Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERUSAHAAN ASURANSI
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko
Dosen Pengampu : Deara Shinta Lestari, S.T.T., M.E.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


Marina Christiani Marpaung (640210025)
Sheryn Octaviani (640200001)
Stefania Rolistika Naicea (230210038)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


INSTITUT BISNIS EKONOMI DAN KEUANGAN
PANGKALPINANG
2023
1
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan Allah Yang Maha Esa, karena Berkat dan Kasih-Nya juga Kami kelompok 4 dapat
menyusun Makalah: PERUSAHAAN ASURANSI dalam memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Risiko. Penulis mengharapkan Tugas ini dapat berguna terutama bagi Kami kelompok
4 dan juga teman-teman yang membaca untuk memperluas wawasan terkait perusahaan asuransi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen
Risiko. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu Penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyusunan
makalah yang lebih baik di kemudian hari.

Pangkalpinang, 06 September 2023

Penulis

2
VISI DAN MISI STIE-IBEK PANGKALPINANG

VISI :
“MENJADI SEKOLAH TINGGI YANG HANDAL DALAM TEORI, TERDEPAN DALAM
APLIKASI, DENGAN BIAYA TERJANGKAU, SERTA BERMARTABAT DI PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG”

 HANDAL DALAM TEORI


Pendeklarasian bahwa Ilmu Manajemen dan Ilmu Akuntansi memiliki teori-teori yang
senantiasa berkembang sehingga merupakan tanggungjawab Sekolah Tinggi dan tentunya
Program Studi-Program Studi untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut dalam rangka
menghadirkan current issues seputar Manajemen dan Akuntansi yang didasari dengan
landasan teoritis yang memadai.

 TERDEPAN DALAM APLIKASI


Perwujudan atas landasan teoritikal dengan pengaplikasian di lapangan merupakan tema
yang sesungguhnya guna mendekatkan uraian dan penjabaran di dalam kelas untuk lebih
meningkatkan pemahaman dalam pengaplikasian pada dunia nyata.

 DENGAN BIAYA TERJANGKAU


Ungkapan bahwa sesungguhnya tidak ada lagi alasan terlalu mahal dalam konteks
monetary untuk tidak mengikuti perkuliahan dan/ atau menyelesaikan program studi
kesarjanaan yang diselenggarakan oleh STIE-IBEK Pangkalpinang karena akan
dirumuskan sedemikan rupa melalui kebijakan dengan biaya serendah mungkin tanpa
harus mereduksi mutu dan pencapaian outcomes dari penyelenggaraan pendidikan tinggi
di Kampus STIE-IBEK Pangkalpinang.

 BERMARTABAT
Menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan, serta menghargai hak asasi manusia
dalam kegiatan operasional Kampus STIE-IBEK Pangkalpinang.

3
MISI :
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan Profesional di bidang Ekonomi, Manajemen
Bisnis dan Akuntansi yang memiliki kompetensi handal dengan integritas ilmiah dan
perencanaan yang terstruktur serta fleksibel dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan.
2. Melaksanakan Penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian
ilmiah untuk menghasilkan rumusan maupun temuan yang baru di bidang Ekonomi, manajemen
Bisnis dan Akuntansi yang dapat diabadikan dalam komunitas masyarakat daerah dan demi
kesejahteraan bangsa.
3. Menjunjung tinggi nilai budaya bangsa dengan mengedepankan martabat serta nilai
kemanusiaan dalam menjalankan kebebasan akademik yang bertanggung jawab dan memiliki
nilai keilmuan yang berintegritas terhadap kepentingan kehidupan bangsa.
4. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri pada bidang
akademik, kemitraan ilmiah dan penelitian sehingga dapat diterapkan secara tepat guna selain
berupaya dan meningkatkan sumber daya yang ada.

4
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………..………..…………………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… 2
VISI DAN MISI STIE-IBEK………………………………………………………………… 3
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….……. 5
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..……………… 6
1.1. Latar belakang………………………………………………….……………….. 6
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………..………… 6
1.3. Tujuan…………………………….....……………………………….………….. 7

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………. 8
2.1. Sejarah dan Definisi Asuransi….....………………………………..………….. 8
2.1.1. Sejarah Asuransi...................…………………………………….…….. 8
2.1.2. Definisi Asuransi……………………………………………………… 13
2.2. Asas dan prinsip Asuransi…………………………………………………… 15
2.2.1. Asas Asuransi………………………………………………………… 15
2.2.2. Prinsip Asuransi……………………………………………………… 18
2.3. Tujuan, Produk, dan Jenis Asuransi………………………………………… 18
2.3.1. Tujuan Asuransi……………………………………………………… 18
2.3.2. Produk dan Jenis Asuransi………………………………………….. 19
2.4. Perusahaan Asuransi……………………………………………………….. 22
2.5. Contoh Kasus………………………………………………………………. 24

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..…. 26


3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………… 28
3.2. Saran………………………………………………………………………….. 29

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……………. 28

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Asuransi merupakan bentuk manajemen risiko yang telah ada sejak lama dan
merupakan salah satu bisnis yang memiliki perkembangan yang cukup pesat.
Berkembangnya bisnis asuransi ini disebabkan karena semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya perlindungan terhadap risiko yang bias terjadi. Saat ini sudah
banyak produk-produk asuransi yang ditawarkan oleh para penyedia jasa asuransi, seperti
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan dan produk-produk asuransinya
lainnya.
Pada dasarnya asuransi merupakan bentuk perjanjian yang dilandaskan pada
kepercayaan antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung percaya bahwa
tertanggung akan memberikan informasi yang sebenar-benarnya mengenai objek asuransi,
sedangkan tertanggung percaya bahwa penanggung akan memberikan ganti rugi yang sesuai
apabila objek asuransi mengalami kerugian. Dengan kata lain, asuransi ini harus dijalankan
atas dasar itikad baik antara kedua pihak.
Setiap perusahaan dalam menjalankan berbagai kegiatan usahanya tidak terlepas dari
tujuannya yaitu untuk memperoleh laba yang maksimal dalam kelangsungan hidup
perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain
profitabilitas perusahaan itu sendiri. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri
(Sartono, 2010).
Kinerja yang baik umumnya dapat dilihat melalui Profitabilitas atau jumlah aset
industri asuransi dari suatu laporan keuangan perusahaan. Profitabilitas secara umum
didefinisikan sebagai kemampuan bisnis untuk memanfaatkan aset untuk menghasilkan
pendapatan dengan cara yang efisien.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang mengacu pada rencana pembelajaran semester mata kuliah
manajemen risiko, maka makalah ini merumuskan masalah perusahaan dalam:
1. Bagaimana sejarah dan apa definisi asuransi.
2. Apa saja asas dan prinsip asuransi.
3. Bagaimana tujuan, produk dan jenis asuransi.

6
4. Bagaimana perusahaan asuransi.
5. Apa saja contoh kasus perusahaan asuransi.

1.3. Tujuan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang mengacu pada rencana pembelajaran semester mata kuliah
manajemen risiko, maka tujuan makalah ini yakni:
1. Mengetahui sejarah dan definisi asuransi.
2. Mengetahui asas dan prinsip asuransi.
3. Mengetahui tujuan, produk, dan jenis asuransi.
4. Mengetahui perusahaan asuransi.
5. Mengetahui contoh kasus asuransi.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah dan Definisi Asuransi


2.1.1. Sejarah Asuransi
Asuransi yang merupakan buah peradaban manusia, diciptakan guna mengatasi
kesulitan manusia. Hal ini dimulai sebagai suatu gagasan untuk memperoleh proteksi
terhadap rasa aman karena ketidakpastian yang selalu mengikutinya.
Apabila kepastian sudah diperoleh maka manusia sudah merasa terlindungi artinya
ia sudah mendapatkan apa yang ia butuhkan ialah adalanya proteksi. Asuransi yang
dimulai sebagai suatu gagasan akan terpenuhinya kebutuhan akan adanya suatu proteksi,
tumbuh dan berkembang terus, sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia yang
sejalan dengan tingkat perkembangan kebudayaan sehingga sampai pada tingkat
kemajuan ekonomi tertentu serta sampai keadaan seperti sekarang ini. Menurut Wirjono
Prodjodikoro sejarah lahirnya perasuransian dapat dilihat dari beberapa periode zaman,
antara lain:
a. Sebelum Masehi
Pada zaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great (356-
323 BC) seorang pembantunya bernama Antimenes memerlukan sangat banyak uang
guna membiayai pemerintahannya pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang tersebut
Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak belian supaya mendaftarkan
budak-budaknya dan membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes. Sebagai
imbalannya, Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang melarikan diri,
maka dia akan memerintahkan supaya budak itu ditangkap, atau jika tidak dapat
ditangkap, dibayar dengan sejumlah uang sebagai gantinya.
Apabila ditelaah dengan teliti, uang yang diterima oleh Antimenes dari pemilik
budak itu adalah semacam premi yang diterima dari tertanggung, sedangkan
kesanggupan Antimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri atau membayar
ganti kerugian karena budak yang hilang adalah semacam resiko yang dipikul oleh
penanggung. Perjanjian ini mirip dengan asuransi kerugian. Selanjutnya, Scheltema
menjelaskan bahwa pada zaman Yunani banyak juga orang yang meminjamkan
sejumlah uang kepada Pemerintah Kotapraja dengan janji bahwa pemilik uang tersebut

8
diberi bunga setiap bulan sampai wafatnya dan bahkan setelah wafatnya diberi bantuan
biaya pungutan.
Jadi perjanjian ini mirip dengan asuransi jiwa, bedanya hanya pada pembayaran
premi dan santunan. Pada asuransi jiwa, tertanggung yang membayar premi setiap bulan,
bila terjadi kematian atau asuransi jiwa berakhir tanpa kematian, tertanggung
memperoleh pembayaran dari penanggung. Pada pinjaman Pemerintah Kotapraja
pemerintah membayar bunga setiap bulan kepada pemilik uang serta biaya penguburan
bila pemilik uang meninggal dunia.
Perjanjian seperti ini terus berkembang pada zaman Romawi sampai kirakira
tahun ke-10 sesudah Masehi. Pada waktu itu dibentuk semacam perkumpulan
(collegium). Setiap anggota perkumpulan harus membayar uang pangkal dan iuran
bulanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang meninggal dunia, perkumpulan
memberikan bantuan biaya penguburan yang disampaikan kepada ahli warisnya.
Apabila ada anggota perkumpulan yang pindah ke tempat lain, perkumpulan
memberikan bantuan biaya perjalanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang
mengadakan upacara tertentu, perkumpulan memberikan bantuan biaya upacara.
b. Abad Pertengahan
Peristiwa-peristiwa hukum yang telah diuraikan di atas terus berkembang pada abad
pertengahan. Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi sejenis membentuk
1 (satu) perkumpulan yang disebut glide.
Perkumpulan ini mengurus kepentingan anggotaanggotanya dengan janji apabila ada
anggota yang kebakaran rumah, glide akan memberikan sejumlah uang yang diambil
dari dana glide yang terkumpul dari anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada
abad ke-9 dan mirip dengan asuransi kebakaran. Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjut
berkembang di Denmark, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya sampai pada abad
ke-12. Pada abad ke-13 dan abad ke-14 perdagangan melalui laut mulai berkembang
pesat.
Akan tetapi, tidak sedikit bahaya mengancam dalan perjalanan perdagangan melalui
laut. Keadaan ini mulai terpikir oleh para pedagang waktu itu untuk mencari upaya yang
dapat mengatasi kemungkinan kerugian yang timbul melalui laut. Inilah titik awal
perkembangan asuransi kerugian laut. Untuk kepentingan perjalanan melalui laut,
pemilik kapal meminjam sejumlah uang dari pemilik uang dengan bunga tertentu,
sedangkan kapal dan barang muatannya dijadikan jaminan. Dengan ketentuan, apabila

9
kapal dan barang muatannya rusak atau tenggelam, uang dan bunganya tidak usah
dibayar kembali.
Akan tetapi, apabila kapal dan barang muatannya tiba dengan selamat di tempat
tujuan, uang yang dipinjam itu dikembalikan ditambah dengan bunganya, ini disebut
bodemeri. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bunga yang dibayar itu seolah-olah
berfungsi sebagai premi, sedangkan pemilik uang berfungsi sebagas pihak yang
menanggung risiko kehilangan uang dalam hal terjadi bahaya yang menimbulkan
kerugian.
Karena ada larangan menarik bunga oleh agama Nasrani yang dianggap sebagai riba,
maka pola perjanjian tersebut diubah.
Dalam perjanjian peminjaman uang itu, pemberi pinjaman tidak perlu memberikan
sejumlah uang lebih dahulu kepada pemilik kapal dan barang muatannya, tetapi setelah
benar-benar terjadi bahaya yang menimpa kapal dan barang muatannya, barulah dapat
diberikan sejumlah uang.
Namun, pada permulaan berlayar pemilik kapal dan barang muatannya perlu
menyetor sejumlah uang kepada pemberi pinjaman sebagai pihak yang menanggung.
Dengan ketentuan apabila tidak terjadi peristiwa yang merugikan, maka uang yang
sudah disetor itu menjadi hak pemberi pinjaman. Jadi, fungsi uang setoran tersebut mirip
dengan premi asuransi. Dapat diambil kesimpulan bahwa pada pertengahan abad ke 11-
14 Masehi permulaan perkembangan asuransi kerugian seperti kebakaran dan asuransi
terhadap bahaya di laut ini telah ada, sebagaimana yang terdapat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang Pasal 247 menyebutkan tentang 5 macam asuransi, yaitu :

a) Asuransi terhadap kebakaran


b) Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
c) Asuransi terhadap kematian orang (asuransi jiwa)
d) Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan
e) Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai-sungai.

Asuransi ini berkembang pesat terutama di negara-negara pantai (coastal countries),


seperti Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Denmark, dan lain-lain.

10
c. Sesudah Abad Pertengahan
Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan asuransi kebakaran mengalami
perkembangan yang sangat pesat terutama di negara-negara Eropa Barat, seperti di
Inggris pada abad ke-17, kemudian di Prancis pada abad ke-18, dan terus ke negeri
Belanda.
Perkembangan pesat asuransi laut di negaranegara tersebut dapat dimaklumi karena
negaranegara tersebut banyak berlayar melalui laut dari dan ke negara-negara seberang
laut (overseas countries) terutama daerah-daerah jajahan mereka.
Pada waktu pembentukan Code de Commerce Prancis awal abad ke-19 asuransi laut
dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek van Koophandel
Nederland, disamping asuransi laut dimasukkan juga asuransi kebakaran, asuransi hasil
panen, dan asuransi jiwa. Sementara di Inggris, asuransi laut diatur secara khusus dalam
UndangUndang Asuransi Laut (Marine Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906.
Berdasarkan asas konkordasi, Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan
pula di Hindia Belanda melalui Staatsbland No. 23 Tahun 1847.
d. Abad Ilmu dan Teknologi.
Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke-20 berdampak positif
pada perkembangan usaha bidang perasuransian. Kegiatan usaha tidak hanya bidang
asuransi, tetapi juga bidang penunjang asuransi.
Pembangunan bidang prasarana transportasi sampai daerah pelosok mendorong
perkembangan sarana transportasi darat, laut dan udara serta meningkatkan mobilitas
penumpang dari suatu daerah ke daerah bahkan ke negara lain.
Ancaman bahaya lalu lintas juga semakin meningkat, sehingga kebutuhan
perlindungan terhadap barang muatan dan jiwa penumpang juga meningkat. Keadaan ini
mendorong perkembangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa serta asuransi
sosial (social security insurance).
Pembangunan di bidang ekonomi ditandai oleh munculnya perusahaan-perusahaan
besar yang memerlukan banyak modal melalui kredit, bangunan kantor, tenaga kerja
yang membuthkan jaminan perlindungan dari ancaman bahaya kemacetan, kebakaran
dan kecelakaan kerja. Hal ini mendorong perkembangan asuransi kredit, asuransi
kebakaran, dan asuransi tenaga kerja. Perkembangan di bidang teknologi satelit
komunikasi juga memerlukan perlindungan dari ancaman kegagalan peluncuran dan
berfungsi satelit sehingga perlu diasuransikan.

11
Hal ini pernah terjadi ketika Indonesia meluncurkan satelit Palapa B2 yang gagal
masuk garis orbit. Karena kegagalan tersebut, Indonesia mengklaim dan mendapat ganti
kerugian. Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangann ekonomi
masyarakat. Makin tinggi pendapatan perkapita masyarakat, makin mampu masyarakat
memilih harta kekayaan dan makin dibutuhkan pula perlindungan keselamatannya dari
ancaman bahaya. Karena pendapatan masyarakat meningkat, maka kemampuan
membayar premi asuransi juga meningkat.
Dengan demikian dari sini usaha perasuransian berkembang. Kini banyak sekali
jenis asuransi yang berkembang dalam masyarakat, yang meliputi asuransi kerugian,
asuransi jiwa dan asuransi sosial yang diatur dalam berbagai undang-undang. Dalam
kitab undang-undang Hukum Dagang disebutkan berbagai macam asuransi, di antaranya
asuransi kebakaran, asuransi pertanian, asuransi pengangkutan dan asuransi laut. Akan
tetapi di dalam praktek telah timbul berbagai macam asuransi lainnya, karena memang
pada asasnya tiap kemungkinan menderita kerugian yang dapat dinilai dengan uang
dapat diasuransikan.
Hingga bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan
negara kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita
ini sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan
perdagangan di negeri jajahannya.
Asuransi dan lembaga asuransi di Indonesia sejak berlakunya Kitab Undang-undang
Hukum Dagang Belanda di Indonesia pada tahun 1848. Berlakunya KUH Dagang
Belanda di Indonesia adalah atas dasar asas konkordasi yang dimuat dalam Stb 1943 No.
23, yang diundangkan pada tanggal 30 April 1947, dan mulai berlaku pada tanggal 1
Mei 1848.
Tahun 1992 merupakan tahun yang bersejarah bagi dunia perasuransian di Indonesia.
Merupakan fakta sejarah bahwa tahun 1992 merupakan untuk pertama kalinya bangsa
Indonesia mempunyai Undang-Undang yang khusus mengatur tentang usaha
perasuransian.
Undang-Undang yersebut adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Maka
kedudukan asuransi baik baik dalam perspektif perekonomian maupun bagi kehidupan
masyarakat menjadi jelas.

12
Berbagai hal yang yang terkait dengan perasuransian baik peraturan-peraturan
pokok, maupun aspek-aspek lainnya telah dicantumkan di dalamnya, sehingga
merupakan pegangan bagi seluruh masyarakat bangsa Indonesia dalam melakukan
kegiatan yang bersangkut paut dengan usaha perasuransian.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa asuransi dan lembaga asuransi masuk
dalan tata pergaulan hukum di Indonesia bersamaan dengan berlakunya Kitab Undang-
undang Hukum Dagang (Belanda) yang berlaku di Indonesia sebagaimana disebut diatas.
Hal ini dapat pula dipakai sebagai suatu bukti bahwa asuransi dan lembaga asuransi
yang semula sebagai lemabaga asing mulai dikenal di Indonesia.
Dengan menggunakan referensi perkembangan usaha perasuransian dunia sebagai
bench marking kiranya para pelaku usaha perasuransian di Indonesia seyogyanya
mampu untuk segera menyesuaikan diri dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
permintaan pasar.

2.1.2. Definisi Asuransi


Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal dari kata Belanda
assurantie yang kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa Indonesia. Namun istilah
assurantie itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah asli bahasa Belanda akan tetapi,
berasal dari bahasa Latin, yaitu assecurare yang berarti “meyakinkan orang”. Kata ini
kemudian dikenal dalam bahasa Perancis sebagai assurance.
Demikian pula istilah assuradeur yang berarti “penanggung” dan geassureerde
yang berarti “tertanggung” keduanya berasal dari perbendaharaan bahasa Belanda.
Sedangkan dalam bahasa Belanda istilah “pertanggungan” dapat diterjemahkan
menjadi insurance dan assurance. Kedu istilah ini sebenarnya memiliki pengertian
yang berbeda, insurance mengandung arti menanggung segala sesuatu yang mungkin
terjadi. Sedangkan assurance menanggung sesuatu yang pasti terjadi.
Istilah assurance lebih lanjut dikaitkan dengan pertanggungan yang berkaitan
dengan masalah jiwa seseorang. Banyak pendapat mengenai pengertian asuransi,
antara lain:
“Asuransi dapat diartikan sebagai persetujuan di mana penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung dengan mendapat premi, untuk mengganti kerugian, atau
tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita karena
peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.”

13
Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai asuransi yaitu, Asuransi atau
pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian
untung-untungan (kansovereenkomst).
Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja
digantungkan pada suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian yang mana akan
menentukan untung ruginya salah satu pihak.
Asuransi dalam sudut pandangan ekonomi merupakan metode untuk mengurangi
risiko dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian akan adanya
kerugian keuangan. Dan dari sudut pandang bisnis adalah sebuah perusahaan yang
usaha utamanya menerima atau menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan
memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko di antara sejumlah nasabahnya.
Dari sudut pandangan sosial asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang
menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggotaanggotanya guna
membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota asuransi
tersebut.
Abbas Salim, dalam bukunya memberikan definisi sebagai berikut, asuransi ialah
suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti
sebagai pengganti (subtitusi) kerugiankerugian besar yang belum pasti.
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab Kesembilan pasal
246 dijelaskan tentang pengertian Asuransi yaitu:
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian ,dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang di harapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak tentu.”
Dalam pengertian yang terdapat dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) tersebut dapat di simpulkan adanya 3 (tiga) unsur penting dalam
Asuransi, yaitu:
Pertama, Pihak tertanggung mengikatkan kepada pihak penanggung.
Kedua, Pihak penanggung mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak tertanggung, karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan. Ketiga, Suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
tentu jelas akan terjadi.

14
Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :
Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak
penanggung, sekaligus atau berangsur-angsur; Pihak penanggung (insure) yang
berjanji untuk membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung,
sekaligus atau secara berangsurangsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur
tak tertentu; Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya);
Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang
tak tertentu.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah perjanjian


antara kedua belah pihak yaitu tertanggung dengan penanggung untuk mengatasi
risiko yang belum pasti akan terjadi, yang mana pihak tertanggung harus
membayarkan premi dengan jumlah tertentu kepada pihak penanggung sebagai
jaminan pembayaran ketika ada kerugian.

2.2. Asas dan Prinsip Asuransi

2.2.1. Asas Asuransi


Berdasarkan Pasal KUHD, ketentuan umum perjanjian dalam KUH Perdata dapat
berlaku pula dalam perjanjian asuransi sebagai perjanjian khusus. Dengan demikian,
para pihak tunduk pula pada beberapa ketentuan dalam KUH Perdata. Asas-asas yang
terdapat dalam hukum perjanjian sebagaimana diatur KUH Perdata perlu diperhatikan.
Adapun asas-asas yang lahir dari ketentuan KUH Perdata tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Asas Konsensual.
Dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa
syarat sahnya perjanjian, yaitu:
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3) Suatu hal tertentu;
4) Suatu sebab yang halal.
Asas konsensual diambil dari salah satu syarat perjanjian yaitu adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan
sepakatnya. Sepakat yang diberikan dengan paksa adalah Contradictio interminis.
Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya sepakat yang mungkin dilakukan oleh

15
pihak lain. Kesepakatan memberikan pilihan kepada para pihak, untuk setuju atau
tidak setuju mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat hukumnya. Pasal
1320 ayat (1) menentukan bahwa, perjanjian atau kontrak yang tidak sah jika
dibuat tanpa adanya kesepakatan (consensus) dari para pihak yang membuatnya.
Selain paksaan, cacatnya kesepakatan dapat terjadi karena kekeliruan, dan
kesalahan.
b. Asas kebebasan berkontrak
Dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
menyatakan bahawa, “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Dalam hukum perjanjian
Indonesia ruang lingkup asas kebebasan berkontrak meliputi:
1) Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian;
2) Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian;
3) Kebebasan untuk menentukan atau memilih isi (causa) dari perjanjian yang
dibuatnya ;
4) Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian;
5) Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian;
6) Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan Undang-undang
yang bersifat opsional (aanvullend, optional). Sumber dari kebebasan
berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga titik tolaknya adalah
kepentingan individu pula. Dengan demikian dapat dipahami bahwa,
kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak.
Berlakunya asas konsesualisme menurut hukum perjanjian Indonesia
memantapkan adanya asas kebebasan berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu
pihak yang membuat perjanjian, maka perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan.
Kebebasan berkontrak sebagaimana diketahui dalam ketentuan Pasal 1338 ayat
(1) KUH Perdata, menyatakan bahwa, “semua kontrak (perjanjian) yang dibuat
secara sah ( Pasal 1320 KUH Perdata) berlaku sebagai Undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.” Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan
sepakatnya. Sepakat yang diberikan secara paksa adalah contradiction
interminis. Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya sepakat yang mungkin
dilakukan oleh pihak lain. Kesepakatan memberikan pilihan kepada para pihak,
untuk setuju atau tidak setuju mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat
hukum.

16
c. Asas ketentuan mengikat
Asas ketentuan mengikat dari Pasal 1338 (1) KUH Perdata, apabila dihubungkan
dengan perjanjian asuransi berarti bahwa pihak penanggung dan tertanggung atau
pemegang polis terikat untuk melaksanakan ketentuan perjanjian yang telah
disepakatinya. Sebab, perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak memiliki
kekuatan mengikat sebagaimana undang-undang yang memiliki akibat hukum,
hanya saja berlaku bagi mereka yang membuatnya.
d. Asas kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung arti bahwa, mereka yang mengadakan perjanjian
melahirkan kepercayaan di antara kedua belah pihak, bahwa satu sama lain akan
memenuhi janjinya untuk melaksanakan prestasi seperti yang dijanjikan.
Ketentuan tersebut berlaku pula bagi perjanjian asuransi, sehingga pemegang polis
dan penagnggung terikat untuk memenuhi perjanjian yang telah dibuatnya.
e. Asas persamaan hukum
Asas persamaan hukum adalah bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum, dan tidak
dibeda-bedakan antara satu sama lain.
f. Asas keseimbangan / Prorata
Asas keseimbangan adalah suatu asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Dalam perjanjian asuransi, hak dan
kewajiban tertanggung adalah membayar premi dan menerima pembayaran ganti
kerugian, sedangkan hak dan kewajiban penaggung adalah menerima premi dan
memberikan ganti kerugian atas objek yang dipertanggungkan. Prinsip
keseimbangan mempunyai arti penting apabila terjadi peristiwa yang
menimbulkan kerugian. Kerugian yang harus diganti itu seimbang dengan risiko
yang ditanggung oleh penaggung.
g. Asas kepastian hukum
Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian
ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai Undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Selain itu, dalam Pasal 1338 ayat (2) KUH yang
menyatakan bahwa, “perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain
dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.”
h. Asas iktikad baik

17
Pasal 1338 Ayat (3) yang menyatakan bahwa, “perjanjian-perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik ini berlaku untuk semua
perjanjian termasuk perjanjian asuaransi yang diartikan pula secara menyeluruh
bahwa, dalam pelaksanaan perjanjian tersebut para pihak harus mengindahkan
kenalaran dan kepatutan Pasal 1339 KUH Perdata. Iktikad baik yang dikehendaki
undang-undang ialah objek.

2.2.2. Prinsip Asuransi

Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu insurable
interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity, subrogation dan contribution.

a. Insurable Interest. Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan
keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara
hukum.
b. Utmost good faith. Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan
lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan
diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah : si penanggung harus
dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya
syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan
yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan.
c. Proximate cause. Adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan
rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu
yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.
d. Indemnity. Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi
finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang
ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan
dipertegas dalam pasal 278).
e. Subrogation. Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah
klaim dibayar.
f. Contribution. Sedangkan adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung
lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya
terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.

18
2.3. Tujuan, Produk, dan Jenis Asuransi
2.3.1. Tujuan Asuransi

Asuransi memiliki beberapa tujuan, antara lain yaitu sebagai pemberi jaminan
kepada nasabah agar terlindung dari risiko-risiko yang akan diderita jika terjadi
kejadian yang tidak terduga. Asuransi juga dapat meningkatkan efisiensi terhadap
suatu hal, nasabah tidak perlu melakukan berbagai upaya pengamanan dan
pengawasan karena akan banyak menghabiskan waktu dan tenaga.

Tujuan asuransi sebagai pemerataan biaya, maksudnya adalah nasabah hanya akan
mengeluarkan biaya tertentu dan tidak perlu membayar kerugian yang diderita karena
perusahaan asuransi yang akan menanggungnya. Hal ini tentu sangat menguntungkan
bagi nasabah karena jumlah kerugian yang diderita jumlahnya tidak tentu.

Asuransi jiwa memiliki tujuan asuransi yang sangat mulia, yaitu sebagai tabungan
nasabah. Hal ini dikarenakan jumlah yang akan diterima sudah pasti akan jauh lebih
besar daripada jumlah premi yang dibayarkan. Namun sayangnya tujuan ini hanya
berlaku untuk asuransi jiwa saja.

2.3.2. Produk dan Jenis Asuransi

Dalam garis besarnya ada 2 jenis asuransi yaitu asuransi sejumlah uang (sommen
verzekering) dan asuransi ganti kerugian (schade verzekering). Seiring perkembangan
zaman dan usaha perasuransian muncullah 3 (tiga) jenis asuransi lagi yakni asuransi
varia (varia berzekering), Asuransi Rekayasa (Engineering Insurance), dan Asuransi
Syariah (Al-Bugha, 2010). Dari 5 (lima) jenis asuransi yang disebutkan di atas dapat
ditarik penjelasan (Rastuti, 2011), yaitu:

1. Asuransi sejumlah uang, artinya asuransi yang besarnya wang asuransi sudah
ditentukan sebelumnya tanpa perlu ada suatu huur bungan antara kerugian yang
diderita dengan besarnya jumlah uang yang diberikan penanggung. Jenis-jenis
asuransi sejumlah uang antara lain: Asuransi Jiwa, Asuransi kesehatan, Asuransi
tenaga kerja. Asuransi pendidikan.
2. Asuransi Kerugian, dapat diartikan ganti kerugian yang diberikan perusahaan
asuransi (penanggung) kepada pemegang polis (tertanggung) harus seimbang

19
dengan kerugian yang dialami oleh pemegang polis dengan catatan bahwa kerugian
itu adalah akibat dari peristiwa untuk mana asuransi itu diadakan. Jenis-Jenis
asuransi kerugiann antara lain: Asuranssi kebakaran. Asuransi kendaraan, Asuransi
huru-hara, Asuransi kerusuhan, asuransi kecurian, dan kebongkaran.
3. Asuransi Varia, merupakan asuransi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Amuranal varia disebut juga asuransi campuran karena
merupakan campuran unsur-unsur yang ada dalam asuransi sejumlah uang dan
asuransi kerugian Asuransi varia berkembang untuk mengantisipasi kekakuan
KUHD yang hanya mengatur asuransi dalam ruang lingkup yang sempit (Muis,
2005). Jenis-jenis asuransi varia antara lain: Asuransi Kredit, Asuransi deposito,
Surety Bond, Bank Garansi, Asuransi Ekspor Impor, Asuransi Pengangkutan.
Asuransi Rangka Kapal, Asuransi Pertambangan.
4. Asuransi Rekayasa (Egineering Insurance), adalah jenis asuransi yang memberikan
jaminan kepada pemegang polis (tertanggung) terhadap risiko risiko yang timbul
selama kegiatan pengerjaan pro- yek, pembangunan rumah, pemasangan mesin,
testing dan com- misioning. Jenis-jenis Asuransi Rekayasa (Engineering Insurance)
antara lain: Asuransi Engineering Proyek, Asuransi Engineering Non-Proyek.
Asuransi Egineering Non-Proyek terbagi atas Asuransi Peralatan Elektronika
(electronic equipment insurance/e.e.i) dan Asuransi Kerusakan Mesin (Machinery
Breakdown insurance/MB).
5. Asuransi Syariah. Dalam perspektif ekonomi Islam, asuransi dikenal dengan istilah
takaful yang berasal dari bahasa Arab yakni takafala-yatakafulu-ta-kaful yang
berarti saling menanggung atau saling menjamin (Yusuf, 2005). Pengertian
asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru
(sumbangan) yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko ter-
tentu melalui akad (perikatan) yang sesuai syariah (Nasional, 2001).

Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Pera suransian,


Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara
perusahaan asuransi syariah dan peme gang polis dan perjanjian di antara para
pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah
guna saling menolong dan melindungi dengan cara:

20
Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul. kehilangan keuntingan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang
polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau; Memberikan
pembayaran yang didasarkan pada meningkatnya peserta atau pembayaran yang
didasarkan pada hidupnya pe- serta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Ada banyak jenis asuransi yang tersedia, tergantung pada kebutuhan dan situasi
individu atau perusahaan. Berikut adalah beberapa jenis asuransi yang umum:

a. Asuransi Jiwa. Asuransi jiwa memberikan perlindungan finansial kepada ahli waris
atau penerima manfaat jika tertanggung meninggal dunia. Contoh perusahaan
asuransi jiwa di Indonesia antara lain PT. Prudential Life Assurance, PT. AIA
Financial, dan PT. Manulife Indonesia
b. Asuransi Kesehatan. Asuransi kesehatan memberikan perlindungan finansial
terhadap biaya pengobatan dan perawatan medis. Contoh perusahaan asuransi
kesehatan di Indonesia antara lain PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT.
Asuransi Jiwa BCA, dan PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG, Tbk.
c. Asuransi Kendaraan. Asuransi kendaraan memberikan perlindungan terhadap risiko
kerugian atau kerusakan pada kendaraan bermotor. Contoh perusahaan asuransi
kendaraan di Indonesia antara lain PT. Asuransi Astra Buana, PT. Asuransi Adira
Dinamika, dan PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia.
d. Asuransi Properti. Asuransi properti memberikan perlindungan terhadap risiko
kerugian atau kerusakan pada properti seperti rumah, gedung, atau barang berharga.
Contoh perusahaan asuransi properti di Indonesia antara lain PT. Asuransi Allianz
Utama Indonesia, PT. Asuransi Sinar Mas, dan PT. Asuransi Jiwa Manulife
Indonesia.
e. Asuransi Pendidikan. Asuransi pendidikan memberikan perlindungan finansial
untuk biaya pendidikan anak. Contoh perusahaan asuransi pendidikan di Indonesia
antara lain PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT. Asuransi Jiwa BCA, dan PT.
Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG, Tbk.
f. Asuransi Perjalanan. Asuransi perjalanan memberikan perlindungan terhadap risiko
yang mungkin terjadi selama perjalanan seperti kecelakaan, sakit, atau kehilangan

21
barang berharga. Contoh perusahaan asuransi perjalanan di Indonesia antara lain
PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT. Asuransi Jiwa BCA, dan PT. Asuransi
Jiwa Sinarmas MSIG, Tbk.

2.4. Perusahaan Asuransi

Asuransi adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi
dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :

a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,


kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;atau

b. memberikan pembayaran yang didasarkan meninggal atau hidupnya tertanggung


dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.

Perusahaan asuransi merupakan badan atau organisasi yang bergerak dibidang


perasuransian. Perusahaan asuransi memiliki kekhususan kegiatan yang tidak dimiliki oleh
perusahaan asuransi lain yaitu kegiatan underwriting , klaim dan dan reasuransi. Karena
kekhususannya itu maka di dalam perusahaan asuransi umumnya terdapat empat kegiatan
uatama (Salim, 2000), yaitu:
1) Kegiatan umum yang merupakan pendukung kegiatan utama seperti sumber daya
manusia, penyedia jasa dan saran, kesekretariatan, dan sebagainya.
2) Kegiatan Teknik yang merupakan kegiatan khusus perusahaan seperti:
i. Underwriting, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan seleksi resiko yang ditawarkan
kepada perusahaan asuransi. Termasuk juga menempatkan tingkat premi dan
ketentuan-ketentuan lain yang akan dikenakan kepada calon tertanggung.
ii. Klaim, adalah kegiatan yang menyangkut penyelidikan, penilaian dan penyelesaian
tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh tertanggung.
iii. Reasuransi – Retrosesi, merupakan kegiatan mengalihkan sebagai risiko ke
perusahaan asuransi (reasuradur), sedangkan retrosesi adaalah proses pemindahan
Kembali sebagai risiko reasuradur ke perusahaan asuransi lain. Adapun fungsi
reasuransi adalah: Meningkatkan kapasitas akseptasi, Alat penyebaran risiko,

22
Meningkatkan Stabilitas usaha, dan Meningkatkan Kepercayaan. Sedangkan
mekanisme untuk reasuransi anatara lain :
 Treaty dan facultative reinsurance, dalam model ini reasuradur memberikan
sejumlah pertanggung yang diinginkan dengan perjanjian kontrak dan
reasuradur harus menerima jumlah yang ditawarkan.
 Reasuransi proporsional. Pembagian resiko antara ceding company dengan
reasuradur dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang
telah ditetapkan. Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau
ditanggung oleh ceding company.
 Reasuransi nonproporsional. Bentuk I memberikan kemungkinan bagi
reasuradur untuk tidak membayar klaim atau membayar kalim terbatas jumlah
yang ada treaty. Treaty dalam mekanisme reasuransi adalah pertanggungan
yang dilakukan berdasarkan ketentuan – ketentuan dan syarat – syarat yang
dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company dan reasuradur yang
mana reasuradur mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan yang
diberikan oleh ceding company.

Perusahaan asuransi juga dapat didefenisikan sebagai Lembaga yang menyediakan polis
asuransi untuk melindunginnseseorang atau nasabahnya dari berbagai macam risiko
kerugian dengan cara membayar premi secara teratur, dan perusahaan asuransi bekrja
dengan cara menyatukan risiko darinsejumlah pemegang polis asuransi. Polis asuransi
adalah suatu perjanjian asuransi ataupun pertanggung yang sifatnya konsensual atau terdapat
kesepakatan. Polis asuransi ini harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta antara pihak –
pihak yang mengadakan perjanjian dan pada akta yg dibuat secara tertulis. Jadi polis
asuransi yaitu suatu tanda bukti tertulis kesepakatan antara pihak tertanggung ( nasabah) dan
pihak penanggung (perusahaan asuransi).
Dalam UU No.40 tahun 2014 tentang perasuransian mengatur bahwa objek asuransi di
Indonesia hanya dapat diasuransikan pada perusahaan asuransi atau perusahaan asuransi
syariah di Indonesia dan penutupan objek asuransi tersebut harus memperhatikan
optimalisasi kapasitas perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
reasuransi, dan perusahaan reasuransi dalam negeri.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigit Setiawan (2013), Indonesia
berpotensi menjadi big market bagi perkembangan industri perasuransian di Asia Tenggara.
Namun, dengan jumlah populasi terbesar di Asia Tenggara dan masyarakat kelas menegah

23
yang tumbuh cepat dan telah mencapai 42,7% (2009), ironisnya 85% penduduk Indonesia
belum memiliki akses terhadap asuransi. Dalam kelompok negara – negara ASEAN, sector
perasuransian Indonesia masih tertinggal. Diindikasikan dari ukuran penetration rate dan
density rate, posisi Indonesia masih dibawah Singapura dan malaysia. Hal ini menunjukkan
bahwa sector perasuransian Indonesia masih kurang berkembang (underdeveloped). Namun
disisi lain, fakta ini memberi sinyal bahwa Indonesia masih berpeluang untuk memiliki
industry perasuransian yang leading di ASEAN; dengan dukungan kebijakan yang kondusif
bagi pertumbuhannya (Setiawan, 2013).

2.5. Contoh Kasus


Kasus: Wanaartha Life

Terkait dengan PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanartha (Wanaartha Life/WAL) OJK


telah menindaklanjuti proses pembubaran badan usaha dan pembentukan Tim Likuidasi (TL)
pasca pencabutan izin usaha pada tanggal 5 Desember 2022 lalu.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB), Ogi Prastomiyono,
menyatakan bahwa OJK telah menerima dokumen Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
yang diselenggarakan secara sirkuler dan ditandatangani oleh seluruh pemegang saham,
dimana dalam RUPS tersebut telah memutuskan pembubaran perusahaan dan pembentukan
TL sebelum batas waktu 30 hari sejak tanggal pencabutan izin usaha.
OJK juga telah melakukan penelaahan dokumen dan melakukan proses verifikasi
terhadap calon TL yang sudah ditunjuk oleh RUPS dan disampaikan oleh direksi sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
“Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, hanya 2 (dua) orang calon TL yang memenuhi
syarat dari 3 (tiga) orang calon TL yang diajukan,” ucap Ogi.
Pada tanggal 13 Januari 2023 yang lalu TL memberikan informasi bahwa telah
melaksanakan proses pembubaran sebagaimana diatur dalam Pasal 5 POJK 28/2015, yaitu
mendaftarkan dan memberitahukan kepada instansi yang berwenang.
Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum
dan HAM, mengenai akta penetapan RUPS Sirkuler, serta mengumumkannya pada surat
kabar harian yang mempunyai peredaran luas pada tanggal 11 Januari 2023.
Sesuai dengan pengumuman yang telah dilakukan oleh TL, maka para pemegang polis,
tertanggung, peserta, karyawan, dan kreditor lainnya dapat segera menyampaikan tagihan

24
kepada TL dan untuk selanjutnya TL akan melakukan verifikasi atas dokumen pendukung
yang menjadi dasar perhitungan penyelesaian kewajiban kepada para pihak.
Di samping itu, OJK pun menghormati dan mendukung proses hukum yang dilakukan
oleh Bareskrim Polri melalui penetapan tujuh orang tersangka terkait kasus WAL, termasuk
pemegang saham pengendali dan keluarganya, yaitu Manfred Armin Pietruschka, Evelina
Fadil Pietruschka, dan Rezanantha Pietruschka.
OJK juga tetap meminta kepada pemegang saham pengendali agar segera kembali ke
Indonesia untuk bertanggung jawab atas permasalahan PT WAL, termasuk memenuhi
kewajiban kepada para pemegang polis.
Adapun, dasar hukum penyelenggaraan RUPS Sirkuler oleh Pemegang Saham tersebut
adalah Pasal 91 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU
PT), serta Pasal 10 ayat (5) sebagai anggaran dasar PT WAL.

25
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
1. Asuransi adalah bentuk perjanjian antara kedua belah pihak, yaitu Tertanggung dan
Penanggung, di mana Tertanggung membayar sebuah iuran kepada Penanggung demi
mendapatkan bentuk ganti rugi atas risiko finansial yang dapat terjadi secara tak terduga.
2. Asas asuransi yang lahir dari ketentuan KUH Perdata adalah: Asas Konsensual, Asas
kebebasan berkontrak, Asas ketentuan mengikat, Asas kepercayaan, Asas persamaan
hukum, Asas keseimbangan / Prorata, Asas kepastian hukum, dan Asas iktikad baik.
3. Dalam garis besarnya ada 2 jenis asuransi yaitu asuransi sejumlah uang (sommen
verzekering) dan asuransi ganti kerugian (schade verzekering). Seiring perkembangan
zaman dan usaha perasuransian muncullah 3 (tiga) jenis asuransi lagi yakni asuransi
varia (varia berzekering), Asuransi Rekayasa (Engineering Insurance), dan Asuransi
Syariah (Al-Bugha, 2010). Ada 5 (lima) jenis asuransi menurut Rastuti, 2011, yaitu:
Asuransi sejumlah uang, Asuransi Kerugian, Asuransi Varia, Asuransi Rekayasa
(Egineering Insurance), Asuransi Syariah.
4. Asuransi adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dan pemegang polis yang
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis atau memberikan
pembayaran didasarkan meninggal atau hidupnya tertanggung.
3.2. Saran
Berikut beberapa saran dari Kami kelompok 4 bagi perusahaan asuransi di Indonesia dengan
meningkatkan pelayanan kepada nasabah, dan menciptakan produk yang lebih sesuai dengan
kebutuhan serta meningkatkan literasi asuransi di masyarakat secara
keseluruhan,berdasarkan hasil penelitian dan informasi yang ditemukan diantaranya:
1. Peningkatan Kepuasan Nasabah: Kepuasan nasabah adalah faktor kunci dalam
mempertahankan pelanggan yang ada dan menarik pelanggan baru.
2. Pertimbangkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jarak Kelahiran: Faktor-faktor
seperti pendidikan istri, kepemilikan asuransi kesehatan, dan paritas telah terbukti
berpengaruh signifikan terhadap jarak kelahiran di beberapa wilayah, seperti
Kalimantan Timur. Perusahaan asuransi dapat mempertimbangkan faktor-faktor ini
dalam merancang produk dan layanan yang relevan untuk nasabahnya.

26
3. Optimalkan Hasil Investasi: Hasil investasi memiliki dampak langsung terhadap
profitabilitas perusahaan asuransi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan analisis
yang cermat terkait dengan portofolio investasinya dan merancang strategi investasi
yang efektif untuk memaksimalkan hasil investasi mereka.
4. Pengembangan Produk yang Sesuai dengan Pasar: Indonesia, dengan populasi yang
besar, menawarkan peluang besar bagi perusahaan asuransi. Perusahaan harus
berinovasi dalam mengembangkan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar,
seperti produk asuransi kesehatan, pendidikan, dan perlindungan aset.
5. Edukasi Masyarakat tentang Manfaat Asuransi: Meskipun minat masyarakat terhadap
asuransi di Indonesia meningkat, masih ada tingkat pemahaman yang rendah tentang
manfaat dan pentingnya asuransi. Perusahaan asuransi dapat berperan penting dalam
mengedukasi masyarakat tentang manfaat asuransi, risiko yang dapat dihindari, dan
bagaimana memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Program edukasi ini
dapat membantu meningkatkan literasi asuransi di masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Danang S. & Wika H.S. 2017. Manajemen Risiko dan Asuransi: Tinjauan Teoritis dan
Implementasinya. Cetakan Pertama, Jakarta: CAPS.

Tim Humas. 2021. “Asuransi: Pengertian, Sejarah, Manfaat dan Dasar Hukum”.https://an-
nur.ac.id/asuransi-pengertian-sejarah-manfaat-dan-dasar-
hukum/#2_Sejarah_Asuransi_di_Dunia, diakses pada 27 September 2023 pukul 07.00.

Irius Y. 2015. “ASPEK HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN


ASURANSI”.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/7033, diakses
pada 27 September 2023 pukul 07.22.

Asuransi Panfic. -. “Prinsip Dasar Asuransi”. https://www.panfic.com/id/insurance-


knowledge/prinsip-dasar-asuransi/, 27 September 2023 pukul 07.23.

Asuransi Edukasi Keuangan. 2015. “Kenali Fungsi dan Tujuan Asuransi”.


https://www.mag.co.id/tujuan-asuransi/, diakses pada 27 September 2023 pukul 07.24.

Alvian Rangga. 2015. ‘Teknik Personal Selling dalam Proses Komunikasi Pemasaran Produk
Asuransi PT AXA Finansial Indonesia Cabang Pembantu Pemasaran Blitar.”.
https://www.semanticscholar.org/paper/Teknik-Personal-Selling-dalam-Proses-Komunikasi-
PT-Wijaya/e265171bdc76ba900600004f303f3d8ae66bb957, diakses pada 02 September
2023 pukul 23.59.
Alvian R. & Juan D. 2022. “Literature review determinasi target pasar: analisis produk, usia dan
jenis kelamin”. https://www.semanticscholar.org/paper/Literature-review-determinasi-target-
pasar%3A-produk%2C-aldi-Wijaya/7543915813a7cdf7851994e345393a9a915264c3, diakses
pada 03 September 2023 pukul 00.12.
IKNB. 2023. “ASURANSI”. https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/Asuransi.aspx, diakses pada
03 September 2023 pukul 11.02.
Khoirifa A. P. 2023. “Jalan Panjang Penyelesaian 4 Kasus Besar Asuransi Bermasalah”.
https://infobanknews.com/jalan-panjang-penyelesaian-4-kasus-besar-asuransi-
bermasalah/amp/, diakses pada 02 Oktober 2023 pukul 17.23.

28

Anda mungkin juga menyukai