefamiliaran asuransi syariah dan kurangnya pengetahuan tentang
perbedaan asuransi syariah dan konvensional.

Maka disini akan dijelaskan beberapa perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi
konvensional. 

1) Akad. Asuransi Konvensional menggunakan akad tabaduli, yakni akad jual beli.
Tentunya di dalam akad jual beli menurut syara' harus jelas ada penjual, pembeli, barang (objek)
yang diperjualbelikan, harga, dan sighat (ijab qabul). Sedangkan dalam asuransi syariah, akad
yang digunakan adalah akad takaful (akad tolong menolong), yaitu suatu akad tolong menolong
sesama peserta, jika salah seorang peserta terkena musibah maka peserta yang lainnya membantu
dengan dana tabarru' (dana sosial). 

2) Prinsip Dasar.Dalam asuransi syariah menggunakan pola saling menanggung resiko


antara perusahaan dan peserta (risk sharing), sedangkan dalam asuransi konvensional
memindahkan resiko dari peserta kepada perusahaan secara penuh (risk transfer). 

3) Kepemilikan Dana. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta,
perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya secara syariah. Sedangkan
pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik perusahaan,
sehingga perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya.
4) Objek. Dalam asuransi syariah, membatasi pengelolaan dananya hanya untuk objek-
objek yang halal (jelas) dan tidak boleh mengandung syubhat. Namun dalam asuransi
konvensional tidak membedakan objek yang halal atau haram yang terpenting objek tersebut
mendatangkan keuntungan. 

5) Investasi Dana. Dalam asuransi syariah, jika premi dari nasabah belum dipakai, maka
dana tersebut di investasikan kepada lembaga keuangan yang berbasis syariah dan di dasarkan
pada system bagi hasil. Adapun dalam asuransi konvensional pengelolaan investasinya pada
system bunga yang mengandung unsur maghrib. 

6) Pembayaran Klaim. Asuransi syariah menggunakan system pencairan dana di


tabungan bersama, yaitu dana yang sudah nasabah ikhlaskan untuk tolong menolong antar
nasabah. Sedangkan dalam asuransi konvensional dapat diketahui berdasarkan perbandingan
resiko dan modal. Selain itu, dana pertanggungan juga diambil dari rekening perusahaan
asuransi. 

7) Dewan Pengawas Syariah. Asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah
untuk memastikan tidak adanya penyelewengan investasi ataupun manajemen system
pengelolaan yang tidak berdasarkan hukum Islam. Sedangkan asuransi konvensional tidak
memiliki dewan pengawas khusus. Dewan pengawas untuk asuransi konvensional ialah
berdasarkan hukum yang berlaku di negara tersebut. 

8) Dalam asuransi syariah, system pembukuan finansialnya terbuka. Asuransi syariah


memiliki pembukuan keuangan yang terbuka karena berdasarkan hukum Islam. Segala pihak
terutama nasabah asuransi dapat mengetahui semua pembukuan dananya, sehingga semua
keuangan bersifat transparan. Sedangkan asuransi konvensional memiliki system pembukuan
yang tidak terbuka (tertutup). Semua pembukuan sepenuhnya dikelola oleh pihak perusahaan dan
nasabah tidak perlu tahu hal itu. Semuanya akan diatur oleh perusahaan dari mulai dana yang
masuk sampai dana yang keluar.
Apakah Ada Persamaan Antara Asuransi Syariah dan
Konvensional
1. Asuransi Syariah dan Konvensional Memiliki Akad yang Bersifat Mustamir (Terus Menerus)
Asuransi Syariah dan konvensional memiliki kontrak jangka panjang yang sudah dipahami dan
disetujui oleh kedua belah pihak. Apabila Anda melanggarnya, maka Anda akan diberikan
pinalti.

Maka dari itu, kedua jenis asuransi syariah dan konvensional ini memiliki akad yang sama, yaitu
mustamir yang artinya terus menerus.

2. Akad Asuransi Syariah dan Konvensional Berdasarkan Keridhoan dan Kesepatakan Dari
Masing-Masing Pihak
Saat Anda setuju dengan apa yang akan diberikan oleh agen asuransi atau perusahaan asuransi,
maka Anda telah ridho menerima asuransi yang akan digunakan.

3. Asuransi Syariah dan Konvensional Memberikan Jaminan Keamanan Bagi Para Anggota
Asuransi syariah dan konvensional memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meminimalkan
risiko. Maka, Anda sudah pasti akan aman dengan memiliki asuransi, baik asuransi syariah dan
konvensional.

Anda mungkin juga menyukai