Anda di halaman 1dari 4

Pendudukan Jepang selama 3,5 tahun di tanah air menjadi salah satu masa terkelam bagi bangsa

Indonesia. Pasalnya, bukan hanya sumber daya alam, tenaga manusia juga diperas untuk
kepentingan Jepang. Namun, dibalik mirisnya kehidupan bangsa Indonesia pada masa
kependudukan Jepang, ada dampak positif yang terasa sampai saat ini di beberapa bidang
kehidupan.

Dampak kependudukan Jepang pada kehidupan masyarakat Indonesia bisa dilihat di sejumlah
bidang, termasuk politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan serta bidang birokrasi dan militer.

 Jepang memberikan suatu gelar kepahlawanan bagi pekerja yang meninggal dunia akibat
kekejaman romusa. Gelar tersebut bernama “pahlawan pekerja” atau “prajurit ekonomi”..

Kerja romusa adalah suatu jenis pekerjaan paksa yang dibekali oleh tentara


Jepang pada masa kolonialisasi Jepang di Indonesia (yang dulunya Hindia Belanda)
pada saat itu. Pengerahan tenaga kerja ini disebut romusha yang awalnya didukung rakyat
Indonesia. Kerja romusha dengan tujuan agar rakyat Indonesia mau bekerja paksa yang
diperlakukan secara kejam oleh tentara Jepang yang dikarenakan kepentingan
pembekalan dalam membangun pangkalan militer kerajaan Jepang selama perang dunia
II kepada propaganda kerajaan Jepang itu sendiri. Propaganda yang dilakukan Jepang
untuk membentuk barisan romusha yang bertugas membela negara dan membangun
kemakmuran. Pada masa penjajahan selama Perang Pasifik, kerja romusa diperlakukan
secara paksa dan kasar oleh Jepang. Kebanyakan romusa adalah petani, dan sejak
Oktober 1943, pihak Jepang mewajibkan para petani untuk menjadi romusa.[3] Mereka
dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara. Jumlah
romusa tidak diketahui secara pasti—dengan perkiraan berkisar antara 4 hingga 10 juta
orang

Tujuan Romusha
Mengutip buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Nusa Tenggara Barat oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tujuan romusha adalah untuk membuat tempat-
tempat pertahanan dan meningkatkan hasil produksi pertanian.
Adapun pekerjaan berat yang dilakukan oleh romusha adalah membangun kubu-kubu
pertahanan, terowongan bawah tanah dan daerah perbukitan, lapangan terbang, dan
bangunan militer di garis depan.

Perlakuan penjajah Jepang kepada para romusha untuk memenuhi tujuannya bahkan lebih
keji daripada apa yang terjadi pada para pekerja rodi.

Para romusha bekerja tidak mengenal waktu, karenanya begitu banyak di antara mereka
yang tumbang karena kelaparan dan beberapa lainnya tewas karena dibunuh.

Dampak Romusha Bagi Rakyat Indonesia


Rakyat Indonesia pada saat itu telah mengetahui bahwa romusha selalu diperlakukan
dengan buruk dan tidak manusiawi. Akan tetapi mereka terlalu takut untuk menolak
perintah Jepang dan dengan berat hati anggota keluarga mereka diambil secara paksa,
sebagaimana tertulis dalam buku Seri IPS Sejarah 3 SMP Kelas IX karya oleh Drs.
Prawoto.

Tindakan Jepang dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia
tentunya memberikan dampak bagi negara Indonesia.

Beberapa dampak dari kerja paksa romusha adalah:


1. Kemiskinan yang disebabkan oleh penyerahan wajib padi kepada pemerintah
2. Kelangkaan bahan pangan
3. Tingkat kesehatan menurut
4. Angka kematian meningkat

Dari dampak-dampak di atas maka dapat diketahui bahwa betapa buruknya kehidupan
sosial rakyat Indonesia saat dikuasai oleh Jepang. Eksploitasi yang dilakukan secara
besar-besaran melalui sistem kerja paksa romusha menimbulkan dampak negatif yang
signifikan bagi rakyat Indonesia.

 Masyarakat dipaksa dan dikerahkan untuk membangun dan memperbaiki jalan, menanam
tanaman jarak di sepanjang jalan dan membangun saluran air.

 Adanya kesulitan komunikasi karena Jepang sebagai pengendali utama secara sengaja
melakukan hal tersebut terjadi.

 Adanya penggantian nama pada beberapa kota di Indonesia. Awalnya, kota tersebut
merupakan serapan dari Bahasa Belanda dan diganti dengan asli nama Indonesia. (contoh
: Buitenzorg menjadi Bogor, Batavia menjadi Jakarta).
 Adanya pembangunan suatu Gedung kebudayaan di Jakarta dan diberi nama Keimun
Bunda Shidosho pada 1 April 1943.
 Diterapkannya kebijakan tradisi kerja bakti massal pada masa Jepang yang dikenal
dengan Kinrohoshi.
 Komunikasi antarpulau dan akses ke dunia luar yang terkendala dan terhambat karena
saluran komunikasi diambil alih Jepang.
 Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti menjadi
menggunakan Bahasa Indonesia misalnya Batavia menjadi Jakarta, dan Buitenzorg
menjadi Bogor.
 Pada 1 April 1943 didirikan sebuah pusat kebudayaan bernama Keimin Bunka Shidoso
untuk mengawasi gerak para seniman supaya tetap sejalan dengan tujuan dan propaganda
Jepang.
 Kebijakan Seikerei atau penghormatan pada Kaisar Jepang Tenno Heika dengan
membungkuk 90 derajat tiap pagi ke arah matahari terbit.

Kaisar Tenno Heika dianggap sebagai keturunan Dewa Matahari, sehingga penghormatan
ini dilakukan sebagai bentuk tunduk pada Kaisar.

Namun, kebijakan ini menimbulkan pertentangan di kalangan para ulama muslim hingga
sering menimbulkan bentrok fisik dengan pihak Dai Nippon.
Salah satu peristiwa perlawanan ulama yang terkenal adalah peristiwa Singaparna yang
diinisiasi oleh KH Zainal Mustafa di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Peristiwa Singaparna adalah peristiwa pemberontakan santri pesantren Sukaamanah.


Pemberontakan ini dipimpin oleh Kiai Haji Zainal Mustafa. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 26 Februari 1944. Pasukan pemberontakan yang hanya bersenjatakan golok,
parang, dan bambu runcing, melawan tentara jepang yang bersenjata lengkap

Anda mungkin juga menyukai