1. Restorasi Meiji
Restorasi Meiji (明治維新 Meiji-ishin), dikenal juga dengan sebutan Revolusi Meiji atau Pembaruan
Meiji, adalah serangkaian kejadian yang berpuncak pada pengembalian kekuasaan di Jepang kepada
Kaisar pada tahun 1868. Restorasi ini menyebabkan perubahan besar-besaran pada struktur politik
dan sosial Jepang, dan berlanjut hingga zaman Edo (sering juga disebut Akhir Keshogunan Tokugawa)
dan awal zaman modern.
Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo
dan awal zaman Meiji. Restorasi ini diakibatkan oleh Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Towsen
Harris yang dilakukan oleh Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat.
pada pertengahan 1941, Amerika Serikat melancarkan mengembargo minyak bumi , mengembargo
adalah larangan untuk melakukan perdagangan & peniagaan kepada suatu negara. Sedangkan
Jepang sangat butuh minyak bumi untuk keperluan perang. Pada tanggal 8 Desember 1941 angkatan
perang Jepang melancarkan serangan pengeboman Pearl Harbour untuk menyerang angkaan laun
Amerika serikat di Pasifik. Jepang berhasil menghancurkan pertahanan militer Amerika, serangan
Jepang juga di arahkan ke Filipina dan kemudian di Indonesia dengan tujuan mendapatkan cadangan
logistik dan bahan industri perang, sebab persediaan SDA Indonesia dapat memenuhi kebutuhan
Jepang selama perang Pasifik.
Pada awalnya, misi utama pendaratan Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan
perang. Pendaratan ini nyatanya disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia.
Kedatangan Jepang memberi harapan baru bagi rakyat Indonesia yang saat itu telah
menaruh kebencian terhadap pihak Belanda.
Sikap Jepang pada awal kedatangannya semakin menarik simpati rakyat Indonesia. Dan
kemenangan Jepang atas perang Pasifik digembor-gemborkan sebagai kemenangan
bersama, yaitu kemenangan bangsa Asia.
Setelah kedatangannya ke Indonesia, tentara ke 16 sebagai perwakilan pemerintah militer
Jepang. Jepang Pelindung Asia di Indonesia membentuk suatu badan propaganda yang
disebut dengann Sendenbu. Badan ini berfungsi untuk mendukung pergerakan Jepang di
Indonesia. Melalui badan ini pula, "Gerakan 3A" dipropagandakan, yaitu: Jepang Pemimpin
Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Cahaya Asia
Pada pertengahan tahun 1942, timbul pemikiran dari markas tentara Jepang. Pendudukan
dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteraan termasuk semi-militer oleh karena itu,
pemerintahan Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer di seluruh kepulauan
Indonesia bekas Hindia Belanda itu dibagi menjadi 3 wilayah pemerintahan militer.
Pembagian administrasi semacam itu, tentu juga terkait dengan perbedaan kepentingan jepang
terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia baik dari segi militer,segi ekonomi,dan juga politik. Pulau
jawa yang melupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu,masih diberlakukan
pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkan Osama seirei atau UU yang dikeluarkan oleh
tentara ke-16. Di dalam undang-undang itu untuk mendukung penduduk jepang yang bersifat
militer.
Menurut undang undang no. 28, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah Shu atau
Karisedanan. Seluruh pulau Jawa dan Madura, kecuali Khoci, yaitu Yogyakarta dan Surakarta,
dibagi menjadi daerah-daerah Shu/karisedanan. Shi(kotaperaja), ken(kabupaten),
gun(kawedanan), son(kecamatan), ku(desa/kelurahan).