Anda di halaman 1dari 30

KEBIJAKAN NASIONAL :

HOSPITAL DISASTER PLAN


dr Ina Agustina Isturini, M.K.M
Pusat Krisis Kesehatan
Kementerian Kesehatan

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap kejadian
bencana. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2013
yang dikeluarkan BNPB, dari 496 kabupaten/kota, sebesar 65%
termasuk berisiko tinggi sedangkan 34% lainnya berisiko sedang.
Hasil kajian Centre for Research on the Epidemiology of Disasters
(CRED) tahun 2008-2013 menunjukkan bahwa setiap tahun
Indonesia menempati 5 besar di dunia sebagai negara paling sering
terkena bencana alam
Program RS yang aman terhadap bencana (Safe Hospital)
merupakan amanat peraturan perundangan nasional maupun
kesepakatan internasional

65% kabupaten/kota : risiko tinggi

35% kabupaten/kota : risiko sedang

UNDANG-UNDANG
UU No. 24/2007
tentang
Penanggulangan Bencana
Salah satu tujuan
penanggulangan
bencana yaitu :
memberikan
pelindungan kepada
masyarakat dari
ancaman bencana;

UU No. 36/2009
tentang
Kesehatan

UU No. 44 tahun 2009


tentang
Rumah Sakit

Pemerintah,
pemerintah daerah, dan
masyarakat
bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber
daya, fasilitas, dan
pelaksanaan pelayanan
kesehatan secara
menyeluruh dan
berkesinambungan pada
bencana.

RS berkewajiban untuk
memberikan pelayanan
kesehatan saat bencana
sesuai dengan
kemampuannya

KESEPAKATAN INTERNASIONAL
KATHMANDU DECLARATION (2009)
Kesepakatan negara anggota WHO
SEARO untuk menerapkan upaya
fasilitas pelayanan kesehatan yang
aman terhadap bencana
OIC STRATEGIC HEALTH PROGRAMME OF
ACTION 2013-2022 (OIC-SHPA)
Memperluas upaya penilaian Safe
Hospital di seluruh daerah rawan
bencana

YOGYAKARTA DECLARATION ON DISASTER RISK


REDUCTION IN ASIA AND THE PACIFIC 2012
(5th Asian Ministerial Conference On Disaster Risk
Reduction )
Mendukung upaya tingkat lokal dalam
mengimpelementasikan rumah sakit yang aman
SENDAI FRAMEWORK
ON DRR
(2015-2030)
Perlunya pencegahan dan
pengurangan risiko bencana di
fasilitas vital seperti fasilitas
pelayanan kesehatan

PERAN RS DALAM PENANGGULANGAN BENCANA


(Peraturan Perundangan Nasional)
Melakukan Upaya Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) bidang kesehatan
Segera memperbaiki/
membangun kembali
prasarana & sarana dengan
prinsip membangun menjadi
lebih baik
Meningkatkan fungsi
pelayanan kesehatan untuk
mendorong kehidupan
masyarakat di wilayah pasca
bencana yang lebih baik

Pra
Bencana

Saat
tanggap
darurat

Pasca
Bencana

RS yang aman terhadap


bencana :
Siap menerima pasien,
mudah diakses, tetap
aman dan berfungsi
dengan
kapasitas
maksimum
Siap dimobilisasi ke
lokasi bencana
Tetap
menyediakan
layanan penting
Siap melakukan rujukan
dan evakuasi medik

VARIABEL PENILAIAN RISIKO

Risiko = Hazard x Kerentanan

Kapasitas

PERAN RS DALAM UPAYA PRB


(Mengurangi/mencegah Hazard)
Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana
Menerapkan standar K3 yang bertujuan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan SDM RS, melindungi pasien,
pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta
lingkungan sekitar RS.
Berperan sebagai health as a bridge for peace di wilayah
konflik
Melakukan pemberdayaan masyarakat (melalui pembinaan
desa siaga) agar masyarakat dapat berperan dalam upaya
pencegahan bencana

PERAN RS DALAM UPAYA PRB


(Mengurangi Kerentanan)
Berperan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat
di wilayah rawan bencana melalui usaha kesehatan
perorangan dan masyarakat
Mengurangi kerentanan fisik melalui pemahaman risiko
bencana di wilayahnya penilaian struktur dan non
struktur RS dilakukan penguatan seperti antara lain
retrofitting (di wilayah gempa), pembuatan tanggul di
sekitar RS (wilayah banjir), dan sebagainya.

PERAN RS DALAM UPAYA PRB


(Meningkatkan Kapasitas)
Memberdayakan masyarakat dalam kesiapsiagaan
Menjadi sumber informasi untuk informasi kesiapsiagaan di
wilayahnya
Berperan dalam penanganan dini, surveilans serta peringatan dini
penyakit menular potensi wabah.
Menyusun rencana kesiapsiagaan RS (hospital disaster plan)
Menyiapkan sarana & prasarana yang dibutuhkan
Pelatihan SDM
Simulasi/gladi
Pengembangan prosedur penanggulangan bencana

PERMENKES / KEPMENKES /PEDOMAN


TERKAIT HOSPITAL DISASTER PLAN (Hosdip)
Permenkes No. 64
tahun 2013 tentang
Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Pedoman
Perencanaan
Penyiagaan Bencana
bagi RS (2009)

Permenkes No.
12/2012 tentang
Akreditasi RS

Pedoman Tata
Laksana Survei
Akreditasi Rumah
Sakit, edisi III,
tahun 2014

Instrumen
Akreditasi Rumah
Sakit Standar
Akreditasi Versi 12.0

Pedoman Teknis
Bangunan RS yang
Aman dalam Situasi
Darurat dan
Bencana (2013)

PERMENKES NO. 64/2013


PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
LEVEL

PENANGGUNG JAWAB

TUGAS

Nasional

Menteri Kesehatan

Memetakan Kesiapsiagaan unit-unit kesehatan di


daerah

Regional dan
Sub Regional

Kadinkes Provinsi
Melaksanakan tugas dan fungsi Pusat Krisis
setempat atau
Kesehatan, dalam memfasilitasi dinas kesehatan
Pejabat yang ditunjuk anggota regionalnya/ subregionalnya untuk kegiatan
Kesiapsiagaan kesehatan

Provinsi

Kadinkes Provinsi

Memetakan Kesiapsiagaan unit-unit kesehatan di


wilayahnya

Kabupaten/
Kota

Kadinkes Kabupaten/
Kota

Memfasilitasi penyusunan rencana Kesiapsiagaan RS


untuk menghadapi krisis kesehatan

PERMENKES NO. 12/2012


TENTANG AKREDITASI RS
Tujuan akreditasi antara lain meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit
serta meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya
manusia Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi
RS wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali yang
dilakukan oleh suatu lembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri,
berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mendukung, memotivasi,
mendorong dan memperlancar proses pelaksanaan Akreditasi untuk semua RS
Menteri melalui Direktur Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan
dalam penyelenggaraan Akreditasi dengan mengikutsertakan Pemerintah
Daerah, Badan Pengawas Rumah Sakit dan Asosiasi Perumahsakitan.

Standar Akreditasi Versi 2012 yang


dilakukan survei terdiri dari
BAB DASAR

BAB LAINNYA

1. Hak Pasien dan Keluarga


(HPK)

1. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)

2. Pendidikan Pasien dan


Keluarga (PPK)

3. Pelayanan Pasien (PP)

3. Peningkatan Mutu dan


Keselamatan Pasien
(PMKP)

5. Manajemen dan Penggunaan Obat(MPO)

4. Sasaran Keselamatan
Pasien

STANDARD
TERKAIT PRB

2. Asessmen Pasien (AP)


4. Pelayanan Anestesi dan Bedah(PAB)
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

7. Tata kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (MFK)


8. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
9. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
10. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
11. Sasaran Program MDGs

HOSDIP DALAM AKREDITASI RS


Unsur Hosdip ada pada 2 standard dari + 26 standard dalam Bab
MFK :
a. Standar MFK 6 : RS menyusun dan memelihara rencana
manajemen kedaruratan dan program menanggapi bila
terjadi kedaruratan komunitas, wabah, bencana alam dan
bencana lainnya.
b. Standar MFK 6.1 : RS melakukan uji coba/simulasi
penanganan/menanggapi kedaruratan, wabah dan bencana

KRITERIA
KELULUSAN
AKREDITASI
Tingkat Dasar

4 BAB DASAR

Tingkat Madya

80%
80%

Tingkat Utama

80%

Tingkat Paripurna

80%

11 BAB LAINNYA

>

20% dan <80%


4 bab 80%
7 bab lainnya >20% dan <80%
8 bab 80%
3 bab lainnya >20% dan <80%
80%
Belum tentu standard
terkait hosdip
terpenuhi

Pedoman Teknis Bangunan RS yang Aman dalam


Situasi Darurat dan Bencana (2013)
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam rangka pengurangan
risiko bencana di rumah sakit adalah dengan melakukan penilaian
terhadap struktur, non struktur dan fungsional RS
Perencanaan untuk kedaruratan dan bencana merupakan salah
satu komponen untuk fungsional RS, meliputi :
Sistem komando insiden darurat di rumah sakit
Rencana dalam situasi Darurat (Contingency Plan)
Manual untuk pengoperasian, pemeliharaan pencegahan, dan
perbaikan layanan kritis

Pedoman
Perencanaan
Penyiagaan
Bencana bagi
RS (2009)

PROGRAM NASIONAL 2015-2019

RPJMN 2015-2019
Program Penanggulangan Bencana dan PRB
Sasaran :
Menurunnya indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan
yang berisiko tinggi
Salah satu strategi :
Pemberian perlindungan bagi prasarana vital yang diperlukan
untuk memastikan keberlangsungan pelayanan publik, kegiatan
ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban pada situasi
darurat dan paska bencana.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN


BENCANA TAHUN 2015-2019
KEBIJAKAN : Penurunan Indeks Risiko Bencana sampai dengan tahun
2019 sebesar 30% atau dari risiko tinggi menjadi risiko sedang.
STRATEGI : Peningkatan kapasitas penanggulangan bencana untuk
penurunan indeks risiko bencana di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
dalam mendukung kesinambungan pembangunan nasional (136
kabupaten/kota)
Indikator Kabupaten/Kota Tangguh Bencana sebanyak 71 indikator, di
mana salah satu indikatornya adalah TERSELENGGARANYA RS DAN
PUSKESMAS AMAN BENCANA Sektor Utama yang terlibat yaitu
KEMENKES

RENSTRA KEMENKES 2015-2019


Salah satu sasaran program : Meningkatnya upaya pengurangan risiko krisis
kesehatan.
Indikator :
a. Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan untuk mampu
melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya
sebanyak 170 kabupaten/kota.
b. Jumlah provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung
pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya
sebanyak 34 Provinsi.
Definisi operasional indikator kinerja kegiatan salah satunya adalah
Telah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas kesiapsiagaan RS
menghadapi bencana

PROGRAM SEBELUMNYA
Tahun 2011-2013 Pusat Krisis Kesehatan melakukan
Pendampingan Peningkatan Kapasitas Petugas dalam
Perencanaan RS dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana dengan hasil sebagai berikut :
Telah mendampingi penyusunan Hosdip di 21 RS di 12 provinsi
yaitu Sumsel, Babel, Jambi, Jabar, Banten, Kalbar, Sultra,
Sulteng, Sulsel , Sulbar, Papua & Maluku.
Telah melakukan 4 kali TOT dengan jumlah peserta + 120 orang

PENELITIAN
T
A
H
U
N
2
0
1
5

Pusat Krisis Kesehatan sebagai WHO Collaborating Center bidang


Pelatihan dan Penelitian untuk Pengurangan Risiko Bencana
melakukan penelitian Analisis Kesenjangan antara Peraturan
Perundangan & Program Nasional terkait Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang Aman terhadap Bencana dengan Kerangka Kerja Internasional
Mengkaji 106 dokumen terdiri dari 8 UU, 8 PP, 2 Perpres, 85
Peraturan/Keputusan Menteri/setingkat menteri dan 3
pedoman/petunjuk teknis

HASIL PENELITIAN PUSAT KRISIS KESEHATAN


TAHUN 2015
Secara umum, peraturan perundangan terkait fasyankes yang aman
telah cukup lengkap dan mendukung seluruh komponen upaya
kesehatan baik pencegahan, peningkatan, pengobatan maupun
pemulihan.
Permasalahan utama :
Fasyankes yang aman belum menjadi bagian integral dari
peraturan perundangan nasional sehingga dalam
pengimplementasiannya menjadi tidak prioritas.
Program fasyankes yang aman belum menjadi komponen kunci
dalam program untuk penanggulangan bencana nasional.
Kegiatannya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak berkelanjutan

KESIMPULAN
Program RS yang aman terhadap bencana, di mana HOSDIP merupakan salah
satu komponennya, merupakan amanat dari peraturan perundangan nasional
serta kesepakatan internasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertugas untuk memfasilitasi penyusunan
HOSDIP di wilayahnya
Dinas Kesehatan Provinsi, PPK Regional/Sub Regional dan Kemenkes bertugas
memetakan kesiapsiagaan unit kesehatan di daerah
HOSDIP telah masuk dalam akreditasi RS, namun tidak menjadi komponen
yang menentukan kelulusan baik tingkat dasar, madya, utama maupun
paripurna
Pedoman pemerintah terkait penilaian RS dan penyusunan HOSDIP telah
tersedia

KESIMPULAN
RS yang aman bencana menjadi salah satu salah satu indikator
kabupaten/kota tangguh bencana dalam rangka pencapaian
target RPJMN tahun 2015-2019
Kemampuan melakukan upaya kesiapsiagaan RS terhadap
bencana menjadi salah satu indikator kinerja kegiatan
pencapaian program penanggulangan krisis kesehatan pada
Renstra Kemenkes 2015-2019
Program pendampingan penyusunan hosdip dan TOTnya telah
dilaksanakan PKK pada tahun 2011-2013 namun tidak ada tindak
lanjutnya

TANTANGAN
SDM yang memahami konsep safe hospital maupun mampu menyusun hospital
disaster plan relatif masih kurang.
Meskipun program RS yang aman telah menjadi salah satu indikator
kabupaten/kota tangguh, namun hal ini masih belum cukup untuk menggerakkan
berbagai sektor maupun program terkait untuk bergerak bersama-sama dalam
mencapai tujuan yang sama. Hal ini dikarenakan :
Belum adanya persamaan persepsi berbagai pihak terkait serta BNPB sebagai
koordinator mengenai pengimplementasian program tersebut
RS yang aman maupun Hosdip belum menjadi indikator kunci dalam penentu
kelulusan akreditasi RS.
Keterlibatan pemerintah daerah masih belum optimal

PELUANG
Peraturan perundangan sudah cukup lengkap. Kekurangan di
peraturan perundangan dapat diperbaiki secara simultan dengan
pengembangan program di lapangan serta penguatan koordinasi
antara berbagai sumber daya yang terkait.
Sejumlah institusi baik pemerintahan maupun non pemerintahan
telah mengembangkan program fasyankes aman didaerah dan ini
merupakan peluang untuk berkolaborasi.

PUSAT KRISIS KESEHATAN


Telpon : 021-5265043,5210411
Fax : 021-5271111
Call Center: 0812 1212 3119
Email : ppkdepkes@yahoo.com
Website :
www.penanggulangankrisis.depkes.go.id
Facebook : Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes
Twitter : @infopkk
Google Plus : Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes
Youtube : Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai