Anda di halaman 1dari 16

PERBANDINGAN ASURANSI KESEHATAN NEGARA

INDONESIA DAN INGGRIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : Anandita Eka Putri


NIM : 10011281823193

Dosen Pembimbing : Dr. Haerawati Idris S.KM., M.Kes

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2021

Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pemurah, karena atas karunia dan
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Asuransi
Kesehatan, dengan materi pembahasan tentang “Perbandingan Asuransi
Kesehatan Negara Indonesia dan Negara Inggris”. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaannya.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Palembang, Mei 2021

Penulis

Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

Universitas Sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia mulai menyadari adanya kemungkinan risiko-risiko yang kiranya mungkin
terjadi sebagai akibat dari aktivitasnya sehari-hari. Manusia sudah pasti juga tidak ingin
terkena risiko apalagi menanggung risiko tersebut. Penanggulangan risiko yang dimaksud
antara lain dapat dengan cara diperalihkan kepada pihak lain yang bersedia dengan syarat-
syarat tertentu. Pihak yang bersedia menanggung risiko sering disebut dengan Penanggung
yang berbentuk Lembaga Asuransi. Adanya lembaga asuransi atau pertanggungan dalam
masyarakat pada umumnya adalah sejalan dan seiring mengikuti perkembangan dan
kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan ketentuan Pasal 28H ayat (3) UUD RI 1945, “Setiap orang berhak atas
Jaminan Sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermanfaat.” Hak tingkat hidup yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan
seseorang beserta keluarganya merupakan hak asasi manusia telah diakui di dunia, termasuk
di Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan BangsaBangsa tahun
1948 tentang Hak Asasi Manusia.

Kesehatan adalah salah satu indikator penting bagi tercapainya kehidupan yang
sejahtera bagi suatu masyarakat. Akan tetapi, karena biaya kesehatan yang tinggi, tidak
semua anggota masyarakat mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Golongan
miskin, terutama, tidak memiliki kemampuan untuk membayar biaya kesehatan sehingga
mereka mengalami musibah ganda manakala sakit, dimana mereka tidak bisa segera
memulihkan kesehatan dan tidak bisa memperoleh penghasilan. Asuransi kesehatan dapat
berperan sebagai salah satu instrumen pembiayaan yang dapat mencapai tujuan univerisal
health coverage. World Health Organization (WHO) mendorong negara-negara di dunia agar
memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakatnya baik dalam bentuk asuransi kesehatan
komersil atau sosial. Bahkan sejak tahun 2001 WHO menganjurkan program asuransi
kesehatan sebagai alternatif pembiayaan untuk mensukseskan program imunisasi.

Sejak 1 Januari 2014, Indonesia telah menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional


(JKN) dengan kepesertaan bersifat wajib. Sebelum JKN diimplementasikan, sebagian besar
penduduk Indonesia mengeluarkan biaya sendiri (out of pocket) untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa sumber

Universitas Sriwijaya
pembiayaan kesehatan penduduk Indonesia baik rawat jalan maupun rawat inap masih
didominasi oleh biaya sendiri (out of pocket) mencapai 67,9 persen untuk rawat jalan dan
53,5 persen untuk rawat inap (Kemenkes, 2013). Adanya program JKN pada Januari 2014,
disambut baik oleh peserta yang belum memiliki jaminan kesehatan. Guna meningkatkan
sistem jaminan kesehatan, kita pun perlu mengetahui sistem asuransi kesehatan negara lain
sebagai bahan evaluasi. Inggris selain sebagai salah satu negara yang telah mencapai
universal coverage, juga merupakan negara pertama yang memperkenalkan Asuransi
Kesehatan Nasional (AKN) di tahun 1911. Sistem kesehatan Inggris kini lebih dikenal
dengan istilah National Health Service (NHS) yaitu suatu sistem kesehatan yang didanai dan
dikelola oleh pemerintah secara nasional

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian asuransi kesehatan ?
2. Apa prinsip dasar asuransi ?
3. Apa saja jenis-jenis asuransi kesehatan ?
4. Bagaimana penerapan asuransi kesehatan di Indonesia ?
5. Bagaimana penerapan asuransi kesehatan di Inggris ?
6. Apa perbedaan asuransi kesehatan di Indonesia dan Inggris ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian asuransi kesehatan.
2. Untuk mengetahui prinsip dasar asuransi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis asuransi kesehatan.
4. Untuk mengetahui penerapan asuransi kesehatan di Indonesia.
5. Untuk mengetahui penerapan asuransi kesehatan di Inggris.
6. Untuk mengetahui perbedaan asuransi kesehatan di Indonesia dan Inggris.

Universitas Sriwijaya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Kesehatan


Kata asuransi berasal dari Bahasa Inggris, insurance, yang dalam Bahasa Indonesia
telah diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata “pertanggungan”.
Echols dan Shadily memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan. Dalam
bahasa Belanda biasa disebut dengan istilah assurance (asuransi) dan verzekering
(pertanggungan).
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab Kesembilan pasal 246
dijelaskan tentang pengertian Asuransi yaitu suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tidak tentu.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, di dalam
pasal 1 dijelaskan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang
polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti.
Dalam konteks asuransi kesehatan, pengertian asuransi adalah memastikan seseorang
yang menderita sakit akan mendapatkan pelayanan yang dibutuhkannya tanpa harus
mempertimbangkan keadaan ekonominya. Pihak yang menanggung biaya pengobatan atau
perawatan disebut insurer dalam bahasa Inggris atau asuradur dalam UU Asuransi. Asuransi
merupakan jawaban atas sifat ketidakpastian dari kejadian sakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan sehingga seseorang atau kelompok kecil ini melakukan transfer risiko kepada
asuradur untuk menjamin hal ini.

Universitas Sriwijaya
2.2 Prinsip Dasar Asuransi
Dalam dunia asuransi ada 6 (enam) macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Insurable interest

Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan,


antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.

2) Utmost good faith

Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta
yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta
maupun tidak. Artinya adalah: penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan
jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan tertanggung juga
harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang
dipertanggungkan.

3) Proximate cause

Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang


menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif
dari sumber yang baru dan independen.

4) Indemnity

Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial


dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki
sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal
278).

5) Subrogation

Universitas Sriwijaya
Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim
dibayar.

6) Contribution

Adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama


menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut
memberikan indemnity.

2.3 Jenis-Jenis Asuransi Kesehatan


Secara garis besar asuransi kesehatan dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Asuransi kesehatan Sosial
Social insurance mempunyai karakteristik khusus yang membedakan dengan
private insurance, yaitu:

a. Keanggotaan bersifat wajib

b. Kontribusi (premi) sesuai dengan besaran gaji

c. Cakupan pelayanan kesehatan yang diasuransikan sesuai dengan besaran


kontribusi

d. Pelayanan dirupakan dalam bentuk paket

e. Dikelola oleh organisasi yang bersifat otonom

f. Biasanya merupakan bagian dari sistem jaminan sosial yang berskala luas

g. Umumnya terjadi cross subsidi

b. Asuransi Kesehatan Komersial


Perbedaan utama private insurance dan social insurance adalah tidak adanya
risk pooling dan bersifat voluntary. Disamping itu private insurance juga
memperhitungkan resiko kesakitan individu dengan besaran premium dan cakupan
pelayanan asuransi yang diberikan. Artinya individu yang lebih beresiko sakit
misalnya kelompok rentan (bayi, ibu hami, lansia), orang dengan perilaku tertentu
misalnya perokok, dan orang dengan pekerjaan yang beresiko akan dikenakan premi

Universitas Sriwijaya
yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang dengan resiko rendah. Model ini
tentunya mempunyai mekanisme lebih rumit mengingat harus memperhitungkan
tingkat resiko tertanggung.

Model private insurance mungkin bersifat profit yaitu mencari keuntungan


untuk pengelolaan dan pemilik, atau menggunakan keuntungan untuk mengurangi
besaran premi tertanggung. Bentuk private insurance dapat berupa lembaga asuransi
swasta atau NGO bagi umum maupun asuransi kelompok khusus seperti asuransi
pekerja

2.4 Penerapan Asuransi Kesehatan di Indonesia


Terhitung mulai 01 Januari 2014, pemerintah secara resmi memberlakukan program
kesehatan melalui BPJS. Pelaksanaan program ini sesuai amanat UU BPJS Kesehatan, yaitu
Undang-Undang 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya
disebut dengan UU JSN) dan Undang-Undang 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (selanjutnya disebut dengan UU BPJS). Melalui program ini, pemerintah
hendak memastikan tersedianya pelayanan kesahatan yang murah bahkan bagi orang yang tak
mampu gratis bagi seluruh warga negara.

BPJS kesehatan merupakan bentuk asuransi atau jaminan kesehatan yang bisa
digunakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Selain biaya premi yang murah, pendaftarannya
pun mudah. Calon anggota BPJS bisa mendaftar secara offline dengan cara datang langsung
ke kantor BPJS maupun secara online via website BPJS. Dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya
disebut UU No. 24/2011), badan penyelenggara program jaminan sosial, semula
diselenggarakan emapat badan penyelenggara jaminan sosial bertransformasi menjadi dua
badan penyelenggara dan berbentuk menjadi bentuk badan hukum publik sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 5 UU No. 24/2011 yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Penyelenggaraan jaminan kesehatan terdiri dari beberapa aspek yang saling berkaitan
satu sama lainnya yaitu aspek regulasi, aspek kepersertaan, aspek manfaat dan iuran, dan
aspek kesehatan. Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang
dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di
Indonesia dan telah membayar iuran. Kelompok peserta BPJS kesehatan terdiri dari dua

Universitas Sriwijaya
kelompok yaitu penerima bantuan iuran jaminan kesehatan dan bukan penerima bantuan
iuran jaminan kesehatan. Adapun manfaat yang diperoleh dari peserta BPJS dan keluarganya
adalah setiap peserta berhak memperoleh jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan
kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif dan kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang
diperlukan. Manfaat jaminan kesehatan sebagaiaman dimaksud terdiri atas manfaat medis
dan manfaat non-medis.

Kartu Indonesia Sehat

Meski telah memiliki BPJS Kesehatan sebagai badan negara yang menyelenggarakan
jaminan kesehatan bagi masyarakat, namun pada tanggal 3 November 2014 tahun lalu,
Presiden Joko Widodo mengeluarkan program kesehatan lain yang bernama Kartu Indonesia
Sehat (selanjutnya disingkat KIS). KIS merupakan kartu yang memiliki fungsi untuk
memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
secara gratis. Penggunanya sendiri dapat menggunakan fungsi KIS ini di setiap fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut.

Kartu ini sendiri merupakan program yang bertujuan untuk melakukan perluasan dari
program kesehatan yang sebelumnya yaitu BPJS. Apabila ada sebuah keluarga pemegang
kartu KIS dia sudah termasuk peserta BPJS Kesehatan termasuk anak-anaknya. KIS ini
ditujukan bagi masyrakat yang tidak mampu yang seharusnya masuk peserta Penerima
Bantuan Iuran (selanjutnya disingkat PBI) dalam BPJS Kesehatan namun belum terjangkau.
KIS memiliki kelebihan, yaitu bisa menanggung Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(selanjutnya disingkat PMKS).

Tabel Perbedaan KIS dan BPJS


No KIS BPJS
1. Anggotanya diambil dari masyarakat yang Anggotanya harus mendaftar dan
tidak mampu dan pemberian kartunya
ditetapkan oleh pemerintah serta membayar iuran dan penerima bantuan
pembayaran iurannya ditanggung oleh iuran (PBI)
pemerintah.

Universitas Sriwijaya
2. Diperuntukan bagi seseorang yang di Diwajibkan bagi setiap Warga Negara
mana kondisi ekonominya sangat lemah Indonesia baik yang mampu atau pun
tidak mampu. Bagi rakyat yang tidak
mampu, iurannya ditanggung oleh
pemerintah;

3. Pemakaian KIS dapat dilakukan di mana Pemakaian BPJS


saja, baik di klinik, puskesmas atau
hanya berlaku di klinik atau puskesmas
di rumah sakit mana pun yang ada di yang telah didaftarkan saja;
Indonesia.

4. KIS dapat digunakan tidak hanya untuk Penggunaan BPJS hanya


pengobatan saja, tetapi juga dapat
dapat digunakan jika kondisi kesehatan
digunakan untuk melakukan pencegahan. peserta sudah benar-benar sakit atau

harus dirawat

5. KIS merupakan jenis jaminan kesehatan Pengguna BPJS diwajibkan untuk


yang mendapatkan subsidi dari membayar iuran

Pemerintah. setiap bulannya dengan jumlah yang telah


ditentukan.

2.5 Penerapan Asuransi Kesehatan di Inggris


Di dunia, terdapat berbagai negara yang telah mencapai universal coverage salah
satunya adalah negara Inggris. Inggris selain sebagai salah satu negara yang telah mencapai
universal coverage, juga merupakan negara pertama yang memperkenalkan Asuransi
Kesehatan Nasional (AKN) di tahun 1911. Sistem kesehatan Inggris kini lebih dikenal
dengan istilah National Health Service (NHS) yaitu suatu sistem kesehatan yang didanai dan
dikelola oleh pemerintah secara nasional yang sebagian besar bersumber dari pajak umum
(tax-funded). Jumlah anggaran pada tahun 2007-2008 mendekati 90 miliyar poundsterling
dan terus meningkat sebanyak 110 miliyar pada tahun 2010-2011. Efisiensi biaya adalah
tema utama NHS yang bertujuan untuk memperbaiki pelayanan kesehatan yang sudah ada.
Inggris juga memberi kesempatan bagi warganya untuk membeli pelayanan kesehatan
tambahan melalui asuransi swasta, karakteristik yang menyerupai sistem pembayar ganda
(two-tier).

Di Inggris diterapkan sebuah sistem jaminan kesehatan berbasis pajak yang bernama
“Pelayanan Kesehatan Nasional” (National Health Service disingkat NHS). Pembiayaan

Universitas Sriwijaya
untuk NHS didanai oleh pajak yang diberikan kepada Departemen Kesehatan oleh parlemen.
NHS memberikan secara gratis hampir semua jenis pelayanan kesehatan, seperti pemeriksaan
kehamilan, perawatan gawat darurat, dan lain-lain. Pengecualiannya, yang memerlukan
pembayaran hanya sedikit, seperti obat yang diresepkan (prescriptions), pengobatan gigi dan
mata.

Sistem Perencanaan Health Financing Function

Menurut teori Health Financing Functions, untuk mencapai universal coverage


terdapat tiga pilar penting yang mempengaruhi yaitu Revenue Collection, Pooling
Mechanism, dan Purchasing.

1. Revenue Collection National Health Service di Inggris

Revenue collection merupakan suatu kegiatan atau proses untuk memperoleh


pendanaan pelayanan kesehatan dari rumah tangga, organisasi, perusahaan ataupun
donor. Sumber pendanaan dari NHS sebagian besar dibiayai oleh pemerintah yakni
sebanyak 85% dari pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak. Pemerintah
mengalokasikan dana ke NHS di Inggris melalui pajak. Pendanaan untuk NHS datang
dari Kementerian Keuangan melalui Departemen Kesehatan selanjutnya Sekretaris
Negara (Secretary of State for Health) memutuskan bagaimana dana tersebut akan
dihabiskan dan bertanggung jawab kepada parlemen untuk kinerja keseluruhan dari
NHS di Inggris.

2. Pooling Mechanism National Health Service di Inggris

Pooling Mechanism adalah sebuah mekanisme bagaimana cara mengelola dana


yang terkumpul untuk menciptakan “insurance pool” secara efisien dan adil serta
bagaimana manajemen pengelolaannya untuk menjamin agar dana kesehatan berasal
dari partisipasi seluruh masyarakat dan bukan dari perseorangan. National Health
Service merupakan sebuah sistem kesehatan publik di Inggris dimana pemerintah
menarik pajak umum (general taxation) dari warga.

NHS menggunakan sistem pendanaan yang bersifat sentralistik dengan prinsip


ekuitas berdasarkan kebutuhan serta status kesehatan setempat. sedangkan pelayanan
yang diberikan bersifat desentralistis dengan dokter umum sebagai gate keeper yang

Universitas Sriwijaya
bukan pegawai negeri. Selanjutnya apabila pasien tersebut dirasa perlu untuk
penanganan lebih lanjut maka pasien akan dirujuk ke dokter rumah sakit (RS) yang
merupakan pegawai negeri. Untuk mengatasi permintaan yang berlebihan maka
diberlakukan co-payment misalnya: obat-obatan di luar rumah sakit serta rationing
yang berkaitan dengan waktu. Hal ini dirasa cukup efektif dalam menekan biaya
kesehatan.

3. Purchasing Mechanism National Health Service di Inggris

Purchasing Mechanism merupakan tata kelola dalam penyediaan teknis


pelayanan kesehatan. Bagaimana sistem pembayaran, birokrasi, penyediaan obat dan
lain-lain terhadap PPK (pemberi pelayanan kesehatan). Sistem NHS ini tidak
sepenuhnya sistem asuransi karena tidak ada premi yang dikumpulkan, biaya tidak
dibebankan pada tingkat pasien dan biaya tidak dibayarkan dari a pool (“Comparison
Health Insurance”). NHS menerapkan sistem pembayaran prospektif dimana
pembayaran dilakukan sebelum seseorang mendapat pelayanan kesehatan. Selain itu,
sistem purchasing mechanism yang dianut oleh sistem jaminan kesehatan NHS di
Inggris yaitu Pembayar Tunggal (Single Payer) yang tidak selalu berarti bahwa
pemerintah merupakan satu-satunya pihak yang menyediakan dan membiayai
pelayanan kesehatan untuk semua warga. Inggris juga memberi kesempatan bagi
warganya untuk membeli pelayanan kesehatan tambahan melalui asuransi swasta.

Kelebihan sistem pembayar tunggal terletak pada keadilan mengakses


pelayanan kesehatan. Jika terdapat perbedaan akses lebih disebabkan sisi penyediaan
pelayanan kesehatan (misalnya, daerah terpencil, perbatasan), bukan pembiayaan
pelayanan kesehatan. Dalam aspek efisiensi, sistem itu dapat mengurangi masalah
‘adverse selection’, kondisi yang tidak menguntungkan dalam pengelolaan asuransi di
mana warga yang lebih sehat memilih untuk tidak mengikuti asuransi. Sistem
pembayar tunggal juga mengurangi kemungkinan tumpang tindih (overlap) atau
kesenjangan paket pelayanan kesehatan antar skema asuransi kesehatan. Dalam aspek
pilihan dan kualitas pelayanan, jika penyediaan pelayanan kesehatan diserahkan secara
kompetitif kepada pemberi pelayanan kesehatan swasta atau campuran swasta dan
pemerintah melalui pasar kompetitif, maka sistem pembayar tunggal dapat

Universitas Sriwijaya
merangsang pemberi pelayanan kesehatan untuk bersaing meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.

2.6 Perbedaan Asuransi Kesehatan di Indonesia dan Inggris


Tabel Perbedaan Asuransi Kesehatan di Indonesia dan Inggris
No BPJS NHS
1. Pembayaran prospektif (kapitasi) dan Pembayaran prospektif
Retrospektif (INA-CBG’s)
2. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif Pelayanan komprehensive
3.

Universitas Sriwijaya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di Indonesia, jaminan kesehatan merupakan salah satu dari 5 (lima) jaminan sosial yang
diamanatkan dalam UU SJSN. Jaminan kesehatan tersebut dinamakan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan. Selain itu, ada pula program Kartu Indonesia Sehat yang
merupakan perluasan program dari BPJS dan diperuntukkan untuk orang yang tidak mampu.
Sedangkan jaminan kesehatan di negara Inggris disebut dengan National Health Service
(NHS). National Health Service (NHS) yaitu suatu sistem kesehatan yang didanai dan
dikelola oleh pemerintah secara nasional yang sebagian besar bersumber dari pajak umum
(tax-funded).

3.2 Saran

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Ajib, Muhammad. 2019. Asuransi Syariah. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.

Dewi, Fera M. & Hidayat, Budi. 2017. Analisis Praktik Koordinasi Manfaat (Coordination
of Benefit) Layanan Rawat Inap di Indonesia. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia,
2(2).

Heryana, Ade. 2021. Asuransi Kesehatan dan Managed Care: Buku Ajar. Universitas Esa
Unggul Jakarta.

Indrayathi, Putu Ayu. 2016. Bahan Ajar Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara.
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Jabbar, L. D. A. 2020. Pertanggung Jawaban BPJS Kesehatan terhadap Pelayanan Asuransi


Kesehatan Masyarakat. Jurist-Diction, 3(2): hal. 387-400.

Rastuti, Tuti. 2016. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. Yogyakarta: Penerbit Medpress
Digital.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014


tentang Perasuransian.

Setiyono, Budi. 2018. Perlunya Revitalisasi Kebijakan Jaminan Kesehatan di Indonesia.


Politika: Jurnal Ilmu Politik, 9(2), hal. 38-60.

Setyawan, Febri E. B. 2018. Sistem Pembiayaan Kesehatan. Magna Medica: Berkala Ilmiah
Kedokteran dan Kesehatan, 2(4), hal. 57-70.

Vandawati, Z. dkk. 2016. Aspek Hukum Kartu Indonesia Sehat. Yuridika: Fakultas Hukum
Universitas Airlangga, 31(3): hal. 498-520.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai