Materi: Perjuangan Rakyat Semarang dalam Melawan Tentara Jepang
Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu: 1. Menjelaskan perjuangan rakyat semarang dalam melawan tentara Jepang.
Bacalah teks berikut secara saksama.
PERJUANGAN RAKYAT SEMARANG DALAM MELAWAN TENTARA JEPANG Dalam catatan sejarah Indonesia, kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 telah membangkitkan semangat juang dan jiwa nasionalisme rakyat Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Pada sepanjang akhir tahun 1945 misalnya terjadi berbagai peristiwa di berbagai daerah untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sekaligus mengusir para penjajah. Salah satu peristiwa heroik di awal kemerdekaan yakni peristiwa pertempuran di Semarang atau yang lebih disebut dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang. Peristiwa yang melibatkan sisa-sisa pasukan Jepang dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan para pejuang rakyat Semarang ini merupakan rangkaian sejarah kemerdekaan Indonesia seiring kalahnya Jepang dari Sekutu dalam Perang Dunia II. Pada 15 Agustus 1945 setelah dua kali diserang bom atom oleh pasukan Sekutu, Jepang menyerah dan menyatakan kekalahannya dalam perang Asia Timur Raya. Sebagai pihak yang kalah, Jepang mendapatkan tugas menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah bekas pendudukan mereka sembari menunggu kedatangan pasukan Sekutu. Di Indonesia kekalahan Jepang dimanfaatkan para tokoh pejuang kemerdekaan sebagai momentum untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing dan pada 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang telah di deklarasikan ini ternyata memiliki dampak yang cukup besar, salah satunya pembentukan pemerintahan lokal yang terjadi di daerah-daerah. Di Semarang misalnya, Wongsonegoro ditunjuk sebagai Gubernur Jawa Tengah dengan pusat pemerintahan di Semarang untuk mengambil alih kekuasaan dari Jepang dalam segala bidang. Tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan kemudian pada 22 Agustus 1945 pemerintahan pusat di Jakarta membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pembentukan BKR ini juga dilakukan serentak di berbagai daerah, salah satunya di daerah Semarang Jawa Tengah. Walaupun proklamasi telah dikumandangkan ternyata masih cukup banyak prajurit Jepang yang belum bisa pulang ke negaranya. Selain itu rakyat sipil dan para tawanan sekutu juga masih banyak yang berada di Indonesia. Untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tentara BKR dan para pejuang rakyat Semarang harus memiliki persenjataan untuk melawan dan mengusir sisa-sisa penjajah yang masih berada di Semarang. Oleh karena itu sepanjang bulan September hingga Oktober tahun 1945 para pasukan tentara BKR dan para pejuang Semarang mulai melucuti senjata-senjata pasukan Jepang termasuk pasukan Kidobutai. Namun, saat para pejuang melakukan pergerakannya dalam melucuti senjata pasukan Kidobutai menolak untuk memberikan senjata mereka dan hanya memberikan senjata-senjata yang sudah usang dan hampir tidak layak untuk digunakan. Hal ini membuat marah para pejuang dan tentara yang berada di Semarang. Selain melucuti senjata para tentara Jepang, BKR dan para pejuang rakyat Semarang juga mulai menangkap orang-orang Jepang yang berada di Semarang. Ketika BKR dan para pejuang rakyat Semarang hendak memindahkan tawanan Jepang dari Cepiring dan hendak dipindahkan ke Bulu namun di tengah perjalanan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan Kidobutai dibawah pimpinan Mayor Kido. Kondisi inilah yang membuat para pejuang rakyat Semarang semakin marah. Sementara itu Mayor Kido yang merupakan pimpinan dari pasukan Kidobutai
Indah Sari Putri Pertiwi, M.Pd. 1
merundingkan tentang pelucutan senjata dan para tawanan pejuang Indonesia kepada atasan Mayor Kido yaitu Mayjen Nakamura di Magelang. Namun dalam hal ini, Mayjen Nakamura belum bisa memutuskan. Akhirnya Nakamura meminta pendapat dari pimpinan militer Jepang di Jakarta. Dengan berbagai perundingan pada akhirnya pimpinan Jepang di Jakarta dengan tegas untuk tetap tidak memberikan senjata mereka kepada pihak Indonesia. Bahkan Jepang boleh menggunakan kekuatan militernya untuk menghentikan perampasan senjata. Karena perintah dari atasan tentara Jepang di Jakarta ini, Mayor Kido mulai melakukan penyerangan terhadap para pejuang rakyat Semarang. Seiring berjalannya waktu karena pelarian para tawanan Jepang, pada tanggal 14 Oktober 1945 pukul 06.30 WIB para pejuan rakyat Semarang diinstruksikan untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan Rumah Sakit Purusara. Saat melakukan penyegatan, mobil sedan dan senjata milik Kempetai disita oleh para pejuang rakyat Semarang. Pada sore harinya, tentara Jepang yang masih tersisa dijebloskan ke penjara Bulu. Kemudian pada pukul 18.00 WIB pasukan Jepang yang bersenjata lengkap menyerang secara mendadak dan melucuti delapan anggota polisi istimewa yang sedang menjaga sumber air minum bagi warga kota di Candi lama yaitu Reservoir Siranda. Kedelapan anggota polisi yang ditangkap itu dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh dan tersiar kabar bahwa tentara Jepang sudah meracuni sumber air minum bagi warga kota di Candi Lama sehingga rakyat menjadi gelisah. Cadangan air di Candi desa Wungkal waktu itu merupakan satu-satunya sumber air di Semarang. Setelah berita tentang tentara Jepang yang telah meracuni sumber air minum tersiar, dr. Kariadi sebagai Kepala Laboratorium RS. Purusara berniat untuk memastikan kabar yang beredar. Ia kemudian pergi kesana dalam dalam situasi yang sangat berbahaya karena Jepang telah menyerang beberapa tempat termasuk rute menuju reservoir. Dalam perjalanan menuju reservoir, mobil dr. Kariadi tiba-tiba dicegat oleh tentara Jepang di Jalan Pandanaran dan ia ditembak bersama tentara pelajar yang menjadi supirnya. Karena tembakan itu dr. Kariadi sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB namun nyawanya tidak dapat diselamatkan dan ia gugur dalam usia 40 tahun. Kabar gugurnya dr. Kariadi ini tersebar kemana-mana di seluruh kota Semarang yang membuat para pejuang Semarang marah dan menggelora ingin balas dendam. Gugurnya dr. Kariadi inilah yang menjadi salah satu latar belakang pertempuran lima hari di Semarang. Pada 15 Oktober 1945 pukul 03.00 WIB, setelah berbagai ketegangan yang terjadi antara militer Jepang dengan para pejuang rakyat Semarang membuat militer Jepang membulatkan tekatnya untuk menyerang Semarang. Pasukan Kidobutai yang dibantu dengan batalyon Jepang lainnya termasuk para rakyat sipil Jepang turut dipersenjatai untuk melakukan serangan. Dalam pertempuran, Jepang memulai menyerang Semarang dari dua arah. Dalam serangan dadakan yang dilakukan oleh Jepang mereka berhasil menangkap Gubernur Wongsonegoro. Sementara itu dari sebuah bukit rendah di belakang markas pasukan BKR tiba-tiba pasukan Kidobutai menyerang dari dua arah menggunakan tembakan pelempar granat dan senapan mesin. Setelah melawan selama setengah jam, pasukan BKR kewalahan menghadapi serangan tentara Jepang dan kemudian pasukan BKR meninggalkan markas untuk menghindari kepungan tentara Jepang. Pasukan Jepang yang melakukan serangan secara mendadak dan cepat ini, dalam waktu tiga hari mereka berhasil menguasai sebagian besar wilayah Semarang. Banyak para pejuang yang gugur dan dihabisi oleh para pasukan Kidobutai, bahkan pasukan PMI (Palang Merang Indonesia) juga tidak dapat bergerak leluasa untuk mengevakuasi mayat dan korban yang terluka. Melihat kota Semarang yang sebagian besar telah dikuasai oleh para tentara Jepang, bala bantuan banyak yang berdatangan untuk membantu melawan serangan Jepang termasuk di area sekitar Semarang. Pasukan BKR juga berhasil mengadakan konsolidasi untuk mendapatkan bantuan dari wilayah Jawa Tengah lainnya. Dengan berbagai bantuan untuk pihak Indonesia akhirnya pejuang Indonesia berhasil membuat keadaan berbalik dengan menyudutkan tentara Jepang. Akhirnya pihak Indonesia terdiri dari para pejuang dari Semarang dibantu dengan para pejuang lain
Indah Sari Putri Pertiwi, M.Pd. 2
dari sekitar Jawa Tengah. Dipihak Jepang, pasukan Kidobutai dibantu dengan pasukan Jepang lainnya termasuk warga sipil Jepang. Pertempuran antara kedua belah pihak ini terjadi di empat titik di Semarang yakni daerah Kintelan, Pandanaran, Jombang dan di Simpang Lima. Pertempuran yang berlangsung selama tiga hari ini memakan banyak korban jiwa baik pihak Indonesia maupun pihak Jepang. Melihat banyaknya korban yang terjadi diantara kedua belah pihak, Jepang kemudian meminta Wongsonegoro untuk mengeluarkan maklumat dan menghentikan pertempuran. Akhirnya pada 17 Oktober 1945 Gubernur Wongsonegoro mengeluarkan maklumat untuk gencatan senjata. Namun, karena tidak mencapai kesepakatan kepada para pejuang rakyat Semarang, Gencatan senjata tidak berhasil dilakukan. Para pejuang mengira bahwa Wongsonegoro memerintahkan para pejuang untuk menyerah namun setelah dijelaskan bahwa Gencatan senjata ini sebenarnya permintaan dari pihak Jepang, akhirnya mereka menyetujui adanya gencatan senjata yang dikeluarkan pada 18 Oktober 1945. Untuk menindaklanjuti maklumat tentang gencatan senjata yang telah dikeluarkan pada 18 Oktober 1945 ini, pihak Indonesia dan Jepang melakukan perundingan. Dalam perundingan ini, isu yang paling besar adalah tentang perebutan senjata. Pemimpin Jepang menginginkan agar semua senjata yang telah direbut oleh pejuang Indonesia segera dikembalikan, namun keinginan Jepang ini adalah hal yang mustahil yang pada akhirnya perundingan pun mengalami kebuntuan. Bahkan dalam perundingan yang panas itu, tentara Jepang mengancam akan mengebom Semarang jika gencatan senjata tidak ditandatangani dan menyerahkan senjata kepada Jepang. Di tengah perundingan yang sedang berjalan, para pejuang Semarang terutama dari Mranggen dan Genuk menjadi satu untuk memindahkan tawanan Jepang yang menjadi sandera. Namun karena janji Jepang untuk mundur tidak dipenuhi maka 75 sandera itu dibunuh yang memungkinkan perang di Semarang ini akan terus berlanjut. Karena perundingan yang dilakukan dan berbagai pertempuran tidak kunjung usai dan pada 19 Oktober 1945 pasukan Inggris yang dipimpin oleh Kolonel Edward juga mendarat di Semarang, akhirnya Inggris juga ikut terlibat dalam perundingan. Seiring berjalannya waktu pada 20 Oktober 1945 konfrensi diantara tiga pihak yakni Indonesia, Jepang dan Inggris yang dilakukan di hotel De Pavilion yang mana konfrensi atau perundingan diantara ketiga pihak ini berhasil mengeluarkan hasil dengan dilakukannya gencatan senjata. Gencatan senjata ini berhasil dilakukan untuk mencegah lebih banyak lagi korban di pihak Indonesia dan Jepang. Walaupun para pejuang Indonesia masih ingin menuntut untuk membalas namun perundingan yang terjadi pada 20 Oktober 1945 ini juga berhasil mengakhiri pertempuran lima hari di Semarang. Pertempuran yang terjadi dari 15 Oktober 1945 hingga 20 Oktober 1945 ini telah memakan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak, dimana pihak Indonesia kurang lebih sekitar 2000 pejuang dan militer Indonesia yang gugur dalam medan pertempuran, sementara dari pihak Jepang kurang lebih sekitar 600 tentara dan tawanan yang tewas. Untuk mengenang peristiwa pertempuran lima hari di Semarang karena perjuangan rakyat Semarang dalam upaya merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, maka dibuatlah Tugu Muda di Simpang Lima kota Semarang Jawa Tengah dan tugu ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 20 Mei 1953. Perjuangan dalam merebut kemerdekaan yang telah dilakukan oleh rakyat Semarang merupakan sebagian daripada perjuangan-perjuangan lain yang telah dilakukan oleh para pejuang Indonesia. Buah dari hasil kemerdekaan yang telah kita nikmati saat ini merupakan hasil dari para pendahulu kita yang rela mengorbankan segalanya demi berjuang untuk negara yang mereka cintai dan mereka banggakan. Sumber: Indonesia Merdeka 30 Tahun. Sekretariatan Negara RI: 1995.
Indah Sari Putri Pertiwi, M.Pd. 3
Berdasarkan teks tersebut, isilah tabel berikut dengan baik dan benar! Nama Waktu Lokasi Latar Belakang Ringkasan Peristiwa Penting Peristiwa Perjuangan Rakyat .............................. ................................. Latar belakang terjadinya peristiwa Pertempuran Lima Hari 1. ................................................................................................................................... Semarang Dalam di Semarang disebabkan karena: 2. ................................................................................................................................... Melawan Tentara 1. .......................................................................................... 3. ................................................................................................................................... Jepang (Pertempuran 2. .......................................................................................... 4. ................................................................................................................................... Lima Hari di 3. .......................................................................................... 5. ................................................................................................................................... Semarang) 6. ................................................................................................................................... 7. ................................................................................................................................... 8. ................................................................................................................................... 9. ................................................................................................................................... 10. ................................................................................................................................... 11. ................................................................................................................................... 12. ................................................................................................................................... 13. ................................................................................................................................... 14. ................................................................................................................................... 15. ................................................................................................................................... 16. ................................................................................................................................... 17. ................................................................................................................................... 18. ...................................................................................................................................