Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ASURANSI”
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Pengantar Hukum Bisnis
Dosen Pengampu: Sri Turatmiyah, S.H., M.Hum.

Oleh:
Kelompok 5
1. Al. Fariz Dwi Nur Cahya (01011282025036)
2. Andhika Permata Syafaqa (01011182025031)
3. Maulana (01011182025032)
4. M. Ariq Albab (01011182025005)
5. Miftah Andini (01011182025022)
6. Nur Afida Shinta Cahyani (01011282025100)
7. Wanda Maira Aurelia (01011282025057)

Kelas A
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya
2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

D. Manfaat......................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4

A. Definisi Asuransi dan Unsur-unsurnya.....................................................4

B. Sejarah Asuransi di Indonesia...................................................................5

C. Syarat Sah Asuransi...................................................................................8

D. Pengaturan Asuransi................................................................................11

E. Bentuk dan Isi Perjanjian Asuransi atau Pertanggungan.........................12

F. Risiko Dalam Asuransi...........................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul
“Asuransi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Ibu Sri Turatmiyah, S.H., M.Hum. pada Mata
Kuliah Pengantar Hukum Bisnis. Selain itu, Makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hukum asuransi, prinsip asuransi, jenis-jenis asuransi
dan sebagainya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Turatmiyah, S.H.,
M.Hum. selaku dosen Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada kedua Orang Tua dan Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan
secara moral maupun spiritual. Serta kami ucapkan terima kasih juga kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Palembang, 28 Maret 2021

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi
bagi masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah
melakukan perjanjian asuransi dengan perusahaan asuransi, baik perusahaan
asuransi milik negara maupun milik swasta nasional. Selama beberapa tahun
belakangan ini, perkembangan asuransi di Indonesia menunjukkan angka
kemajuan yang cukup baik. Perusahaan asuransi menunjukkan geliat pertumbuhan
didalam usaha yang mereka jalankan, yang mana semakin hari semakin banyak
nasabah yang mengunakan layanan asuransi di dalam kehidupan mereka.
Asuransi (insurance) merupakan usaha yang dilakukan oleh banyak pihak
untuk menghadapi adanya ketidakpastian (uncertainty) pada masa mendatang
serta kemungkinan terjadinya resiko yang memunculkan adanya kerugian baik
kerugian berupa kehilangan jiwa maupun kerugian barang yang dimiliki oleh
seseorang. Ketidak pastian pada masa mendatang sebagai kondisi yang
senyatanya akan terjadi hampir seluruhnya merupakan resiko terhadap diri
manusia dan barang yang dimilikinya. Diantara banyak resiko yang bakal
dihadapi manusia maka resiko yang memunculkan kerugian jiwa dan kerugian
harta benda adalah kerugian yang tidak diharapkan terjadi oleh siapapun.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah perlindungan atas berbagai
macam risiko yang bisa terjadi dan menimpa diri mereka sewaktu-waktu adalah
salah satu penyebab tingginya jumlah pengguna asuransi belakangan ini. Hal ini
tentu saja menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi perusahaan asuransi yang
menyediakan layanan asuransi, dimana akan semakin luas pasar yang bisa diolah
dan dijadikan sebagai sasaran penjualan produk yang mereka miliki. Akan tetapi
tidak sedikit pula masyarakat yang belum memahami atau bahkan sama sekali
tidak mengerti tentang asuransi, jenis-jenis asuransi, tujuan berasuransi, dan
manfaat asuransi, apalagi untuk mengetahui lebih dalam tentang asuransi
khususnya peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Maka dari itu,

iv
diperlukan pemahaman yang lebih lanjut untuk meningkatkan pengetahuan
terhadap pentingnya asuransi bagi kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asuransi dan unsur-unsurnya?
2. Bagaimana awal mula sejarah asuransi di Indonesia?
3. Bagaimana pengaturan asuransi dalam hukum Indonesia dan syarat syah
asuransi?
4. Jelaskan prinsip-prinsip dalam asuransi?
5. Apa saja bentuk-bentuk dan isi perjanjian asuransi?
6. Bagaimana risiko dalam asuransi (pertanggungan)?
7. Apa yang dimaksud dengan asuransi syariah dan bagaimana perbedaan
antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?
8. Jelaskan contoh kasus dari asuransi dan bagaimana penyelesaiannya?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan definisi asuransi dan unsur-unsurnya.
2. Untuk menjelaskan sejarah asuransi di Indonesia.
3. Untuk memaparkan pengaturan asuransi dalam hukum Indonesia dan
syarat syah dari asuransi.
4. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip dalam asuransi.
5. Untuk mendekripsikan bentuk-bentuk dan isi perjanjian asuransi.
6. Untuk mendeskripsikan risiko dalam asuransi (pertanggungan).
7. Untuk mendeskripsikan definisi dan asuransi syariah dan perbedaan antara
asuransi konvensional dan asuransi syariah.
8. Untuk memaparkan contoh kasus dari asuransi dan penyelesaiannya.

D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca maupun penulis agar lebih tahu dan mengenal lebih dalam

v
tentang asuransi, baik dari segi definisi, unsur-unsur, sejarah, pengaturan, prinsip-
prinsip, sampai pada contoh kasus asuransi dan penyelesaianya.

vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Asuransi dan Unsur-unsurnya


Menurut Mehr dan Cammack dalam Danarti (2011;7) asuransi merupakan
suatu alat untuk mengurangi risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-
unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian
individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu
dipikul merata oleh mereka yang bergabung. Sedangkan menurut Abbas Salim
(2003:1), asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian
kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-
kerugian besar yang belum pasti. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, orang
bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang, agar biasa
menghadapi kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu
mendatang. 
Menurut ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUH Dagang) yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah
suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima uang premi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
Adapun menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) UU No.40 Tahun 2014
tentang Perasuransian yang dimaksud dengan Asuransi adalah perjanjian antara
dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar
bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti.

vii
2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.
Sementara itu, dalam Pasal 1 angka (4) UU No.40 Tahun 2014 yang dimaksud
dengan Usaha Perasuransian.

B. Sejarah Asuransi di Indonesia


Perkembangan asuransi dilihat dari sejarahnya secara global bermula sejak
masa kerajaan Romawi pada masa pemerintahan raja Alexander Agung.
Semula asuransi masih sangat sederhana dan belum memiliki mekanisme
canggih seperti sekarang. Dahulu konsep asuransi lebih mengarah pada
aktivitas patungan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membantu
anggotanya ketika ada yang sakit atau meninggal dunia. Bantuan tersebut
berbentuk uang yang diberikan secara langsung kepada yang bersangkutan
(Hadijah, 2017)
Di Indonesia asuransi bermula sejak kedatangan bangsa Belanda ketika
menjajah Indonesia. Asuransi pada era penjajahan lebih mengarah pada suatu
mekanisme untuk mengamankan aktivitas perdagangan pemerintah kolonial
pada sektor perkebunan dan perdagangan.
Pada saat itu Indonesia terkenal dengan komoditas alamnya seperti kelapa
sawit, rempah-rempah, tembakau dan lain sebagainya. Dalam rangka
mengeksploitir komoditas tersebut pemerintah kolonial Belanda membuat
sistem mekanisme jaminan agar bisnis mereka memiliki perlindungan
terhadap risiko panen hingga pengiriman hasil panen tersebut ke negara
Belanda.
Pertama kali pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan asuransi
kerugian di sektor perdagangan dan perkebunan yang bernama Bataviasche
Zee End Brand Asrantie Maatschappij pada tahun 1843. Asuransi tersebut
mengcover segala risiko yang diakibatkan oleh kebakaran dan risiko
pengangkutan komoditas. Kemudian pada tahun 1853 menyusul berdirinya

viii
perusahaan asuransi kerugian yang bernama N.V. Assurantie Mij
Nederlansche Lloyd dan asuransi kerugian Assurantie Mij Langeyeld
Schroeder dan Assurantie Mij Blom van der Aa.
Ternyata tidak berhenti sampai disitu, N.V. Assurantie Mij Nederlansche
Llyod kemudian membuka anak cabang yang berfokus untuk menanggung
risiko akibat kebakaran pada tahun 1916 tepatnya pada tanggal 1 September.
Anak perusahaan asuransi tersebut bernama Indische Lloyd yang sampai
sekarang namanya masih bisa kita dengar yaitu PT. Lloyd Indonesia. Itulah
cikal bakal asuransi kebakaran pertama kali di Indonesia.
Berturut-turut setelah masa penjajahan Jepang, perekonomian di Indonesia
sangat kacau balau sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar.
Perusahaan-perusahaan asuransi juga banyak yang kolaps. Pada akhirnya satu-
satunya perusahaan asuransi yang selamat dari konidisi ekonomi buruk
tersebut adalah O.L Mij Boemi Poetera. Karena namanya masih berbau
Belanda, dan orang Jepang tidak menyukai hal itu maka perusahaan tersebut
pada masa penjajahan Jepang berganti nama menjadi Perseroan Tanggoeng
Djiwa Boemi Poetera (PTD Boemi Poetera).
PTD Boemi Poetera, saat ini kita mengenalnya sebagai perusahaan
asuransi Bumi Putera, memiliki reputasi yang bagus sehingga banyak orang
yang hingga sekarang masih memilihnya sebagai perusahaan asuransi pilihan.
Pada masa penjajahan asuransi dan ekonomi di Indonesia masih dijalankan
berdasarkan prinsip monopoli, oleh karena itu hanya orang-orang Eropa saja
yang bisa menikmati proteksi asuransi. Sementara penduduk lokal Indonesia
tidak bisa mendapatkan manfaatnya.

Selain asuransi kerugian (asuransi perdagangan dan kebarakan) pada masa


penjajah juga sudah didirikan asuransi jiwa. Yang pertama kali yaitu
Nederlansche Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij
(NILMIJ) pada tahun 1859.
Selaras dengan semakin menguatnya kesadaran nasional bangsa Indonesia
yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908, maka di

ix
Indonesia bermunculan perusahaan-perusahaan asuransi karya anak bangsa
seperti:
1. O.L Mij Boemi Poetra (1912) yang sekarang terkenal dengan nama
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera. O.L Mij Boemi Poetra diprakarsai
oleh R.W. Dwidjosewajo bersama kedua temannya M. Karto Hadi
Soebroto dan M. Adimidjojo.
2. De Bataviasche Onderlinge Levensverzekerings Maatschappij
3. V. Indonesia
4. De Onderlinge Levensverzekerings Maatschappij Djawa
Setelah Indonesia merdeka terdapat peristiwa-peristiwa penting dalam
dunia asuransi yang ditandai dengan banyaknya nasionalisasi perusahaan
asuransi asing serta pendirian dan penggabungan perusahaan asuransi baru.
Yang paling terkenal adalah peristiwa nasionalisasi perusahaan asuransi
belanda NV Assurantie Maatschappij de Nederlandern dan Bloom Vander EE
menjadi PT. Asuransi Bendasraya. Selain itu perusahaan asuransi De
Nederlanden Van (1845) juga dinasionalisasikan menjadi PT. Asuransi
Jiwasraya.
Kemudian PT Asuransi Bendasraya dan PT Umum Internasional
Underwriters (PT UIU) digabungkan menjadi satu dan berubah menjadi PT.
Asuransi Jasa Indonesia yang familiar dengan nama Asuransi Jasindo. Selain
penggabungan tersebut, pemerintah era kemerdekaan membentuk asuransi-
asuransi baru lainnya guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Diantara
asuransi produk era pasca kemerdekaan adalah:
1. Perum Asabri
2. Jamsostek
3. Perum Taspen
4. Asuransi Jasa Raharja

Di era 1980-an, adalah titik awal munculnya asuransi-asuransi modern di


Indonesia. Beberapa diantaranya yang masih eksis sampai sekarang adalah
AIA Financial, Allianz, CIGNA, Avrist AXA Mandiri, Asuransi Sinar Mas,

x
dan Prudential. Asuransi-asuransi tersebut sudah tidak lagi berfokus pada satu
perlindungan melainkan banyak sekali produk asuransi yang ditawarkan.
Bahkan tidak hanya asuransi beberapa perusahaan tersebut juga menawarkan
produk investasi.
Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2014,
pemerintah membuktikan kinerjanya dalam melayani masyarakat khususnya
di bidang proteksi jiwa dengan mendirikan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial yang produknya saat ini menjadi produk asuransi unggulan di Indonesia
yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS saat ini
menggantikan fungsi Askes dan Jamsostek yang berlaku pada periode
sebelumnya.

Sampai saat ini, asuransi terus berkembang mulai dari jenis


penggunaannya dan manfaatnya. Terutama di Indonesia, tidak hanya
masyarakat kelas menengah atas yang dapat menggunakan dan menikmati
manfaat asuransi tapi kalangan kelas bawah pun bisa dengan menggunakan
asuransi dari pemerintah (BPJS Kesehatan) yang hanya dikenakan sedikit
biaya, bisa merasakan manfaat yang sama dari asuransi swasta biasa sesuai
dengan golongan yang dipilih.

C. Syarat Sah Asuransi


Menurut Sopyan, Zarkasi, & Perdana (2010), ketentuan syarat-syarat sah
suatu perjanjian dalam KUHPdt berlaku juga dalam perjanjian asuransi.
Karena perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus, maka di samping
ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian, berlaku juga syarat-syarat khusus
yang diatur dalam KUHD. Syarat-syarat sah perjanjian diatur dalam pasal
1320 KUHPdt. Menurut ketentuan pasal tersebut ada empat syarat sah suatu
perjanjian, yaitu:
1) Kesepakatan para pihak, tertanggung dan penanggung sepakat
mengadakan perjanjian asuransi. Kesepakatan tersebut pada pokoknya
meliputi:

xi
a) Benda yang menjadi objek asuransi.
b) Pengalihan risiko dan pembayaran premi.
c) Evenemen dan ganti kerugian
d) Syarat-syarat khusus asuransi
e) Dibuat secara tertulis yang disebut polis.

Pengadaan perjanjian antara tertanggung dan penanggung dapat


dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung. Dilakukan secara
langsung artinya kedua belah pihak mengadakan perjanjian asuransi tanpa
melalui perantara. Dilakukan secara tidak langsung artimya kedua belah
pihak mengadakan perjanjian asuransi melalui jasa perantara. Kesepakatan
antara tertanggung dan penanggung itu dibuat secara bebas, artinya tidak
berada di bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak tertentu. Kedua
belah pihak sepakat menentukan syarat-syarat perjanjian asuransi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku:

Kewenangan berbuat. Kedua pihak tertanggung dan penanggung


wenang melakukan perbuatan hukum yang diakui oleh undang-undang.
Kewenangan berbuat tersebut ada yang bersifat subjektif dan ada yang
bersifat objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua pihak sudah dewasa,
sehat ingatan, tidak berada di bawah perwakilan (trusteeship), dan
pemegang kuasa yang sah. Kewenangan objektif artinya tertanggung
mempunyai hubungan sah dengan benda objek asuransi karena benda
tersebut adalah kekayaan milknya sendiri. Sedangkan penanggung adalah
pihak yang sah mewakili Perusahaan Asuransi berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan. Apabila asuransi yang diadakan itu untuk kepentingan
pihak ketiga maka tertanggung yang mengadakan asuransi itu mendapat
kuasa atau pembenaran dari pihak ketiga yang bersangkutan.

2) Objek tertentu dalam Perjanjian Asuransi adalah objek yang


diasuransikan, dapat berupa harta kekayaan dan kepentingan yang
melekat pada harta kekayaan dapat pula berupa jiwa atau raga manusia.

xii
Objek tertentu berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada
harta kekayaan terdapat pada Perjanjian Asuransi kerugian sedangkan
objek tertentu berupa jiwa atau raga manusia terdapat pada Perjanjian
Asuransi jiwa. Karena yang mengasuransikan objek itu adalah
tertanggung, maka dia harus mempunyai hubungan langsung atau tidak
langsung dengan objek asuransi itu. Apabila tertanggung tidak dapat
membuktikannya, maka akan timbul anggapan bhwa tertanggung tidak
mempunyai kepentingan apa-apa, hal mana mengakibatkan asuransi batal
(null and void). Undang-undang tidak akan membenarkan, tidak akan
mengakui orang yang mengadakan asuransi tetapi tidak mempunyai
kepentingan (interest). Walau pun orang yang mengadakan asuransi itu
tidak mempunyai hubungan langsung dengan objek asuransi, dia harus
menyebutkan untuk kepentingan siapa asuransi itu diadakan. Jika tidak
demikian maka asuransi itu dianggap tidak ada.

3) Kausa yang halal. Kausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian
asuransi itu tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. Contoh
asuransi yang berkuasa tidak halal adalah mengasuransikan benda yang
dilarang undang-undang untuk diperdagangkan, mengasuransikan benda
tetapi tertanggung tidak mempunyai kepentingan, jadi hanya spekulai
yang sama dengan perjudian. Asuransi bukan perjudian dan pertaruhan.
Berdasarkan kausa yang halal itu, tujuan yang hendak dicapai oleh
tertanggung dan penanggung adalah beralihnya risiko atas objek asuransi
yang diimbangi dengan pembayaran premi. Jadi kedua belah pihak
berprestasi tertanggung membayar premi, penanggung menerima
peralihan risiko atas objek asuransi. Jika premi dibayar, maka risiko
beralih. Jika premi tidak dibayar, risiko tidak beralih.

Sedangkan syarat yang diatur dalam KUHD adalah kewajiban


pemberitahuan yang diatur dalam pasal 251 KUHD. Kesepakatan antara
tertanggung dan penanggung itu dibuat secara bebas, artinya tidak berada di

xiii
bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak tertentu. Kedua belah pihak
sepakat menentukan syarat-syarat perjanjian asuransi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

D. Pengaturan Asuransi
Asuransi atau pertanggungan di Indonesia diatur dalam KUH Dagang dan
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang berlaku
efektif tanggal 11 Februari 1992.
Kemudian pemerintah mengeluarkan kembali UU No. 40 Tahun 2014
tentang perasuransian yang sehat, dapat diandaljab, amanah, dan kompetitif
dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi pemegang polis, tertanggung,
atau peserta, dan berperan mendorong pembangunan nasional dan dalam
rangka menyikapi dan mengantisipasi perkembangan industry perasuransian
serta perkembangan perekonomian, baik pada tingkat nasional maupun pada
tingkat global. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengganti UU No. 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian yang lama dengan UU No.40 Tahun 2014
tentang Perasuransian yang baru tersebut.
Beberapa pokok materi baru dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian ini, antara lain:
1. Di samping mengatur produk asuransi umum, jiwa dan usaha
reasuransi juga mengatur yang terkait dengan produk asuransi syariah,
seperti asuransi umum syariah, asuransi jiwa syariah, dan usaha
reasuransi syariah.
2. Adanya usaha Penilai Kerugian Asuransi sebagai jasa usaha penilaian
klaim dan/atau jasa konsultasi atas objek asuransi.
3. Adanya Pengendali sebagai pihak yang secara langsung atau tidak
langsung mepunyai kemampuan untuk menentukan direksi, dewan
komisaris, atau yang setara dengan direksi dan dewan komisaris pada
badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama dan/atau
memengaruhi tindakan direksi, dewan komisaris, atau yang setara

xiv
dengan direksi dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk
koperasi atau usaha bersama.
4. Afiliasi adalah hubungan antara seseorang atau badan hukum dengan
satu orang atau lebih, atau badan hukum lain, sedemikian rupa
sehingga salah satu dari mereka dapat memengaruhi pengelolaan atau
kebijakan dari orang yang lain atau badan hukum yang lain atau
sebaliknya.
5. Bentuk badan hukum penyelenggara Usaha Perasuransian adalah:
pereseoran terbatas (PT); koperasi; atau usaha bersama yang teklah ada
pada saat undang-undang ini diundangkan.
6. Adanya Pengelola Statuter sebagai Pihak yang ditunjuk oleh Otoritas
Jasa Keuangan untuk mengambil alih kepengurusan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah.
7. Mengatur Program Asuransi Wajib sebagai program yang diwajibkan
undang-undang untuk memberikan perlindungan dasar bagi
masyarakat dengan mekanisme subsidi silang dalam penetapan
manfaat dan Premi atau Kontribusinya.
8. Adanya sanksi administratif dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
sebagai pihak yang berwenang mengenakan sanksi administratif
kepada setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
dalam undang-undang ini dab peraturan pelaksanaannya.
9. Adanya ancaman pidana semakin berat dengan pidana paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 200 (dua ratus) milyar
(Saliman & Wirazilmustaan, 2005).

E. Bentuk dan Isi Perjanjian Asuransi atau Pertanggungan


Polis asuransi merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang dilakukan
oleh pihak perusahaan asuransi (penanggung) dengan nasabah pengguna
layanan asuransi (tertanggung), yang isinya menjelaskan segala hak dan

xv
kewajiban antara kedua belah pihak tersebut. Polis asuransi akan menjadi bukti
tertulis yang sah dalam perjanjian yang dilakukan oleh pihak penanggung dan
pihak tertanggung.
Dengan adanya polis asuransi, maka kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian asuransi tersebut akan terikat dan memiliki masing-masing tanggung
jawab sebagaimana yang telah disepakati sejak awal. Polis asuransi merupakan
hal yang sangat penting di dalam layanan asuransi itu sendiri, karena polis akan
melindungi setiap hak dan kewajiban nasabah dan pihak perusahaan asuransi
(Cermati.com, 2016).

Menurut Budi (2012), polis asuransi memiliki fungsi yang diantaranya


adalah:
1) Fungsi polis bagi nasabah (tertanggung):
 Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggungan untuk mengganti
kerugian yang mungkin dideritannya yang ditanggung oleh polis.
 Sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung.
 Sebagai bukti otentik untuk menuntut penanggung bila lalai atau
tidak memenuhi jaminannya.
2) Fungsi polis bagi Penanggung (perusahaan asuransi):
 Sebagai bukti atau tanda terima premi asuransi dari tertanggung.
 Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada
tertanggung untuk membayar ganti rugi yang mungkin di derita
oleh tertanggung.
 Sebagai bukti otentik, untuk menolak tuntutan ganti rugi atau klaim
bila penyebab kerugian tidak memenuhi syarat polis.
3) Bentuk Polis atau Perjanjian Asuransi
Menurut ketentuan Pasal 255 KUH Dagang ditentukan bahwa semua
asuransi atau pertanggungan harus dibentuk secara tertulis dengan suatu
akta yang dinamakan polis.
4) Isi Polis atau Perjanjian Asuransi

xvi
Polis asuransi atau pertanggungan merupakan isi dari perjanjian
asuransi. Dalam ketentuan Pasal 256 KUH Dagang ditentukan bahwa isi
polis untuk asuransi atau pertanggungan pada umumnya kecuali asuransi
jiwa harus memuat:
 Hari pembentukan asuransi.
 Nama pihak yang selaku tertanggung menyetujui terbentuknya
asuransi, yaitu atas tanggungannya sendiri atau atas tanggungan
orang lain.
 Penyebutan yang cukup terang dari hal atau objek yang dijamin.
 Jumlah uang, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi).
 Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si penanggung.
 Mulai dan akhir tenggang waktu dimana diadakan jaminan oleh
penanggung.
 Uang premi yang harus dibayar oleh tertanggung.
 Pada umumnya semua hal-hal yang perlu diketahui oleh pihak
penanggung, serta semua janji-janji tertentu yang diadakan antara
kedua belah pihak.

F. Risiko Dalam Asuransi


Risiko asuransi adalah kerugian di masa depan yang gak bisa kita prediksi
kapan terjadinya. Artinya, sesuatu bisa dikatakan sebagai risiko jika dapat
merugikan secara finansial, terjadi di luar rencana, hingga menimbulkan kerugian
fisik dan mental. Dalam dunia asuransi, contoh risiko bisa berbentuk kecelakaan
mobil, jatuh sakit, hingga kasus penipuan, atau kegagalan proyek, dan masih
banyak lagi. Karena itu, pentingnya asuransi hadir sebagai solusi finansial
terhadap permasalahan risiko tersebut (Naomi, 2020).
Ada tujuh jenis risiko asuransi yang dikelompokkan berdasarkan
kemungkinan dan dampaknya, yaitu:
1) Risiko murni atau pure risk, yang dimaksud dengan pure risk adalah risiko
dirasakan ketika kerugian terjadi. Jika tidak terjadi, maka tidak akan ada

xvii
keuntungan maupun kerugian. Contohnya, kebakaran menyebabkan
kehilangan harta benda, sehingga membuat kita merugi secara finansial.
Jika tidak terjadi kebakaran, maka kita tidak mendapatkan keuntungan
maupun kerugian. Sama halnya dengan contoh lainnya, seperti kebanjiran,
meninggal dunia, dan lain sejenisnya.
2) Risiko spekulatif atau speculative risk, jenis risiko ini memiliki dua
kemungkinan, yaitu menimbulkan kerugian atau keuntungan. Contohnya,
ketika menginvestasikan sebagian uang ke saham, maka akan ada risiko
untung dan rugi yang mungkin terjadi. Karena itu, investasi memiliki
risiko spekulatif yang perlu dipertimbangkan.
3) Risiko fundamental, kerugian yang terjadi bisa menciptakan dampak
secara luas. Misalnya, bencana alam yang tentu saja akan memberikan
dampak kerugian finansial hingga jiwa pada masyarakat luas. Contoh
lainnya adalah perusahaan pailit sehingga harus “merumahkan” seluruh
pekerja yang artinya merugikan orang dalam jumlah banyak.
4) Risiko khusus atau particular risk, kerugian yang terjadi hanya berdampak
pada diri sendiri/ personal atau bersifat pribadi. Misalnya, barang yang kita
miliki dicuri, artinya dampaknya hanya akan merugikan diri sendiri. Atau
bisa juga risiko yang mengancam kesehatan atau harus di rawat di rumah
sakit. Tentu hanya akan berdampak pada satu atau sedikit orang saja.
5) Risiko individu atau individual risk, kerugian yang terjadi memberikan
dampak finansial pada diri sendiri dan kalangan kecil. Salah satu
contohnya, jika kepala keluarga meninggal dunia dan tidak memiliki
asuransi jiwa, maka akan berpengaruh pada finansial keluarga yang
ditinggalkan. Contoh lainnya, ketika cedera fisik dan tidak bisa bekerja
lagi, juga akan memengaruhi finansial diri sendiri dan tanggungan orang
tersebut.
6) Risiko harta atau property risk, kerugian yang terjadi pada benda berharga.
Misalnya, kebakaran yang merusak harta benda di dalamnya. Atau bisa
juga pencurian kendaraan pribadi. Sederhananya, adalah risiko kerugian
yang terjadi pada objek benda mati.

xviii
7) Risiko tanggung, jenis resiko ini cenderung berkaitan dengan masalah
hukum, contohnya jika kamu menabrak seseorang dengan mobil dan ia
terluka, kamu tentu harus bertanggung jawab secara hukum terhadap orang
tersebut. Umumnya risiko ini ditanggung oleh jenis asuransi umum,
seperti asuransi kendaraan, asuransi proyek, dan lainnya.

Dari sekian banyak risiko yang ada, ternyata tidak semuanya ditanggung oleh
asuransi karena perusahaan asuransi sendiri juga memperkirakan untung dan rugi
dalam berbisnis. Dengan begitu, ada beberapa kriteria risiko yang masuk ke dalam
produk asuransi, yaitu:
● Risiko yang tak bisa diprediksi dan tidak disengaja.
● Bersifat umum dan lumrah terjadi.
● Terdapat objek yang bisa dipertanggungkan dalam risiko tersebut,
misalnya jiwa, atau kendaraan bermotor.
● Objek tersebut gak melanggar aturan hukum, misalnya narkoba.
● Kerugian yang terjadi harus bisa dikonversi ke dalam nominal uang.
● Premi yang dibayarkan nasabah harus sebanding sama risiko yang
ditanggung. Makanya ada batas uang pertanggungan yang bisa kamu
ambil.

Dalam asuransi dikenal bahaya (peril) dan hazard sebagai faktor risiko. Peril
adalah suatu kondisi yang dapat menimbulkan terjadinya risiko kerugian.
Contohnya percikan api dan arus pendek adalah peril bagi kebakaran suatu
bangunan, tabrakan di jalan raya adalah peril bagi rusaknya mobil yang kita
miliki. Sedangkan hazard bukanlah sesuatu yang menyebabkan terjadinya risiko
kerugian, namun hazard dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu bahaya
(peril) dan memperbesar tingkat kerugian yang dialami (Santosa, 2019).

xix
DAFTAR PUSTAKA

Budi, A. (2012, September 14). Fungsi Polis Asuransi. Retrieved Maret 30, 2021,
from Akademi Asuransi:
https://www.akademiasuransi.org/2012/09/fungsi-polis-asuransi.html
Cermati.com. (2016, April 2012). Asuransi Jiwa. Retrieved Maret 30, 2021, from
Pengertian Polis Asuransi dan Cara Memilih Polis yang Tepat:
https://www.cermati.com/artikel/pengertian-polis-asuransi-dan-cara-
memilih-polis-yang-tepat
Hadijah, S. (2017, Mei 8). Asuransi. Retrieved Maret 28, 2021, from Mengenal
Sejarah dan Perkembangan Asuransi di Indonesia:
https://www.cermati.com/artikel/mengenal-sejarah-dan-perkembangan-
asuransi-di-indonesia
Naomi, C. (2020, Agustus 14). lifepal. Retrieved Maret 30, 2021, from Pelajari
Jenis-Jenis Risiko Asuransi dan Cara Mengelolanya:
https://lifepal.co.id/media/risiko-asuransi/
Saliman, A. R., & Wirazilmustaan. (2005). Hukum Bisnis Untuk Perusahaan.
Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Santosa, U. A. (2019, November 7). Mengenal Risiko dan Moral Hazard dalam
Asuransi. Retrieved Maret 30, 2021, from Buka Review:
https://review.bukalapak.com/finance/mengenal-hazard-fisik-dan-hazard-
mental-dalam-asuransi-110144
Sopyan, A., Zarkasi, A., & Perdana, E. S. (2010, Januari 14). Syarat-syarat Sah
Perjanjian Asuransi Berdasarkan Hukum Positif Indonesia dan Hukum
Islam. Retrieved Maret 31, 2021, from Syarat-syarat Sah Perjanjian
Asuransi Berdasarkan Hukum Positif Indonesia dan Hukum Islam:
https://ahmadsopyan.wordpress.com/2010/01/14/syarat-syarat-sah-
perjanjian-asuransi/

xx

Anda mungkin juga menyukai