PASIS DIKREG 63
MILITARY PROFESIONAL
1) Profesionalisme Militer. Profesionalisme menyangkut keseimbangan antara
keahlian dan tanggung jawab sebagai pelindung negara
menurut Huntington militer yang profesional mempunyai tiga ciri yaitu :
(1) Keahlian sebagai karakter utama yang karena keahlian ini profesi militer
kian menjadi spesifik serta perlu pengetahuan dan keterampilan
(2) Militer profesional mempunyai tanggung jawab sosial yang khusus. Selain
mempunyai nilai-nilai moral yang harus terpisah sama sekali dari insentif
ekonomi, perwira militer mempunyai tanggung jawab kepada negara
(3) Militer profesional memiliki karakter korporasi yang melahirkan rasa esprit
de corps yang kuat
Amos Perlmutter dan Eric A. Norlinger justru berpendapat lain, bahwa
keterlibatan militer dalam bidang non militer justru disebabkan oleh dianutnya
konsep militer profesional. Pihak militer terlibat jauh dalam pelaksanaan tugas-
tugas yang menjadi tanggung jawab pihak sipil, seperti politik, ekonomi dan
sosial seiring meluasnya peningkatan kemampuan professional nya.
2) Orientasi Politik Militer Profesional.
semakin canggih kaum militer profesional dalam keterampilannya, maka
semakin kuat pula keinginannya untuk mengontrol pengambilan dan
pelaksanaan 438 kebijakan keamanan nasional. Orientasi politik militer
profesional muncul berkaitan dengan kesadaran akan tanggung jawab
eksternalnya, terutama yang berkaitan langsung dengan format kebijakan
(policy formation) keamanan nasional.
3) Tipologi Militer Revolusioner Profesional.
Tipologi militer revolusioner profesional Amos Perlmutter adalah militer yang
sudah terlibat jauh dalam politik sejak kelahirannya yang dicirikan oleh empat
hal yaitu :
a) Latar belakang proses revolusi sebagai hasil proses persenjataan seluruh
bangsa (nation in arms) memberinya pemahaman kepada para perwiranya
bahwa dirinya tidak berpolitik ketika melaksanakan peran-peran politik.
b) Latar belakang revolusi yang mendasari pembentukannya tidak memberinya
kesempatan untuk melaksanakan sejumlah persyaratan-persyaratan militer
profesional lainnya seperti persyaratan keahlian militer dan kesatuan militer.
c) Prinsip eksklusif dalam proses rekruitmen dan promosi perwiranya sebagai
ciri pokoknya.
d) Pendidikan dan latihan terutama untuk perwiranya sama sekali tidak ada,
kecuali mungkin diperolehnya melalui warisan kolonial tetapi itupun terbatas
dikalangan golongan tertentu
C. MILITARY PRETORIAN.
1) Ciri-Ciri Negara Pretorian Modern. Intervensionisme atau kecenderungan tentara
dalam hal ini bersifat permanen. Tentara dapat melakukan perubahan konstitusi dan
menguasai negara. Hal ini dapat mengakibatkan pandangan yang negatif terhadap
keprofesionalan tentara
2) Tipe Military Pretorian. Perlmutter membedakan tipe tentara pretorian dalam dua
kategori yaitu tipe tentara pretorian yang paling 441 ekstrim (tipe penguasa) dan tipe
yang kurang ekstrim (tipe penengah) sebagai berikut :
a) Tentara pretorian penguasa mendirikan eksekutif yang independen dan suatu
organisasi politik untuk mendominasi masyarakat dan politik. Jenis tentara pretorian
penguasa ini mempunyai ciri, yaitu :
(1) Menolak Orde yang berlaku dan menentang keabsahannya.
(2) Tidak mempercayai pemerintahan sipil dan tidak mengharapkan akan
kembali ke tangsi.
(3) Mempunyai organisasi politik dan cenderung memaksimumkan militer.
(4) Yakin bahwa pemerintahan militer merupakan satu-satunya alternatif yang
dapat mengatasi kekacauan politik.
(5) Mempolitisir profesionalisme.
(6) Beroperasi secara terbuka dan tidak takut akan aksi pembalasan kaum
sipil.
b) Tentara pretorian penengah tidak mempunyai organisasi politik dan tidak banyak
menunjukkan minat dalam penciptaan ideologi politik. Jenis tentara ini mempunyai ciri,
yaitu :
(1) Menerima Orde sosial yang ada dan tidak mengada kan pembaharuan
fundamental di dalam rezim atau struktur eksekutif.
(2) Kesediaan untuk kembali ke tangsi setelah perdebat an dan konflik
diselesaikan.
(3) Tidak mempunyai organisasi politik yang berdiri sendiri dan tidak berusaha
memaksimumkan kekuasan nya.
(4) Menentukan batas waktu bagi pemerintahan militer dan mengalihkan
kepada pemerintahan sipil yang dapat diterima, karena mereka memandang
pemerintahan tentara yang berkelamaan merugikan integritas profesinya.
(5) Keprihatinan pemikiran tentang peningkatan profesionalisme.
(6) Disebabkan karena ketakutannya terhadap keterlibatan terbuka dalam
politik, maka cenderung beroperasi di belakang layar sebagai kelompok
penekan yang mempengaruhi pemerintahan sipil untuk bereaksi terhadap
tuntutan rakyat dan tidak perlu bagi militer untuk campur tangan secara terang-
terangan
Pasis,