Anda di halaman 1dari 9

No.

Hasil Analisa Landasan Filsafat Penjelasan Anda


Sanggahan

1. Analisis a. Pendekatan Utilitarianisme dasar dari


Shenanigan No. 1 Utilitarianisme analisis ekonomi mengenai perhitungan keuntungan
s/d Shenanigan berbanding biaya atau cost-benefit analysis (Jabarkan
No. 7 lebih rinci Utilitarianisme dapat di google). Analisis
Shenanigan No.1 tidak berdasar dan cenderung
mencari kesalahan. Perseroan dalam perjalan
bisnisnya 2016-2018 mendapatkan hak berupa royalti
sehingga patut tercatat sebagai penerimaan dalam
laporan keuangan. Hal ini semata untuk hadirkan Etika
Bisnis setidaknya bagi investor untuk kemudian
ciptakan persepsi yang positif dan sebagainya!

Dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat di


dunia penerbangan, membuat PT. Garuda Indonesia
meningkatkan kemampuanya dalam upaya
memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pelanggan dan mitra bisnisnya, khususnya untuk
memberikan informasi yang lebih cepat, fleksibel, dan
lebih mudah didapat serta untuk mendukung kegiatan
operasionaI penerbangan. Untuk itu PT Garuda
Indonesia melakukan investasi di bidang teknologi
informasi (TI) dengan melalui penerapan e-commerce,
yaitu dengan adanya pusat layanan call centre selama
24 jam, 7 jam sehari, reservasi on-line, serta e-auction.
Oleh Karena itu diperlukan suatu evaluasi untuk
mengetahui layak tidaknya penerapan e-commerce
yang dijalankan perusahaan. Apakah menguntungkan
atau tidak bagi perusahaan dengan menggunakan
cost-benefit analysis yaitu suatu seni yang
berhubungan dengan teknik yang digunakan untuk
pembuatan keputusan, atau suatu prosedur untuk
mengetahui, membandingkan manfaat dan biaya
Evaluasi kelayakan yang dilakukan juga bermamfaat
bagi kreditur, investor serta pemerintah. Disamping itu
pada saat kita melakukan evaluasi khususnya dalam
investasi teknologi informasi, kita menemukan tidak
hanya mamfaat berwujud (tangible benefit) tetapi juga
mamfaat tak berwujud (intangible benefit) yang sulit
untuk diukur tetapi sangat berpengaruh terhadap
analisis yang dilakukan. Oleh karena itu cost-benefit
analysis yang dilakukan harus terdiri dari mamfaat
berwujud (tangible benefit) serta mamfaat tak berwujud
(intangible benefit). Berpedoman pada rumusan
masalah yang telah ditetapkan, yaitu bagaimana
mengevaluasi kelayakan penerapan e-commerce
dengan menggunakan cost-benefit analysis pada
perusahaan jasa penerbangan PT Garuda Indonesia,
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data
berupa dokumen, keterangan atau lisan baik tertulis
maupun tidak tertulis dan lain-lain yang bersumber dari
data primer dan sekunder. Data tersebut diperoleh
melalui studi kepustakaan, dokumentasi, wawancara,
observasi maupun pemberian kuesioner dari
perusahaan yang dievaluasi dan diolah dengan teknik
yang bersifat kualitatif. Cost-benefit analysis yang
dilakukan menggunakan beberapa metode
perhitungan diantaranya metode payback period, cost-
benefit ratio, net present value, profitability index, IRR
(Internal rate of return), serta accounting rate of return
on investment (ROI). Semua metode dilakukan pada 3
proyek penerapan e-commerce yang dilakukan PT
Garuda Indonesia yaitu proyek call centre, reservasi
on-line, serta e-auction.

Dalam materi:
“Utilitarisme adalah suatu pandangan yang
menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan harus
dievaluasi berdasarkan pertimbangan manfaat dan
biaya sosial” (Laila Refiana Said:2020)
Kritik mendasar Utilitarianisme adalah bahwa
pendekatan utilitarianisme mengabaikan keadilan.
McCloskey (1957); Jika satu-satunya tujuan teori
utilitarian adalah untuk memaksimalkan kesenangan
dan mengurangi rasa sakit untuk jumlah yang lebih
besar, maka prinsip keadilan akan diabaikan.
Para ahli ekonomi juga dapat menunjukkan bahwa
suatu sistem pasar persaingan sempurna akan
mengarah pada penggunaan sumber daya dan variasi
harga yang memungkinkan konsumen untuk
memaksimalkan keuntungan mereka dalam suatu
transaksi. Hal ini disebut dengan istilah Pareto
Optimality (Flood, 1950).
Maka, Kami PT. GI, memiliki rasa bertanggungjawab
atas pelajaran dari pengalaman yang menjadi
momentum dalam pelaporan keuangan yang sesuai
PSAK, dengan mengkaji ulang serta memperbaiki
dengan evaluasi kembali dan menghadirkan
peremajaan dalam pelaporan keuangan sesuai kaidah
PSAK, dari laporan konsolidasian 2018 untuk tahun
akhir 2019 yakni,
https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnounceme
nt/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201904/20
200402101758-19580-
0/Signed%20FS%20GIA%20Consol%201219.pdf

Dan dapat dilihat dalam laporan keuangan kami yang


menyesuaikan anggapan kurang baik setelah beredar
di masyarakat, diremajakan kembali di tahun 2020,
yakni dokumen dapat dilihat di https://www.garuda-
indonesia.com/content/dam/garuda/files/pdf/investor-
relations/monthly-operating-
data/FS%20Consol%20GIAA%2030%20Juni%202020
%20-%20upload.pdf (saya lampirkan pula dalam
format .pdf sebagai kelengkapan).

b. Berbasis Hak Dalam materi:


Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang wajib dihormati!
Hak negatif adalah hak agar orang lain tidak
mengganggu. Hak positif sebaliknya, hak untuk
mendapatkan bantuan orang lain. Sedangkan hak
spesial atau kontraktual berkenaan dengan perjanjian
yang harus dituruti oleh pihak yang berurusan dengan
perjanjian tersebut.
Sehingga seseorang memiliki haknya sebagai
manusia, dalam hal kerahasiaan kepemilikan harta.
Dalam kasus ini, pada Rapat Umum Pemegang
Saham Tahunan (RUPST) tidak membacakan surat
laporan keuangan PT Garuda Indonesia. Ini lantaran
pimpinan RUPST menilai tak ada keharusan
membacakan surat keberatan dari Chairil dan Dany
selaku pemegang saham PT Garuda Indonesia
sebesar 28,08%.

c. Pendekatan Kant Dalam materi:


Pandangan lain tentang hak moral dikemukakan oleh
teori etika yang dikembangkan oleh Immanuel Kant
(1724–1804).
Teori Kant didasarkan pada prinsip moral yang disebut
categorical imperative (Beyleveld & Duwell, 2020) yang
mengharuskan semua orang diperlakukan sebagai
orang bebas yang setara.
Categorical imperative merupakan prinsip objektif,
rasional, dan tanpa syarat yang harus kita ikuti dalam
bertindak meskipun ada keinginan atau
kecenderungan alami yang mungkin kita miliki untuk
bertindak sebaliknya.
Categorical imperative menggabungkan dua kriteria
untuk menentukan suatu tindakan benar atau salah
secara moral, yaitu kriteria universalizability dan
reversibility.
Reversibility berarti alasan seseorang memperlakukan
orang lain karena dia juga ingin orang lain
memperlakukannya seperti tindakan yang
dilakukannya. Prinsipnya adalah ‘jangan melukai orang
lain kalau Anda juga tidak ingin dilukai’.
Maka, Perilaku Profesional disini kami sangat dituntut
sehingga ketika Manajemen Garuda dan KAP yang
melakukan Audit Laporan Keuangan diduga tidak
berperilaku professional karena dengan sengaja
melakukan rekayasa dalam melaporkan Laporan
Keuangan, dan hal ini dapat mendiskreditkan
( mencoreng nama baik) profesinya. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan seolah manajemen dapat
meningkatkan kinerja secara signifikan mengingat
sebelumnya hanya di target rugi namun bisa
menghasilkan keuntungan. Hal ini diindikasikan
dilakukan agar mereka dapat memperoleh bonus
performance atas kinerja tahun berjalan 2018.

d. Justice and Dalam materi:


Fairness Jenis Retributive justice, keadilan ini mengacu pada
pemberian hukuman atau penalty kepada siapa pun
yang bersalah. Hukuman harus diberikan secara adil
kepada siapa yang bersalah sesuai kesalahannya.
Dalam hubungannya dengan dunia bisnis, retributive
justice adalah pada kasus seorang karyawan yang
mendapat hukuman atas kesalahannya padahal ia
tidak berniat untuk berbuat kesalahan, tetapi suatu
situasi memaksanya melakukan perbuatan melanggar
hukum (Velasquez, 2018).

Integritas
Dalam kasus ini, Garuda Indonesia tidak menjaga
integritasnya, karena diduga telah melakukan
manipulasi laporan keuangan dan tidak menyampaikan
hal yang sebenarnya. Akuntan profesional diharuskan
tidak boleh terkait dengan pernyataan resmi, laporan,
komunikasi, atau informasi lain ketika akuntan
meyakini bahwa informasi tersebut terdapat :
kesalahan material atau pernyataan yang
menyesatkan, informasi atau pernyataan yang
dilengkapi secara sembarangan, penghilangan atau
pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan
sehingga akan menyesatkan.

Objektifitas
Dalam kasus, ini Garuda Indonesia diduga tidak
objektif karena telah merekayasa laporan keuangan
sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu
yang berada dan terikat dengan Garuda Indonesia,
khususnya manajemen garuda. Hal ini juga melanggar
prinsip independen yang harus dimiliki oleh Akuntan
Publik dan tidak terdapat Conflict of Interest dengan
siapapun dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sebagai Akuntan memiliki prinsip seperti:

Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Dalam kasus ini, Auditor Garuda Indonesia tidak
melaksanakan kehati-hatian professional tersebut
sehingga tidak mengetahui terjadinya rekayasa
pencatatan yang mengakibatkan Garuda Indonesia
yang seharusnya rugi namun laporan keuangan
mengalami keuntungan, namun disisi lain harus
membayar pajak atas pendapatan yang sebenarnya
belum diterima.

e. Etika Kepedulian Dari kasus yang terjadi dan muncul kepermukaan


pada keputusan karena mengandung indikasi penipuan, kami sebagai
bisnis PT. Garuda pegawai PT. GI, menanggapi dan bertanggungjawab
melalui hasil atas Polemik laporan keuangan ini berujung dengan
penelitian segudang sanksi yang dijatuhkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan untuk Garuda Indonesia. Diantaranya,
Garuda diminta untuk memperbaiki laporan keuangan
dan menyajikan perbaikan itu ke publik paling lambat
14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi (28 Juni).
Garuda dijatuhi sanksi administratif berupa denda
sebesar Rp 100 juta. Seluruh anggota Direksi
dikenakan denda Rp 100 juta. Serta, mengenakan
sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta
secara tanggung renteng kepada seluruh Direksi dan
Dewan Komisaris yang menandatangani laporan
keuangan tahun 2018.

2. Analisis Prinsip kebijakan Menurut Aristotle, seseorang yang hidupnya bertujuan


Shenanigan No. 1 dengan akan tahu dan memiliki kebiasaan untuk memilih
s/d Shenanigan pengambilan tindakan yang tidak terlalu jauh tapi juga cukup jauh
No. 7 keputusan moral untuk memuaskan rasa dan tindakannya.
dalam PT GI Tbk. Dalam hal tindakan ini PT. GI memilih jalan tengah
dan kaitannya antara tindakan yang terlalu ekstrim berbahaya namun
dengan Teori cukup menantang untuk dilakukan sesuai
Relativisme Etika kemampuannya. Serta kaitannya dalam Teori
Relativisme Etika menyatakan bahwa tidak ada
standar etika yang bersifat benar secara mutlak.
Menurut teori relativisme, etika yang sama tidak dapat
diterapkan atau tidak seharusnya diterapkan untuk
seluruh masyarakat yang berbeda-beda.
Tiap masyarakat memiliki standar etika masing-masing
yang berbeda satu sama lainnya. Maka, Teori
relativisme etika berargumen tentang perlunya
menerima standar di masyarakat kita sendiri. Namun
penerimaan ini memerlukan pengkajian dan
pengajaran tentang etika yang bertujuan untuk
mempelajari dan mengembangkan pengetahuan
tentang berbagai macam etika.
Maka, Kami PT. GI, memiliki rasa bertanggungjawab
atas pelajaran dari pengalaman yang menjadi
momentum dalam pelaporan keuangan yang sesuai
PSAK, dengan mengkaji ulang serta memperbaiki
dengan evaluasi kembali dan menghadirkan
peremajaan dalam pelaporan keuangan sesuai kaidah
PSAK, dari laporan konsolidasian 2018 untuk tahun
akhir 2019 yakni,
https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnounceme
nt/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201904/20
200402101758-19580-
0/Signed%20FS%20GIA%20Consol%201219.pdf

Dan dapat dilihat dalam laporan keuangan kami yang


menyesuaikan anggapan kurang baik setelah beredar
di masyarakat, diremajakan kembali di tahun 2020,
yakni dokumen dapat dilihat di https://www.garuda-
indonesia.com/content/dam/garuda/files/pdf/investor-
relations/monthly-operating-
data/FS%20Consol%20GIAA%2030%20Juni%202020
%20-%20upload.pdf (saya lampirkan pula dalam
format .pdf sebagai kelengkapan).
Melalui publikasi dokumen tersebut, PT. GI
memberikan transparansi atas perbaikan dari tuduhan
tidak baik kepada kami dalam laporan keuangan
konsolidasian tahun 2020 dalam analisis Shenanigan
No. 1 sampai No. 7 yang terjadi dari laporan kami di
2018 s/d 2019.

3. Analisis Prinsip atas proses Pertimbangan moral mengandung proses pemikiran


Shenanigan No. 1 pengambilan secara mental tentang penentuan standar moral apa
s/d Shenanigan keputusan moral yang kita anut, dan penilaian apakah perilaku kita,
No. 7 dan implikasinya institusi, atau kebijakan sesuai atau bertentangan
dengan standar kita.
Dalam Budaya Etika PT. GI, kami memiliki
Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja memuat di
antaranya sebagai berikut:
Jati Diri Perusahaan, yang berisi mengenai Visi dan
Misi PT. Garuda Indonesia, Tata Nilai
PT Garuda Indonesia serta Perilaku Utama yang harus
ditampilkan oleh pegawai PT Garuda Indonesia.
Perilaku Terpuji yang menjelaskan mengenai
hubungan dengan PT Garuda Indonesia, hubungan
dengan pelanggan, hubungan dengan mitra kerja,
hubungan dengan pemegang saham hubungan
dengan kreditur, dan hubungan dengan pesaing.
Kepatuhan dalam bekerja yang menjelaskan mengenai
bagaimana transparansikomunikasi dan informasi
keuangan, penanganan benturan kepentingan,
pengendalian gratiikasi, perlindungan terhadap aset
PT Garuda Indonesia dan perlindungan terhadap
rahasia PT Garuda Indonesia.
Tanggung jawab insan PT Garuda Indonesia yang
menjelaskan mengenai tanggung jawab kepada
masyarakat, tanggung jawab kepada pemerintah dan
tanggung jawab kepada lingkungan.
Penegakan Etika Bisnis dan Etika Kerja yang
menjelaskan mengenai pelaporan pelanggaran Whistle
Blowing System (WBS), sanksi atas pelanggaran,
sosialisasi Etika Bisnis dan Etika Kerja,
penandatanganan Fakta Integritas oleh seluruh insan
PT Garuda Indonesia.
Maka, dalam mengembangkan Struktur Korporasi:
Saat itu Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad
Rizal sempat menargetkan rugi bersih perusahaan
bisa ditekan di bawah US$50 juta pada 2018.
Sementara, Direktur Utama Garuda Indonesia Ari
Askhara menargetkan kerugian menjadi di bawah
US$100 juta. Hasilnya, pendapatan bersih lain-lain
perusahaan melonjak 1.308 persen dari US$473,85
juta menjadi US$567,93 juta. Kenaikan signifikan itu
ditopang oleh pendapatan kompensasi atas hak
pemasangan peralatan layanan konektivitas dan
hiburan dalam pesawat dan manajemen konten
sebesar US$239,94 juta.

Serta, pada Kode Perilaku Korporasi (Corporate Code


of Conduct) dalam Kebijakan Tata Kelola Perusahaan
PT Garuda Indonesia dimaksud, bertujuan untuk:
Mengoptimalkan nilai Perseroan, agar Perseroan
memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional
maupun internasional, sehingga mampu
mempertahankan keberadaannya dan tumbuh
berkembang untuk mencapai maksud dan tujuan
Perseroan;
Mendorong pengelolaan Perseroan secara profesional,
efisien dan efektif serta memberdayakan fungsi dan
meningkatkan kemandirian organ Perseroan;
Mendorong organ Perseroan agar dalam membuat
keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi
dengan nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial Perseroan terhadap
pemangku kepentingan (stakeholders) maupun
pelestarian lingkungan di sekitar BUMN;
Meningkatkan kontribusi Perseroan dalam
perekonomian nasional dan;
Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan
investasi nasional.

4. Analisis Prinsip struktur dan “Adanya pandangan yang menyatakan bahwa oleh
Shenanigan No. 1 pondasi karena manusia memperoleh standar moral mereka
s/d Shenanigan pertimbangan moral sejak masa anak-anak dan dibawa ke masa dewasa,
No. 7 maka tidak ada gunanya mempelajari etika karena
tidak akan meningkatkan standar moral seseorang.
Banyak penelitian membuktikan bahwa pandangan
moral manusia bersifat dinamis dan terus berkembang
sampai ke masa dewasa. “
Dibagi kedalam 3 jenis, yakni preconvetional,
conventional, dan postconvetional.
Maka kami PT. GI memiliki Evaluasi Terhadap Kode
Perilaku Korporasi (Corporate Code of Conduct). PT
Garuda Indonesia memiliki komitmen untuk selalu
menerapkan standar tata kelola yang terbaik melalui
berbagai usaha perbaikan dan peningkatan, serta tidak
hanya merujuk pada minimal standar maupun
rekomendasi yang harus dipenuhi. Sesuai ketentuan
Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011
tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
(Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha
Milik Negara, yang mengatur bahwa setiap BUMN
wajib untuk melakukan pengukuran terhadap
penerapan GCG, melalui penilaian (assessment) yang
dilaksanakan setiap 2 tahun oleh penilai independen
dan evaluasi (review) yang dilakukan sendiri oleh
BUMN (self assessment) yang meliputi evaluasi
terhadap hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak
independen dan tindak lanjut atas rekomendasi
perbaikan yang disampaikan dari hasil akhir penilaian.
Pada tahun 2019 Perseroan telah melaksanakan
evaluasi (review) penerapan GCG untuk tahun buku
2018 dengan asistensi oleh MUC Consulting. Dalam
evaluasi (review) tersebut, Perseroan mencapai skor
93,850 dari skor maksimum 100 atau 93,850%,
dengan predikat “Sangat Baik".

5. Analisis Teori Kebajikan dan Dari materi slide:


Shenanigan No. 1 Proses Sistem X Scott Reynolds memperkenalkan istilah Sistem-X
s/d Shenanigan dan C dalam sebagai proses ketidaksadaran seseorang dalam
No. 7 pengambilan mengambil keputusan moral, dan Sistem-C sebagai
keputusan proses sadar seseorang dalam pengambilan
keputusan moral (Reynolds, 2006).
Sistem-X dan Sistem-C terlahir dari konsep psikologi,
yaitu schemas atau prototypes (Narvaez & Bock,
2002).
Schemas atau prototypes adalah kumpulan memori
manusia yang mencakup berbagai pengalaman dalam
berbagai situasi di masa lalu. Bersama dengan
berbagai stimulasi panca indera, seperti suara, rasa,
juga objek, seperti kata-kata, manusia lainnya yang
terlibat dalam situasi tersebut. Juga ada emosi hasil
dari rasa, kemudian memori tentang perilaku kita pada
situasi tersebut, norma moral atau aturan yang kita
ikuti saat itu, dan sebagainya. Maka,
a. Ketika kita menghadapi situasi baru, otak kita
akan menganalisis apakah situasi baru tersebut
sama atau mirip dengan situasi yang pernah kita
alami di masa lalu.
b. Kemudian otak akan mengidentifikasi perilaku apa
yang pantas dilakukan untuk situasi baru tersebut
berdasarkan kemiripan situasi dan perilaku yang
pantas di masa lalu.
c. Otak akan mengidentifikasi norma moral yang
pantas untuk situasi baru serta emosi yang sama
dan ternampakkan.
d. Proses kerja otak ini adalah proses ‘di balik layar’
sebagai proses ketidaksadaran manusia. Semua
mekanisme dilakukan oleh otak yang
memasangkan situasi baru dengan situasi lama
dalam prototypes memori kita.

Bisa dilihat dalam kasus PT Garuda Indonesia terlihat


adanya kejanggalan yang membuat dua komisaris
Garuda Indonesia tidak mau menandatangani laporan
buku tahunan Garuda 2018. Dua komisaris tersebut
adalah Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, mereka
menunjukan bahwa mereka memiliki hati nurani dan
integritas dengan mengikuti prosedur pencatatan
laporan keuangan per tahun sesuai dengan prosedur
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Contoh
kejangalan tersebut terjadi pada pendapatan yang
seharusnya belum dapat dicatat sebagai pendapatan
tetapi oleh pihak manajemen sudah dicatat sebagai
pendapatan. Dalam hal ini juga pihak BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) tidak memiliki prinsip integritas
moral dikarenakan mereka diam dengan kondisi
tersebut.
Kaidah Emas
Dalam kasus PT Garuda Indonesia dua komisaris telah
memberikan surat kepada pihak manajemen terkait
adanya kejanggalan yang terjadi pada laporan
keuangan tahun 2018, namun tidak dapat mengubah
keputusan pihak manajemen hingga pelaksanaan
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Maka dari itu Chairal Tanjung dan Dony Oskaria tidak
akan menyetujui dan menandatangani laporan buku
tahunan Garuda 2018.

Penilaian Umum
Terkait banyaknya kasus pada PT Garuda Indonesia
membuat penilaian masyarakat menurun serta
hilangnya kepercayaan kepada PT Garuda Indonesia
yang akan berdampak pada reputasi perusahaan serta
akan menimbulkan kehilangan investor atau
pemegang saham karena performance perusahaan
yang buruk.

Dalam materi,
Terdapat juga pengaruh budaya dan intuisi dalam
pengambilan keputusan moral. Intuisi di sini, seperti
‘bisikan halus’ yang mengarahkan kita dalam
melakukan suatu pengambilan keputusan atau
tindakan. Budaya juga tersimpan sebagai prototypes,
sedangkan intuisi mempertajam prototypes sehingga
kadang kita bertindak seolah ada bisikan yang
mengarahkan.

Maka di dalam Perilaku Profesional dalam kasus ini


kami Manajemen Garuda dan KAP yang melakukan
Audit Laporan Keuangan diduga tidak berperilaku
professional karena dengan sengaja melakukan
rekayasa dalam melaporkan Laporan Keuangan, dan
hal ini dapat mendiskreditkan ( mencoreng nama baik)
profesinya. Hal tersebut dilakukan dengan harapan
seolah manajemen dapat meningkatkan kinerja secara
signifikan mengingat sebelumnya hanya di target rugi
namun bisa menghasilkan keuntungan. Hal ini
diindikasikan dilakukan agar dapat memperoleh bonus
performance atas kinerja tahun berjalan 2018.

Anda mungkin juga menyukai