Anda di halaman 1dari 6

Ujian Akhir Semester

Kekuatan-Kekuatan Politik di Indonesia

Oleh: Ulta Levenia (1306459505)

Soal A

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2016/2017

1
Jawaban

Pada negara berkembang dalam proses pembangunan demokrasi, militer merupakan salah
satu entitas penting yang memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan sipil. Hal ini disebabkan
karena sejarah militer yang memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan negara dan
melindungi negara dari segala ancaman. Kekuatan militer ini menjadi paradoks ketika memasuki
ranah politik, di mana militer merasa memiliki hak untuk mengatur negara secara internal selain
juga melindungi warga negara. negara-negara seperti di Asia Tenggara dan Amerika Selatan,
merupakan negara yang mengalami fase opresi demokrasi melalui kekuasaan militer dalam
pemerintahan. Kekuasaan militer dalam pemerintahan pada umumnya memiliki pola yang sama,
yaitu muncul dalam masa transisi menuju demokrasi, merupakan bagian dari demokrasi “semu”,
hingga dilengserkan dengan paksaan oleh masyarakat sipil. Namun setelah pelengseran oleh sipil
terhadap pemerintahan militer ini belum memastikan posisi sipil sebagai pemilik pemerintahan
dan menegaskan terdapat garis tegas yang memisahkan militer dari pemerintahan, karena dalam
banyak kasus –termasuk Indonesia– setelah pelengseran oleh sipil, kekuatan militer dalam politik
muncul dalam bentuk lain.

Menurut Muthiah Alagappa bahwa terdapat paradoks pada negara yang modern dalam
menciptakan militer yang kuat untuk melindungi negara dari ancaman eksternal dan internal
namun dalam waktu yang sama menghalangi militer untuk mendominasi negara atau menjadi
instrumen penekan internal.1 Artinya bahwa kekuatan militer dalam kekuasaannya dan tugasnya
melindungi negara menempatkan militer dalam posisi yang kuat sementara sipil tidak memiliki
kekuatan dalam menjadi bagian untuk melindungi negara dalam menghadapi ancaman internal
maupun eksternal. Posisi sipil dan militer dalam pemerintahan di bahas oleh akademisi Alan
Siaroff, dengan pembagian tingkat pengaruh militer dalam pemerintahan dengan melihat
besarnya tingkat kekuasaan militer tersebut terhadap politik. Alan Siaroff dalam bukunya yang
berjudul Comparing Politcal Regimes: A Thematic Introduction to Comparative Politics,
menjelaskan tiga tingkat intervensi militer dalam pemerintahan suatu negara kepada tiga level
yaitu; Autocracy, Electoral Democracy, dan Liberal Democracy. Autocracy merupakan kondisi
di mana militer memiliki peranan yang penuh atas kontrol pemerintahan baik secara formal

1
Siaroff, Alan. 2009. Co pari g Politi al Regi es: A The ati I trodu tio to Co parati e Politi s . Toronto
University Press. OpCit. Hlm: 21

2
maupun informal. Sedangkan Electoral Democracy merupakan pemerintahan yang diisi oleh
sipil namun dengan syarat dan kondisi oleh militer hingga jalan pemerintahan yang diawasi oleh
militer. Kemudian Liberal Democracy, yaitu demokrasi modern yang dijalankan oleh negara
pada umumnya dengan supremasi sipil dan kontrol oleh sipil.

Berbagai poin perbedaan masing-masing tingkat intervensi militer, akan semakin menghilang
ketika suatu negara mencapai bentuk demokrasi yang liberal. Mencapai demokrasi liberal,
keberadaan militer berada dalam kontrol sipil.2 Berikut tabel perbandingan tingkat intervensi
Militer yang dikemukakan oleh Siaroff:3

Regime Type Liberal Democracy Electoral Democracy Autocracy


Degree of military Civilian Civilian Conditional Military Military Military
intervention Supremacy Control Subordination tutelage Control Rule

Indonesia pada Orde Baru merupakan negara rezim militer dengan kekuasaan penuh oleh militer
di mana jika digolongkan dalam kerangka berpikir Alan Siaroff maka termasuk dalam bentuk
autocracy. Pejabat-pejabat negara umumnya dipegang oleh militer sehingga terdapat konsep Dwi
Fungsi ABRI. Pada tahun 1998, akhirnya sipil mampu melengserkan Soeharto dari kekuasaan
presiden dan digantikan oleh B.J Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden
Soeharto. Militer merupakan figur penting selama transisi kekuasaan dari Soeharto kepada
Habibie. Tetapi pada saat reformasi, sipil mencanamkan pentingnya mengembalikan militer
kepada fungsi pertahanannya. Di satu sisi kekuasaan militer dalam politik tidak bisa dihilangkan
dengan instan karena polemik kekuasaan internal pemerintahan Habibie yang masih dipegang
oleh figur-figur militer. Pada tahun 1 April 1999 keputusan pimpinan ABRI menyatakan
pemisahanan antara Polri dan ABRI sebagai salah satu upaya awal reformasi internal.

Pada masa kepresidenan Abdurrahman Wahid (Gusdur), posisi militer dalam


pemerintahan semakin ditekan dengan menegaskan keluarnya militer dari politik di Indonesia.
Salah satu aksi tegas dan kontroversial Wahid adalah penghentian Jenderal Wiranto sebagai
menkopolhukam, dan mengangkat Agus Wirahadikusuma sebagai panglima Kostrad, yang mana

2
Ibid.
3
Buente, Marco. 2011. Bur a’s Tra sitio to Dis ipli ed De o ra y A di atio or I stitusionalization of
Military Rule? . Working Papers. Giga Research. OpCit. Hlm: 9

3
menjadi kontroversial karena Wirahadikusuma tidak merupakan figur populer di kalangan
petinggi militer.4 Lebih jauh tindakan Wirahadikusuma yang mengungkapkan banyak kasus
korupsi oleh anggota militer, khususnya Kostrad, sehingga ia dimusuhi oleh internal yang ia
pimpin. Pemerintahan Wahid, ingin menunjukkan bahwa militer secara sepenuhnya di ekslusikan
dari politik dan pemerintahan. Namun aksi yang radikal dan membawa permusuhan dari
kalangan militer tidak baik dilakukan dalam konteks merangkul militer sebagai entitas yang
melindungi negara.

Pada masa pemerintahan megawati, politik civil-militer yang tegang pada dua
pemerintahan sebelumnya, diupayakan untuk kembali harmonis. Megawati merangkul panglima-
panglima militer yang telah pensiun, untuk di tempatkan sebagai pembantu dalam kabinet
pemerintahannya, seperti Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sebagai menteri polhukam
megawati pada saat itu. Seiringan dengan semakin besarnya kekuatan sipil, reformasi internal
dalam militer pun terus berlanjut, hingga militer tidak diperbolehkan melakukan penetrasi ke
dalam politik jika masih memiliki jabatan dalam militer. Begitupun ketika SBY memperoleh
kekuasaan presiden selama dua periode, keharmonisan sipil-militer masih dipertahankan dengan
tidak merusak budaya antar dua pihak. Sehingga meskipun berasal dari kalangan militer, SBY
tetap menghormati supremasi hukum sipil. Hanya saja SBY sempat mengalami permasalahan
konflik antara POLRI dan TNI dalam pengusutan terorisme, sehingga memunculkan rivalitas
antara dua kubu.

Era reformasi, khususnya dua kepresidenan terakhir, memperlihatkan kekuatan sipil yang
semakin besar dan melemahnya kekuatan militer. Jika merujuk pada kategori Siaroff, maka
indonesia sudah mencapai kategori demokrasi elektoral. Meskipun demikian, walaupun militer
secara institusional telah luput dari pemerintahan di Indonesia, tetapi tidak secara politik
individual, yang masih menggunakan tekanan melalui militer untuk melakukan manipulasi
politik. Kontestasi politik pada tahun 2014, memperlihatkan masih terdapat figur-figur dari
militer dalam mencoba memasuki politik di Indonesia. Prabowo Subianto dan Wiranto, dua
jenderal TNI yang pada masa orde baru memiliki catatan hitam di bawah kekuasaan Soeharto
masih mencoba untuk memasuki ranah politik di Indonesia.

4
Rabasa, A gel da Joh Hase a . 2002. “The Military and Democracy in Indonesia: Challenges, Politics, and
Po er . RAND, National Security Research Division. Hlm: 40-41

4
Terpilihnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden pada pemilihan tahun 2014
semakin menguatkan posisi sipil dalam menekan keberadaan militer melakukan intervensi
politik. Secara formal, presiden Widodo menegaskan dalam Visi Misi kepresidenannya untuk
menciptakan angkatan militer yang profesional dengan domain utama melakukan pertahanan
negara dari ancaman internal maupun eksternal. Visi Misi tertulis sebagai berikut:5

“Kami akan menjamin pemenuhan kebutuhan pertahanan untuk mendukung


terbentuknya TNI profesional baik melalui peningkatan kesejahteraan prajurit
maupun penyedian alutsista secara terpadu di ketiga matra pertahanan dengan
target peningkatan anggaran pertahanan 1,5 persen dari GDP dalam lima tahun.
Kami akan mewujudkan kemandirian pertahanan dengan mengurangi
ketergantungan impor kebutuhan pertahanan melalui pengembangan industri
pertahanan nasional serta diversifikasi kerja sama pertahanan; serta kami
menjamin rasa aman warga negara dengan membangun POLRI yang
professional da dipercaya masyarakat.”

Sehingga, jika dikatakan bahwa terdapat usaha mengembalikan militer untuk melakukan
intervensi ke dalam politik, pada saat ini di bawah pemerintahan presiden Widodo tidak terlihat
aksi yang mendukung. Dengan berpangku pada Visi Misi yang telah dinyatakan presiden
Widodo dan kabinetnya, kemungkinan untuk militer memiliki kekuatan yang lebih di
bandingkan sipil di era demokratis sulit dilaksanakan. Secara informal, masih ada kemungkinan
bahwa figur-figur dari militer memiliki popularitas yang tinggi untuk maju sebagai kandidat
politik (walikota, gubernur, bupati, presiden dan lainnya), namun tetap di bawah aturan main
demokrasi. kemudian kekuatan sipil dalam mengontrol pemerintahan yang mungkin bisa
menyelewengkan kekuasaan, telah mulai menguat di Indonesia.

5
Diperoleh melalui: Visi, Misi dan Program Aksi: Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian. Oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Diakses melalui:
http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf pada 09 Juni 2016, pukul 20:30

5
Kepustakaan:

Buente, Marco. 2011. “Burma’s Transition to “Disciplined Democracy” Abdication or


Institusionalization of Military Rule?”. Working Papers. Giga Research.

Rabasa, Angel dan John Haseman. 2002. “The Military and Democracy in Indonesia:
Challenges, Politics, and Power”. RAND, National Security Research Division.

Siaroff, Alan. 2009. “Comparing Political Regimes: A Thematic Introduction to


Comparative Politics”. Toronto University Press. OpCit. Hlm: 21

Visi, Misi dan Program Aksi: Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian. Oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Diakses melalui:
http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf pada 09 Juni 2016, pukul 20:30

Anda mungkin juga menyukai