Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sindy Anjarwati

Nomor : 30
Kelas : XI IPA 2
Tanggal : 23 Februari 2021

1. Coba amati berbagai situs atau pengaruh budaya yang terkait dengan kebijakan
dan kekejaman Jepang di Indonesia yang ada di lingkungan kamu. Kemudian buatlah
laporan telah mu tentang hal itu?

Pada masa pendudukan Jepang keadaan sosial di daerah Yogyakarta sangat


menyedihkan. Pemerintahan Jepang secara terang-terangan kurang memperhitungkan
nilai-nilai sosial dan kultural penduduk pribumi. Daerah daerah membentuk Panitia
Penyerahan Romusha (PPR) yang berkewajiban untuk menyerahkan tenaga romusha
berdasarkan laporan sementara atau daftar sementara. Penyerahan romusha ada yang
karena kehendak sendiri untuk menjadi romusha tetapi ada juga yang karena paksaan.
Putra-putra petani juga ada yang mendaftarkan diri sebagai Heiho, atau pembantu serdadu
Jepang. Penyerahan padi kepada pemerintah tentara pendudukan mengakibatkan
bertambahnya kesengsaraan rakyat. Tekanan untuk menjadi romusha di kota tidak begitu
berat seperti di desa, meskipun juga terdapat 4 kemelaratan dan kesengsaraan.

Pada saat itu keadaan pegawai negeri sebagai kelas konsumen sangat menyedihkan,
gajinya kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, mereka terpaksa menjual
barang-barang yang tadinya dikumpulkan pada waktu masih makmur. Mulai zaman Jepang
hingga zaman Republik pegawai negeri tidak lagi mendapat fasilitas-fasilitas seperti di
zaman lampau, karena adanya perbedaan di dalam politik dan pandangan hidup
pemerintahan masing-masing.

Masuknya Jepang ke Yogyakarta telah menyebabkan ditutupnya tambang mangaan di desa


kliripan. Setelah pertambangan itu dibuka kembali oleh Jepang, banyak dibutuhkan tenaga
buruh. Kebutuhan tenaga buruh untuk pertambangan mangaan pada masa pendudukan
Jepang ini sangat banyak dibanding dengan pada masa penjajahan Belanda. Pemberian
upah yang sangat rendah, mengakibatkan timbulnya kemelaratan yang merajalela.
Kesehatan mereka tidak terjamin. Tidak ada jaminan keamanan terhadap buruh yang
sedang bekerja. Semua hasil-hasil tambang tersebut diangkut ke Jepang. Usaha Jepang ini
berlangsung dari tahun 1942-1945.

2. Buatlah karya tulis dengan judul


"Romusha".

ROMUSHA

Romusha (rōmusha: "buruh", "pekerja") adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia


yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun
1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani dan sejak Oktober 1943 pihak
Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai
tempat di Indonesia serta Asia Tenggara. Jumlah orang-orang yang menjadi romusha tidak
diketahui pasti - perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta. Salah satu bentuk
represi yang dilakukan oleh pemerintah jepang yaitu pengurasan tenaga kerja dengan
menciptakan romusha sebagai tenaga kerja paksa.
Tujuan Jepang melakukan tanam paksa atau Romusha yaitu, untuk persiapan perang Asia
Timur Raya serta memenuhi kebutuhan tentara jepang, untuk lebih jelasnya lagi akan
dibahas sebagai berikut: Pada mulanya tugas-tugas yang dilakukan itu bersifat sukarela dan
pengerahan tenaga tersebut tidak begitu sukar dilakukan karena orang masih terpengaruh
oleh propaganda “untuk kemakmuran bersama Asia Timur Raya”. Hampir semua pemuda
desa dijadikan romusha untuk dipekerjakan membuat lapangan terbang, tempat
pertahanan, jalan, gedung, dll. Bukan hanya di Indonesia saja tetapi mereka banyak yang
dikirim ke Birma, Thailand dan Malaysia untuk keperluan yang sama yaitu membuat tempat
pertahanan dan memperlancar transportasi Pemerintah jepang terus melancarkan
kampanye pengerahan romusha yang diberi sebutan “prajurit ekonomi “ atau “ pahlawan
kerja“ yang digambarkannya sebagai orang yang sedang menjalani tugas suci guna
memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada waktu itu pemerintah berhasil mengerahkan
romusha keluar jawa sebanyak 300.000 orang, sedangkan sekitar 70.000 orang dalam
keadaan yang menyedihkan.
Pendudukan Jepang di Indonesia dipimpin oleh Letjen Hitoshi Imamura diawali di kota
Tarakan, Kalimantan Timur, tanggal 10 Januari 1942. Selanjutnya Minahasa, Balikpapan,
Ambon, Pontianak, Makassar, Banjarmasin, Palembang dan Bali yang berhasil diduduki
Jepang selama Januari – Februari 1942. Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5 Maret
1942. Tentara Belanda yang dipimpin Letjen H. Ter Poorten merasa kewalahan menghadapi
serbuan kilat tentara Jepang kemudian mundur menuju Subang, Jawa Barat. Didaerah ini
pula (Kalijati) tentara Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang tanggal 8
Maret 1942. Sejak saat itu, mulailah masa pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang, Indonesia dibagi menjadi 3 wilayah yang dipimpin oleh
pemerintahan militer, yaitu :
· Jawa dan Madura diperintah oleh tentara keenam belas Angkatan Darat (Rikugun)
yang berpusat di Jakarta
· Sumatra diperintah oleh tentara kedua puluh lima Angkatan Darat (Rikugun) yang
berpusat di bukittinggi
· Indonesia bagian timur diperintah Armada Selatan kedua angkatan laut (Kaigun),
yang berpusat di ujung Pandang
Masuknya Jepang ke Indonesia, awalnya disambut gembira oleh para pejuang
kemerdekaan waktu itu. Jepang dianggap sebagai saudara, sesama Asia yang membantu
mengusir Kolonial Belanda . Namun, sesaat setelah Jepang mendarat di Hindia Belanda
(Indonesia-saat ini), ternyata Jepang berbuat yang tak kalah licik dan bengisnya. Jepang
berupaya menghapus pengaruh kultural barat yang telah hinggap di Hindia Belanda, dan
yang kedua Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam strategi yang ada di tanah air
kita. Pasokan sumber sumber ala mini digunakan untuk membiayai perang Jepang dengan
Sekutu di Asia Timur dan Pasifik.
Para romusha juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming iming
mendapatkan pekerjaan, namun mereka dibawa ke kamp kamp tertutup untuk dijadikan
wanita penghibur (Jugun Ianfu).
Romusha juga melibatkan tokoh tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang
untuk menjadi tenaga tenaga paksa tersebut. Diantara para romusha yang berasal dari
tokoh pergerakan adalah Soekarno dan Otto Iskandardinata. Mereka berdua dipaksa tentara
pendudukan Jepang untuk membuat lapangan udara darurat.
Jepang melakukan rekrutmen calon calon romusha, pola tingkatan, serta alokasi tenaga
kerja paksa ini. Basis paparannya melihat praktik romusha dan proyek-proyeknya di Gunung
Madur dan sekitar Banten. Namun pada saat yang sama, Jepang berhasil memanipulasi
keberadaan romusha ini ke dunia internasional. Untuk menyamarkan keberadaan romusha,
Jepang mengganti istilah romusa dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja.
Pada pertengahan tahun 1943, para romusha semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena
kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusha-romusha ini digunakan sebagai tenaga
swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang
Jepang membutuhkan tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang
Jepang. Pada situasi seperti ini, permintaan terhadap romusha semakin tak terkendali.
Jika kita melihat angka tahunnya, proyek romusha di Indonesia berjalan dalam tempo dua
tahun. Bukanlah waktu yang pendek untuk menghasilkan penderitaan dan kematian
sebagaimana yang terungkap dalam data diatas. Barulah pada tahun 1945, Hindia Belanda
merdeka menjadi Indonesia, serta mengakhiri proyek dan impian kolonialisasi Jepang.
Romusha memberikan akibat yang mendalam bagi bangsa indonesia meskipun Jepang
menjajah Indonesia hanya seumur jagung apa yang dikatakan oleh ramalan Joyoboyo, atau
lebih tepatnya 3 ½ tahun jepang menjajah indonesia yaitu pada tahun 1942-1945 tetapi
dalam waktu yang sesingkat itu menimbulkan dampak yang sangat mendalam bagi bangsa
indonesia karena pada waktu itu sangat menderita dengan adanya romusha rakyat
indonesia hidup bagaikan tulang tanpa daging pakaian compang-camping kelaparan
dimana-mana atau rakyat indonesia dibawah titik nadir masyarakat yang terbelakang,
miskin, tertinggal untuk lebih khusus lagi akan dipaparkan dampak dari Romusha sebagai
berikut:
1. Bidang Ekonomi: Keadaan ekonomi di Indonesia mengalami kemerosotan. Penyebabnya
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Para penyuluh pertanian bukan tenaga-tenaga ahli pertanian.
b. Hewan-hewan yang berguna bagi pertanian banyak yang dipotong.
c. Kurangnya tenaga kerja petani karena banyak yang dijadikan romusha.
d. Banyaknya penebangan hutan liar.
e. Kewajiban menyerahkan hasil bumi.

2. Bidang Sosial dan Budaya: kepala–kepala desa dan camat yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan itu sering menunjukkan untuk menjadi romusha dipilih orang–orang
yang tidak mereka sukai atau dipilih orang yang ditakuti oleh masyarakat desa setempat.
Berjuta- juta rakyat menderita kelaparan dan serba kekurangan. Dijalankannya program
kerja tanam paksa romusha lebih menambah hancurnya perasaan ketentraman masyarakat
jawa. Pengaruh buruk dari sistem romusha itu masih ditambah lagi oleh pelaksanaan
setempat yang memungkinkan dapat dibelinya pengecualian atau kewajiban menjadi
romusha. Tentu saja hal itu dapat dilakukan oleh golongan masyarakat kaya.

Anda mungkin juga menyukai