G
lo
ba
l
Li
ng
ku
ng
an
Negara
Masyarakat
Kekuasaan dalam
konteks Sosial
Individu
Pertemuan 1
DMK: Zamzami A Karim
2.
as
d
n
i
n
e
P
t
a
l
A
dan
l ik
f
n
o
K
g
n
a
i
b
Alat P
elindu
ng
dan
Integra
si
Sosiologi politik :
Studi tentang fenomena kekuasaan (pemerintahan,
otoritas, komando) di dalam setiap pengelompokan
manusia (bangsa, kota, asosiasi, buruh, suku,
kampung, dsb), bukan hanya di dalam negara (nationstate) (Duverger 1989: 19)
Berupa penelitian mengenai hubungan antara
masalah-2 politik dan masyarakat, antara struktur
sosial dan struktur politik, dan antara tingkah laku
sosial dengan tingkah laku politik (Rush & Althoff
2003: 5).
Secara umum berkaitan dengan relations between
state and society (Nash 2000: 1). Tetapi Nash
berpegang pada lonjakan paradigma pengertian
dalam sosiologi politik dari state centered, class-based
models of participation kepada pemahaman tentang
politik sebagai potensi yang terdapat dalam semua
pengalaman sosial (an understanding of politics as
potential in all social experiences) (Nash 2000: 2-3).
Ruang Lingkup
Perluasan cakrawala analisis politik dengan
saling memanfaatkan kerangka analisis sosiologi
dan politik untuk memahami hubungan timbal
balik antara variabel politik dan variabel sosial.
Praktek kekuasaan dalam kehidupan sosial
sehari-hari, baik yang berhubungan dengan
negara maupun non-negara.
Kajiannya menyangkut, sosialisasi politik,
partisipasi politik, identitas dan kultur politik, dan
globalisasi kekuasaan.
Masalah pokok dalam sosiologi politik juga
meliputi: Masyarakat, Negara, Tertib Sosial dan
Perubahannya, Ketimpangan dan Pelapisan
Sosial, Politik, Partisipasi Politik, dan Kekuasaan.
Power-elite model
Model power-elite merupakan satu analisis sosiologis dari ilmu
politik yang didasarkan atas teori konflik sosial yang memandang
kekuasaan terkonsentrasi di sekitar orang-2 kaya.
Istilah "power elite", ditemukan pada 1956 oleh pakar teori socialconflict C.Wright Mills, untuk menggambarkan kelompok the upper
class, yang menurut Mills, menguasai atau mengendalikan
kekayaan, kekuasaan dan prestise dari golongan mayoritas
masyarakat.
Golongan ini secara teoritis memegang kendali terhadap 3 sektor
utama di dalam masyarakat AS: the economy, government, dan the
military.
Termasuk juga di antaranya adalah para pejabat tinggi dalam
pemerintahan pusat maupun daerah, orang2 super kaya (super rich),
dan pejabat tinggi militer AS.
Teori power-elite berpendapat bahwa Amerika bukan negara
demokrasi karena kekuasaan dan kekayaan terkonsetrasi di antara
golongan elit kekuasaan yang membungkam mayoritas warganegara
yang ditinggalkan tanpa hak suara.
Lebih dari itu, model ini menunjukkan bahwa golongan elit
kekuasaan kurang mendapat oposisi yang terorganisasi terhadap
dominasi mereka dan oleh karena itu mereka memiliki kontrol yang
utuh ke atas masyarakat.
Pluralist models
Dalam sistem politik yg demokratis, pluralism
merupakan satu panduan prinsipil yang mengakui
kehidupan bersama yang damai dalam perbedaan
kepentingan, keyakinan dan gaya hidup.
Tidak seperti totalitarianism or particularism, pluralism
mengakui diversity of interests dan menganggapnya
sah bagi anggota masyarakat untuk bekerja atas dasar
kesadaran mereka, mengemukakannya dalam proses
konflik dan dialog.
Dalam filsafat politik, orang yang menganut pluralism
sering dianggap sebagai kaum liberalist, sedangkan
orang yang membahasnya dengan sikap yang lebih
kritis terhadap the diversity of modern societies sering
disebut communitarians.
Dalam politik, pengakuan akan keragaman kepentingan
dan keyakinan di kalangan rakyat merupakan salah satu
ciri terpenting demokrasi modern.
Analisis Kelas
Kaum Marxists percaya bahwa aslinya masyarakat kapitalis dibagi dalam
dua kelas sosial yang kokoh:
(a) the working class or proletariat (kelas proletar): Marx
mendefinisikannya sebagai "those individuals who sell their labor and
do not own the means of production" yang diyakininya
bertanggungjawab dalam menghasilkan kekayaan bagi suatu
masyarakat (bangunan, jembatan dan berbagai perabot, sebagai
contoh, yang secara fisik dikerjakan oleh anggota kelas ini). Ernest
Mandel, dalam An introduction to Capital, memperbarui definisi ini
sebagai orang yang bekerja demi menyambung hidupnya (baik
"white collar" or "blue collar") dan mereka tidak punya tabungan
yang berarti, di mana tabungan yang banyak merupakan ciri tipikal
investasi dalam bentuk abstrak dari alat produksi pada basis
pemegang saham.
(b) the bourgeoisie (kelas borjuis): yaitu orang yang own the means of
production" dan mengeksploitasi kaum proletariat. Kaum borjuis bisa
dibagi lagi kedalam the very wealthy bourgeoisie dan the petty
bourgeoisie (mempekerjakan buruh, tapi juga bekerja sendiri).
Mereka terdiri dari para pemilik usaha kecil, petani pemilik tanah,
atau pedagang. Marx memprediksi bahwa the petty bourgeoisie akan
dihancurkan oleh penemuan kembali alat-alat produksi dan hasilnya
akan menjadi pendorong gerakan dari mayoritas luas borjuis kecilkecilan ini kepada proletariat.
Karl Marx