Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MENGANALISIS PENGENDALIAN RISIKO


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko
Dosen Pengampu : Deara Shinta Lestari, S.T.T., M.E.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


Marina Christiani Marpaung (640210025)
Sheryn Octaviani (640200001)
Stefania Rolistika Naicea (230210038)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


INSTITUT BISNIS EKONOMI DAN KEUANGAN
PANGKALPINANG
2023
1
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan Allah Yang Maha Esa, karena Berkat dan Kasih-Nya juga Kami kelompok 4 dapat
menyusun Makalah: MENGANALISIS PENGENDALIAN RISIKO dalam memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Risiko. Penulis mengharapkan Tugas ini dapat berguna terutama bagi
Kami kelompok 4 dan juga teman-teman yang membaca untuk memperluas wawasan terkait
perusahaan asuransi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen
Risiko. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu Penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyusunan
makalah yang lebih baik di kemudian hari.

Pangkalpinang, 24 November 2023

Penulis

2
VISI DAN MISI STIE-IBEK PANGKALPINANG

VISI :
“MENJADI SEKOLAH TINGGI YANG HANDAL DALAM TEORI, TERDEPAN DALAM
APLIKASI, DENGAN BIAYA TERJANGKAU, SERTA BERMARTABAT DI PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG”

 HANDAL DALAM TEORI


Pendeklarasian bahwa Ilmu Manajemen dan Ilmu Akuntansi memiliki teori-teori yang
senantiasa berkembang sehingga merupakan tanggungjawab Sekolah Tinggi dan tentunya
Program Studi-Program Studi untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut dalam rangka
menghadirkan current issues seputar Manajemen dan Akuntansi yang didasari dengan
landasan teoritis yang memadai.

 TERDEPAN DALAM APLIKASI


Perwujudan atas landasan teoritikal dengan pengaplikasian di lapangan merupakan tema
yang sesungguhnya guna mendekatkan uraian dan penjabaran di dalam kelas untuk lebih
meningkatkan pemahaman dalam pengaplikasian pada dunia nyata.

 DENGAN BIAYA TERJANGKAU


Ungkapan bahwa sesungguhnya tidak ada lagi alasan terlalu mahal dalam konteks
monetary untuk tidak mengikuti perkuliahan dan/ atau menyelesaikan program studi
kesarjanaan yang diselenggarakan oleh STIE-IBEK Pangkalpinang karena akan
dirumuskan sedemikan rupa melalui kebijakan dengan biaya serendah mungkin tanpa
harus mereduksi mutu dan pencapaian outcomes dari penyelenggaraan pendidikan tinggi
di Kampus STIE-IBEK Pangkalpinang.

 BERMARTABAT
Menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan, serta menghargai hak asasi manusia
dalam kegiatan operasional Kampus STIE-IBEK Pangkalpinang.

3
MISI :
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan Profesional di bidang Ekonomi, Manajemen
Bisnis dan Akuntansi yang memiliki kompetensi handal dengan integritas ilmiah dan
perencanaan yang terstruktur serta fleksibel dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan.
2. Melaksanakan Penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian
ilmiah untuk menghasilkan rumusan maupun temuan yang baru di bidang Ekonomi, manajemen
Bisnis dan Akuntansi yang dapat diabadikan dalam komunitas masyarakat daerah dan demi
kesejahteraan bangsa.
3. Menjunjung tinggi nilai budaya bangsa dengan mengedepankan martabat serta nilai
kemanusiaan dalam menjalankan kebebasan akademik yang bertanggung jawab dan memiliki
nilai keilmuan yang berintegritas terhadap kepentingan kehidupan bangsa.
4. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri pada bidang
akademik, kemitraan ilmiah dan penelitian sehingga dapat diterapkan secara tepat guna selain
berupaya dan meningkatkan sumber daya yang ada.

4
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………..………..…………………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… 2
VISI DAN MISI STIE-IBEK………………………………………………………………… 3
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….……. 5
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..……………… 6
1.1. Latar belakang………………………………………………….……………….. 6
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………..………… 7
1.3. Tujuan…………………………….....……………………………….………….. 7

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………. 8
2.1. Definisi dan Perbedaan Antara Manajemen Risiko dan Pengendalian Risiko.. 8
2.1.1. Manajemen Risiko.................…………………………………….…….. 8
2.1.2. Pengendalian Risiko…………………………………………………… 8
2.1.3. Definisi Kontrol dalam Konteks Manajemen Risiko: Perspektif
ISO 31000……………………………………………………………. 10
2.2. Pentingnya Pengendalian Risiko Bagi Perusahaan……………………..…… 12
2.3. Teknik Pengendalian Risiko………..…………………………………..…… 14
2.4. Hierarki Pengendalian Risiko……………………………………………….. 16
2.5. Mempersiapkan Rencana Pengendalian Risiko……..………………………. 19
2.6. Menganalisis Risiko.................…………………………………….…….. …... 21
2.7. Menganalisis Pengendalian Risiko: Studi Kasus Implementasi
Pengendalian Risiko……………………………………………………………… 24

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..…. 31


3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………… 31
3.2. Saran………………………………………………………………………….. 31

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……………. 33

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Risiko dapat didefinisikan sebagai eksposur terhadap kerugian dan disebabkan oleh
terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak diinginkan. Manajemen risiko
berkaitan dengan pengambilan langkah- langkah untuk membatasi kemungkinan terjadinya
dampak negatif atau memutuskan untuk menerima bahwa sesuatu mungkin terjadi dan siap
menghadapi akibatnya. Tentunya, manajemen risiko bukanlah sesuatu yang baru. Individu
melakukan manajemen risiko setiap hari. Setiap organisasi juga berpotensi menghadapi
risiko, baik itu organisasi besar maupun organisasi kecil.
Mengelola risiko juga dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengaturan dan
pengendalian kegiatan dan sumber daya untuk meminimalkan dampak peristiwa yang tidak
pasti. Ini adalah perlindungan aset, pendapatan, kewajiban, dan orang-orang dari suatu
perusahaan dengan efisiensi maksimum dengan biaya minimum. Risiko diklasifikasikan
berdasarkan jenis konsekuensi dan masalah yang terlibat. Yang pertama adalah risiko murni,
di mana ada kemungkinan kerugian dan ketidakpastian dan biasanya tidak tentu apakah
akan terjadi sama sekali atau kapan, dimana, atau bagaimana hal itu akan terjadi, sering
ditandai sebagai kemalangan yang menyebabkan kerusakan. Risiko ini bisa di minimalisir
dengan asuransi. Yang kedua adalah risiko spekulatif, dimana dalam hal ini peluang
kerugian dan keuntungan adalah sama. Risiko ini tidak dapat dilindungi oleh asuransi dan
biasanya dilindungi oleh diversifikasi.
Ada beberapa risiko yang rentan dialami organisasi-organisasi tersebut yang mencakup
berbagai bidang. Misalnya risiko kerugian operasional, pasar, hukum, lingkungan, reputasi,
merek, kewajiban, keuangan, dan properti. Hal ini akan berdampak besar bagi organisasi
dan harus dikelola secara benar agar tidak menimbulkan kerugian yang semakin besar.
Maka setiap organisasi perlu menerapkan manajemen risiko untuk meminimalisir kerugian-
kerugian tersebut. Adapun risiko harus dinilai dan dikontrol untukmemastikan tingkat risiko
untuk serendah mungkin. Ini berarti organisasi harus menyeimbangkan tingkat risiko dengan
waktu, tenaga dan biaya yang terkait, dan pemeliharaan berkelanjutan dari setiap
pengendalian risiko. Setelah risiko dianggap berada pada tingkat yang dapat ditoleransi,
organisasi tidak perlu mengambil tindakan lebih lanjut jika biaya dan kompleksitas tindakan
pengendalian lebih lanjut akan sangat tidak proporsional dengan pengurangan tingkat risiko
yang dicapai.

6
Bisnis pada masa modern akan menghadapi berbagai macam rintangan, pesaing, dan
potensi bahaya dalam operasionalnya. Pengendalian risiko adalah strategi bisnis berbasis
rencana yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mempersiapkan segala bahaya,
bahaya, danpotensi bencana lainnya yang dapat mengganggu operasi dan tujuan organisasi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang mengacu pada rencana pembelajaran semester mata kuliah
manajemen risiko, maka makalah ini merumuskan masalah dalam:
1. Apa definisi dan perbedaan antara manajemen risiko dan pengendalian risiko.
2. Apa pentingnya pengendalian risiko bagi perusahaan.
3. Bagaimana teknik dasar pengendalian risiko.
4. Apa hierarki pengendalian risiko.
5. Bagaimana mempersiapkan rencana pengendalian risiko.
6. Bagaimana menganalisis pengendalian risiko.

1.3. Tujuan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang mengacu pada rencana pembelajaran semester mata kuliah
manajemen risiko, maka tujuan dalam penuyunan materi terkait materi makalah ini yakni:
1. Mengetahui definisi dan perbedaan antara manajemen risiko dan pengendalian risiko.
2. Mengetahui pentingnya pengendalian risiko bagi perusahaan.
3. Mengetahui teknik dasar pengendalian risiko.
4. Mengetahui hierarki pengendalian risiko.
5. Mengetahui langkah-langkah perencanaan pengendalian risiko.
6. Mengetahui bagaimana menganalisis pengendalian risiko.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi dan Perbedaan antara Manajemen Risiko dan Pengendalian Risiko
2.1.1. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah proses identifikasi, menganalisa, dan mengelola risiko.
Sementara itu, pengendalian risiko adalah perlakuan risiko yang melibatkan
implementasi kebijakan, prosedur, dan pengecilan risiko. Perbedaannya adalah
manajemen risiko adalah proses end-to-end dari sebuah identifikasi dan penanganan
risiko, di mana setiap risiko di analisa dan keputusan dibuat untuk menghindari,
menerima, memitigasi, mentransfer, dan membagi setiap risiko. Sementara itu
pengendalian risiko adalah memitigasi risiko dengan mengimplementasikan proses
operasional,seperti misalnya risiko rusaknya peralatan.
Salah satu contoh manajemen risiko adalah bisnis yang mengidentifikasi
berbagai risiko yang terkait dengan pembukaan lokasi baru. Mereka dapat
mengurangi risiko dengan memilih lokasi dengan banyak lalu lintas pejalan kaki dan
persaingan rendah dari bisnis serupa di area tersebut. Contoh lain adalah taman
hiburan luar ruangan yang mengakui bahwa bisnis mereka sepenuhnya bergantung
pada cuaca. Untuk mengurangi risiko kerugian finansial yang besar setiap kali ada
musim buruk, taman mungkin memilih untuk secara konsisten membelanjakan uang
sedikit dan membangun cadangan uang tunai. Contoh lain bisa jadi seorang investor
membeli saham di perusahaan baru yang menarik dengan evaluasi tinggi meskipun
mereka tahu sahamnya bisa turun secara signifikan. Dalam situasi ini, penerimaan
risiko ditampilkan saat investor membeli meskipun ada ancaman, merasa bahwa
potensi imbalan yang besar lebih besar daripada risikonya.
2.1.2. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko adalah seperangkat metode di mana perusahaan
mengevaluasi potensi kerugian dan mengambil tindakan untuk mengurangi atau
menghilangkan ancaman tersebut. Ini adalah teknik yang memanfaatkan temuan
dari penilaian risiko, yang melibatkan identifikasi faktor risiko potensial dalam
operasi perusahaan, seperti aspek teknis dan non-teknis dari bisnis, kebijakan
keuangan, dan masalah lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan perusahaan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor risiko potensial

8
dalam operasi perusahaan, seperti aspek teknis dan non-teknis dari bisnis,
kebijakan keuangan, dan masalah lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan
perusahaan.
Metode pengendalian risiko meliputi penghindaran, pencegahan kerugian,
pengurangan kerugian, pemisahan, duplikasi, dan diversifikasi. Pengendalian
risiko juga menerapkan perubahan proaktif untuk mengurangi risiko di area ini.
Pengendalian risiko dengan demikian membantu perusahaan membatasi aset dan
pendapatan yang hilang.
Pengendalian risiko adalah komponen kunci dari protokol manajemen risiko
perusahaan. Dalam hal pengendalian risiko, langkah pertama adalah penilaian aset
perusahaan. Organisasi kemudian menyusun metode terbaik untuk mengendalikan
kerugian dengan tujuannya adalah meminimalkannya sebanyak mungkin. Karena
sangat sulit menghindarinya, pencegahan kerugian adalah solusi terbaik. Jika ada
ancaman, strategi pencegahan kerugian membantu mengakomodasi risiko secara
efektif dan meminimalkan kerusakan sebanyak mungkin. Salah satu strategi
pengendalian risiko adalah asuransi, di mana pihak ketiga ditunjuk untuk
menyeimbangkan kerugian berdasarkan kontrak.
Mereka memisahkan aset secara strategis sehingga risiko tersebar merata dan
ancaman hanya dapat mempengaruhi satu lokasi bisnis dalam satu waktu karena
jika semua aset digabungkan di tempat yang sama dapat meningkatkan persentase
risiko. Tidak semua pengendalian risiko juga melibatkan duplikasi yang
merupakan rencana cadangan, yang dibuat melalui teknologi. Perusahaan tidak
dapat menanggung kegagalan sistem yang menghalangi operasinya, oleh karena
itu server cadangan selalu siap. Selain itu, sumber daya dikelola secara efisien dan
ditempatkan dalam lini bisnis yang beragam, menawarkan berbagai produk dan
layanan, sehingga kerugian dalam satu baris tidak dapat merugikan seluruh
perusahaan dan keuntungannya.
Sebagai contoh, inspeksi rutin dilakukan perusahaan untuk mengurangi risiko
infrastruktur. Kegagalan peralatan bisa menjadi risiko besar bagi perusahaan,
pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam produksi adalah contoh
pengendalian risiko. Klien diberikan uji tuntas untuk risiko kredit dengan
memvalidasi aplikasi kredit secara hati-hati. Contoh lain dari pengendalian risiko
adalah validasi sistem di mana kesalahan manusia berkurang dalam perdagangan
keuangan. Meskipun demikian, mesin juga dirancang untuk mati secara otomatis

9
saat terjadi kesalahan gunamengurangi risiko keselamatan.
Kebijakan juga diterapkan yang melibatkan penggunaan perlengkapan
keselamatan untuk mengurangi risiko keselamatan di lokasi kerja. Selalu ada
ruang untuk perubahan yang dikendalikan dengan meninjau dan menyetujui
perubahan pada suatu proyek. Secara keseluruhan, risiko kegagalan dikelola
dengan meningkatkan masalah dan membuat keputusan yang diperlukan untuk
menyelesaikannya.

2.1.3. Definisi Kontrol dalam Konteks Manajemen Risiko: Perspektif ISO 31000
Standar ISO 31000 mendefinisikan kontrol sebagai "ukuran yang mengubah
risiko” sebagai definisi luas. Kerangka kerja manajemen risiko membutuhkan
definisi yang lebih praktis dan pemahaman tentang pengendaliannya. Maka, ada
beberapa pertanyaan kunci mengenai definisirisiko, yaitu:
 Aspek risiko apa yang dimodifikasi oleh "ukuran"?
 Bagaimana kontrol "mengubah" risiko?
 Apa yang dimaksud dengan "ukuran"?
 Mana yang kontrol dan mana yang bukan?
 Apa jenis kontrol utama?
 "Langkah-langkah" apa yang idealnya harus dicatat dalam register risiko dan
kendali?

a. Aspek risiko apa yang dimodifikasi oleh "ukuran"?


Risiko umumnya diukur melalui kombinasi penilaian kemungkinan terjadinya
dan dampaknya jika terjadi. Ini dianggap sebagai karakteristik utama dari
risiko yang dapat dimodifikasi oleh pengendalian. Oleh karena itu, kontrol
akan mengubah kemungkinan dan / atau dampak risiko. Aspek risiko lain
yang dapat dimodifikasi oleh kontrol adalah kecepatan risiko (aspek risiko
yang tidak banyak dibicarakan tetapi akan menjadi subjek blog nanti). Ini
adalah kecepatan di mana risiko melewati fase-fase kehidupannya dari
penyebab awal hingga dampak akhir. Pompa lambung kapal pada kapal yang
tenggelam mengurangi kecepatan untukmemberikan lebih banyak kesempatan
bagi penumpang untuk mengevakuasi kapal.
b. Bagaimana kendali “mengubah” risiko?
Definisi ISO 31000 secara khusus tidak mengatakan "ukuran yang
mengurangi risiko" melainkan "ukuran yang mengubah risiko". Hal ini

10
menunjukkan aspek risiko dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan kontrol.
Asumsi umum dengan sebagian besar pengendalian adalah bahwa
pengendalian akan mengurangi risiko yang biasanya valid. Namun, beberapa
kontrol dapat mengurangi satu aspek risiko sambil meningkatkan yang lain.
Mengambil asuransi ponsel untuk kehilangan ponsel bagi staf Anda akan
mengurangi dampak bersih dari kerugian finansial, tetapi kemungkinan besar
akan meningkatkan kemungkinan hilangnya ponsel karena karyawan tidak
akan peduli karena dampak bersihnya bagi mereka nol atau dapat diabaikan.
Kita perlu memahami cara pengendalian memodifikasi semua aspek risiko
untuk memahami apakah secara keseluruhan pengendalian mengurangi atau
meningkatkan risiko.
c. Apa yang dimaksud dengan "ukuran"?
Ada berbagai metode yang dapat kita terapkan pada risiko yang akan
mengubahnya. Metode perawatan utama yang kami miliki adalah: 1) Terima
Risikonya, 2) Hilangkan atau hindari risiko dengan menghentikan aktivitas
penyebab risiko, 3) Kurangi Risiko dengan meningkatkan control, 4) Kurangi
Risiko dengan mengalihkan sebagian dari dampak risiko (misalnya Asuransi),
5) Mengurangi atau meningkatkan risiko dengan mengubah lingkungan risiko
yang melekat, 6) Tingkatkan risiko dengan mengurangi kontrol Tidak semua
hal di atas akan dianggap sebagai ‘kontrol’.
d. Apa itu kontrol dan apa yang bukan?
Standar ISO 31000 menyatakan kontrol mencakup proses, kebijakan,
perangkat, praktik, atau tindakan lain yang mengubah risiko. Dalam meninjau
banyak daftar risiko, kontrol diidentifikasi sebagai banyak hal seperti
kebijakan sumber daya manusia, prosedur terdokumentasi untuk membayar
pemasok, tindakan untuk memperbaiki kontrol yang rusak, bagian dari
lingkungan risiko yang melekat.
e. Apa yang termasuk jenis-jenis kontrol utama?
Kontrol biasanya dikategorikan sebagai pencegahan, deteksi, atau reaktif. Hal
ini terutama didasarkan pada di mana dalam kehidupan suatu risiko hal itu
berlaku dan sebagai hasilnya, apakah mereka mengubah kemungkinan dan
atau dampak dari risiko tersebut. Pengendalian preventif diterapkan pada awal
kehidupan suatu risiko, pada atau di dekat akar penyebab. Sebagai perangkat,

11
mereka sering bertindak sebagai penghalang untuk menghentikan risiko sejak
awal. Mereka terutama mengurangi kemungkinan terjadinya risiko.
Contohnya adalah kata sandi sistem, pintu terkunci, perawatan mesin, dan
lain-lain. Kontrol deteksi biasanya diterapkan di suatu tempat di tengah-
tengah kehidupan risiko. Kontrol ini bergantung pada analisis informasi untuk
mendeteksi bahwa risiko sedang bergerak. Kontrol deteksi yang lebih awal
dalam kehidupan berisiko biasanya mengubah kemungkinan dan kontrol yang
terlambat dalam kehidupan, biasanya mengubah dampak. Contohnya adalah
rekonsiliasi data, detektor asap, laporan pengecualian, dan lain-lain. Kontrol
reaktif, terkadang juga disebut responsif atau korektif, berlaku menjelang
akhir kehidupan risiko ketika dampaknya akan segera terjadi atau dirasakan.
Kontrol ini fokus pada modifikasi dampak. Contohnya adalah DRP, Asuransi,
manajemen media, dan lain-lain.
f. Pengendalian apa yang harus dicatat dalam risiko dan registrasi risiko?
Pengendalian harus dicatat dalam daftar risiko terhadap risiko terkait.
Masalahnya adalah kontrol mana yang harus dicatat. Ukuran dapat dibagi
menjadi 4 jenis utama:
 Base line controls
 Minor controls = Sangat kecil dampaknya terhadap risiko
 Medium controls = Dapat dinegosiasikan
 Key Controls = Tidak dapat dinegosiasikan

Kualitas data risiko dalam sistem risiko dan tingkat keterlibatan staf
dengan risiko sangat bergantung pada tingkat pemahaman yang dimiliki staf
tentang komponen dasar risiko dan pengendalian risiko.

2.2. Pentingnya Pengendalian Risiko Bagi Perusahaan


Tindakan pengendalian risiko sangat penting untuk pencegahan kecelakaan dan
kerugian pada suatu perusahaan. Mereka menyediakan semacam jaring pengaman dengan
mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengurangi risiko yang ada dalam suatu organisasi.
Mereka memberikan sejumlah manfaat bagi perusahaan, seperti mengidentifikasi karyawan
yang berisiko, dan mengetahui faktor apa yang mereka hadapi. Kesadaran akan faktor-
faktor yang tidak dapat dihilangkan dan beberapa faktor yang dapat dihilangkan
sepenuhnya membantu untuk mengetahui apa yang harus diwaspadai dan mendapatkan
pengetahuan tentang metode mitigasi. Pengendalian risiko juga memprediksi semua risiko

12
yang paling mungkin terjadi pada perusahaan dan mendorong perencanaan sebelumnya
untuk menjaga agar mereka tetap terkendali dan waspada terhadap masalah yang akan
datang sehingga membantu untuk menjadi selangkah lebih maju.
Proses ini sangat penting untuk penilaian ulang risiko berkali-kali dan memeriksa
efisiensi metode yang diterapkan untuk mengendalikannya dan memutuskan apakah harus
dievaluasi ulang. Itu benar-benar mengurangi kecelakaan dan cedera yang disebabkan oleh
suatu organisasi. Langkah- langkah perencanaan ini juga membantu mengurus kewajiban
hukum yang memerlukan identifikasi risiko dan menerapkan langkah-langkah keselamatan
yang sesuai.
Ada beberapa langkah yang saling bekerja sama untuk mencegah perusahaan dari
kerugian, eliminasi risiko paling diutamakan tetapi tidak dapat bekerja di semua kasus,
sehingga ada substitusi risiko dan isolasi risiko yang diterapkan. Ini bekerja sebagai alat
untuk menjaga perusahaan dalam situasi menguntungkan maksimum dan selalu ditutup dari
kerugian.Dengan demikian, pengendalian risiko merupakan prosedur penting untuk menjaga
perusahaan berjalan dengan sehat, mencapai tujuan dan keuntungan yang dituju dan
memastikan bahwa kerugian yang terjadi dicegah dan tidak menyebabkan banyak kerusakan
jaminan pada aset organisasi.
Mengidentifikasi dampak bisnis dan proyek, dengan fokus pada ide-ideyang dibahas dan
kemudian menangani poin-poin yang diselesaikan dengansolusi yang lebih relatif, diperlukan.
Pengendalian risiko mempertimbangkan semua pandangan dan membantu menangani
masalah dengan mudah. Risiko ditangani dengan melaksanakan rencana yang telah dibahas
dan ada kesepakatan internal untuk melakukan tindakan tersebut sehingga membantu
mencegah konflik kepentingan. Dengan segala perencanaan dan peramalan yang terjadi
maka risiko yang harus ditangani seminimal mungkin yang membantu dalam mempercepat
data untuk mengubah kebijakan dalam fungsi bisnis yang dipetakan.
Selalu ada peningkatan kesadaran tentang ketentuan risiko yang dijadwalkan dan analisis
yang berhasil serta pelaksanaan kontrol atas mereka. Perusahaan dapat belajar melalui
proses dan menangani risiko dengan lebih baik dan meningkatkan kinerja secara bertahap. Ini
membantu menghemat biaya dan waktu bagi perusahaan yang menghasilkan produktivitas
yang lebih baik. Peluang baru muncul dengan mengurai masalah dan manfaat sebagai
persiapan untuk upaya di masa depan seiringdengan pengetahuan luas yang diperoleh melalui
pengalaman yang berasal dari wawasan yang lebih luas tentang neraca riil yang mendukung
budaya manajemen risiko. Perusahaan bahkan memperoleh keunggulan kompetitif dan
pendapatan stabil yang berkelanjutan.

13
2.3. Teknik Pengendalian Risiko
Strategi yang digunakan perusahaan dalam pengendalian risiko akan bervariasi
berdasarkan kasus yang dialami. Namun, sebagian besar termasuk dalam satu atau lebih
kategori umum berikut:
1) Penghindaran risiko (Risk Avoidance)
Seperti namanya, perusahaan menghindari risiko sepenuhnya dengan teknik ini.
Inilah sebabnya mengapa penghindaran umumnya merupakan teknik pengendalian
risiko pertama yang dipertimbangkan. Ini adalah cara untuk sepenuhnya
menghilangkan ancaman. Hal ini dilakukan dengan penghapusan bahaya, aktivitas,
dan eksposur yang dapat berdampak negatif pada aset organisasi. Ketika
manajemen risiko bertujuan untuk mengendalikan kerusakan dan konsekuensi
keuangan dari peristiwa yang mengancam, penghindaran risiko berusaha untuk
menghindari peristiwa yang membahayakan sepenuhnya. Penghindaran risiko juga
tidak berarti ada perbaikan untuk mencegah potensi masalah. Ini berarti bahwa
evaluasiyang tepat telah terjadi dan keputusan telah dibuat dengan informasi sebaik
mungkin. Sebuah risiko tidak bisa diabaikan dengan harapan tidak akan terjadi.
Penghindaran risiko adalah tujuan yang diinginkan, meskipun remediasi diterapkan
secara bertahap.
2) Pencegahan Kerugian (Loss Prevention)
Pencegahan kerugian adalah teknik yang membatasi, bukannya menghilangkan,
kerugian. Alih-alih sepenuhnya menghindari risiko, teknik ini menerima risiko
tetapi berusaha meminimalkan kerugian sebagai akibatnya. Misalnya, menyimpan
persediaan di gudang berarti rawan pencurian. Namun karena memang tidak ada
cara untuk menghindarinya, maka program pencegahan kerugian diberlakukan
untuk meminimalkan kerugian tersebut. Program ini dapat mencakup penjaga
keamanan patroli, kamera video, dan fasilitas penyimpanan yang aman. Pencegahan
kerugian umumnya mencakup tindakan proaktif untuk mencegah atau mengurangi
potensi risiko. Ini mungkin dalam bentuk program keselamatan dan pelatihan yang
lebih baik; menerapkan proses baru yang tidak terlalu berbahaya; program / proyek
untuk mengurangi cedera dan kerugian harta benda; dan / atau peningkatan
keamanan umum. Pengendalian kerugian adalah tindakan mengurangi keparahan
dengan mengidentifikasi faktor- faktor yang memperburuk atau meningkatkan
kerugian dan mengambil tindakan proaktif untuk mengurangi efek dari faktor-faktor

14
tersebut.
3) Pengurangan Kerugian (Loss Reduction)
Pengurangan kerugian adalah teknik yang tidak hanya menerima risiko, tetapi
menerima fakta bahwa kerugian mungkin terjadi sebagai akibat dari risiko. Teknik
ini akan berusaha untuk meminimalkan kerugian jika terjadi beberapa jenis ancaman.
Misalnya, perusahaan mungkin perlu menyimpan bahan yang mudah terbakar di
gudang. Manajemen perusahaan menyadari bahwa ini adalah risiko yang perlu dan
memutuskan untuk memasang alat penyiram air mutakhir di gudang. Jika terjadi
kebakaran, jumlah kerugian akan diminimalkan. Kelola pengurangan kerugian
dengan meninjau dan memperbarui asuransi bisnis, membuat atau mengubah
kebijakan pengendalian internal dan menerapkan prosedur operasi standar. Misalnya,
kurangi potensi kerugian dari gugatan kelalaian dengan memastikan perusahaan
memasukkan klausul kewajiban kontraktual dalam kebijakan tanggung jawab
komersial perusahaan. Tetapkan aturan bisnis yang menyatakan bahwa setiap
kontrak yang dibuat atas nama perusahaan harus menyertakan klausul kewajiban
terbatas yang dinegosiasikan. Dan minta pengacara meninjau kontrak sewa atau
pembelian sebelum menandatanganinya.
4) Pemisahan (Separation)
Pemisahan adalah teknik pengendalian risiko yang melibatkan penyebaran aset
utama. Hal ini memastikan bahwa jika terjadi bencana alam di satu lokasi,
dampaknya terhadap bisnis hanya terbatas pada aset di lokasi tersebut. Di sisi lain,
jika semua aset berada di lokasi tersebut, maka bisnis akan menghadapi tantangan
yang jauh lebih serius. Contohnya adalah ketika sebuah perusahaan menggunakan
tenaga kerja yang terdiversifikasi secara geografis.
5) Duplikasi
Duplikasi adalah teknik pengendalian risiko yang pada dasarnya melibatkan
pembuatan rencana cadangan. Ini sering kali diperlukan denganteknologi. Kegagalan
dengan server sistem informasi seharusnya tidak menghentikan seluruh bisnis.
Sebaliknya, server cadangan atau fail-over harus tersedia untuk akses jika server
utama gagal. Contohnya adalah mencadangkan sistem komputer Anda dan jadi jika
macet, Anda memiliki cadangan. Contoh lainnya adalah dengan memiliki alat
olahraga tambahanatau suku cadang yang dapat digunakan jika ada peralatan primer
yang hilang atau rusak.

15
6) Diversifikasi
Diversifikasi adalah teknik pengendalian risiko yang mengalokasikan sumber daya
bisnis untuk menciptakan berbagai lini bisnis yang menawarkan berbagai produk
dan layanan di industri yang berbeda. Dengan diversifikasi, kerugian pendapatan
yang signifikan dari satu lini bisnis tidak akan menyebabkan kerugian yang tidak
dapat diperbaiki pada laba perusahaan. Diversifikasi mengurangi risiko dengan
berinvestasi pada kendaraan yang menjangkau berbagai instrumen keuangan,
industri, dan kategori lainnya. Risiko tidak sistematis dapat di mitigasi melalui
diversifikasi sedangkan risiko sistemik atau pasar umumnya tidak dapat dihindari.
Menyeimbangkan portofolio yang terdiversifikasi mungkin rumit dan mahal, dan
mungkin memberikan imbalan yang lebih rendah karena risikonya dikurangi.

2.4. Hierarki Pengendalian Risiko


Hierarki pengendalian risiko digunakan saat melakukan aktivitas penilaian risiko,
untuk mengendalikan bahaya dan meminimalkan risiko. Salah satu cara terbaik untuk
menilai pengendalian yang ada, dan mengidentifikasi tindakan pengendalian baru,
adalah dengan mempertimbangkan seberapa efektif pengendalian tersebut didasarkan
pada hierarki pengendalian risiko.
Secara tradisional, hierarki pengendalian risiko telah digunakan sebagai cara untuk
menentukan bagaimana mengimplementasikan solusi pengendalian yang layak dan
efektif. Info grafis oleh NIOSH (The National Institute for Occupational Safety and
Health), terdapat metode kontrol di bagian atas grafik berpotensi lebih efektif dan
protektif daripada metode di bagian bawah. Mengikuti hierarki ini biasanya mengarah
pada penerapan sistem yang secara inheren lebih aman, di mana risiko penyakit atau
cederatelah berkurang secara substansial.

16
Gambar 1. Hierarki Pengendalian Risiko oleh NOSH
(Sumber: Nasional Institute for Occupational Safety and Health)

 Eliminasi
Meskipun paling efektif dalam mengurangi bahaya, juga cenderung paling sulit
diterapkan dalam proses yang ada. Jika proses masih dalam tahap desain atau
pengembangan, penghapusan dan substitusi bahaya mungkin tidak mahal dan mudah
diterapkan. Untuk proses yang ada, perubahan besar dalam peralatan dan prosedur
mungkin diperlukan untukmenghilangkan atau menggantikan bahaya.
 Substitusi
Substitusi adalah tindakan pengendalian umum yang harus selalu dipertimbangkan.
Dengan perubahan teknologi dan kemajuan manufaktur, alternatif yang lebih aman
selalu tersedia. Peralatan baru mungkin memiliki tingkat kebisingan dan getaran yang
lebih rendah. Perancah dapat digunakan untuk akses yang lebih aman daripada tangga.
Zat yang berbeda mungkin memiliki risiko yang lebih kecil, misalnya larutan
pembersih yang berbeda.
 Kontrol Teknik
Kontrol teknik adalah cara yang baik untuk mengendalikan bahaya pada sumbernya.
Penutup, pembatas, pelindung dan isolasi. Apa pun yang dapat dirancang dan dibangun
untuk membuat lingkungan kerja lebih aman. Jenis kontrol ini biasanya menyediakan
lingkungan yang lebih aman bagi semua orang, bukan individu. Misalnya, enklosur
memisahkan bahaya dari semua orang di luarnya. Ventilasi asap atau gas berbahaya di
sumbernya berarti udara lebih bersih dan lebih aman bagi semua orang. Kontrol teknik

17
lebih disukai daripada peralatan administratif dan pelindung pribadi untuk
mengendalikan paparan pekerja yang ada di tempat kerja karena mereka dirancang
untuk menghilangkan bahaya di sumbernya, sebelum bersentuhan dengan pekerja.
Kontrol teknik yang dirancang dengan baik bisa sangat efektif dalam melindungi
pekerja dan biasanya tidak bergantung pada interaksi pekerja untuk memberikan
perlindungan tingkat tinggi ini. Biaya awal pengendalian teknik dapat lebih tinggi
daripada biaya pengendalian administratif atau alat pelindung pribadi. Tetapi dalam
jangkapanjang, biaya pengoperasian sering kali lebih rendah, dan dalam beberapa kasus,
dapat memberikan penghematan biaya di area lain dari prosestersebut.
 Kontrol Administratif
Terkadang tidak mungkin untuk mengurangi risiko lebih jauh dengan mengganti
peralatan atau bahan. Tapi perusahaan masih bisa mengurangi risiko melalui pola
kerja, pemantauan, dan pengawasan. Sistem kerja yang aman seperti izin kerja dapat
digunakan untuk aktivitas berisiko tinggi. Pelatihan dan induksi dapat dilakukan
untuk meningkatkan kesadaran. Kegiatan rutin dan terjadwal dapat digunakan untuk
menjaga keselamatan. Seperti inspeksi, pengujian, tata graha yang baik, dan
pembersihan.
 PPE (Personal Protective Equipment)
Metode ini adalah pilihan terakhir dan mungkin paling tidak efektif dalam daftar,
tetapi itu tidak berarti itu tidak penting. Jika risiko tetap ada,PPE bisa menjadi cara
yang baik untuk melindungi individu. Ini dapat memberi perlindungan jika PPE
yang benar dipilih untuk bahaya, dan digunakan serta dirawat dengan benar.
Program PPE mungkin relatif murahuntuk dibuat, tetapi dalam jangka panjang, bisa
sangat mahal untuk dipertahankan. Metode untuk melindungi pekerja ini juga
terbukti kurang efektif dibandingkan tindakan lainnya, yang membutuhkan upaya
signifikandari pekerja yang terkena dampak.
Perusahaan tidak hanya dapat memilih satu jenis pengendalian risiko. Untuk
perlindungan lengkap, untuk mengurangi risiko ke tingkat yang aman, beberapa
kontrol mungkin diperlukan. Tindakan pengendalian dapat bekerja sama dengan
baik.
Misalnya dalam kegiatan penyemprotan cat, perusahaan bisa mengganti cat
berbahan dasar minyak dengan cat berbahan dasar air (substitusi). Tetapi karyawan
perusahaan mungkin tetap memilih untuk melakukan pekerjaan di dalam ruangan
tertutup dengan ventilasi tetap (kontrol teknik). Menerapkan pola kerja dan

18
mengurangi waktu terpapar zat berbahaya dan jadwal pembersihan (kontrol
administratif). Dan menyediakan pekerja dengan sarung tangan, terusan dan
kacamata untuk mencegah kontak kulit dan mata (PPE). Kombinasi dua atau lebih
kontrol dari hierarki sering kali diperlukan untuk mengontrol risiko secara memadai,
terutama risiko tinggi ke tingkat yang dapat dipraktikkan secara wajar.
Perlu diingat bahwa risiko harus serendah mungkin sebelum pekerjaan
dilanjutkan. Sekalipun perusahaan telah mengganti bahaya tinggi dengan bahaya
rendah, perusahaan tetap memiliki tanggung jawab hukum untuk mengurangi risiko.
Kemudian, meski PPE adalah yang terakhir dalam daftar, bukan berarti metode itu
tidak bisa menjadi cara yang baik untuk mengendalikan risiko, terutama bila
digunakan dengan tindakan pengendalian lain. Terkadang PPE sangat penting
untuk keselamatan pengguna terutama dalam keadaan darurat atau lingkungan kerja
yang sulit.
2.5. Mempersiapkan Rencana Pengendalian Risiko
1) Langkah 1 - Bangun konsultasi dan komunikasi yang efektif
Tempat kerja yang aman lebih mudah dicapai ketika pemberi kerja dan karyawan
saling berbicara tentang potensi masalah dan bekerja sama untuk mencari solusi.
Konsultasi adalah pertukaran informasi dan ide dua arah antara pemberi kerja dan
karyawan. Ini adalah elemen penting dalam identifikasi bahaya dan pengendalian
risiko yang efektif. Konsultasi harus melibatkan:
a. Berbagi informasi tentang kesehatan dan keselamatan
b. Memberi karyawan kesempatan yang wajar untuk mengekspresikanpandangan
mereka
c. Mempertimbangkan pandangan tersebut.
d. Konsultasi karyawan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan
membentuk komite atau dengan mengadakan rapat rutin. Misalnya, pembicaraan
kotak alat mungkin cocok. Jika karyawan telah memilih perwakilan kesehatan dan
keselamatan yang harus dilibatkan dalam konsultasi.
2) Langkah 2 - Mengalokasikan tanggung jawab
Seorang manajer senior, karyawan atau seseorang yang memiliki manajemen dan
kendali tempat kerja harus diberi tanggung jawab untuk mengelola persiapan dan
implementasi rencana pengendalian risiko. Untuk mempersiapkan rencana tersebut,
beberapa hal yang dibutuhkan adalah:

19
a. dukungan administratif
b. nasihat ahli
c. informasi dan akses ke tempat kerja
d. Pelatihan
3) Langkah 3 - Tentukan pengaturan kerja
Sebuah rencana pengendalian risiko dapat disiapkan untuk sejumlah area kerja. Hal
ini membantu untuk membentuk tim untuk mempersiapkanbagian yang berbeda dari
rencana pengendalian risiko. Misalnya, setiap area kerja dapat membentuk tim untuk
menyiapkan bagian mereka dari rencana pengendalian risiko. Komite bisa menjadi
kelompok yang menyatukan bagian-bagian yang berbeda menjadi satu rencana
keseluruhan. Menentukan bidang prioritas dengan menilai:
a. jenis bahaya yang terlibat
b.jumlah dan jenis insiden/cedera yang dilaporkan di setiap area
c. jumlah orang yang terlibat
d.tingkat risiko
4) Langkah 4 - Identifikasi bahaya
Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan cedera, sakit, atau penyakit.
Bahaya di tempat kerja dapat muncul dari sejumlah sumber termasuk:
a. desain tempat kerja yang buruk
b.tugas berbahaya dilakukan di tempat kerja
c. Pabrik yang dirancang dengan buruk diperkenalkan ke tempat kerja
d.pemasangan, penggunaan, inspeksi, pemeliharaan, servis, perbaikanatau perubahan
instalasi yang salah di tempat kerja
5) Langkah 5 - Menilai risiko
Setelah membuat daftar kemungkinan bahaya, perusahaan harus menilai risikonya.
Ini berarti mencari tahu bagaimana setiap bahaya dapat menyebabkan kerusakan dan
keseriusannya. Ini membantu untuk memutuskan cara terbaik untuk mengendalikan
setiap bahaya dan bahaya mana yang membutuhkan perhatian paling mendesak.
Untuk menilai suatu risiko, perusahaan harus memeriksa faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko tersebut antara lain:
a. jumlah orang yang terpapar risiko
b.berbagai jenis orang yang terpapar dan kebutuhan khusus mereka (misalnya
pekerja baru, kontraktor, anggota masyarakat, pekerja penyandang cacat)

20
c. bagaimana mereka dihadapkan pada risiko
d.seberapa sering dan berapa lama mereka terpapar
e. kombinasi bahaya yang mereka hadapi
f. seberapa serius kerugiannya
6) Langkah 6 - Kendalikan risiko
Setelah mengidentifikasi bahaya serta menilai dan memprioritaskan risikonya,
perusahaan harus mulai menerapkan tindakan pengendalian risiko yang sesuai.
Berdasarkan hukum, diharuskan untuk menghilangkan risiko, atau jika itu tidak
dapat dilakukan secara wajar, mengurangi risiko sejauh dapat dilakukan secara
wajar. Jika tindakan pengendalian saat ini tidak memadai atau terus ada risiko dari
bahaya tertentu, hierarki pengendalian risiko dapat digunakan untuk menemukan
solusi terbaik untuk mengendalikan risiko. Pengendalian risiko harus ditinjau secara
berkala untuk memastikan bahwa pengendalian tersebut telah diterapkan dengan
benar dan untuk memantau keefektifannya. Perusahaan perlu meninjau dan, jika
perlu, merevisi pengendalian risiko setiap kali ada perubahan di tempat kerja yang
dapat memengaruhi kesehatan dan keselamatan (misalnya, perubahan pada cara
pekerjaan dilakukan atau pada peralatan yang digunakan dan saat tindakan
pengendalian tidak lagi memadai. mengontrol risikonya). Semua karyawan harus
diberi tahu tentang setiap perubahan pada praktik kerja yang merupakan hasil dari
penerapan kontrol baru dalam rencana pengendalian risiko.

2.6. Menganalisis Risiko


5 langkah menganalisis resiko dari Pusdiklat Keuangan Umum BPPK dalam video capture
Hasil identifikaasi risiko di tahun 2017. Dalam video tersebut, Widyaiswara Pusdiklat
Keuangan Umum, Sri Wahyuni, menyajikan langkah-langkah mengidentifikasi risiko di
Kementerian Keuangan sesuai dengan KMK Nomor 845/KMK.01/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan, yang terdiri atas 5
langkah yaitu:

1. Menginventarisasi sistem pengendalian internal yang sudah dilaksanakan atas setiap


risiko, misalnya Undang-Undang, Peraturan, Juklak, Juknis, SOP, dan sebagainya.
2. Mengestimasi/mengukur level kemungkinan terjadinya risiko berdasarkan kriteria
kemungkinan yang terdiri atas 5 level, yaitu Hampir Tidak Terjadi, Jarang Terjadi,
Kadang Terjadi, Sering Terjadi, dan Hampir Pasti Terjadi.

21
3. Mengestimasi/mengukur level dampak terjadinya risiko berdasarkan kriteria dampak
yang terdiri atas 5 level, yaitu Tidak Signifikan, Minor, Moderat, Signifikan, dan Sangat
Signifikan.
4. Menentukan besaran dan level risiko. Berdasarkan estimasi level kemungkinan dan level
dampak, kita tentukan besaran risiko dan level risiko dengan merujuk pada Matriks
Analisis Risiko.
5. Menyusun peta risiko. Yaitu meletakkan tiap risiko pada posisi kotak yang sesuai pada
Matriks Analisis Risiko sehingga akan terlihat posisi tiap-tiap risiko, apakah berada di
bawah garis Selera Risiko (dalam Area Penerimaan Risiko) ataukah berada di luar Area
Penerimaan Risiko. Dari matriks tersebut akan terlihat risiko-risiko mana saja yang akan
ditangani secara khusus dan risiko-risiko mana yang cukup dipantau saja.

Setelah melakukan langkah identifikasi resiko yg menghasilakan informasi-informasi


mengenai penyebab resiko. Diskripsi kejadian resiko/risk event berserta dengan area
dampaknya masing-masing. Pada tahapan berikut kita melakukan analisis terhadap informasi
informasi yg telah diperoleh dari identifikasi resiko tersebut. Analisis resiko dilakukan
melalui 5 langkah:
1. “Inventarisasi terhadap pengendalian internal yg sudah di jalankan” . Ada setiap resiko
yang telah kita identifikasi kita inventarisasi apakah sudah ada pengendalian internal
yang sudah dilaksanakan untuk mengendalikan resiko resiko tersebut. Jika sudah ada
maka kita tuliskan apa saja bentuk pengendalian internal yang kita jalankan misalnya,
undang-undang peraturan kemudian juknis juklak, sop dan sebagainya.
2. Dari informasi Kejadian resiko kita “Melakukan Estimasi atau pengukuran terhadap
level kemungkinan terjadinya resiko”. kita melakukan level kemungkiunan terjadinya
risiko.
3. Dari dampak resiko melakukan “estimasi level dampak”.

22
Tabel 1. Analisis Risiko
(Sumber: https://klc2.kemenkeu.go.id)
 Untuk level kemungkinan dan level dampak berdasarkan kriteria untuk level
kemungkinan dan level dampsk ada di kmk 845 masing-masing memiliki 5 level.
 Untuk level kemungkinan paling rendah adalah level 1 hampir tidak terjadi, level 2
jarang terjadi, level 3 kadang terjadi, level 4 sering terjadi dan level 5 hampir pasti
terjadi.
 Level dampak juga memiliki 5 tingkatan yg paling rendah adalah level 1 tidak
signifikan, level 2 minor, level 3 moderat, level 4 signifikan dan level 5 sangat
signifikan.
 Penentuan level ini harus mengaju pada kriteria untuk level kemungkinan dan kriteria
untuk level dampak yg sudah ditetapkan pada saat penetapan konteks.
Setelah melakukan pengukuran terhdapak level kemungkinan dan level dampak maka dari 2
informasi tersebut
4. Tentukan besaran dan level dari setiap resiko
Untuk panduan penentuan besaran level resiko sudah ditentukan dalam kmk 845 yaitu ada 5
tingkatan resiko:
 Yang paling rendah adalah level 1 yaitu sangat rendah dengan besaran resiko 1-5
ditandai dengan warna biru.

23
 Level 2 adalah rendah dengan besaran resiko 6-11 ditandai dengan warna hijau.
 Level 3 adalah sedang dengan besaran resiko 12-15 ditandai dengan warna kuning.
 Level 4 adalah tinggi dengan besaran resiko 16-19 ditandai dengan warna oranye.
 Level 5 adalah sangat tinggi dengan besaran resiko 20-25 ditandai dengan warna merah.

Tabel 2. Status Risiko


Tabel 1. Analisis Risiko
(Sumber: https://klc2.kemenkeu.go.id)
5. Menyusun peta resiko
Yaitu menggambarkan atau meletakkan risiko beserta dengan besaran dan levelnya
kedalam matriks analisis risiko. Misalnya ada 5 risiko yg berhasil kita identifikasi dan
kita lakukan pengukuraan level kemungkinan, level dampak dan sudah kita tentukan
besaran levelnya maka ke-5 resiko tersebut kita letakkan posisinya di dalam matriks
analisis resiko tersebut. Sehingga dengan melihat matriks resiko ini bisa kita putuskan
apakah resiko tersebut berada dibawah garis merah resiko artinya berada di area
penerimaan resiko ataukah berada di atas area penerimaan resiko, sehingga kita
memutuskan apakah resiko tersebut akan kita tangani secara khusus atau hanya dipantau.

2.7. Menganalisis Pengendalian Risiko: Studi Kasus Implementasi Pengendalian Risiko


Sebagai implementasi menganalisis pengendalian risiko diambil dari Jurnal Riset
Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 4 No. 2 (2022) hlm. 062-074, yang berjudul “Implementasi
Pengendalian Risiko untuk Meminimalisasi Kerugian” oleh Fatkun Nizar Izami Jurusan
Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesuma Negara.
Dalam jurnal imliah ini dijelaskan bahwa, pengendalian risiko merupakan alat bantu bagi
pengusaha dalam proses pengambilan keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang
dihadapinya. Dengan tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui pengendalian risiko pada
industri Geti “Kuda Terbang Rantai Mas Jaya”. Analisis data dilakukan dengan analisis secara
deskriptif kualitatif menggunakan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis deskriptif

24
kualitatif digunakan untuk menganalisis pengendalian risiko yang diterapkan oleh pelaku usaha
“Kuda Terbang Rantai Mas Jaya”. Hasil penelitian menunjukkan risiko yang paling banyak
terjadi adalah produk kadaluarsa di pasaran, maka sebaiknya perusahaan memberikan potongan
harga untuk produk yang sudah lama dipasaran sebelum produk tersebut kadaluarsa.
Untuk analisis data, salah satu strategi analisis data yang digunakan untuk memberikan
gambaran identitas responden adalah deskripsi identitas responden. Dalam penelitian ini, profil
responden dibagi menjadi tiga kategori: jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. Kriteria
responden yang menjadi sumber data penelitian ini adalah pemilik perusahaan dan 2 orang
karyawan.

Tabel 3. Data Informan Peneliti


(Sumber data: UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya)

Semua informan yang dipilih akan diwawancarai untuk mendapatkan informasi yang sesuai
dengan pertanyaan yang di ajukan. Informasi yang diberikan bermanfaat bagi peneliti dalam
mengkaji dan menganalisis Pengendalian Risiko pada UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya.
Hasil Penelitian yang diperoleh:
1. Risiko Yang Dihadapi Oleh UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya Berikut ini hasil
kesimpulan wawancara dengan responden terkait risiko yang sering dialami perusahaan UD.
Kuda Terbang Rantai Mas Jaya adalah,
a) Produk yang kadaluarsa. Adapun batas kadaluarsa dari produk Geti “Kuda Terbang”
yaitu 6 bulan, dan jika sudah lewat 6 bulan maka produk Geti tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi lagi. Perusahaan masih tetap menghadapi permasalahan-permasalahan yang
seperti ini. Masih ada didapati produk Geti yang kadaluarsa yang belum sempat dibeli
oleh konsumen. Namun dalam hal ini, diantisipasi dengan tetap mengawasi pasar lokal
yang menjadi target pasar dan sudah didistribusikan stok produk Geti nya setiap 10 hari
sekali oleh perusahaan. Apabila didapati dalam 10 hari produk Geti tersebut tidak laku
terjual, maka perusahaan akan menarik produk tersebut dan menggantinya dengan
produk Geti yang baru.

25
b) Produk yang bergantung pada hasil alam. Bahan baku dari produk Geti yaitu kacang
tanah. Sampai saat ini bahan kacang yang dibutuhkan untuk membuat produk Geti
tersebut setiap harinya tidak pernah bermasalah. Hal ini karena perusahaan memperoleh
bahan baku dari membeli di pasar. Namun saat ini, kebutuhan kacang tanah perhari
untuk membuat produk Geti yaitu 1 karung. 1 hari biasanya perusahaan memproduksi
50kg produk Geti.
c) Semakin banyaknya pesaing. Keberadaan pendatang baru dalam industri dapat
menunjukkan tingkat persaingan yang akan dihadapi oleh suatu perusahaan. Jika jumlah
pendatang baru di kawasan industri meningkat, maka jumlah usaha yang ada akan
meningkat. Perebutan pangsa pasar dan perebutan sumberdaya produksi yang terbatas,
misalnya. Perusahaan Geti tidak membutuhkan investasi besar, sehingga tidak
menghalangi pemain baru untuk memasuki sektor ini. Mendapatkan formula Geti yang
dapat diterima untuk dimakan cukup murah. Hal ini memudahkan pendatang baru untuk
masuk ke sektor Geti. Akibatnya, perusahaan Geti membutuhkan kecerdikan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas barangnya.
2. Faktor Penyebab Risiko Yang Dilakukan Oleh UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya
a) Risiko fisik. Risiko fisik merupakan risiko yang berhubungan dengan fasilitas bangunan
atau perusahaan yang kurang memadai. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
karyawan tersebut, fasilitas yang digunakan dalam proses produksi dipabrik kurang
memadai karena perusahaan UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya memproduksi geti
dengan cara manual. Untuk bangunan yang digunakan sudah cukup memadai, dimana
setiap divisi mempunyai tempat khusus masing-masing. Pada saat masa Covid,
perusahaan hanya memproduksi hingga 150kg produk Geti.
b) Risiko Moral. Risiko moral yaitu risiko yang dihadapi karena sikap ketidakjujuran atau
sikap ketidakdisiplinan. Hal ini juga dihadapi oleh Ibu Sulasmi yang memiliki
karyawan kurag lebih 30 orang dengan pendidikan rata-rata tamatan SMA. Berdasarkan
hasil wawancara dengan pemilik perusahaan, Ibu Sulasmi mengatakan: “Kita masih
sering melihat ada karyawan yang nggak disiplin di pabrik, misalnya datangnya
terlambat. Kalau ada isu-isu terkait karyawan yang menyimpang, biasanya kita
langsung buat briefing”.
c) Risiko karena adanya hukum. Risiko karena hukum adalah risiko yang terjadi karena
mengabaikan peraturan-peraturan hukum yang sedang berlaku. Namun sampai sekarang
ini, perusahaan UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya tidak pernah mengalami kendala
dalam hukum karena dari awal semuanya sudah dilengkapi, seperti izin dalam

26
mendirikan usaha. Informan 2 mengatakan: “Masalah hukum belum pernah ada yang
dipermasalahkan, karena perusahaan kami dari awal semuanya sudah lengkap, seperti
surat izin perusahaan dan surat izin produksi”.
3. Pengendalian Risiko Yang Dilakukan Oleh UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya Ada
beberapa langkah-langkah yang ditempuh oleh perusahaan dalam mengendalikan risiko
yang akan mereka hadapi yaitu:
a) Mengendalikan kerugian. Pengendalian kerugian yaitu dengan cara perusahaan akan
menjual produk yang sudah lama terpajang di toko dengan harga yang lebih murah.
Kemudian mereka akan menjual produk yang baru datang atau pun baru di supply oleh
produsen/ agen dengan harga yang lebih tinggi. Seperti yang dinyatakan oleh Informan
2 sebagai berikut. Informan 2 mengatakan bahwa: “Produk yang sudah lama tidak laku,
agar tidak kadaluarsa akan segera kami jual dengan harga murah. Dan kalaupun ada
yang kadaluarsa akan segera kami gantikan dengan produk yang baru”.
b) Pemisahan. Dari hasil wawancara mengatakan bahwa perusahaan akan memisahkan
produk yang rusak/ kadaluarsa dari produk yang masih baru. Seperti yang dinyatakan
oleh Informan 3: “Produk yang sudah rusak atau kadaluarsa kami pisahkan dari produk
yang masih baru. Perusahaan kami juga menerima pesanan. Biasanya kalau tidak ada
pesanan, kami memproduksi sedikit yang penting barang tetap baru demi jaga kualitas”.
Salah satu Informan mengatakan bahwa jika produk masih bagus akan dipajang
ditokonya, lalu ketika terdapat produk yang sudah beberapa hari dipajang tetapi tidak
laku maka akan dijual dengan harga yang lebih murah.
4. Proses Manajemen Risiko
a) Internal environment (lingkungan internal). Komponen tersebut berkaitan dengan
lingkungan internal perusahaan terhadap suatu risiko. Cakupannya meliputi risk-
management philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integritas, risk perspective
(perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), nilai
moral, struktur organisasi, serta pendelegasian wewenang. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap informan, terdapat bahwa setiap komponen perusahaan kurang
memahami internal environment (lingkungan internal).
b) Objective setting (penentuan tujuan). Tujuan perusahaan dilihat dari visi dan misi
perusahaan. “Perusahaan Geti Kuda Terbang menjadi perusahaan yang mampu
menghasilkan produk oleh-oleh khas Blitar yang berkualitas” adalah visi dari UD. Kuda
Terbang Rantai Mas Jaya yang diwujudkan dengan menjalankan misi dari perusahaan,
yaitu: untuk memperkenalkan produk Geti sebagai salah satu makanan khas yang sehat

27
bagi masyarakat. Tampak dari visi dan misi UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya sudah
cukup baik dan sangat jelas.
c) Event identification (identifikasi risiko). Proses identifikasi risiko merupakan
komponen yang mengidentifikasikan kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di
lingkungan internal maupun lingkungan eksternal, baik yang memberikan dampak
positif atau negatif bagi perusahaan. Pada perusahaan UD. Kuda Terbang Rantai Mas
Jaya, identifikasi risiko dilakukan oleh Ibu Sulasmi sebagai pemilik perusahaan serta
Ibu Ida dengan cara mengecek langsung ke lapangan dan memperhatikan jalannya
proses produksi serta melihat apakah ada sesuatu yang mungkin terjadi yang tidak
sesuai dengan rencana atau SOP perusahaan yang dapat menimbulkan risiko pada suatu
perusahaan.
d) Risk assessment (penilaian risiko) Komponen ini akan menilai sejauh mana dampak
dari kejadian ataupun keadaan yang sudah di identifikasi sebelumnya. Namun
berdasarkan hasil wawancara dari pemilik perusahaan, tidak ada pengukuran risiko
yang dilakukan oleh perusahaan.
e) Risk response (sikap atas risiko). Risk response merupakan sikap yang diambil
perusahaan atas risiko yang dihadapi. Berdasarkan penelitian tersebut, perusahaan
cenderung melakukan respon reduction, yaitu mengambil langkah-langkah untuk
mengurangi impact dari risiko. Contohnya, karena ditemukan bahwa produk lokal
sering mengalami kadaluarsa, maka perusahaan akan melakukan pengecekan ke setiap
toko yang dipasok dalam setiap 10 hari sekali. Apabila produk tersebut kadaluarsa,
maka akan digantikan dengan produk yang baru.
f) Control activities (aktivitas-aktivitas pengendalian). Komponen ini berperan dalam
penyusunan kebijakan serta prosedur-prosedur untuk menjamin risk response agar
terlaksana dengan efektif. Berdasarkan hasil wawancara, perusahaan tidak membuat
kebijakan-kebijakan ataupun prosedur dalam aktivitas pengendalian risiko. Perusahaan
hanya melakukan pengawasan secara langsung untuk proses produksi agar sesuai
dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
g) Information and Communication (informasi dan komunikasi). Komponen ini berperan
dalam menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait melalui media
komunikasi. Namun sejauh ini, komunikasi yang dilakukan perusahaan dalam
menyampaikan informasi adalah komunikasi secara langsung dan proses komunikasi
berjalan dengan baik.

28
h) Monitoring. Monitoring merupakan proses pemantauan maupun pengawasan terhadap
setiap aktivitas produksi di perusahaan apakah sudah sesuai dengan tujuan perusahaan
atau belum, dilaksanakan secara terus-menerus maupun terpisah. Proses pengawasan
pada UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya dilakukan oleh Ibu Sulasmi dan Rendi.
Proses pengawasan tersebut dilakukan dengan terus menerus dan terpisah. Rendi
mengawasi dengan terus menerus, sedangkan Ibu Sulasmi mengawasi secara berkala,
yaitu dengan cara supervisi serta pemantauan ke lapangan secara langsung dalam
jangka waktu tertentu.
5. Penerapan Manajemen Risiko Bisnis UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya
a) Pengawasan aktif oleh dewan komisaris/ pemilik perusahaan
i. Kewenangan serta tanggung jawab dewan direksi/ pemilik perusahaan. Ibu Sulasmi
sebagai pemilik perusahaan memiliki kewenangan dan tanggungjawab menyusun
dan menyetujui rencana bisnis dan mengkomunikasikan kepada setiap karyawan
perusahaan. Ibu Sulasmi bertanggung jawab dalam menerapkan manajemen risiko
bisnis, termasuk menjamin bahwa sasaran bisnis yang ditetapkan telah sejalan
dengan visi dan misi.
ii. Sumber Daya Manusia. Ibu Sulasmi secara konsisten menerapkan sanksi kepada
setiap karyawan yang terbukti melakukan penyimpangan dan pelanggaran terhadap
ketentuan ekstern dan intern serta kode etik internal perusahaan. Sejauh ini sanksi
yang diberikan kepada karyawan yang melakukan penyimpangan masih sebatas
memberikan teguran dan peringatan kepada karyawan tersebut dan dimotivasi
untuk dapat bekerja lebih baik lagi.
iii. Organisasi Manajemen Risiko. Organisasi Manajemen Risiko merupakan seluruh
unit bisnis dan unit pendukung bertanggung jawab membantu direksi menyusun
perencanaan dan implementasi rencana bisnis. Unit bisnis dan unit pendukung
bertanggung jawab memastikan bahwa praktik manajemen risiko bisnis dan
pengendalian di unit bisnis telah konsisten dan berjalan dengan baik. Namun pada
perusahaan UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya, hanya Ibu Ida yang bertanggung
jawab dalam menyusun perencanaan serta implementasi rencana bisnis.
b) Strategi serta penetapan limit
i. Strategi manajemen risiko Dalam penyusunan rencana bisnis, perusahaan UD.
Kuda Terbang Rantai Mas Jaya telah memahami kondisi lingkungan bisnis,
ekonomi serta industri dimana perusahaan beroperasi.

29
ii. Limit. Limit risiko bisnis terkait dengan batasan penyimpangan dari rencana bisnis
yang telah ditetapkan. Perusahaan UD. Kuda Terbang Rantai Mas Jaya tetap
memberikan batasan waktu untuk setiap rencana bisnis yang akan dikerjakan
kedepannya. Contohnya, penetapan batas waktu penjualan untuk produk Geti yang
ada di toko-toko yang telah dipasok oleh perusahaan UD. Kuda Terbang Rantai
Mas Jaya maksimal 10 hari.
c) Pengendalian risiko bisnis, pemantauan risiko bisnis, sistem informasi manajemen
risiko bisnis serta sistem pengendalian internal
i. Identifikasi risiko bisnis. Perusahaan telah melakukan identifikasi risiko tetapi tidak
mengelompokkan deviasi atau penyimpangan risiko tersebut.
ii. Pemantauan risiko bisnis. Ibu Sulasmi sebagai pemilik perusahaan serta Rendi
sebagai pengawas produksi tetap akan melakukan pemantauan atau pengawasan
secara langsung terkait dengan proses produksi yang dilakukan.
iii. Sistem informasi manajemen risiko bisnis. Sejauh ini, komunikasi yang ada di
dalam perusahaan terjalin dengan baik, komunikasi dilakukan dengan langsung
tanpa perantara. Ibu Sulasmi dan Rendi yang memantau jalannya proses produksi
tetap menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan para pegawai dan karyawan
pabrik dengan ramah serta tidak terlalu kaku.
iv. Sistem pengendalian internal. Dalam mengendalikan internal perusahaan, Ibu
Sulasmi melakukan briefing secara berkala untuk tetap menjaga seluruh karyawan
dalam bertanggung jawab dari kesatuan kinerjanya masing-masing.

30
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Bisnis pada masa modern akan menghadapi berbagai macam rintangan, pesaing, dan
potensi bahaya dalam operasionalnya. Pengendalian risiko adalah strategi bisnis berbasis
rencana yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mempersiapkan segala
bahaya, bahaya, danpotensi bencana lainnya yang dapat mengganggu operasi dan tujuan
organisasi.
Manajemen risiko adalah proses identifikasi, menganalisa, dan mengelola risiko.
Sementara itu, pengendalian risiko adalah perlakuan risiko yang melibatkan
implementasi kebijakan, prosedur, dan pengecilan risiko. Perbedaannya adalah
manajemen risiko adalah proses end-to-end dari sebuah identifikasi dan penanganan
risiko, dimana setiap risiko dianalisa dan keputuan dibuat untuk menghindari, menerima,
memitigasi, mentransfer, dan membagi setiap risiko. Sementara itu pengendalian risiko
adalah memitigasi risiko dengan mengimplementasikan proses operasional, seperi
misalnya risiko rusaknya peralatan.
Tindakan pengendalian risiko sangat penting untuk pencegahan kecelakaan dan
kerugian pada suatu perusahaan. Mereka menyediakan semacam jaring pengaman
dengan mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengurangi risiko yang ada dalam suatu
organisasi. Mereka memberikan sejumlah manfaat bagi perusahaan, seperti
mengidentifikasi karyawan yang berisiko, dan mengetahui faktor apa yang mereka
hadapi. Kesadaran akan faktor-faktor yang tidak dapat dihilangkan dan beberapa faktor
yang dapat dihilangkan sepenuhnya membantu untuk mengetahui apa yang harus
diwaspadai dan mendapatkan pengetahuan tentang metode mitigasi.
3.2. Saran
Berikut beberapa saran dari Kami kelompok 4 bagi organisasi dalam perusahaan asuransi di
Indonesia dengan meningkatkan efektivitas pengendalian risiko serta memperkuat sistem
manajemen risiko diantaranya:
1. Penguatan Sistem Pengendalian Risiko: Menguatkan sistem pengendalian risiko dengan
meninjau kembali kebijakan dan prosedur yang ada. Perbarui dan perbaiki kebijakan
yang sudah ada atau tambahkan langkah-langkah baru sesuai dengan evaluasi risiko
terkini.

31
2. Pelatihan dan Pendidikan Karyawan: Berikan pelatihan dan pendidikan kepada seluruh
karyawan mengenai pengenalan risiko, penerapan prosedur pengendalian, serta peran
masing-masing individu dalam mengelola risiko.
3. Audit dan Pemantauan Berkala: Tetapkan jadwal audit dan pemantauan yang berkala
untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian yang telah diimplementasikan. Pastikan
bahwa proses pengendalian risiko tetap relevan dan sesuai dengan perkembangan
lingkungan bisnis.
4. Keterlibatan Pihak Terkait:Libatkan pihak terkait seperti pemangku kepentingan
internal dan eksternal untuk memberikan masukan tentang potensi risiko yang belum
teridentifikasi dan strategi pengendalian yang mungkin lebih efektif.
5. Kesadaran Risiko Organisasi: Tingkatkan kesadaran tentang pentingnya manajemen
dan pengendalian risiko di seluruh organisasi. Ini dapat dilakukan melalui komunikasi
yang terbuka, penyuluhan, dan kampanye kesadaran risiko.
6. Peninjauan dan Peningkatan Berkelanjutan: Buat sistem yang memungkinkan
peninjauan dan peningkatan berkelanjutan terhadap proses manajemen risiko. Dengan
melakukan evaluasi secara teratur, identifikasi area yang memerlukan perbaikan dan
terus tingkatkan keefektifan pengendalian yang ada.
7. Komitmen pada Budaya Risiko yang Positif: Bangun budaya organisasi yang
mendorong kesadaran dan tanggung jawab terhadap risiko. Dorong kolaborasi dan
inisiatif dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko di semua
tingkatan organisasi.
8. Keterlibatan Pimpinan: Pastikan keterlibatan aktif pimpinan dalam mendukung dan
mendorong penerapan pengendalian risiko. Ini akan memberikan sinyal kuat kepada
seluruh organisasi bahwa manajemen risiko adalah prioritas.

32
DAFTAR PUSTAKA

Fatkun N. (2020).”Implementasi Pemngendalian Risiko Untuk Meminimalisasi Kerugian”. Jurnal


Riset Mahasiswa Ekonomi (RITMIK) Vol. 4 No. 2 (2022) hlm. 062-074.

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. 2017. 5 Langkah Menganalisis Risiko. Diakses dari:
https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/klc1-pusku-5-langkah-menganalisis-
risiko/detail/, pada 08 November 2023 pukul 13.01.

Putu I. dkk. (2021). MANAJEMEN RISIKO. Bandung: WIDINA BHAKTI PERSADA


BANDUNG

Deisy K. dkk. (2020). “ANALISIS PENGELOMPOKAN DAN PENGENDALIAN RISIKO


KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN ATURAN SMK3 MENGGUNAKAN
METODE RANKING PADA PROYEK PEMBANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP
RSUD MARIA WALANDA MARAMIS MINAHASA UTARA. Jurnal Ilmiah Media
Engineering Vol.10 No.2, September 2020 (105-116).

33

Anda mungkin juga menyukai