Anda di halaman 1dari 41

PERENCANAAN AIR BERSIH KECAMATAN

SAMALANTAN KABUPATEN BENGKAYANG

Dosen : Fitriana, S.Si., M.T.

Disusun Oleh :

ARUNG TAFTAZANI 1710211976

MOH. KURNIAWAN 1710211977

LEO KRISTIANTO 1710211980

AGUNG GREGORIUS SAPUTRA 1710211929

AEF SATRIADI 1710211996

WELLY YULIARDI 1710211974

HERMAN PRASETYO 1710211981

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCA BHAKTI

PONTIANAK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan
karunia dan rahmatnya, tak lupa Shalawat dan salam untuk teladan kita Nabi
Muhammad SAW yang membawa kita semua ke zaman terang benderang ini
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah perencanaan ini dengan baik walaupun
masih banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan kita menyangkut Perancanaan Air Bersih di Kecamatan
Samalantan Kabupaten Bengkayang. Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah perencanaan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah perencanaan yang sudah kami buat, mengingat tak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun dan demi perbaikan makalah perencanaan
ini di masa mendatang. Semoga makalah perencanaan ini bisa dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah perencanaan yang sudah disusun
ini dapat bermanfaat bagi kami ataupun orang yang membacanya.

Pontianak, Oktober 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


BAB I .................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 3

BAB II ................................................................................................................................ 5
LOKASI PERENCANAAN ......................................................................................... 5
2.1 Umum ................................................................................................................... 5

2.2 Iklim ...................................................................................................................... 6

2.3 Kependudukan ...................................................................................................... 7

BAB II ................................................................................................................................ 9
METODOLOGI ............................................................................................................ 9
3.1 Pengumpulan Data Pengukuran Elevasi dan Jarak ............................................... 9

3.2 Perlengkapan Sistem Transmisi .......................................................................... 11

3.3 Program EPANET versi 2.0 ................................................................................ 15

BAB IV ............................................................................................................................. 26
HASIL PEKERJAAN ................................................................................................. 26
4.1 Survei Lapangan ................................................................................................. 26

4.2 Analisis Kebutuhan Air Penduduk ...................................................................... 28

4.3. Analisis Ketersediaan Air .................................................................................. 29

4.4. Analisis Pipa Transmisi ..................................................................................... 30

4.5 Perencanaan Bangunan Intake ............................................................................ 36

BAB V .............................................................................................................................. 38
VOLUME PEKERJAAN DAN ANGGARAN BIAYA ........................................... 38
5.1 Rencana Anggaran Biaya .................................................................................... 38

BAB VI ............................................................................................................................. 40
PENUTUP.................................................................................................................... 40
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 40

6.2 Saran.................................................................................................................... 40

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Kebutuhan akan air bersih bagi manusia semakin meningkat sesuai dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Penyediaan air bersih yang cukup dapat menjamin
terpeliharanya kesehatan masyarakat terutama untuk mencegah penyakit yang
ditularkan melalui air, seperti typhus, cholera, dysentri.
Menurut Ray K. Linsley dan Joseph B. Frainzini (1994 : 99), air murni adalah
zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau yang terdiri dari hidrogen dan
oksigen dengan rumus kimianya H2O. Karena air merupakan suatu langkah yang
hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan
manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di
dalamnya mengandung zat-zat terlarut. Di samping itu, akibat daur hidrologi air
juga mengandung berbagai zat lainnya, termasuk gas. Zat-zat ini sering disebut
pencemar yang terdapat di dalam air.
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni
mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang
berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau kualitas
hidup masyarakat. Sampai saat ini penyediaan air bersih untuk masyarakat di
Kecamatan Bengkayang masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang
cukup kompleks dan sampai saat ini masih belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah
satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni masih rendahnya tingkat
pelayanan air bersih untuk masyarakat di Kecamatan Bengkayang.
Komponen utama sistem distribusi air bersih adalah sistem jaringan pipa, yaitu
jaringan yang digunakan untuk mendistribusikan air kepada masyarakat. Aliran
dapat terjadi karena adanya beda tinggi tekanan di kedua tempat, tekanan
diakibatkan oleh perbedaan elevasi muka air atau akibat dari penggunaan pompa

3
yang sering kali digunakan untuk mengalirkan air dari tempat rendah ke tempat
yang lebih tinggi.
Dalam pekerjaan Survei Identifikasi Dan Desain Air Baku Kecamatan
Samalantan Kabupaten Bengkayang, kami melakukan identifikasi sumber air baku
Gunung Nobok yang berada pada Desa Tumiang Dusun Padang yang kemudian
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di Desa Babane Kecamatan
Samalantan.

4
BAB II
LOKASI PERENCANAAN

2.1 Umum
Kecamatan Samalantan secara geografis terletak pada 0°42’42” Lintang Utara
sampai dengan 1°03’14” Lintang Utara dan 109°07’58” Bujur Timur sampai
dengan 109°23’14” Bujur Timur. Secara administratif, batas wilayah Kecamatan
Samalantan adalah:
Utara : Kecamatan Lembah Bawang
Selatan : Kabupaten Landak
Timur : Kecamatan Sungai Betung
Barat : Kecamatan Monterado

Gambar 1 Peta Administri Kabupaten Bengkayang

Luas wilayah Kecamatan Samalantan adalah sebesar 420,50 km2 atau sekitar
7,79 persen dari seluruh luas Kabupaten Bengkayang. Kecamatan Samalantan
terbagi dalam 7 desa. Pada awal berdirinya Kabupaten Bengkayang yaitu pada
tahun 1999, jumlah desa di Kecamatan Samalantan sebanyak 15 desa. Pada tahun
2001, sebanyak 5 desa masuk menjadi wilayah Kecamatan Monterado. Selanjutnya,
pada tahun 2006 sebanyak 3 desa dimekarkan menjadi 8 desa dan selanjutnya

5
menjadi wilayah Kecamatan Lembah Bawang. Dengan demikian, sejak tahun 2006
jumlah desa yang masuk wilayah Kecamatan Samalantan sebanyak 7 desa.
Dilihat luas per desa, luas wilayah desa yang paling besar adalah Desa Sabau
dengan luas wilayah sebesar 86,00 km2 atau sekitar 20,45 persen dari total luas
Kecamatan Samalantan sedangkan luas desa yang paling kecil adalah Desa
Marunsu dengan luas wilayah hanya 46,00 km2 atau sekitar 10,94 persen dari
seluruh luas wilayah Kecamatan Samalantan. Dilihat dari tekstur tanahnya,
sebagian besar wilayah Kecamatan Samalantan memiliki tekstur tanah sedang dan
halus. Selanjutnya, dilihat menurut penyebaran luas lereng, sebagian besar wilayah
Kecamatan Samalantan masuk dalam luas lereng 15-40 persen. Jenis tanah yang
banyak terdapat di wilayah Kecamatan Samalantan adalah jenis Pedsoled Merah
Kuning (PMK) sebagian kecil jenis OGH. Dilihat dari jarak antara ibukota
kecamatan dengan ibukota desa, letak desa yang paling jauh dari ibukota adalah
Desa Pasti Jaya dan yang paling dekat adalah Desa Samalantan.

Luas Wilayah
No. Desa Persentase (%)
(km2)
1 Sabau 86,00 20,45
2 Tumiang 50,00 11,89
3 Pasti Jaya 60,00 14,27
4 Babane 50,00 11,89
5 Bukit Serayan 60,00 14,27
6 Marunsu 46,00 10,94
7 Samalantan 68,50 16,29
Tabel 1 Kelurahan dan Desa di Kecamatan Bengkayang

2.2 Iklim
Curah hujan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah iklim, keadaan
geografi, dan pertemuan arus udara. Rata-rata curah hujan di Kecamatan
Samalantan selama tahun 2013 mencapai 259 mm. Curah hujan sebesar ini
termasuk tinggi dan hal ini dipengaruhi oleh wilayah Kecamatan Samalantan
sebagai bagian Indonesia yang masuk dalam wilayah tropis (dengan ciri hutan
tropis yang cukup lebat dan kelembaban udara tinggi). Rata-rata curah hujan yang

6
cukup tinggi terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Juni. Rata-rata
hari hujan pada tahun 2013 di Kecamatan Samalantan adalah sebanyak 15 hari.
Jumlah hari hujan yang paling banyak adalah pada bulan Desember dan yang paling
sedikit adalah pada bulan Juni.

Bulan 2011 2012 2013


Januari 475 402 136
Februari 336 284 330
Maret 274 310 160
April 296 190 340
Mei 249 94 274
Juni 211 82 68
Juli 165 387 168
Agustus 115 108 230
September 221 149 214
Oktober 310 262 190
November 417 387 555
Desember 531 564 440
Rata-rata 300 268 259
Tabel 2 Curah Hujan Kecamatan Samalantan

2.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Samalantan pada akhir tahun 2013 (Hasil Proyeksi
Penduduk) adalah sebanyak 19.896 jiwa. Jika dirinci menurut jenis kelamin, jumlah
penduduk laki-laki ada sebanyak 10.380 jiwa dan jumlah penduduk perempuan ada
sebanyak 9.516 jiwa. Kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Samalantan
adalah sebanyak 47 jiwa per kilometer persegi.

Dilihat menurut desa, yang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi
adalah Desa Pasti Jaya dengan kepadatan penduduk sebesar 74 jiwa per kilometer
persegi sedangkan yang paling rendah tingkat kepadatannya penduduknya adalah
Desa Sabau dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 24 jiwa per kilometer
persegi. Dilihat dari rasio jenis kelamin, secara umum di Kecamatan Samalantan
setiap 109 laki-laki maka terdapat 100 perempuan. Dari rasio jenis kelamin tersebut,

7
dapat disimpulkan bahwa di Kecamatan Samalantan pada tahun 2013 penduduk
laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan.

Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan


Desa
Laki-laki Perempuan Jumlah (km2) (jiwa/km2)
Sabau 1133 953 2086 86,00 24
Tumiang 1080 992 2072 50,00 41
Pasti Jaya 2297 2117 4414 60,00 74
Babane 1104 947 2051 50,00 41
Bukit Serayan 1139 1021 2160 60,00 36
Marunsu 1234 1196 2430 46,00 53
Samalantan 2393 2290 4683 68,50 68
Jumlah 10380 9516 19896 420,50 47
Tabel 3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Samalantan

8
BAB II
METODOLOGI

3.1 Pengumpulan Data Pengukuran Elevasi dan Jarak


Pengukuran bertujuan untuk mendapatkan gambaran topografi daerah yang
disurvei dengan sasaran tinggi dan posisi detail lapangan. Pekerjaan pengukuran
situasi yang dimaksud adalah untuk mendapatkan data situasi mengenai lokasi
yang akan dijadikan sumber air baku dan sebagai bahan masukan untuk penyusunan
perencanaan yang efisien dengan memanfaatkan keadaan/kondisi kontur
tanah/daerah.

Pengumpulan data elevasi dan jarak (x,y,z) dilakukan pada lokasi sumber air
baku yang ditentukan dengan bantuan surveior-surveior. Pada survei pemetaan
posisi dan tinggi ini digunakan alat bantu GPS merk Garmin 76CSx. Berikut titik
koordinat yang di peroleh dari hasil pengukuran di lapangan :

X (m) Y (m) Elevasi (m)


306705 85398 99
306711 85400 102
306718 85417 92
306727 85424 89
306734 85429 88
306736 85429 87
306733 85444 82
306753 85496 71
306753 85513 72
306769 85527 69
306800 85559 64
306828 85577 59
306840 85585 58
306856 85595 56
306870 85609 54
306898 85622 52

9
X (m) Y (m) Elevasi (m)
306909 85620 52
306922 85618 53
306951 85618 49
306988 85639 44
307024 85657 39
307050 85676 41
307071 85690 39
307116 85706 40
307148 85693 41
307184 85697 36
307203 85708 35
307210 85715 36
307215 85728 37
307236 85753 35
307295 85773 37
307305 85834 36
307323 85905 41
307358 85945 34
307328 86010 37
307293 86128 41
307250 86297 33
307244 86324 30
307225 86483 33
307211 86569 36
307164 86614 31
307136 86633 36
307090 86722 38
307031 86792 33
307001 86879 33
306990 86895 25
307009 86987 33

10
X (m) Y (m) Elevasi (m)
307028 87087 33
307051 87172 30
307086 87219 32
307128 87274 29
307140 87337 31
307118 87406 41
307115 87466 50
307061 87542 42
307022 87503 54
306955 87481 52
307034 87574 46
307015 87642 36
307010 87707 36
307016 87759 32
307027 87808 30
307013 87836 27
306991 87860 33
306963 87853 30
Tabel 4 Hasil: Survei Lapangan Bulan Juni 2015

3.2 Perlengkapan Sistem Transmisi


Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih antara lain
wash out, berfungsi untuk penggelontor sedimen atau endapan yang ada pada pipa,
air valve, berfungsi untuk mengurangi tekanan pada pipa sehingga pipa tidak pecah,
blow off, gate valve, berfungsi untuk mengatur debit aliran, dan pompa. Untuk
memperpanjang umur pipa, dalam pemasangan pipa harus diperhatikan peralatan
pipa yang diperlukan serta faktor keamanan antara lain:
1. Katup udara (air valve)
Katup udara berfungsi untuk melepaskan udara yang terperangkap dalam pipa,
hal ini dapat mengganggu jalannya air dalam pipa. Katup udara ini biasanya
diletakkan pada tempat-tempat di titik-titik yang tertinggi seperti jembatan
pipa dan pada jalur utama yang berada pada topografi tertinggi.

11
2. Penguras
Perlengkapan penguras diperlukan untuk mengeluarkan kotoran/endapan yang
terdapat di dalam pipa. Biasa dipasang di tempat yang paling rendah pada
sistem perpipaan dan pada jembatan pipa.
3. Stop/Gate Valve
Dalam suatu daerah perencanaan yang terbagi atas blok-blok pelayanan,
tergantung dari kondisi topografi dan prasarana yang ada, perlu dipasang gate
valve. Perlengkapan ini diperlukan untuk melakukan pemisahan/melokalisasi
suatu blok pelayanan/jalur tertentu yang sangat berguna pada saat perawatan.
Biasanya gate valve dipasang pada setiap percabangan pipa selain itu
perlengkapan ini biasa dipasang sebelum dan sesudah jembatan pipa, siphon,
dan persimpangan jalan raya.
4. Perkakas(fitting)
Perkaks (tee, bend, reducer, dan lain-lain) perlu disediakan dan dipasang pada
perpipaan distribusi sesuai dengan keperluan di lapangan. Apabila pada suatu
jalur pipa terdapat lengkungan yang memiliki radius yang sangat besar,
penggunaan perkakas belokan (bend) boleh tidak dilakukan selama defleksi
pada sambungan pipa tersebut masih sesuai dengan yang disyaratkan untuk
jenis pipa tersebut.
5. Trust Block
Dalam perencanaan jaringan distribusi, thrust block diperlukan pada pipa yang
mengalami beban hidolik yang tidak seimbang, misalnya pada pergantian
diameter, akhir pipa dan belokan. Gaya–gaya ini akan menggeser jaringan pipa
dan kedudukan semula, jika hal ini dibiarkan, lama-lama dapat merusak
jaringan pipa dan sambungan-sambungannya. Oleh karena itu gaya gaya
tersebut harus ditahan dengan cara memasang thrust block pada sambungan
pipanya, menjaga agar fitting tidak bergerak, umumnya lebih praktis
memasang thrust blok setelah saluran ditimbun dengan tanah dan dipadatkan
sehingga menjamin mampu menahan gaya hidrolik atau beban lainnya. Thrust
block hendaknya dipasang pada sisi parit untuk menahan gaya geser atau
menggali sebuah lubang masuk ke dalam dinding parit. Gaya-gaya yang
dibebankan pada thrust block antara lain:

12
a. Tumpukan belokan
Selain harus dapat menahan gaya berat pipa dan isinya, juga harus dapat
menahan gaya yang berasal dari perubahan momentum fluida yang
membelok.
b. Tumpuan sebelum dan sesudah katup
Karena aliran zat cair menimbulkan gaya pada katup maka dapat diletakkan
pipa dekat katup. Pipa di dekat katup harus dapat menahan berat pipa, berat
katup, berat fluida dalam pipa dan katup serta gaya F yang ditimbulkan
tekanan zat cair. Tempat tempat kritis pada jaringan pipa yang memerlukan
pemasangan thrust block adalah :
 Tempat di mana pipa berubah arah.
 Tempat di mana pipa berubah diameter.
 Tempat di mana pipa berakhir.
 Tempat di mana diperkirakan timbul gaya dorong, misalnya pada
sambungan-sambungan, katup-katup.
6. Bangunan Perlintasan Pipa
Bangunan ini diperlukan bila jalur pipa harus memotong pipa untuk keamanan
dan kelancaran pipa yang dikarenakan adanya lintasan kereta api, sungai,
maupun kondisi tanah yang tidak rata. Bila melintasi rel kereta api, maka
perencanaan dan pelaksanaan harus dikoordinasikan dengan Perusahaan
Kereta Api. Bila melintasi sungai, konstruksi yang biasa digunakan ialah :
a. Pipa diletakkan pada jembatan ( Pipe Supported on Bridge)
Konstruksi ini digunakan bila jembatan yang tersedia mendukung untuk
jalur pipa. Bila jembatan saat ini tidak tersedia, maka harus dibangun
jembatan pipa sendiri. Dalam hal ini air valve thrust block, flexible Joint
penting untuk dipasang.
b. Jembatan Pipa (Pipe Beam Bridge)
Bila rentangan jembatan kecil dan panjang pipa dapat merintangi sungai,
maka pipa itu sendiri dapat digunakan sebagai jembatan. Hal ini harus
mendapat persetujuan dari kantor pemerintah yang bersangkutan. Hal
penting yang harus diperhatikan :
 Sebaiknya menggunakan pipa baja.

13
 Pipa harus didukung pada struktur bagian atas pinggir sungai.
 Semua belokan pipa disarankan sudutnya lebih kecil dari 45o dan
belokan harus dipasang thrust block.
 Tembok penahan diperlukan pada upstreamdan downstream dari
jembatan pipa. Serta dipasang pelindung pipa pagar agar pipa aman.
 Tempat pejalan kaki harus dibangun sepanjang jembatan pipa untuk
pemeriksaan dan perbaikan.
7. Sambungan
Sambungan dan kelengkapan pipa yang sering digunakan untuk
penyambungan pipa antara lain :
a. bell and spigot
Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke dalam suatu bell (socket) pipa lainnya.
Untuk menghindari kebocoran, menahan pipa serta kemungkinan defleksi
(sudut sambungan berubah), maka sambungan dilengkapi dengan gasket.
b. Flange joint.
Biasanya dipakai untuk pipa bertekanan tinggi, untuk sambungan yang
dekat dengan instalasi pipa. sebelum kedua flange disatukan dengan mur
baut maka antar flange disisipkan packing untuk mencegah kebocoran.
c. Ball joint
Digunakan untuk sambungan dan pipa dalam air.
d. Increaser dan reducer
Increaser digunakan untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke
diameter besar (arah aliran dari diameter kecil ke besar). Reducer untuk
menyambung dari diameter besar ke diameter kecil.
e. Bend dan Tee
Bend merupakan belokan dengan sudut belokan pipa sebesar 900, 450,
22,50dan 11,50,sedangkan tee untuk menyambung pipa pada percabangan.
f. Tapping Bend
Dipasang pada pipa yang perlu disadap untuk dialihkan ke tempat lain.
Dalam hal ini pipa distribusi dibor dan tapping dipasang dengan baut di
sekeliling dengan memeriksa agar cincin melingkar penuh pada sekeliling
lubang dan tidak menutup lubang tapping. Apabila dimensi penyadapan

14
terlalu besar, maka pipa distribusi dapat dipotong selanjutnya dipasang tee
atau perlengkapan yang sesuai.
3.3 Program EPANET versi 2.0
EPANET adalah suatu program komputer yang menampilkan suatu simulasi
hidrolik dan perilaku kualitas air dalam jangka waktu yang panjang pada jaringan
pipa bertekanan (Lewis A. Rossman, 2000). Suatu jaringan terdiri dari pipa, Node
(sambungan pipa), pompa, katup dan tangki penyimpanan atau reservoir. EPANET
melacak aliran air pada masing-masing pipa, tekanan pada masing-masing
sambungan, tinggi air pada masing-masing tangki dan konsentrasi suatu bahan
kimia pada seluruh jaringan selama waktu simulasi yang terdiri dari kumpulan
satuan waktu. EPANET dirancang untuk menjadi suatu alat penelitian untuk
meningkatkan pengertian mengenai pergerakan akhir dan tujuan dari air dalam
sistem distribusi. Program ini dapat digunakan untuk berbagai jenis aplikasi yang
berbeda dalam analisa sistem jaringan pipa. EPANET juga dapat membantu dalam
menilai suatu strategi dalam mengatur alternatif terhadap upaya peningkatan
kualitas air melalui suatu sistem.
Program EPANET ini dijalankan dalam program WINDOWS. EPANET juga
menyediakan suatu sistem lingkungan yang terintegrasi untuk keperluan
penyesuaian terhadap data Input (masukan) jaringan, menjalankan simulasi hidrolik
dan kualitas air, meninjau hasil keluaran dalam format/bentuk yang beragam.
Termasuk juga peta jaringan dengan kode warna, tabel data, grafik kumpulan
waktu, dan plot kontur.
a. Kemampuan Pemodelan Hidrolik
Penampakan secara utuh dan model hidrolik yang akurat adalah merupakan
suatu prasyarat untuk membentuk suatu model yang efektif. EPANET berisikan
suatu mesin analisa hidrolik yang fleksibel yang meliputi kemampuan sebagai
berikut:
 tidak mempunyai batasan terhadap ukuran jaringan yang dapat dianalisa.
 memperhitungkan kehilangan tinggi tekan gesekan dengan menggunakan
rumus: Hazen-Williams, Darcy-Weisbach, dan Chezy-Manning.
 termasuk kehilangan tinggi tekan kecil (Minor Losser), akibat bengkokan
sambungan dan lain-lain.

15
 pemodelan terhadap pompa dengan kecepatan yang konstan maupun
bervariasi.
 memperhitungkan energi pemompaan dan biaya.
 memodelkan berbagai jenis katup meliputi penutupan, pemeriksa,
pengaturan tekanan, dan katup kontrol aliran.
 memungkinkan berbagai bentuk tangki penyimpanan (misalnya diameter
dapat divariasikan dengan ketinggian).
 mempertimbangkan berbagai kondisi yang mungkin terjadi pada Node
(sambungan pipa), masing-masing dengan pola variasi waktunya sendiri.
 pemodelan aliran-dependen yang keluar dari pemancar (kepala Spinkler).
 dapat menempatkan sistem operasi baik pada tangki sederhana maupun
dengan pengatur waktu ataupun kontrol dengan dasar aturan yang rumit.
b. Model Jaringan EPANET
EPANET memodelkan suatu sistem jaringan pipa sebagai suatu kumpulan jalur
yang dihubungkan pada suatu titik. Jalur-jalur ini bisa berbentuk pipa, pompa, dan
katup kontrol, sedangkan suatu titik bisa berbentuk sambungan, tangki dan
reservoir. Gambar di bawah ini menggambarkan bagaimana objek-objek tersebut
dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk satu jaringan. Gambar di bawah
ini menggambarkan bagaimana objek-objek tersebut dihubungkan satu sama lain
sehingga membentuk satu jaringan.

Gambar 2 Komponen Fisik pada Suatu Sistem Distribusi Air

16
 Sambungan (Junction) adalah suatu titik pada jaringan di mana beberapa jalur
dihubungkan / tergabung secara bersama dalam suatu titik di mana air masuk
dan meninggalkan jaringan.
 Reservoir adalah suatu titik yang melambangkan suatu sumber yang sangat
besar atau tempat pembuangan aliran dari suatu jaringan.
 Tangki (Tanks) adalah titik dengan suatu kapasitas penyimpanan, di mana
volume air yang disimpan dapat bervariasi terhadap waktu selama suatu
simulasi. Tangki diperlukan untuk beroperasi pada level maksimum dan
minimumnya dan menghentikan aliran masuk jika tangki berada pada level
maksimumnya.
 Penyemprot (Emitters) adalah alat yang bekerja pada suatu sambungan yang
memodelkan aliran melalui pipa yang disemprotkan ke udara.
 Pipa ( Pipes) adalah jalur-jalur yang membawa air dari suatu titik ke titik lain
pada jaringan. EPANET mengasumsikan bahwa seluruh pipa penuh
sepanjang waktu. Arah aliran dimulai dari ujung yang mempunyai tinggi
tekan hidrolik yang lebih tinggi (energi dalam persatuan berat air) menuju
ujung yang mempunyai tinggi tekan yang lebih rendah. Kehilangan tinggi
tekan hidrolik dari aliran air di dalam pipa yang disebabkan gesekan dengan
dinding pipa dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari rumus
berikut :
 Rumus Hazen-Williams
 Rumus Darcy-Weisbach
 Rumus Chezy-Manning
Rumus Hazen-Williams merupakan rumus kehilangan tinggi tekan yang
paling umum digunakan di Amerika. Rumus tersebut tidak dapat digunakan
untuk zat cair selain air dan hanya dikembangkan untuk aliran turbulen.
Rumus Darcy-Weisbach merupakan suatu pendekatan teoritis yang baik.
Rumus ini digunakan untuk seluruh sistem aliran dan untuk seluruh jenis zat
cair. Rumus Chezy-Manning lebih umum digunakan untuk aliran pada
saluran terbuka.

17
c. Penggunaan Epanet untuk Perencanaan Pipa Transmisi
Untuk mengetahui dimensi pipa yang sesuai banyak tool yang dapat digunakan,
salah satunya adalah software EPANET. EPANET merupakan perangkat lunak
yang dibuat untuk mensimulasikan sistem distribusi air sebagai berikut:
 Menggambar suatu jaringan yang mewakili sistem transmisi yang akan
ditinjau, ataupun masukkan suatu deskripsi dasar dari jaringan yang terdapat
pada textfile.
 Sesuaikan/masukkan sifat-sifat objek yang membentuk sistem transmisi
(input data tiap komponen fisik jaringan).
Langkah-langkah penggunaan EPANET adalah seperti berikut;

 Project Setup
Project Setup merupakan langkah pertama dalam membuat satu rancangan
yang baru pada EPANET. Dengan memastikan pilihan default tertentu telah
dipilih maka :
 Jika File >> New untuk membuat rancangan baru.
 Pilih Project >> Defaults untuk membuka kotak dialog Defaults.
 Pada halaman ID labels, hapus seluruh tulisan pada kotak ID Prefix dan isi
setiap kotak isian dengan kode untuk tiap komponen fisik misalnya dengan
memakai simbol abjad. Kemudian atur ID Increment menjadi 1 Hal ini akan
membuat EPANET memberi label pada objek baru dengan angka berurutan.
 Pada halaman Hydraulics dari kotak dialog pilih LPS (liter/detik) sebagai
satuan aliran dalam Hazen-Williams sebagai rumus kehilangan tinggi tekan.
 Klik Ok untuk menerima pilihan ini dan tutup kotak dialog.
 Pilihan Defaults pada lembar ID Labels dari skripsi ini dapat dilihat pada
gambar berikut:

18
Gambar 3 Tampilan Defaults ID Labels dan Hydraulics EPANET 2.0

Jika ingin menyimpan pilihan untuk seluruh rancangan yang baru maka kita
dapat menandai tombol Save pada bagian bawah kotak dialog sebelum
menerimanya.
 Pengaturan Options (Pilihan) Peta
Selanjutnya kita akan mengatur beberapa pilihan tampilan peta sehingga
Labels ID kita akan ditampilkan ketika kita menambahkan objek pada jaringan,
demikian juga simbol objek tersebut.
 Pilih View >> Options untuk memunculkan kotak dialog Map Options.
 Pilih halaman Notation pada kotak ini, beri tanda ceklis pada kotak untuk
memunculkan ID node dan ID Link. Biarkan yang lainnya tidak tertandai.
 Pindah ke halaman Symbol dan ceklis seluruh kotak yang ada.
 Klik tombol Ok untuk menerima seluruh pilihan tersebut dan tutup kotak
dialog.
 Terakhir sebelum meletakkan objek pada peta kita harus mengatur
dimensinya. Pilih View >> Dimensions untuk memunculkan kotak dialog
Map Dimensions.
 Menggambar Jaringan
Ada dua cara yang digunakan EPANET dalam penggambaran suatu jaringan
distribusi, yaitu:

19
 Menggambar dengan menggunakan Mouse dan tombol-tombol yang terdapat
pada Toolbar. ( Jika Toolbar tidak tampak maka pilih View >> Toolbar >>
Map).
 Memasukkan de skripsi dasar dari jaringan yang terdapat pada textfile. ( Klik
tombol Edit Browser pada Data Browser.

Untuk pekerjaan ini digunakan cara pertama yakni dengan menggunakan


mouse. Caranya adalah seperti berikut:

 Pertama-tama tambahkan reservoir dengan mengklik tombol pada toolbar


peta. (jika toolbarnya belum muncul maka pilih View >>Toolbar>>Map).
Kemudian klik mouse pada peta lokasi di mana reservoir berada.
 Kemudian kita akan menambahkan node simpul. Klik tombol pada toolbar
Map kemudian klik pada Map lokasi dari node. Perhatikan bagaimana labels
ID muncul secara otomatis dan berurutan pada saat kita menambahkan objek
pada jaringan.
 Selanjutnya kita akan menambahkan pipa :
 Misalnya dengan pipa nomor satu yang menghubungkan node 1 ke node
2.
 Klik tombol padaToolbar Map.
 Klik mouse pada node 1 pada peta dan kemudian pada node 2.
 Perhatikan bagaimana kerangka pipa digambar.
 Ulangi prosedur ini untuk pipa selanjutnya.
 Pipa lengkung dapat digambarkan dengan cara berikut : klik mouse pada
pipa, ikuti garis pipa dan klik pada titik di mana perubahan arah
diperlukan untuk membentuk lengkungan yang diharapkan.
 Terakhir tambahkan pompa dengan mengklik tombol sesuai
dengan gambar pada jaringan.
 Tugas terakhir untuk membentuk jaringan adalah menambahkan penjelasan
pada label. Dengan cara berikut :
 Pilih tombol pada toolbar peta dan klik sembarang tempat di dekat tempat
yang diinginkan, kotak Edit akan muncul ketik kata atau kalimat yang
diinginkan dan kemudian tekan enter.

20
 Klik tombol pada Toolbar untuk mengatur mode object selection selain
mode textinsertion.
 Selanjutnya adalah penempatan ulang objek agar penggambaran akan
lebih tampak seperti gambar aslinya. Jika node berada di luar posisi kita
dapat memindahkannya dengan mengklik node tersebut, dan kemudian
drag dengan tombol mouse kiri ke posisi barunya. Label juga dapat
ditambahkan dengan cara yang sama. Untuk mengatur ulang ukuran pipa
dilakukan dengan cara berikut:
 Pertama klik pipa yang diinginkan dan klik tombol pada Toolbar
Map untuk mengatur peta ke Mode Vertex Selection.
 Pilih titik perpotongan (vertex) pada pipa dengan mengkliknya, dan
geser ke posisi baru dengan tombol mouse kiri.
 Jika diperlukan, titik potong Pertices dapat ditambahkan dan dihapus
dengan klik kanan dan pilih Option yang sesuai dari menu yang
muncul.
 Jika selesai klik tombol untuk kemba like Mode Object Selection.

Hasil penggambaran jaringan akan tampak seperti gambar berikut:

Gambar 4 Penggambaran Jaringan dengan menggunakan EPANET versi 2.0

21
 Pengaturan Properties
Ketika objek ditambahkan pada rancangan, EPANET memerintahkan
pengaturan properties. Untuk mengubah nilai dari properties tertentu dari suatu
objek kita harus memilih property editor seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Junction Editor

Ada beberapa cara untuk melakukannya. Jika kotak editor belum muncul
kita dapat memunculkannya dengan salah satu langkah berikut :

 Klik ganda objek pada peta.


 Klik kanan pada objek dan pilih Properties dari menu yang muncul.

 Pilih objek dari halaman data dari Window Browser dan klik tombol
edit browser.
Ketika property editor telah ada kita dapat menekan F1 untuk memperoleh
penjelasan penuh mengenai properties yang ada. Pertama adalah mengatur
properties node. Mulailah dengan memilih property editor pada simpul secara
berurutan. Klik ganda pada simpul tersebut, atau pilih dari browser dan klik
tombol edit browser. Masukkan elevasi dan kebutuhan dari tiap node pada kotak
yang tepat. Kita dapat menggunakan panah up dan down pada keyboard atau
mouse untuk pindah antar kotak isian. Setelah itu kita hanya perlu mengklik node
yang lain untuk memunculkan propertiesnya pada property editor (kita juga
dapat menekan page down atau page up untuk pindah ke objek setelah atau

22
sesudahnya). Oleh karena itu kita dapat mudah pindah dari satu simpul
kesimpulan berikutnya dengan memasukkan data elevasi dan data kebutuhan air.

Selanjutnya adalah mengatur properties link. Dengan mengikuti prosedur


yang sama seperti yang digunakan pada node, dengan mengklik masing-masing
pipa (gunakan page up atau page down) untuk berpindah dari pipa yang satu ke
pipa yang lain untuk memasukkan property nya ke dalam property editor.
Masukkan data yang diperlukan dalam pipa (link).

 Menjalankan Analisis

Setelah cukup data dimasukkan maka selanjutnya adalah menjalankan


analisis hidrolik periode tunggal (Snap Shot) pada jaringan. Untuk menjalankan
analisis pilih Project >> Run Analisis atau klik tombol. Jika tidak berhasil
dijalankan maka Windows Status Report akan menunjukkan permasalahannya.
Jika berhasil dijalankan kita dapat menampilkan hasil perhitungan dengan
berbagai cara.

 Memilih Tampilan Peta

Sebelum menampilkan hasil analisa langkah selanjutnya adalah memilih


tampilan peta dengan menggunakan “map page”. Caranya klik map dari browser
kemudian pilih parameter yang diinginkan.

 Parameter titik yang tersedia untuk ditampilkan meliputi :


 Elevasi (elevation) dalam meter.
 Kebutuhan dasar (base demand) dalam liter per detik.
 Kualitas awal (initial quality).
 *kebutuhan aktual (aktual demand) dalam liter per detik.
 *tinggi tekan hidrolik (hydraulic head) dalam meter.
 *tekanan (pressure) dalam meter.
 *kualitas air (water quality).
Parameter jalur yang tersedia untuk ditampilkan meliputi :
 Panjang (Length) dalam meter.
 Diameter dalam milimeter.
 Koefisien kekasaran (Roughness Coefficient).

23
 Koefisien reaksi material padat (Bulk Reaction Coefficient).
 Koefisien reaksi dinding (Wall Reaction Coefficient).
 *Laju aliran (Flow Rate) dalam liter per detik.
 *Kecepatan (Velocity) dalam meter per detik.
 *Kehilangan tinggi tekan (Headloss) dalam meter per kilometer.
 *Faktor friksi / gesekan (Friction Factor).
 *Lajureaksi (Reaction Rate) dalam mili gram per detik.
 *Kualitas air (Water Quality).
Poin-poin yang ditandai dengan bintang (*) merupakan besaran yang dihitung
yang nilainya hanya akan ada jika analisa berhasil dilakukan pada jaringan. Dalam
penulisan ini input data yang akan ditampilkan untuk titik dan jalur adalah besaran
yang memiliki hubungan dengan kehilangan energi saja.
 Tampilan Analisa

Jika pengoperasian rancangan berhasil maka EPANET dapat menampilkan


hasil perhitungan dalam berbagai cara, sebagai berikut :

 Pilih tekanan (parameter lain) dari halaman data browser, dan periksalah
pengkodean warna dari nilai tekanan untuk menampilkan legenda kode
warna pilih view >> legends >> node (atau klik kanan pada bagian kosong
dari peta dan pilih legends dari menu pup up). Untuk mengubah warna dan
interval legenda, klik kanan pada legenda untuk menampilkan legends
editor.
 Munculkan property editor (klik ganda pada titik/ jalur dan perhatikan
hasil perhitungan yang ditampilkan pada akhir daftar sifat objek).
 Buat daftar table dari hasil dengan memilih report >> table (mengklik
tombol Table pada standart toolbar).
 Tambahkan tanda panah arah aliran pada peta (pilih view options, pilih
lembar panah aliran dari kotak dialog map options, dan periksa jenis tanda
yang ingin digunakan).
 Klik ok untuk menerima pilihan.
 Menyimpan dan Membuka Rancangan

Jika telah menyelesaikan rancangan awal jaringan, lebih baik menyimpan

24
pekerjaan tersebut pada suatu file.

 Dari menu file pilih Save As.


 Pada kotak dialog Save As yang muncul, pilih suatu folder dan nama file untuk
menyimpan rancangan. Disarankan nama file-nya tutorial net. (ekstensi net
akan ditambahkan pada file jika tidak memberinya).
 Klik Ok untuk menyimpan rancangan pada file.
Data rancangan disimpan pada file dengan format biner tertentu. Jika ingin
menyimpan data jaringan pada file sebagai teks, gunakan perintah File >> Export
>> Network. Untuk membuka rancangan kita pilih perintah Open dari menu File.

25
BAB IV
HASIL PEKERJAAN

4.1 Survei Lapangan


Sebelum dilakukan kegiatan survei lapangan, konsultan terlebih dahulu
melakukan koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2015 di kantor
Camat Samalantan dengan tujuan mendapatkan prioritas sumber air baku dan desa
tujuan yang akan di desain. Berdasarkan rapat yang dilakukan kemudian ditetapkan
bahwa desa yang menjadi tujuan desain adalah Desa Babane dengan sumber air dari
Gunung Nobok yang berada pada Desa Tumiang Dusun Padang.

Gambar 6 Koordinasi yang Dilaksanakan di Kantor Camat Samalantan

Setelah sumber air baku yang akan di desain telah ditentukan, kemudian tanggal
25 Juni 2015 dilakukan survei lapangan untuk mendapatkan data-data berupa
aksesibilitas, dimensi penampang, debit lapangan, suhu, pH, dan sampel air dari
sumber air baku Gunung Nobok.

26
Gambar 7 Aksesbilitas dari Desa Menuju Batas Kendaraan

Gambar 8 Aksesbilitas dari Batas Kendaraan Menuju Sumber Air Baku

Gambar 9 Sumber Air Gunung Nobok

Dari hasil kegiatan survei lapangan yang dilakukan, didapatkan data posisi
global sumber air Gunung Nobok adalah 0°46’22,1” Lintang Utara dan
109°15’42,6” yang berada pada Dusun Padang Desa Tumiang Kecamatan
Samalantan. Jarak dari sumber air baku Gunung Nobok dengan Desa Babane adalah
sekitar 3 km. Adapun data lapangan sumber air baku Gunung Nobok sebagai
berikut;

27
Sumber Air Luas Kecepatan Debit
pH Suhu
Baku Penampang Aliran Aliran
Gunung Nobok 30 cm2 50 cm/s 1,5 liter/s 7 27°
Tabel 5 Data Lapangan Sumber Air Gunung Nobok

4.2 Analisis Kebutuhan Air Penduduk


Analisis kebutuhan air penduduk dilakukan untuk mengetahui kebutuhan air
penduduk di desa tujuan pengairan yaitu Desa Babane. Nilai kebutuhan air ini nanti
akan dibandingkan dengan ketersediaan air untuk mengetahui kemampuan sumber
air untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Perhitungan kebutuhan air dilakukan
dengan memproyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2030.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, berikut hasil kebutuhan air di Desa
Babane Kecamatan Samalantan hingga tahun 2030 :

Tabel 6 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Domestik Penduduk

28
4.3. Analisis Ketersediaan Air

Untuk mengetahui apakah SAB rencana dapat memenuhi kebutuhan bila ditinjau
dari ketersediaannya, maka dilakukan analisa perhitungan ketersediaan air SAB.
Ketersediaan air dihitung untuk mengetahui apakah sumber air baku dapat
memenuhi kebutuhan bila ditinjau dari segi kuantitasnya, untuk itu digunakan
Metode Mock dalam menghitung debit bulanan dan selanjutnya menggunakan
Metode Weibull untuk mendapatkan debit andalan. Untuk penyediaan air minum
(PDAM) digunakan debit andalan 99%.

Debit Andalan (liter/detik)


Bulan
80% 85% 90% 99%

Jan 3,8292 2,8646 2,3525 1,2886

Feb 2,8882 2,6217 2,3018 1,8821

Mar 2,5446 2,1659 1,6606 1,3213

Apr 2,6723 1,9420 1,5160 0,9295

May 2,2028 2,0467 1,3369 0,5473

Jun 1,4625 1,0328 0,5856 0,4198

Jul 1,4027 1,2826 0,7781 0,1963

Aug 0,8709 0,7463 0,6438 0,5099

Sep 2,3704 1,2191 0,5623 0,4201

Oct 3,7600 3,0112 2,2085 1,1980

Nov 7,6502 6,0730 4,5415 3,3107

Dec 7,6273 4,3644 2,9691 1,4338

Rata-Rata 3,2734 2,4475 1,7881 1,1215


Tabel 7 Debit Andalan Sumber Air Baku Gunung Nobok (Liter/detik)

29
Gambar 9 Grafik Debit Andalan Sumber Air Baku Gunung Nobok

Kontinuitas air pada sumber air baku dapat diketahui dengan membandingkan
hasil analisa kebutuhan air penduduk pada tahun 2030 dengan hasil analisa debit
andalan 99%.

Gambar 10 Kontinunitas SAB Gunung Nobok

Dari tabel di atas diketahui bahwa keandalan kontinuitas sumber air baku
Gunung Nobok tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik, karena debit andalan
99% sumber air Gunung Nobok tidak dapat memenuhi kebutuhan air penduduk
Desa Babane sampai proyeksi 15 tahun ke depan. Untuk menanggulangi
permasalahan tersebut, maka konsultan merencanakan bangunan penampungan
pada lokasi kegiatan sehingga kelebihan air pada musim basah dapat disimpan dan
digunakan pada musim kering.
4.4. Analisis Pipa Transmisi
Analisis pipa transmisi menggunakan Program EPANET 2.0. EPANET
merupakan software yang bersifat public domain (gratis) yang digunakan untuk
pemodelan jaringan pipa terutama sistem distribusi air yang dikembangkan oleh

30
U.S. Environmental Protection Agency’s Water Supply and Water Resources
Division (US EPA).
Pemodelan jaringan pipa menggunakan EPANET sudah dapat dilakukan dengan
baik karena EPANET dirancang berdasarkan Graphical User Interface (GUI) di
mana proses pemodelan dilakukan dengan pembangunan layout jaringan pipa dan
pilihan simulasinya, melakukan simulasi, dan mengakses hasil simulasi dengan
berbagai jenis format seperti tabel, grafik, dll. Dalam membangun layout jaringan,
EPANET menggunakan beberapa objek, diantaranya:
1. Junction/node, untuk merepresentasikan sambungan pipa atau titik konsumsi air
terjadi.
2. Reservoir, untuk merepresentasikan sumber air seperti sungai, danau, dsb.
3. Tank, untuk merepresentasikan fasilitas tampungan tangki yang memiliki
volume yang bervariasi.
4. Pipe/Link, untuk merepresentasikan pipa.

Berdasarkan hasil simulasi dengan program EPANET, diperoleh diameter pipa


minimum yang dapat digunakan adalah 100 mm dan menggunakan pipa jenis PVC.
Jaringan pipa air baku dapat beroperasi secara gravitasi. Berikut hasil running
dengan program EPANET:

Gambar 11 Skema Running Pipa pada SAB Gunung Nobok Dengan Program EPANET

31
Length Diameter Roughness Flow Velocity Unit Headloss
Link ID
m mm LPS m/s m/km

Pipe Pi1 18,38 100 130 3 0,38 2,05


Pipe Pi2 11,4 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi3 8,6 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi4 2 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi5 15,3 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi6 55,71 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi7 17 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi8 21,26 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi9 44,55 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi10 33,29 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi11 14,42 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi12 18,87 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi13 19,8 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi14 30,87 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi15 11,18 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi16 13,15 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi17 29 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi18 42,54 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi19 40,25 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi20 32,2 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi21 25,24 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi22 47,76 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi23 34,54 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi24 36,22 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi25 21,95 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi26 9,9 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi27 13,93 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi28 32,65 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi29 62,3 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi30 61,81 100 130 3 0,38 2,05

32
Length Diameter Roughness Flow Velocity Unit Headloss
Link ID
m mm LPS m/s m/km
Pipe Pi31 73,25 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi32 53,15 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi33 71,59 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi34 123,08 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi35 174,38 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi36 27,66 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi37 160,13 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi38 87,13 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi39 65,07 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi40 33,84 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi41 100,18 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi42 91,55 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi43 92,03 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi44 19,42 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi45 93,94 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi46 101,79 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi47 88,06 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi48 58,6 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi49 69,2 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi50 64,13 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi51 72,42 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi52 60,07 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi53 93,23 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi54 55,15 100 130 3 0,38 2,05
Pipe Pi55 70,52 100 130 3 0,38 2,05
Gambar 12 Hasil Unit Headloss Rencana Pipa SAB Gunung Nobok dengan Menggunakan Program
Epanet (Link ID)

33
Elevation Demand Head Pressure
Node ID
m LPS m m

Junc J1 92 0.00 101.96 9.96


Junc J2 89 0.00 101.94 12.94
Junc J3 88 0.00 101.92 13.92
Junc J4 87 0.00 101.92 14.92
Junc J5 82 0.00 101.89 19.89
Junc J6 71 0.00 101.77 30.77
Junc J7 72 0.00 101.74 29.74
Junc J8 69 0.00 101.69 32.69
Junc J9 64 0.00 101.60 37.60
Junc J10 59 0.00 101.53 42.53
Junc J11 58 0.00 101.50 43.50
Junc J12 56 0.00 101.47 45.47
Junc J13 54 0.00 101.42 47.42
Junc J14 52 0.00 101.36 49.36
Junc J15 52 0.00 101.34 49.34
Junc J16 53 0.00 101.31 48.31
Junc J17 49 0.00 101.25 52.25
Junc J18 44 0.00 101.17 57.17
Junc J19 39 0.00 101.08 62.08
Junc J20 41 0.00 101.02 60.02
Junc J21 39 0.00 100.97 61.97
Junc J22 40 0.00 100.87 60.87
Junc J23 41 0.00 100.80 59.80
Junc J24 36 0.00 100.72 64.72
Junc J25 35 0.00 100.68 65.68
Junc J26 36 0.00 100.66 64.66
Junc J27 37 0.00 100.63 63.63
Junc J28 30 0.00 100.56 70.56
Junc J29 37 0.00 100.43 63.43
Junc J30 36 0.00 100.31 64.31

34
Elevation Demand Head Pressure
Node ID
m LPS m m
Junc J31 41 0.00 100.16 59.16
Junc J32 34 0.00 100.05 66.05
Junc J33 37 0.00 99.90 62.90
Junc J34 41 0.00 99.65 58.65
Junc J35 33 0.00 99.29 66.29
Junc J36 30 0.00 99.23 69.23
Junc J37 33 0.00 98.91 65.91
Junc J38 36 0.00 98.73 62.73
Junc J39 31 0.00 98.59 67.59
Junc J40 36 0.00 98.53 62.53
Junc J41 38 0.00 98.32 60.32
Junc J42 33 0.00 98.13 65.13
Junc J43 33 0.00 97.94 64.94
Junc J44 25 0.00 97.90 72.90
Junc J45 33 0.00 97.71 64.71
Junc J46 33 0.00 97.50 64.50
Junc J47 30 0.00 97.32 67.32
Junc J48 32 0.00 97.20 65.20
Junc J49 29 0.00 97.06 68.06
Junc J50 31 0.00 96.93 65.93
Junc J51 41 0.00 96.78 55.78
Junc J52 50 0.00 96.66 46.66
Junc J53 42 0.00 96.47 54.47
Junc J54 54 0.00 96.35 42.35
Junc J55 52 3.00 96.21 44.21
Resvr R1 102 -3.00 102.00 0.00
Gambar 13 Hasil Analilsis Head dan Pressure Rencana Pipa SAB Gunung Nobok dengan
Menggunakan Program Epanet (Node ID)

35
4.5 Perencanaan Bangunan Intake
Lokasi sumber air Gunung Nobok memiliki kondisi berbatu dengan aliran air
menyebar, sehingga bangunan bangunan intake yang digunakan harus dapat
menyesuaikan dengan kondisi lokasi sumber air.

Gambar 14 Lokasi Sumber Air dan Aliran Air Gunung Nobok

Bangunan intake direncanakan konsultan berupa broncaptering dengan bantuan


mercu sebagai peninggi air dengan sayap bangunan yang panjang agar dapat
mengumpulkan air dari aliran yang menyebar. Berikut adalah desain intake yang
sudah direncanakan;

36
Gambar 15 Denah Bangunan Intake Sumber Air Gunung Nobok

Gambar 16 Potong Memanjang dan Melintang Bangunan Intake Sumber Air Gunung Nob

37
BAB V
VOLUME PEKERJAAN DAN ANGGARAN BIAYA

5.1 Rencana Anggaran Biaya


Proyek adalah suatu kegiatan yang menggunakan modal (resources/ faktor
produksi) untuk mencapai suatu tujuan/target tertentu sedemikian rupa sehingga
kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) setelah jangka waktu
tertentu. Dalam jangka waktu tertentu proyek dapat dinilai keberhasilannya
berdasarkan target-target yang ingin dicapai. Namun demikian sebelum proyek itu
selesai dan berjalan dan berfungsi dapat diperkirakan tingkat keberhasilannya atau
kelayakannya berdasarkan asumsi-asumsi yang rasional.
Evaluasi proyek adalah kegiatan untuk mengetahui tingkat keuntungan
suatu investasi untuk menghindari pelaksanaan proyek yang tidak atau kurang
menguntungkan dan untuk memilih kegiatan proyek yang paling menguntungkan.
Secara singkat tujuan analisa ekonomi adalah untuk :
1. Melakukan identifikasi tingkat kelayakan suatu proyek terhadap kepentingan
umum atau dengan kata lain melakukan penilaian apakah investasi yang
dilakukan akan memberikan manfaat ekonomi yang cukup.
2. Melakukan penilaian seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh oleh
penerima manfaat proyek tersebut bila dibandingkan dengan jika tidak ada
proyek.
3. Melakukan justifikasi (pengesahan) terhadap biaya yang diperlukan untuk
pembangunan proyek tersebut dan kemungkinan pengembalian investasi (cost
recovery) dalam kaitan dengan pembayaran kembali jika menggunakan dana
pinjaman.
4. Melakukan identifikasi terhadap risiko-risiko yang mungkin akan menjadi
kendala bagi proyek untuk mencapai tujuan.
Risiko-risiko yang mungkin akan terjadi :
1. Fasilitas yang telah terbangun tidak terpelihara dengan baik sehingga umur
rencananya tidak mencapai yang ditargetkan.
2. Fasilitas yang ada rusak akibat bencana alam seperti banjir sangat besar,
kerusuhan dan sebagainya

38
Untuk pekerjaan ini perkiraan volume dan biaya pekerjaan pelaksanaan dihitung
sesuai dengan layoutnya dan gambar kerja secara detail serta standar harga
berdasarkan “Pedoman Harga Barang dan Jasa Kebutuhan Pemerintah
Kabupaten Bengkayang Tahun Anggaran 2014”.
Secara umum jenis pekerjaan dapat dikelompokkan dalam 4 bagian, masing-masing
:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pipa Transmisi
3. Pekerjaan Hydrant Umum
4. Kelengkapan Lain serta bangunan penunjang

Volume dan biaya pekerjaan PAB dalam pekerjaan ini dianalisa berdasarkan
Analisa Harga Satuan Pekerjaan menggunakan Peraturan Menteri PU No
11/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum. Dari hasil analisa harga satuan pekerjaan tersebut, selanjutnya
dibuat rencana anggaran biaya pekerjaan
Rekapitulasi Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pipa Transmisi SPAM Gunung
Nobok Kecamatan Samalantan

No Uraian Pekerjaan Jumlah Harga (Rp)

(1) (2) (3)


1 Pekerjaan Persiapan Rp 2,052,552.49
2 Pekerjaan Intake Rp 107,656,126.87
3 Pekerjaan Pipa Transmisi Rp 511,779,816.47
4 Pekerjaan Hydrant Umum 1 Unit Rp 11,042,496.21
5 Pekerjaan Bangunan Penunjang
- 3 Unit Jembatan Pipa 2m ø100 mm Rp 145,061,769.42
- 3 Unit Jembatan Pipa 4m ø100 mm Rp 164,796,628.09
- 1 Unit Jembatan Pipa 7m ø100 mm Rp 69,823,933.56
- 5 Unit Wash Out ø 100x50 mm Rp 49,027,761.01
- 3 Unit Air Valve ø 100x50 mm Rp 15,027,610.46
Total = Rp 1,076,268,694.59
Ppn 10% = Rp 107,626,869.46
Total = Rp 1,183,895,564.05
Dibulatkan = Rp 1,183,896,000.00

Terbilang; Satu Milyar Seratus Delapan Puluh Tiga Juta Delapan Ratus Sembilan Puluh
Enam Ribu Rupiah

Gambar 17 Rekapitulasi Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pipa Transmisi SPAM Gunung Nobok Kecamatan
Samalantan

39
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei identifikasi dapat di simpulkan bahwa :
1. Dari rangkaian pekerjaan ini, yang di desain adalah SAB Gunung Nobok di Desa
Tumiang Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang.
2. Berdasarkan hasil running program EPANET di ketahui bahwa jaringan pipa
dapat beroperasi secara gravitasi sampai ke lokasi sasaran.
3. Berdasarkan hasil analisa di rencanakan pipa yang akan di gunakan dengan
diameter 150 mm, 100 mm, dan 75 mm dengan jenis pipa PVC yang di lengkapi
dengan aksesoris pipa seperti gate valve, wash out dan fitting. Akan di
rencanakan hydrant umum pada Desa Babane.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut :
1) Diperlukan suatu kebijakan dari pihak-pihak terkait yang tertuang dalam
bentuk peraturan atau ketetapan yang berkekuatan hukum untuk menjaga
kondisi catchment area tiap SAB.
2) Sebelum pekerjaan fisik dilakukan, perlu dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat daerah sasaran yang melibatkan instansi terkait, pelaksana
pekerjaan, perangkat kecamatan dan desa, tokoh adat dan tokoh agama agar
tidak terjadi gejolak sosial dikemudian hari.
3) Agar masyarakat merasa memiliki dan mau memelihara jaringan transmisi
beserta bangunan penunjang yang telah dibuat, dirasa perlu untuk membuat
tarif terhadap penggunaan air, sehingga nilai investasi yang telah dikeluarkan
pemerintah tidak sia-sia.
4) Pihak terkait dalam penyedian SPAM bagi masyarakat dapat melanjutkan
desain yang telah dilakukan dengan melakukan desain jaringan distribusi dan
bangunan penunjang lainnya seperti Instalasi Pengolahan Air, workshop,
laboratorium dan lainnya seperti standar SPAM yang telah ditetapkan
kementrian PU melalui DITJEN Cipta Karya

40

Anda mungkin juga menyukai