Anda di halaman 1dari 33

Merah Putih Hati Yang Merdeka"

Saskia

Film ini mengisahkan Lima tokoh Yang memiliki latar belakang berbeda. Mereka disatukan Dalam
sebuah misi yang sama. Saat hubuhan pertemanan berpadu dalam sebuah Perbedaan pandangan,
Suku agama,Dan status sosial. Film yang Merupakan Sekuel Terakhir Dari Trilogi Merah Putih ini
Bercerita Tentang Keadaan Indonesia Pada masa awal Revolusi Pada tahun 1948, meskipun
Indonesia Telah memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945 Tetapi pasukan belanda Terus
menyerang untuk Menjajah kembali bangsa Indonesia. Pada saat itu Pasukan belanda Dibawah
pimpinan Jendral Van Mook Mengepung Seluruh wilayah Indonesia sehingga tentara Indonesia
terjebak di Yogyakarta. Lebih parah lagi, pasukan belanda Membentuk pasukan Khusus dibawah
pimpinan kolonel Raymer yang bertugas Menebar teror bagi Rakyat Indonesia agar Tidak berani lagi
Dalam memperjuangkan Kemerdekaannya. Ia Membunuh tentara Indonesia dan juga membantai dan
menyiksa rakyat dengan sadis. Dan kolonel Raymer inilah Yang juga membunuh Kedua orang tua
Tomas. Maka para KadetDitugaskan untuk mencari peta letak tempat tinggal Raymer sekarang,
dengan menyamar Sebagai pelayan Marius,Senja,Dayan. Masuk di kawasan Para pasukan Belanda
dibawah Pimpinan Jendral Van Mook. Setelah berhasil Dalam menduplicat Peta itu para Kadet siap
Meninggalkan tempat Tersebut, tetapi salah satu anggota Kadet kepergok Dan akan dibunuh Tetapi
sebelum di investigasi Dengan sangat berat hati Amir terpaksa menembak Prajurit Zulfikar. Setelah
menyelesaikan Misi yang berakhir tragis Dengan kehilangan Anggota Kelompok ini. Para kadet kembali
Mendapatkan tugas untuk membunuh pasukan Kolonel Raymer yang berada dibali. Tetapi komandan
Tim yaitu Kapten Amir Menolak tugas Itu dikarenakan Membunuh adalah Pekerjaan seorang
pembunuh Bukan tentara pejuang Kemerdekaan sehingga Akhirnya kapten Amir mengundurkan diri
Sebagai tentara dan kembali menjadi Guru sekolah dasar. Walaupun Begitu, misi tetap dilanjutkan dan
tomas lah yang menggantikan posisi sebagai kapten. Karena Tomas, Marius,Senja dan dayan berada
di Yogyakarta, Mereka berangkat ke Bali dengan Menyamar sebagai nelayan dan Naik kapal yang
diberi nama "Hati Merdeka" saat itu Amir menjadi seorang Guru Tetapi karena hatinya risau akhirnya
Jiwa tentara Amir Bangkit kembali Dan Berangkat menyusul ke Bali Dengan menumpang kapal
nelayan. Ketika hampir sampai di Bali, Tomas,Marius,Senja dan Dayan Dikepung oleh Pasukan
Belanda agar menyerah atau ditembak mati hingga tenggelam. Ternyata Para Nelayan yang Menjadi
awal Kapal Hati Merdeka telah membelot ke pihak Belanda karena Membayar lebih mahal. Nelayan-
nelayan itu menyerang Tomas dan kawan-kawan dengan pedang. Tetapi mereka berhasil
mengalahkan para nelayan pembelot Tersebut dan meloncat kedalam laut. Dalam keadaan berenang
mereka terus ditembak Oleh pasukan kapal perang Belanda, tetapi mereka Dapat lolos dari kejaran
tentara Belanda dan akhirnya sampai ke tepian pantai. Dan akhirnya setelah peperangan dengan
Raymer mereka menangkap Raymer Dan diserahkan kepada pihak pemerintah.

Serangan Fajar adalah film mengisahkan potongan-potongan kisahd penyerangan bersejarah di pagi
hari yang dilakukan TNI selama perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan. Serangan itu meliputi
penyerbuan markas Jepang di Kotabaru, perebutan pangkalan udara Maguwo, penyerbuan Gedung
Agung, dan serangan udara balasan di tiga kota.

Empat potongan kisah penyerangan itu seperti empat episode. Berbeda dengan film perjuangan pada
umumnya yang menekankan aksi patriotisme,Semua episode itu dirangkai lewat kehadiran anak kecil
bernama Temon yang ingin kembali bertemu dengan ayahnya, hilang akibat ikut kerja paksa romusha
saat penjajahan Jepang.

NAMA:RIMA ALYA REGINA

KELAS:7A

NO ABSEN:-
SANG PENCERAH

Pada suatu hari lahir lah seorang anak laki-laki disebuah desa yang kental akan budaya dan disebuah
desa yang kental akan budaya dan adat istiadat sesajen,memuja-muja dan lain-lain.anak laki-laki itu
diberi nama darwis. mengambil sesajen yang diletakkan warga didepan sebuah pohon yang dianggap
Kramat.dengan keberanian nya ia mengambil sesajen itu dibagikan ke anak-anak dan orang yang
membutuhkan.keberanian Darwis yang saat itu baru berumur 15tahun membuat nya semakin yakin
dan semakin besar keinginan nya untuk mendalami ilmu agama.sampai pada akhirnya Darwis remaja
menghendaki untuk pergi haji ke Mekkah untuk mencari dan mendalami ilmu islam.ternyata niat
baiknya itu tidak sebaik yang orang lain fikirkan.ia ditentang pamannya, guru bahasa Arab nya terus
memotivasi dan menguatkan Darwis untuk pergi beribadah haji dan mendalami islam di
Mekkah,dengan berbagai pertenangan dan rintangan, akhirnya Darwis remaja dapat pergi haji dan
mendalami Islam di mekkah.tidak membuang banyak waktu,disana Darwis pun menghabiskan
waktunya untuk fokus melaksanakan serangkaian proses ibadah haji dan mendalami Islam di Mekkah.
masyarakat di daerahnya yang masih kental akan adat istiadat Jawa. Dengan begitu Semangat Darwis
terus belajar dan belajar dan terus mencari keberadaan Allah dari mulai di udara,.sampai pada
akhirnya ia dinamai Ahmad Dahlan dan beliau pun pulang ke desa nya asalnya dngn membawa ilmu
yang diperoleh selama 4tahun

Dan beliau mengagumi wanita yaitu Siti Walidah.Beliau pun menikah,dan setelah itu ayahnya Darwis
meninggal beliau pun menitipkan jama'ah, kemudian Darwis diangkat sebagai khotib besar di sebuah
masjid besar,dan beliau pun di datangi oleh 4 pemuda yang bertanya agama itu apa,K.H dahlan pun
menjawab"itulah agama,agama itu indah,terang,damai ,dan perundinga tentang kiblat yang dilewati
banyak pantangan k.h Ahmad Dahlan kibla tetapi ada yang timur laut,dan akhirnya k.h Ahmad Dahlan
menutup masjid yang kiblat arah ke timur laut,Kauman pun membuat masjid yang dirobohkan,Sampai
waktu itu k.h Ahmad Dahlan berangkat haji di biayai Keraton Jogja,5tahun berjalan beliau pulang
bertemu dengan murid-murid nya yang tlah brganti nama,sejak saat itu kehidupan k.h Ahmad Dahlan
mulai menemukan titik terang.

NAMA:RIMA ALYA REGINA

KELAS:7A

NO ABSEN:-
Karena sakit hati akan perlakuan gerilyawan republik hingga ibunya meninggal, Laura memihak
Belanda dan diselundupkan sebagai mata-mata ke pasukan Kapten Wira (Kusno Sudjarwadi) di Sektor
Selatan, suatu daerah pedalaman terpencil. Pasukan Laskar Rakyat ini selalu merepotkan Belanda.
Laura menyamar sebagai Fatimah dan mengaku kakak anggota Laskar yang ditawan Belanda. Ia
berhasil membuat diperebutkan beberapa anggota Laskar, sementara antara Wira dan Kobar
(Lahardo), juga terjadi pertentangan karena sikap Kobar yang main babat, senang perempuan dan
berjudi. Konflik ini memuncak dengan pengepungan Kobar atas markas Wira. Melihat situasi ini, lewat
penghubungnya Laura mengundang pesawat Belanda menyerbu dan membebaskan ahli perang urat
syaraf yang ditawan Wira. Merasa diketahui penyamarannya, Laura lari dan akhirnya tewas di pelukan
Rengga (Dicky Zulkarnaen), anggota Laskar yang dicintainya. Laura yang jadi titik sentral cerita, paling
lengkap informasinya, yang disampaikan dengan cara sorot balik pada adegan-adegan penting. Sorot
balik ini diungkapkan dalam warna coklat tua. Secara keseluruhan film ini seperti sebuah reportase.

Rima
SERANGAN FAJAR

Rahmasari

Film ini Mengisahkan tentang 3 bagian drama sejarah yang menentukan nasib bangsa Indonesia, yang
terjadi di Yogyakarta pada tahun 1945-1947, di mana Perang Dunia II telah berakhir dan Indonesia
berusaha meraih dan mempertahankan kemerdekaannya. Kisah ini mengambil tokoh seorang paman
dan keponakannya (Temon), di mana kisah ini menceritakan tentang sang paman yang berusaha untuk
mendapatkan cinta dari gadis pujaannya sedangkan keponakannya sendiri lebih dalam usahanya
dalam menunggu ayahnya yang berprofesi sebagai tentara kembali dari medan peperangan.

ENAM JAM DI DJOGJA

Rahmasari

19 Desember 1948,satu kompi pasukan baret merah Belanda terjun di lapangan terbang
maguwo.belanda telah melanggar isi perjanjian renville.dalam waktu singkat,ibu kota republik
Indonesia di Yogyakarta di rebut Belanda. pasukan TNI berhasil mencegah bala bantuan Belanda dari
Maguwo.

Merah Putih Hati Yang Merdeka

Kayla Queenza

Jepang menyerahkan Indonesia ke belanda

17 Agustus , 1945 , Soekarno menyatakan Indonesia Merdeka

29 September , 1945 , Belanda yang menjadi tawanan perang di bebaskan dan kemudian menyerang
Republik

15 Desember , 1945 ,Belanda menyatakan hak milik atas Hindia Belanda dan mengajah dari
daratan ,laut ,dan udara

9 april , 1946 , taksudi merelakan kotanya para pembela Refolusi membakar kota Bandung

29 November , 1946 , tentara belanda meneror dengan membunuh dan menyiksa ribuan warga

20 Juli , 1947 , tentara Van Mook mengepung pulau jawa dan pemberontak terperangkap di Jogja
Januari , 1948 , sementara Belanda merayakan kerajaan nya beberapa pahlawan terus berjuang

Para pahlawan sedang dalam misi penyalinan berkas belanda saat sudah selesai mereka bergegas
melarikan diri menuju belakang untuk pergi namun sayang salah satu dari nereka tertangkap oleh
Belanda dengan terpaksa salah satu dari pahlawan tersebut terpaksa menembak temannya bersama
orang orang belanda tersebut kematian temannya menimbulkan duka bagi para pahlawan beberapa
waktu kemudian para TNI di beri misi untuk menbunuh salah satu jendral belanda yang berada di Bali
yang bernama Raimer .Raimer adalah seorang petinggi belanda yang sangat kejam dan tak memiliki
belas kasih sama sekali semua setuju namun sang ketua yang masih trauma dengan misi sebelumnya
memilih untuk tidak ikut ke misi tersebut karena menurut nya tujuan akhir misi adalah membunuh
Raimer bukan untuk kemerdekaan kapten pun melepaskan semua pangkat nya lalu pergi

. Lalu para TNI pun lagsung pergi Ke bali menggunakan kapal yang telah di sewa sementara itu kapal
para TNI di serang belanda lalu saat sedah dekat mereka terpak sa berenang menuju bali lalu para TNI
yang berada di hutan mereka mendengar suara teriakan dari dalam rumah sialnya saat melawan
belanda salah satu dari mereka di tusuk oleh orang belanda . Lalu mereka pergi menemui Wensuta .
Wensuta yelah membuat markas persembunyian di sebuah goa ternyata sang kapten telah berada di
sana mereka pun mengatur rencana dengan di bantu oleh para warga dan belanda telah masuk
kedalam jepakan TNI . Sayangnya belanda telah mengatisibasi mereka namun Indonesia Tetap
Menang.

SERANGAN FAJAR

Ahmad Bambang Supriyanto

Serangan Fajar adalah film yang disutradarai oleh Arifin C. Noer, seperti namanya mengisahkan
potongan-potongan kisah penyerangan bersejarah di pagi hari yang dilakukan TNI selama perjuangan
fisik mempertahankan kemerdekaan. Serangan itu meliputi penyerbuan markas Jepang di Kotabaru,
perebutan pangkalan udara Maguwo, penyerbuan Gedung Agung, dan serangan udara balasan di tiga
kota.

Empat potongan kisah penyerangan itu seperti empat episode. Berbeda dengan film perjuangan pada
umumnya yang menekankan aksi patriotisme, film produksi PPFN (Pusat Produksi Film Negara) ini
justru lebih humanis. Semua episode itu dirangkai lewat kehadiran anak kecil bernama Temon yang
ingin kembali bertemu dengan ayahnya, hilang akibat ikut kerja paksa romusha saat penjajahan
Jepang.

Ciri khas karya Arifin C. Noer adalah menyisipkan simbol-simbol di filmnya. Pada awal mulai film saja
ditampilkan Gunungan dan dalang, seolah-olah film ini diibaratkan sebagai pagelaran wayang.
Wayang-wayang itu meliputi kehidupan rakyat jelata, yang diwakili keluarga Temon, dan kehidupan
rakyat priyayi dengan tokoh Romo.

Film produksi tahun 1981 dan didistribusikan tahun berikutnya ini, tergolong salah satu film Indonesia
dengan biaya cukup tinggi dengan sebagian biaya ditanggung oleh Sekretariat Negara. Tak pelak
episode-episodenya menonjolkan kiprah Letnan Kolonel Suharto semasa perjuangan, yang menjadi
presiden Republik Indonesia waktu itu. Walaupun demikian, sang sutradara tetap berusaha adil,
memunculkan pula beberapa tokoh perjuangan seperti Sultan Hamengkubuwono IX dan Komodor
Muda Udara Adisucipto. Porsinya sekali lagi tidak lebih sebagai latar, bukan tokoh utama.

Bagi pencinta penerbangan, episode serangan udara balasan di tiga kota tampak begitu detail
visualisasinya, seperti menonton kisahnya itu sendiri. Adegan tampak semakin meyakinkan dengan
mengambil gambar di Pangkalan Angkatan Udara Adisucipto atau dulunya bernama Maguwo berikut
para aktor dengan pakaian terbang “tempo doeloe” dan seragam AURI (Angkatan Udara Republik
Indonesia) yang tampak begitu sederhana.

Lebih meyakinkan lagi dengan hadirnya pesawat-pesawat yang menjadi “pelaku” penyerangan.
Hayabusha yang dikisahkan gagal terbang karena mengalami kerusakan, “diperankan” oleh North
American AT-16 Harvard. Beberapa aset pesawat TNI-AU yang sudah rusak, dijadikan sisa-sisa
pesawat Jepang. Muncul pula replika Cureng dan Guntei, termasuk adegan terbang Cureng di waktu
fajar. Ini akan dibahas dalam artikel berikutnya.

Serangan Fajar bagi dunia perfilman Indonesia sebenarnya cukup unik dalam penceritaan, bukan film
perang yang penuh adegan tembakan senjata dan ledakan bom, lebih tergolong sebagai film drama
dengan latar belakang perjuangan. Sayangnya karena dianggap terlalu memanupulasi dan
menonjolkan peran Suharto, film ini menjadi salah satu yang bukan menjadi tontonan wajib, masuk
kotak bersama Janur Kuning dan Pengkhianatan G30S PKI pasca runtuhnya Orde Baru.

SANG PENCERAH

Ahmad Bambang Supriyanto

Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah
sesat, Syirik dan Bid'ah.

Dengan sebuah kompas, dia menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang selama ini diyakini
ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka'bah di Mekah, melainkan ke Afrika. Usul itu kontan
membuat para kiai, termasuk penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai Penghulu Cholil Kamaludiningrat
(Slamet Rahardjo), meradang. Ahmad Dahlan, anak muda yang lima tahun menimba ilmu di Kota
Mekah, dianggap membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad-abad lampau.

Walaupun usul perubahan arah kiblat ini ditolak, melalui suraunya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi)
mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah. Ahmad Dahlan dianggap
mengajarkan aliran sesat, menghasut dan merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar.

Bukan sekali ini Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah.

Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjemaah dan mengajar mengaji, bahkan
sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat . Ahmad Dahlan juga di
tuduh sebagai kyai Kafir karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti
sekolah modern Belanda, serta mengajar agama Islam di Kweekschool atau sekolah para bangsawan
di Jetis, Yogyakarta.

Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan
cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut.
Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya Sudja
(Giring Ganesha), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adhiswara)
dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan
mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Kereta api terakhir
Khisna Umayyah

Flm sejarah ini telah di produksi sejak tahun 1981 oleh perusahaan produksi Flm Negara. Judul e
kereta api terakhir bekerja sama dengan perusahaan jawatan kereta api. karya sutradara Mochtar
Soemodimedjo. Flm ini mengisahkan perjuangan revolusi Pada tahun 1945-1947,k.pandir kelana

Enam diam di jogja


Khisna Umayyah
19 Desember 1948,satu kompi pasukan baret merah Belanda terjun di lapangan terbang
Maguwo.Belanda telah melanggar isi perjanjian renville. Dalam waktu singkat, ibu kota republik
Indonesia di Yogyakarta di rebut Belanda. pasukan TNI berhasil mencegah bala bantuan Belanda dari
Maguwo.

Janur Kuning
Febiyola
Film yang disutradai Alam Rengga Rasiwan Surawidjaja ini dibuka dengan adegan iring-iringan prajurit
TNI yang menandu Panglima Besar Soedirman turun naik bukit. Setelah susah payah, akhirnya
Panglima Besar tersebut mau kembali ke Yogyakarta. Soedirman sempat ragu akan tindakan Belanda
yang berkali-kali melanggar perjanjian dengan Republik Indonesia.

Namun seorang perwira muda meyakinkan Soedirman untuk mau kembali. Sosok pemuda ganteng
dengan pembawaan tenang nan berwibawa itu adalah Letkol Soeharto, Komandan Brigade X sekaligus
Komandan Wehrkreise III.

Adegan selanjutnya, Jenderal Soedirman memeriksa barisan pasukan. Saat itu pula ingatan Letkol
Soeharto melayang. Secara flash back adegan mundur saat Agresi Militer Belanda II berlangsung.
Pesawat tempur Belanda meraung-raung di atas langit Yogyakarta membombardir lapangan udara
Maguwo.

Adegan-adegan berikutnya, film yang ini menceritakan soal peran Soeharto bergerilya dan memimpin
serangan umum 1 Maret.
Secara detil film ini cukup baik. Kostum pemain dan gaya bicara para pemainnya natural. Tidak
kelihatan baru dan selalu rapi tersetrika seperti dalam Film Trilogi Merah Putih. Padahal trilogi itu baru
diproduksi tahun 2010, atau 30 tahun kemudian.

Banyak fakta sejarah di dalamnya juga tersusun cukup baik. Penggambaran Agresi Militer Belanda II
tanggal 19 Desember 1949, jalannya Serangan Umum 1 Maret, hingga penyerahan kedaulatan di
Yogyakarta.

Namun yang terasa mengganggu adalah terlalu dominannya peran Soeharto sebagai tokoh sentral film
ini. Sosok Soeharto yang diperankan Kaharuddin Syah, mengisi hampir seluruh film. Dalam sebuah
adegan, Soeharto berjalan tujuh hari tujuh malam untuk mengkoordinir pasukannya. Di sini pula terlihat
Soeharto menggagas Serangan Umum 1 Maret. Di satu adegan, warga juga tampak bersuka ria
dengan kedatangan Soeharto ke sebuah desa.

"Film itu tidak obyektif. Peran Soeharto terlalu ditonjolkan. Film itu hanya berisi bagaimana sosok
Soeharto yang begitu teguh. Berjuang sekuat tenaga, dan sebagainya. Sosok lain dikecilkan dalam film
ini, " ujar sejarawan Asvi Warman Adam kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.

Asvi berharap ada film lain yang dibuat untuk mengoreksi film ini. Dia berharap film bertema sejarah
bisa bebas dari kepentingan politik.

"Peran Sultan Hamengkubuwono IX hampir tidak terlihat dalam film ini. Padahal saat itu Sultan punya
empat fungsi. Sebagai Gubernur, Sultan Yogya, Menteri Pertahanan dan diplomat yang dipercaya
melakukan perundingan. Jadi bukan Soeharto, " beber Asvi.

Sejarawan LIPI itu menjelaskan setelah Soeharto lengser, buku-buku yang mengkritisi peran Soeharto
dalam peristiwa serangan umum 1 Maret sudah cukup banyak. Dia berharap sejarah bisa diluruskan.
"Kalau buku sudah banyak, tetapi sayangnya kalau film belum ada, " kata Asvi.

Resume Film: Enam Djam Di Djogja

Kayla Queenza

Film"Enam Djam Di Djogja"ini merupakan film hasil produksi Perfini( Perusahaan Film Nasional
Indonesia) tahun 1951.Film ini di gubah/di tulis oleh Gajus Siagian dan Usmar Ismail.Di sutradara oleh
Usman Ismail dan berkategori (genre) sebagai film perjuangan (perang)
Film di buka dengan cerita mengenai keadaan rakyat Yogyakarta setelah di duduki Belanda pada
tahun 1948.Ditampilkan sebuah keluarga yg terpaksa harus menjual barang² miliknya bahkan pakaian
untuk makan sehari-hari.

Kondisi ekonomi dan keamanan yang tidak stabil,membuat masyarakat Yogyakarta memilih untuk
mengungsi meninggalkan kota.Diantara rakyat juga terbagi menjadi beberapa kelompok.Ada yang
tetap setia dan mendukung perjuangan Indonesia,ada yang berkeinginan untuk kembali bekerja pada
Jepang,atau ada pula yang menjadi kaki tangan Belanda.Rakyat yang tetap setia pada perjuangan
bangsa,saling bertukar informasi dengan kelompok gerilyawan yang lain melalui surat yang
disembunyikan di dalam barang dagangan,belanjaan atau tas bawaan.

Serangan umum yang dilakukan para pejuang Indonesia tersebut dibawah komando Letkol Suharto
dan atas persetujuan sri sultan Yogyakarta.Serangan ini pada dasarnya memiliki tujuan politis,strategis
dan psikologis.Para pejuang ingin mengembalikan kepercayaan rakyat Indonesia terhadap
bangsa,Indonesia ingin membuktikan kepada dunia bahwa bangsa kita masih berdaulat dan juga ingin
melawan propaganda Belanda yang menyatakan bahwa kekuatan bangsa Indonesia telah lemah.

Serangan umum ini dilakukan pada tanggal 1 Maret 1948 .Tampak para pejuang bersiap siap saat
waktu menunjukkan jam 3 pagi, kemudian sang pemimpin memberikan instruksi kalau semua pasukan
untuk bersiap siap dan menunggu jam 5.30 saat dibunyikan sirine tanda serangan dilakukan.

Cerita dalam film ini menggambarkan betapa besar pengorbanan rakyat dan pejuang dalam
mempertahankan kemerdekaan bangsa.Mereka harus rela berkorban nyawa dan harta, rela anggota
keluarganya ditangkap bahkan dibunuh oleh penjajah.

Selain didominasi oleh kisah perjuangan bangsa Indonesia,khususnya rakyat Yogyakarta;cerita


dalam film ini juga disisipi kisah persahabatan,penghianatan dan cinta romantis antar gerilyawan.

Serangan pagi hari di markas Belanda selama 6 jam tersebut cukup membuat Belanda terkejut dan
kuwalahan.Serangan dari pejuang rakyat Yogyakarta itu menumbuhkan rasa optimisme masyarakat
dan membuka mata dunia terhadap perjuangan bangsa Indonesia.

Ivan

Home Regional Regional

Kisah Pendudukan Yogyakarta Selama 6 Jam Tanpa Pertempuran...


Rabu, 2 Maret 2016 | 19:16 WIB

Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Laksono Hari Wiwoho

YOGYAKARTA Ada beberapa versi cerita yang mengambarkan peristiwa Serangan Umum 1 Maret
1949. Namun, fakta lain menyebutkan bahwa tidak ada peperangan yang terjadi seperti digambarkan
seperti dalam film-film nasional.

Sejarawan sekaligus staf pengajar Jurusan Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, Purwanta, mengatakan bahwa waktu itu tidak terjadi pertempuran antara tentara Indonesia
dan Belanda di Benteng Vredeburg.

"Itukan awalnya bukan serangan, istilah awalnya enam jam pendudukan Yogyakarta,Rabu (2/3/2016).

Ia memaparkan, pada 1 Maret 1949, memang ada serangan di seluruh kota yang diduduki Belanda di
Pulau Jawa. Namun, tidak ada pertempuran antara tentara Indonesia dan Belanda yang saat itu
berada di Benteng Vredeburg di jantung kota.

"Memang tidak ada perang. Kalau percikan-percikan kecil di pinggiran, misalnya Jalan Solo, memang
ada. Tapi di Vredeburg yang menjadi markas Belanda tidak ada perang," kata dia.

Menurut dia, sebelum pukul 06.00 WIB, pasukan yang dipimpin Kolonel Soeharto sudah berkumpul di
depan Benteng Vredeburg.

Ketika gerbang utama dibuka pukul 06.00 WIB, Belanda melihat sudah banyak Tentara Indonesia
berkumpul di depan Benteng. Melihat itu, Belanda lalu kembali menutup gerbang utama benteng

Soeharto pun merencanakan sebuah serangan besar. Dia menyebar pasukannya ke empat penjuru
kota. Menyusup di antara masyarakat dan masuk lewat gorong-gorong Kota Yogyakarta. Pasukan itu
bersiap melakukan serangan yang disepakati akan digelar serentak pukul 06.00 WIB tanggal 1 Maret
1949.

Sirene tanda selesainya jam malam meraung-raung di seantero Kota Yogyakarta. Bersamaan dengan
itu, suara tembakan terdengar di mana-mana. Untuk pertama kalinya sejak Kota Yogya jatuh ke tangan
Belanda, pasukan TNI masuk kota Yogya.

Pasukan TNI masuk dari empat penjuru kota. Sekitar 2.000 personel TNI menyerbu masuk Kota
Yogyakarta. Setiap pasukan republik menggunakan tanda berupa janur kuning yang diikatkan di lengan
atau digantung di leher.Dalam waktu singkat pasukan TNI yang bergerak dari Selatan bisa menerobos
hingga Alun-alun Utara dan Kantor Pos Besar. Dari Timur, Letkol Soeharto dan pasukannya bisa
mencapai Jalan Malioboro di pusat kota. Sementara dari Barat, pasukan Kapten Rakido berhasil
menduduki pabrik Besi Watson, yang menjadi tempat penyimpanan amunisi pasukan Belanda. Di
utara, pasukan TNI berhasil mencegah bala bantuan Belanda dari Maguwo mencapai Kota Yogyakarta.

Tembak menembak berjalan sengit. Pasukan Belanda sama sekali tidak menduga pasukan republik
berani masuk kota siang hari. Mereka pun tidak percaya organisasi TNI masih rapi dan masih bisa
melakukan satu serangan yang terkoordinasi dengan baik.

Perang Gerilya
Ivan
Dalam buku 'Doorstoot Naar Djokja', Julius Pour memaparkan baru siang harinya, pasukan Belanda
berhasil mendatangkan bantuan dari Magelang. Kolonel Van Zanten memimpin dua batalyon pasukan
Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL), yang paling tangguh saat itu. Batalyon Gadjah Merah,
Batalyon Andjing NICA dan diperkuat dengan tank dan panser. Posisi pasukan Belanda diperkuat oleh
bantuan tembakan dari pesawat udara.

Secara perlahan, pasukan Belanda mulai memasuki Kota Yogyakarta. Namun, pasukan republik pun
telah mengundurkan diri keluar Kota Yogya. Saat itu, tujuan pasukan TNI memang bukan untuk
merebut Kota Yogyakarta, namun lebih menunjukkan TNI masih bisa melakukan serangan umum
secara serentak dan terkoordinasi.

Karena itu pula sejak awal pihak TNI sudah berkoordinasi dengan pemancar Gerilya yang berada di
Plajen, Gunung Kidul. Begitu serangan umum dilakukan, pemancar radio langsung menyiarkan berita
itu. Dari Plajen diteruskan ke Bukittingi, lalu ke Aceh selanjutnya diteruskan ke Rangoon, Burma, dan
diteruskan lagi ke New Delhi, India. Dari India berita ini diteruskan ke seluruh dunia.

"TNI berhasil merebut Yogya selama 6 jam" demikian berita dari hutan terpencil itu membuka mata
dunia bahwa Republik Indonesia masih ada dan TNI masih lengkap.

Pemerintah Belanda berupaya membantah berita ini dengan mengeluarkan keterangan pers sekitar
pukul 17.00 WIB. Mereka menyebut serangan ini hanya dilakukan sejumlah gerombolan pengacau
keamanan. Dalam waktu singkat, serangan ini berhasil dipatahkan oleh tentara Kerajaan. Korban jatuh
di pihak Belanda adalah 6 orang tewas dan 14 luka-luka. Sementara gerombolan dari pihak republik
dicerai-beraikan dengan korban sekitar 300 orang.

Percuma saja. Kantor-kantor berita di dunia lebih dulu menerima berita yang dipancarkan pihak
Republik Indonesia. Bantahan dari pemerintah Belanda tidak dihiraukan. Hal ini menampar pemerintah
Belanda yang selalu mempropagandakan pada dunia internasional bahwa Republik Indonesia sudah
hancur, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sudah ditawan, serta TNI sudah
bubar.

"Serangan dalam perang gerilya wajar. Tapi serangan yang bisa membawa efek hingga diketahui
dunia, inilah keistimewaan Serangan Umum 1 Maret," ujar sejarawan Asvi Warman Adam.

Walau hanya 6 jam, serangan ini besar artinya. Setelah berita serangan umum tersebut, tekanan pada
pihak Belanda untuk duduk di meja perundingan semakin besar. Belanda pun mulai kehilangan muka
di dunia internasional. Inisiator Serangan Umum 1 Maret masih menjadi kontroversi, tetapi momen
serangan itu sangat penting dalam perjalanan sejarah Republik Indonesia.

Di salah satu kamar rumah di Jalan Bintaran Timur nomor 8, Sudirman terbaring lemas. Di sebelahnya,
istri, Mayor Suwondo sang dokter pribadi, dan beberapa pengawal turut menemaninya.

Kesepian tiba-tiba berubah jadi riuh.

Debur tembakan bersorak di Yogyakarta. Mereka pikir sumber bunyinya berasal dari tentara Indonesia
yang sedang berlatih. Hingga Komandan Kompi I Kapten Cokropranolo alias Nolly datang.

Dengan langkah tergesa ia menghadap panglima. Katanya, ada serangan mendadak dari tentara
Belanda. Ia mengabarkan kalau pasukan Belanda tengah bergerak dari bandara Maguwo ke pusat.
kota Yogyakarta. Mereka terbagi menjadi dua kelompok: satu kelompok bertugas menangkap Sukarno-
Hatta, dan kelompok lainnya menangkap Sudirman.

Suasana kamar mendadak berubah.

Situasi yang semula tenang menjadi panas. Panglima geram. Gimana nggak, Belanda telah
berkhianat. Sebelumnya, mereka sudah berjanji untuk gencatan senjata. Kita, kan, udah merdeka sejak
tiga tahun lalu? Eh, kok tiba-tiba datang gini? Kemaren bilangnya mau serius, kok tahu-tahu minta
putus? Hhhh.

Sudirman pun bangkit dari ranjang. Istri dan dokternya membantunya berdiri, khawatir akan kondisi
kesehatan Sudirman. Saat itu emang kondisinya lumayan parah. Dalam Panglima Besar Sudirman
(2004:48) Imran menulis: “Pak Dirman menderita TBC (tuberculosis)… sebuah paru-parunya sudah
rusak.”

Tapi, ya, gimana. Sudirman telah bersumpah kalau ia akan menjaga negara ini sampai mati. Seperti
yang kita tahu, Sudirman yang dekat dengan Tan Malaka kurang suka dengan sikap Sukarno yang
memilih bersikap diplomatis. Makanya, Sudirman melakukan perlawanannya sendiri: perang.

Sudirman pun meminta ajudan I Suparjo Rustam alias Parjo untuk menghadap Presiden, bermaksud
memberitahu kabar ini. Harapannya, Sukarno akan memerintahkan Sudirman untuk memimpin perang
melawan Belanda.

Iya, perang untuk meraih kemerdakaan yang seutuhnya.

Perang Kemerdekaan Jilid 2.

Kalau di film-film Superhero, ini adalah momen di mana si jagoan bilang ke penjaga markas, “Aku pergi
dulu” sambil mengemasi barang buru-buru. Penjaga markas bingung. Dalam hati kayak ngomong:
“Mau ke mana lagi hadeeeehhh?”

Tokoh utama pun keluar markas dengan keren. Lalu muncul teks di layar “SUDIR MAN!” Sosok
pahlawan yang tidak sudi rumahnya diberantakin sama orang jahat. Keren abis.

Tembakan sudah mengudara. Bom telah dijatuhkan dari pesawat. Keputusan sudah diambil oleh
Sudirman: lawan!

Berhubung kalah jumlah, Sudirman memutuskan berperang dengan taktik gerilya. Sebuah taktik
perang di mana Jenderal Sudirman bersama pasukannya harus berpindah-pindah tempat. Menghilang,
lalu menyerang dengan tiba-tiba. Bergerak, menyusup, lalu muncul secara mengagetkan. Membuat
lawan bingung, lalu terpaksa mundur.

Sekembalinya dari menemui Sukarno, Sudirman meminta anak buahnya untuk membakar seluruh
perlengkapan dan dokumen penting untuk menghilangkan jejak. Ia masuk ke mobil dinas. Dikawal
berbagai pasukannya yang menaiki mobil bak terbuka, mereka meninggalkan Yogyakarta yang
meletus menuju rute pantai selatan.

Tidak ada perlengkapan apapun yang dibawa selain senjata.

Kepergian ini, dengan resmi memulai serangan gerilya kepada Belanda.

Salah satu markas Sudirman di awal gerilya adalah desa Pakis, Pacitan. Pada 1 April 1949 Sudirman
datang bersama rombongan. Hingga 13 April, ada ratusan pasukan yang tinggal di Desa Pakis Baru
ini. Mereka dibagi menjadi enam kelompok kecil. Jenderal Sudirman memang terkenal tertutup dan
penuh kehati-hatian. Bahkan, ketika diminta tidur di tempat Parjo, ajudannya, ia menolak. “Jika ada
tamu, jika identitas tidak jelas, pasti dia dianggap sebagai musuh,” kata Supadi, dalam Pak Supadi,
Saksi Hidup Perjuangan Jenderal Sudirman di Pacitan rilisan Kompas.

Selama tinggal di markas ini, demi mengantisipasi penangkapan Belanda, pengawas terluar siap
melapor dan akan langsung menyembunyikan Sudirman ke hutan.

Masih berdasarkan penuturan Padi, rute yang ditempuh Sudirman mulai dari asrama Magelang lewat
Yogyakarta, lalu ke timur Klaten, Wonogiri, Solo, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung sampai Kediri.

Enam jam di jogja

Keberhasilan serangan Umum tidak lepas dari dukungan Sultan Hamengku Buwono IX dan seluruh
rakyat Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret tahun 1949 memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia,
yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan rasa percaya diri dan semangat juang rakyat Indonesia serta Tentara Nasional
Indonesia yang sedang bergerilya.2. Meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada
Tentara Nasional Indonesia.3. Mendukung perjuangan diplomasi.4. Mematahkan moral Belanda.5.
Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih mampu melakukan perlawanan, dan
serangan Umum 1 Maret merupakan buktinya.

selain itu, tepat pada 1 Maret 1949 pasukan TNI bersama rakyat menyerbu benteng pertahanan
Belanda di Yogyakarta dan menyebabkan Belanda menarik mundur pasukannya. Pendudukan selama
enam jam ini terdengar ke dunia dan telinga PBB. PBB kemudian berhasil memaksa Belanda
menyerahkan kembali kedaulatan Indonesia melalui perjanjian Roem- Royen.

Enam Jam Di Jogja


Raihan
19 Desember 1948,satu kompi pasukan baret merah Belanda terjun di lapangan terbang
Maguwo.Belanda telah melanggar isi perjanjian renville.Dalam waktu singkat,Ibu kota republik
Indonesia di Yogyakarta di rebut Belanda. Pasukan TNI berhasil mencegah bala bantuan Belanda dari
Maguwo.
Merah Putih yang Merdeka
Raihan
Para kadet membawa dendam mereka dalam perjalanan misi mereka ke Bali.Menghadapi meriam
kapal perang Belanda, Marius yng playboy dan peminum harus menghadapi rasa takut
Sesampainya di Bali, kelompok taruna ini menyelamatkan Dayu (Ranggani Puspandya) dari kekejaman
kelompok milisi KNIL Kolonel Raymer.

Sang Pencerah
Nathan
K.H Ahmad Dahlan merupakan pendiri Muhammadiyah, salah satu ormas terbesar di Indonesia yang
banyak berperan di bidang sosial, pendidikan dan kesehatan.

K.H Ahmad Dahlan lahir dari Yogyakarta pada 1 Agustus tahun 1868. Dahlan muda, yang dikenal
dengan nama Muhammad Darwis, pada umur 15 tahun berangkat menuju Makkah untuk menunaikan
ibadah haji dan belajar agama.

Lahir dari orang tua yang kental dengan ilmu keagamaan, Ahmad Dahlan mengikuti jejak ayahnya, K.H
Abu Bakar, yang merupakan ulama masjid kesultanan Yogyakarta. Selama di Mekkah, Ahmad Dahlan
belajar dari Syeh Ahmad Khatib dan ulama-ulama lainnya dan mempelajari pemikiran dari Muhammad
Abduh, Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani,dan Rasyid Ridha.

Setelah kembali ke tanah air, Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah yang kelak menjadi
pahlawan nasional. Siti walidah merupakan pendiri dari gerakan perempuan Aisyiah. Ajaran yang
dikembangkan Ahmad Dahlan adalah berfokus pada sunnah dan Alquran.

Dakwah yang dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan tidaklah selalu mulus. Pertentangan dan penolakan
hingga ancaman pembunuhan dialami Dahlan dalam mengembangkan Muhammadiyah. Ketika surat
permohonan pembentukan badan hukum Muhammadiyah dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda,
Ahmad Dahlan hanya dapat melakukan aktivitasnya di Yogyakarta.
Tidak kehabisan akal, K.H Ahmad Dahlan tetap melakukan dakwah di berbagai kota dan melakukan
pendekatan lewat jaringan-jaringan dagangnya. Muncul ketakutan pemerintah Hinda Belanda saat itu
terkait perkembangan Muhammadiyah. Lewat aktivitas dakwah dan jaringannya, berbagai macam
dukungan datang dari luar Yogyakarta untuk Muhammadiyah.

Pada suatu waktu, Muhammadiyah dianggap melakukan tafsir Alquran yang baru oleh organisasi Islam
lainnya pada kongres Al-Islam di Cirebon. Mengenai kritikan itu, Ahmad Dahlan menjawab:

"Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan terbekelakang. Banyak
penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Qur'an dan Hadis. Umat Islam
harus kembali kepada Qur'an dan Hadis. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak
hanya melalui kitab-kitab tafsir," kata Ahmad Dahlan saat itu.

K.H Ahmad Dahlan tercatat memimpin Muhammadiyah pada tahun 1912–1923. Salah satu strateginya
dalam mengembangkan Muhammadiyah adalah mendidik pada pamongpraja (calon pejabat) yang
belajar di OSVIA Magelang dan Kweekschool Jetis Yogyakarta, tempat dirinya juga bekerja sebagai
seorang pengajar.

Setelahnya,K.H Ahmad Dahlan juga mendirikan sekolah keguruan yang bernama Madrasah Mu'allimin
(Kweekschool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool Putri Muhammadiyah). Atas
dedikasinya, Ahmad Dahlan menerima gelar pahlawan nasional. Salah satu pertimbangan pemerintah

JANUR KUNING

Nathan
Panglima Sudirman adalah seorang jenderal perang yang hebat. Beliau merupakan salah satu tokoh
pejuang kemerdekaan Indonesia. Selain Panglima Sudirman, Pak Soeharto adalah seorang kaki
tangan panglima Sudirman yang tidak kalah hebatnya.

Jenderal Sudirman (Deddy Soetomo) meski dalam kondisi sakit dan ditandu namun ia masih
memimpin perang gerilya. Jenderal Sudirman meragukan perjalanannya ke Jogya karena kuatir
perjanjian Roem Royen akan sama dengan perjanjian-perjanjian sebelumnya. Namun Letnan Suharto
(Kaharuddin Syah) meyakinkan Jenderal Sudirman untuk memasuki kota Jogya karena Belanda telah
kalah perang. Apalagi Presiden dan wakil presiden telah kembali ke Jogja hanya tinggal TNI yang
belum kembali ke Jogya.Kalau Jenderal Sudirman menolak kembali Ke Jogja maka pemerintahan akan
timpang dan tidak berjalan. Akhirnya Jenderal Sudirman luluh dan mau dibawa ke jogja dengan
ditandu.

Dalam upacara ketika memeriksa barisan prajurit TNI, Jenderal Sudirman menghampiri seorang prajurit
gagah berani benama Komarudin. Komarudin meminta maaf pada Jenderal Sudirman karena ia pernah
melakukan kesalahan dalam menghitung hari, namun sebagai seorang prajurit yang gagah berani, ia
dianggap tidak bersalah oleh Jenderal Sudirman. Dalam pidatonya Jenderal sudirman menekankan
kalau kita adalah cinta damai namun lebih cinta Kemerdekaan dari Belanda yang telah membuat
persatuan dan kesatuan Indonesia bercerai berai. Dalam kondisi sakit, Jenderal Sudirman tidak bisa
tenang. Ia tidak habis pikir kenapa Belanda membatalkan Perjanjian Renville. Sementara Jenderal
Sudirman jika boleh memilih, Ia akan mati di medan perang dibandingkan harus mati di tempat tidur.

Sementara itu di kediaman Suharto, Siti Hartinah yang sedang hamil tua memiliki perasaan yang tidak
enak. Ia menanyakan apakah latihan perangnya jadi atau tidak. Namun Suharto meyakinkan kalau
perasaan itu adalah bawaan bayi.

Pada tanggal 19 Desember 1948. Pasukan belanda menyerang Yogyakarta tepatnya di daerah
Maguwo. Pada saat itu Panglima Sudirman sedang sakit. Namun, meski sakit beliau masih
melanjutkan perjuangan. Dan daerah Maguwo berhasil dikuasai oleh pasukan penjajah Belanda.
Sedangkan, pasukan pejuang Indonesia terpecah menjadi dua. Dikarenakan pada waktu itu Pak Harto
mengira Panglima Sudirman tertangkap pasukan penjajah Belanda. Perjuangan terus dilakukan meski
telah terpecah. Di saat perjuangan terus-menerus, ada sebuah pejuang palsu yaitu orang-orang
bayaran Belanda yang bertujuan membuat keributan. Mereka megaku dan melakukan kejahatan-
kejahatan yang sangat tercela. Mendengar berita tersebut pak Seharto segera menyusun strategi dan
memberi tanda pengenal bagi para pejuang yaitu sebuah JANUR KUNING. Dengan tanda baru
tersebut para pejuang melanjutkan gerilyanya. Serangan berulang kali dilakukan oleh para gerilyawan
terhadap markas-markas pasukan belanda namun, mengalami kegagalan. Pada suatu saat Pak
Soearto mengatur sebuah strategi penyerangan besar-besaran terhadap markas-markas belanda.
Disisi lain para tentara penjajah belanda terus mencari Panglima Sudirman. Saat para tentara belanda
memasuki sebuah hutan. Panglima Sudirman bersembunyi di hutan tersebut. Namun, dengan kuasa
ALLAH SWT Panglima Sudirman meminta diturunkan hujan dan itu terjadi. Hujan yang deras disertai
petir membuat tentara Belanda kembali ke markas dan tidak berhasil menangkap Panglima Sudirman.

DIPONEGORO

Chelsaunma

Pada sekitar bulan september 1828 pelanda mengetahui bahwa markas pasukan Pangeran
Diponegoro berpusat di desa sambiroto dan bermaksud mengepung mereka dari berbagai
jurusan.Sebelum Belanda sempat memasuki desa itu, Sentot Prawiradirejo berhasil memukul pasukan
letnam kolonel solowing kembali ke daerah Mataram, sedangkan di pihak lain Pangeran Deyi
mengalahkan tentara mayor power yang datang dari Magelang.Sementara itu Pangeran Diponegoro
lolos akibatnya pelanda mengalami kekalahan pada tanggal 5 September 1828.Yang di khawatirkan
Jendral dekok kalau pangeran itu masuk di daerah Mataram.Dan rencana pengepungan
gagal.Keesokan harinya pasukan menangkap Kromodino.Kapitain menyuruh Bapak Demang agar
menyerahkan penduduk.Ada surat dari Sentot Ali Pasya Abdul Mustava Prawiradirejo dan surat itu
berisi "assalamualaikum wr.wb bismillah hirohmannirohim tuan tuan pasti mengetahui bahwa tanah
dimana saat ini tuan tuan berdiri adalah sebagian dari tanah jawi negri leluhur kami atas bantuan
akhlak mudah mudahan dalam waktu dekat ini kami sudah akan dapat memiliki nya lagi dan
membebaskan orang orang kami yang tuan tangkap,nyawa kami adalah taruhan nya amin amin
yarobbal alamin"

Kaptain mengatakan peperangan ini harus di hentikan,sejak Diponegoro mengangkat senjata telah
timbul kegoncangan di antara kami dan kegelisahan di antara penduduk.Kapitain memaksa salah satu
penduduk pengikut Diponegoro untuk memberi tau dimana pasukan sentot itu pergi.Dan Kapitain juga
memaksa istri Kromodino untuk mengaku dimana markas pasukan Sentot Prawiradirejo berada.Pada
tanggal 28 maret 1830 Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di
magelang.Disana,Pangeran Diponegoro menyatakan bahwa dia menyerahkan diri dengan syarat sisa
pasukannya di lepaskan,lalu Pangeran Diponegoro di tangkap di asingkan di Manado.Perang pun di
lanjutkan oleh Pangeran Joned,Ki Sudewo ,Diponigrat,dan Diponegoro Anom.Diponigrat dan
Diponegoro Anom di buang ke ambon dan Ki Sudewo dan Pangeran Joned terbunuh saat peperangan,
berakhirlah perang Diponegoro.

SANG PENCERAH

Chelsaunma

Pada suatu hari lahirlah seorang anak laki-laki di sebuah desa yang kental akan budaya dan adat
istiadat jawa yang kebanyakan dari mereka masih gemar memberi sesajen,memuja-muja dan lain
lain.Anak laki-laki itu di beri nama Darwis yang pemberani,sampai pada suatu saat ia mengambil
sesajen yang di letakkan warga di depan sebuah pohon yang di anggap kramat.Lalu ia bagikan kepada
anak anak dan orang yang membutuhkan.Keberanian Darwis yang saat itu baru berumur 15 tahun
membuat nya semakin yakin dan semakin besar keinginannya untuk mendalami ilmu agama.Sampai
pada akhirnya Darwis remaja menghendaki untuk pergi pergi haji ke Mekkah untuk mencari dan
mendalami ilmu islam. Ternyata niat baiknya itu tidak sebaik orang yang lain fikirkan.Ia di tentang
pamannya,tapi di sisi lain kakak ipar dan guru bahasa arabnya terus memotivasi dan menguatkan
Darwis untuk pergi beribadah haji dan mendalami Islam di Mekkah.Dengan berbagai pertenangan dari
rintangan, akhirnya Darwis remaja dapat pergi haji dan mendalami Islam di Mekkah.Tidak membuang
banyak waktu ,disana Darwis pun menghabiskan waktunya untuk fokus melaksanakan serangkaian
proses ibadah haji dan mendalami islam di Mekkah.Disana Ia mencurahkan segala keluh kesah dan
kerisauannya akan kebiasaan masyarakat di daerahnya yang masih kental akan ada adat istiadat
jawa.Dengan begitu semangat Darwis terus belajar dan belajar dan terus mencari keberadaan Allah
dari mulai di udara,diangin dan di manapun.Sampai pada akhirnya ia dinamai Ahmad Dahlan dan
beliau pun pulang ke desa asalnya dengan membawa ilmu yang telah beliau peroleh selama 4 tahun
berada di Mekkah.Beliau membawa banyak oleh oleh dari Mekkah salah satunya mushaf yang telah
beliau pelajari di Mekkah.Darwis remaja yang kini telah berubah nama menjadi Ahmad Dahlan tumbuh
dewasa dan mulai mengagumi seorang wanita yang dari dulu telah beliau kenal,namanya Siti
Walidah.Dan benar saja beliau pun menikah dengannya,dan menjalani hidup layaknya pasangan
bahagia yang baru saja menikah.Dengan semakin bertambah nya umur Darwis semakin bertambah
pula umur ayahnya yang kini mulau sakit sakitan ,Dengan kerendahan hatinya ,Ayah Darwis
menitipkan jama'ah.Kemudian Ayahnya meninggal dan beliau di angkat sebagai Khitob besar di
sebuah masjid .K.H Ahmad Dahlan ,itulah nama yang melekat padanya.Dengan berbagai ilmu yang
telah di miliki nya beliau berdakwah meski banyak pertentangan yang beliau hadapi.Pada suatu saat di
langgar Kidul beliau memainkan biola nya kemudian datanglah 4 pemuda yang tertarik mendengar
biola yang di mainkan Ahmad Dahlan.Pada saat Ahmad Dahlan ke masjid dan beliau melihat kompas
ternyata arah kiblat tidak tepat ke Ka'bah . Dan akhirnya ada yang merubah kiblat tanpa
sepengetahuan Ahmad Dahlan ,, keesokan nya Masjid di hancurkan dan semuanya hancur.Semua
usaha K.H Ahmad Dahlan tak lepas dari dukungan orang orang di sekitar terumata istrinya yang
senantiasa mendampingi dakwah beliau seakan akan kita melihat perjuangan Khajidah ketika
mendampingi Rasulullah berdakwah.

SERANGAN FAJAR

Monika

Serangan Fajar adalah film yang disutradarai oleh Arifin C. Noer, seperti namanya mengisahkan
potongan-potongan kisah penyerangan bersejarah di pagi hari yang dilakukan TNI selama perjuangan
fisik mempertahankan kemerdekaan. Serangan itu meliputi penyerbuan markas Jepang di Kotabaru,
perebutan pangkalan udara Maguwo, penyerbuan Gedung Agung, dan serangan udara balasan di tiga
kota.

Empat potongan kisah penyerangan itu seperti empat episode. Berbeda dengan film perjuangan pada
umumnya yang menekankan aksi patriotisme, film produksi PPFN (Pusat Produksi Film Negara) ini
justru lebih humanis. Semua episode itu dirangkai lewat kehadiran anak kecil bernama Temon yang
ingin kembali bertemu dengan ayahnya, hilang akibat ikut kerja paksa romusha saat penjajahan
Jepang.

Ciri khas karya Arifin C. Noer adalah menyisipkan simbol-simbol di filmnya. Pada awal mulai film saja
ditampilkan Gunungan dan dalang, seolah-olah film ini diibaratkan sebagai pagelaran wayang.
Wayang-wayang itu meliputi kehidupan rakyat jelata, yang diwakili keluarga Temon, dan kehidupan
rakyat priyayi dengan tokoh Romo.

Film produksi tahun 1981 dan didistribusikan tahun berikutnya ini, tergolong salah satu film Indonesia
dengan biaya cukup tinggi dengan sebagian biaya ditanggung oleh Sekretariat Negara. Tak pelak
episode-episodenya menonjolkan kiprah Letnan Kolonel Suharto semasa perjuangan, yang menjadi
presiden Republik Indonesia waktu itu. Walaupun demikian, sang sutradara tetap berusaha adil,
memunculkan pula beberapa tokoh perjuangan seperti Sultan Hamengkubuwono IX dan Komodor
Muda Udara Adisucipto. Porsinya sekali lagi tidak lebih sebagai latar, bukan tokoh utama.
Bagi pencinta penerbangan, episode serangan udara balasan di tiga kota tampak begitu detail
visualisasinya, seperti menonton kisahnya itu sendiri. Adegan tampak semakin meyakinkan dengan
mengambil gambar di Pangkalan Angkatan Udara Adisucipto atau dulunya bernama Maguwo berikut
para aktor dengan pakaian terbang “tempo doeloe” dan seragam AURI (Angkatan Udara Republik
Indonesia) yang tampak begitu sederhana.

Lebih meyakinkan lagi dengan hadirnya pesawat-pesawat yang menjadi “pelaku” penyerangan.
Hayabusha yang dikisahkan gagal terbang karena mengalami kerusakan, “diperankan” oleh North
American AT-16 Harvard. Beberapa aset pesawat TNI-AU yang sudah rusak, dijadikan sisa-sisa
pesawat Jepang. Muncul pula replika Cureng dan Guntei, termasuk adegan terbang Cureng di waktu
fajar. Ini akan dibahas dalam artikel berikutnya.

Serangan Fajar bagi dunia perfilman Indonesia sebenarnya cukup unik dalam penceritaan, bukan film
perang yang penuh adegan tembakan senjata dan ledakan bom, lebih tergolong sebagai film drama
dengan latar belakang perjuangan. Sayangnya karena dianggap terlalu memanupulasi dan
menonjolkan peran Suharto, film ini menjadi salah satu yang bukan menjadi tontonan wajib, masuk
kotak bersama Janur Kuning dan Pengkhianatan G30S PKI pasca runtuhnya Orde Baru.

DIPONEGORO

Monika

Film ini menceritakan tentang sebuah kelompok penduduk desa di Jawa yang memberontak melawan
pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Film ini mengandung tema loyalitas dan pengkhianatan.

Jalinan kisah November 1828 ini dimulai ketika Kapten van der Borst, disertai pasukannya, berusaha
mengorek informasi tentang lokasi persembunyian Sentot Prawirodirdjo, tangan kanan Pangeran
Diponegoro. Jayengwirono, seorang demang gila jabatan, memberitahukan bahwa Kromoludirolah
yang mengetahui informasi tersebut. Kromoludiro pun ditangkap, ditawan di rumahnya sendiri, dan
dengan berbagai upaya dipaksa membuka mulut.

Sepanjang proses interogasi dan mata rantai peristiwa yang ditimbulkannya, terlihat bahwa dibalik
konflik antara Belanda dan rakyat Jawa ini sebenarnya berkecamuk konflik internal yang tak kalah
dahsyat dalam diri tokoh-tokohnya. Film ini mengingatkan bahwa permusuhan atau sikap agresif
berlebihan terhadap orang lain sering kali merupakan ungkapan yang tak disadari dari ketegangan
dalam diri orang itu sendiri.
Hal kontras yang menarik juga diperlihatkan dalam sosok Kapten de Borst dan Letnan van Aken.
Kapten de Borst pada film ini banyak disulut oleh ambisi pribadi. Ia gerah karena perwira lain yang
lebih muda dari dia, ternyata sudah meraih pangkat lebih tinggi. Alasannya karena ia merasa mereka
orang Belanda tulen, dan van Aken hanya seorang Indo. Sebaliknya, Letnan van Aken, yang juga
seorang Indo, diam-diam bersimpati terhadap rakyat Jawa, dan menolak untuk menghalalkan segala
cara.

Kalau dicermati, pihak-pihak yang berkonflik secara frontal adalah para bawahan. Para atasan—dalam
hal ini Belanda dan Pangeran Diponegoro—hanya berada di latar belakang. Di pihak Belanda,
sebenarnya bahkan tidak ada orang Belanda; hanya ada sejumlah perwira Indo dan yang lainnya
adalah prajurit bayaran. Pangeran Diponegoro sendiri hanya diperbincangkan; yang muncul di layar
adalah orang kepercayaannya, Sentot Prawirodirjo. Itu pun ia ditampilkan dalam citra mesianis: muncul
pada detik-detik terakhir untuk memetik hasil perjuangan gotong-royong.

Sang pencerah

Susi

Tahun 1868 Kauman merupakan kampung terbesar di djogjakarta dengan masjid besar sebagai pusat
kegiatan agama,di pimpin seorang penghulu bergelar Kamalu Diningrat saat itu Islam terpengaruh
ajaran syech Siti Jena yang Meletakkan raja sebagai perwujudan tuhan, masyarakat menyakini titah
raja adalah sabda Tuhan , syariat Islam bergeser ke arah tahayul dan mistik , sementara itu kemiskinan
dan kebodohan merajalela akibat politik tanam paksa pemerintah Belanda, agama tidak bisa mengatasi
keadaan tersebut karena terlalu sibuk dengan tahayul yang bertentangan dengan Al Qur'an dan
Sunnah Rasulullah Muhammad Saw

sampai tiba suatu massa kelahiran Muhammad Darwis ( Kauman, djogjakarta 1 Agustus 1868)dan
pada saat umur nya 15 tahu ia menunaikan ibadah haji dan belajar di Mekkah, 5 tahun kemudian dia
kembali ke tanah kelahirannya ,yang semula namanya Muhammad Darwis di buat nya menjadi Ahmad
Dahlan , K.H.Ahmad Dahlan kemudian menikah ,dan pada akhirnya K.H.Ahmad Dahlan menggantikan
posisi ayah nya( abu bakar,yang wafat bulan sya'ban 1896) nya untuk menyiarkan agama Islam,
K.H.Ahmad Dahlan tidak mengenal kata lelah ia selalu berusaha menyiarkan ajaran Islam , bahkan
andapun yang menjelek jelek kan ia , ia tidak pernah putus asa ,pada tahun 1903 K.H.Ahmad Dahlan
pergi haji ke dua kalinya bersama Siradj
Dr Wahidin Sudirohusodo memimpin rapat pembentukan Boedi Oetomo ,5 tahun kemudian
K.H.Ahmad Dahlan bergabung di Boedi Oetomo dan beliau juga mengajar di kweekschool ,
K.H.Ahmad Dahlan juga membangun sekolah bersama IBTIDAIYAH DINIYAH ISLAMIYAH beliau
mencari seorang murid untuk di ajarinya di situlah dikit demi sedikit murid nya bertambah banyak
K.H.Ahmad Dahlan juga pendiri sekolah Muhammadiyah, di tetapkan pada tanggal 12 November 1912
menetapkan berdirinya Muhammadiyah , itulah perjuangan K.H.Ahmad Dahlan dia adalah sosok ( sang
pencerah)

Merah putih hati yang merdeka

Susi

15 Agustus 1945 Jepang menyerahkan Indonesia ke Belanda

17 Agustus Soekarno menyatakan Indonesia merdeka

29 semtember 1945 Belanda yang menjadi tahanan di bebaskan dan kemudian menyerang Republik
Indonesia

15 Desember 1945 Belanda menyatakan hak milik atas Hindia Belanda, menjajah dari darat laut dan
udara

9 April 1946 tak Sudi merelakan kotanya para, pembela revolusi membakar kota Bandung

29 November 1946 tentara Belanda meneror dengan membunuh menyiksa ribuan penduduk

20 Juli 1947 tentara Van mook mengepung pulau Jawa,para pemberontak terperangkap di Jogja

Januari 1948 sementara Belanda merayakan kerajaannya

beberapa pahlawan terus berjuang,dan pada saat itulah rakyat Indonesia di siksa oleh Belanda ,
namun tentara indonesia tidak menyerah, beberapa tentara Indonesia telah menyelamatkan rakyat
Indonesia, tentara militer" Indonesia membuat misi untuk menjebak belanda di pulau Bali ,para warga
Indonesia di kumpulkan dan Para warga Indonesia di latih dan membuat senjata dari bambu untuk
persiapan bertempur

Saat itu tibalah para tentara Belanda di pulau Bali tepat nya di (pura tempat ibadah)pada saat itu
militer Indonesia sudah siap untuk menjebak belanda , kemudian hampir saja tentara Indonesia
kewalahan menghadapi tentara Belanda, namun karena persiapan militer Indonesia yang sudah
mempunyai tag tig sehingga tentara Belanda menyerahkan diri dan itulah di namakan MERAH PUTIH
HATI YANG MERDEKA
Kartini
Anisa Rizqi
Film ini menceritakan tentang perjuangan kartini demi mengangkat derajat kaum wanita.Dimulai saat
kartini masih kecil dia dipaksa oleh kedua kakanya yaitu Slamet dan Busono untuk melakukan tradisi
pingitan karena kartini akan diangkat menjadi Raden Ayu. Namun kartini menolaknya lalu datang lah
Raden Mas Adipati Ario Sasroningrat dari kamarnya, Ia meminta Ngasirah Ibu kandung Kartini untuk
membujuk kartini agar mau melakukan Pingitan, Ngasirah ingin melihat anaknya sekolah dan menjadi
terhormat. Jepara pada akhir tahun 1800 dipimipin oleh seorang bangsawan mereka diwajibkan untuk
menikahi seorang bangsawan yang sudah dinobatkan menjadi Raden Ayu. Kisah pun dimulai dimana
diceritakan Kartini hanya duduk kamar sambil melihat asisten bupati melakukan aktivasinya, Kartini
juga mempelajari cara berjalan dihadapan bangsawan dia juga didampingi oleh kakanya Soelastri yang
sdh terlebih dahulu belajar, mereka juga diberikan sajian untuk menjaga keperawanannya hingga
menikah nanti setelah itu mereka juga melakukan mandi kembang. Kemudian Kartini bertemu dengan
kakaknya yang bernama sosrokartono, Kartini pun meminta tolong kepada kakaknya agar gelar Raden
Ayu tidak jadi diberikan kepadanya. Lalu sosrokartono mencoba membuka pikiran Kartini agar dapat
menemukan kebebasan, Akhirnya sosrokartono pun memberikan sebuah kunci kepada Kartini, karena
penasaran Kartini pun memasuki Kamar sosrokartono untuk melihat apa yang sosrokartono berikan
dan kartini menemukan buku buku dari penulis yang berasal dari Belanda, Kartini pun mulai membaca
buku dan mempelajari buku tersebut dia merasa seakan-akan dia berada di kejadian tersebut dan
ternyata Kartini bisa berbicara dalam bahasa Belanda. Beberapa hari berlangsung Kartini bersungguh-
sungguh mempelajari buku tersebut dia juga mengirim surat kepada sosrokartono dia sungguh
berterima kasih kedapanya dia sungguh sangat menyukai hadiah yang sosrokartono berikan. Setelah
itu Kartini mendapat surat balasan dari sosrokartono dia berkata juga ikut senang jika Kartini menyukai
hadiah yang dia berikan. Sosrokartono juga berpesan kepada Kartini jika tidak akan berguna jika ilmu
itu hanya untuk dirinya sendiri, Kartini harus berbagi pengetahuannya kepada semua orang.
Sedangkan Ibunda Raden Ajeng Moream dia memberitahu bahwa kedua adiknya Kardinah dan
Roekmini untuk tinggal bersama Kartini,Tapi Kartini ingin membuat Raden Ayu yang berbeda dari
sebelumnya, "Kita iso dadi diri kita sendiri " Kata Kartini juga tak ingin dipanggil Raden Ayu oleh kedua
adiknya " Panggil aku Kartini " Katanya. Kemudian Kartini juga memberikan buku yang ia dapat dari
sosrokartono kepada kedua adiknya, keduanya juga sangat antusias dalam membaca mereka pun
mulai mengetahui bakat yang mereka miliki seperti menggambar dan membatik. Beberapa hari
kemudian Bupati mendapat tamu yaitu Mr. Ovink soer dan istrinya juga Mr. Baron. Kartini pun
membawakan minuman untuk mereka. Menurut Mister Baron Kartini adalah murid terbaik disekolahnya
pada usia 10 tahun,Kartini juga membuat sebuah artikel berjudul Pandita Ramabai. Istri dari ovink soer
merasa tertarik dengan artikel yang dibuat oleh Kartini dia mengundang Kartini untuk berkunjung ke
rumahnya namun karna Kartini sedang melakukan Pingitan ia sebenarnya tidak diperbolehkan keluar
dari kabupaten namun Kartini diberikan sedikit kelonggaran dan diperbolehkan mengunjungi rumah
dari istri ovink soer. Tiba dirumah ovink Kartini dan adiknya memberikan beberapa karya seperti batik,
ukiran, dan artikel. Madame senang dengan karya yang ditunjukan, Kartini juga meminta bantuan agar
Madame dapat mengajarkan Kartini agar dapat menjadi penulis yang hebat seperti nya, Kartini juga
memiliki keinginan untuk menerbitkan artikel yang ia tulis dan Madame mengabulkan keinginan nya.
Madame juga memberikan sebuah jurnal untuk kartini agar dapat membuat tulisan yang bagus, hari
demi hari Kartini rajin menulis dalam jurnal tersebut. Hingga akhirnya Mr. Ovink soer dan istrinya
bertemu dengan bupati sosroningrat untuk memeberikan artikel milik Kartini sekaligus meminta izin
pada bupati untuk menerbitkan artikel atas nama Kartini. Kemudian bupati sosroningrat menemui
Kartini untuk meminta izin penerbitan artikel nya, Keesokan harinya Kartini mendapat tulisannya yang
telah diterbitkan dia dan kedua adiknya merasa senangsenang. Kartini juga mendapat meja dan
beberapa buku dari kakaknya sosrokartono Kartini pun menjadi semakin semangat dalam menulis.
Namun kedua kakaknya datang Slamet dan Busono secara tiba-tiba dan meminta bupati sosroningrat
untuk memberikan izin agar mereka dapat membantu mengurus adiknya itu. Saat Kartini, Kardinah dan
Roekmini ingin pergi kerumah Madame ovink soer untuk mengirim tulisan mereka tidak diperbolehkan
keluar, akhirnya tulisan tersebut diberikan kepada pak atmo namun pak Atmo diminta untuk membakar
tulisan tersebut oleh Raden Slamet, akhirnya Kartini memiliki ide yaitu mengirim mulyono untuk
mengantarkan sayur beserta sepucuk surat yang ia masukan kedalam sayur yang berisi Kartini
meminta tolong pada Madame karena sekarang ia sedang diawasi oleh kedua kakaknya. Tak
berselang lama Mr. Ovink dan istrinya kembali menemui bupati sosroningrat untuk mengantarkan
undangan dari Mr. Stifjhoof, awalnya bupati sosroningrat menolak tapi demi kelangsungan Raden
Slamet dan Raden Busono dalam menjadi bupati akhirnya mereka pun datang dalam acara tersebut.
Kartini juga berterima kasih pada Madame ovink karna telah membantu nya, dalam acara tersebut Mr.
Stifjhoof juga memperkenalkan putri dari sosroningrat kepada tamu yang hadir dan keesokan harinya
bupati sosroningrat dan Mr. Stifjhoof sarapan bersama sambil membicarakan tentang tulisan Kartini
tentang seni ukir Jepara, Mr Stifjhoof juga akan memamerkan tulisan Kartini di Denn Hag, saat bupati
sosroningrat melihat tulisan Kartini Busono kembali mengantakan bahwa tulisan Kartini tidak akan laku
disana. Ukiran Kartini pun mulai dibuat namun pada awalnya warga tidak berani membuat ukiran
tersebut karena terdapat wayang yang dianggap sebagai kutukan, akhirnya bupati sosroningrat pun
turun tangan dalam meyakinkan rakyat untuk membuat ukiran tersebut, Roekmini dan Kardinah
menunjukkan ukirannya kepada orang yang akan mengirimnya ke Belanda. Kemudian mereka juga
memiliki rencana untuk tidak menikah karena sudh dapat membantu seseorang tanpa bantuan suami,
tak berselang lama Kartini membawa surat iklan untuk mendapat rekomendasi dari Belanda, Kardinah
dan Roekmini setuju dengan tulisan yang dibuat Kartini dan ia juga meminta bantuan Mister Horst
untuk mengirim surat tersebut.Disisi lain Raden Ajeng Morue ingin bertemu dengan Ngasirah ia berkata
bahwa ingin berlaku keras pada kedua putrinya. Saat Kartini, Kardinah dan Roekmini melakukan sesi
foto bersama mereka mendapat surat balasan dari Madame Stella isi surat tersebut mengatakan
bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama namun menurut Kartini dinegaranya wanita
tidak memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki pendidikan yang sama halnya seperti di Belanda.
Akhirnya Kartini mulai menulis identitas para penduduk yang akan diajarinya, para wanita Jawa rata-
rata memiliki usia yang cukup muda tapi mereka sudah menikah"bagi wanita Jawa hidup hanya untuk
tujuan menikah" Kata Kartini kepada Mr. Abendanon. Kartini pun mulai ngadakan pembelajaran pada
penduduk mereka diajari untuk menulis huruf Belanda. Dan beberapa hari berlalu ternyata bupati
hadiningrat datang berkunjung ke kediaman sosroningrat kedatangannya untuk menagih janji untuk
menikahkan putra bupati tegal Haryono dengan kardinah. Lalu saat malam harinya bupati sosroningrat
mengadakan pengajian pada saat itu Kartini pun menanyakan kepada pak ustad yang membacakan
ayat Al-Quran tersebut, Kartini berkata " Apakah membaca Al-Quran hanya untuk kaum laki-laki
saja?"." Membaca Al-Quran dilakukan baik pria maupun wanita " Jawab sangat Kyai. Lalu Kartini pun
mengusulkan untuk mengartikan bacaan Al-Quran tadi kedalam bahasa Jawa, agar masyarakat Jawa
lebih mengerti. Keesokan harinya Kardinah memohon pada bupati sosroningrat untuk membatalkan
pernikahannya namun bupati sosroningrat telah berjanji, Kartini yang mendengar tersebut juga tidak
dapat melakukan apapun. Keesokan harinya upacara pernikahan Kardinah dan Haryono pun
berlangsung, Roekmini tidak tega melihat saudarinya, Roekmini juga berjanji pada dirinya untuk tidak
akan menikah. Saat malam hari Raden Ajeng Moream membuka paksa kamar Kartini dan membawa
Roekmini untuk keluar dari kamar tersebut. Kartini yang sekarang sendiri dia membuat surat untuk
Stella. Pagi harinya bupati sosroningrat mendapat tamu yaitu Mr. Van kol dan istrinya ternyata
kedatangannya untuk menyampaikan pesan dari Stella untuk Kartini. Mr van kol juga ingin membawa
Kartini dan Roekmini ke Belanda untuk mengenyam pendidikan disana namun bupati sosroningrat
menolak nya. Kartini juga mengajukan keinginannya untuk belajar di Belanda dan dia juga diberikan
izin oleh bupati namun beberapa waktu berlalu bupati juga mendapat banyak kritikan dari banyak
bupati. Tiba-tiba bupati sosroningrat jatuh sakit akibat kelelahan dan membuat Kartini khawatir. Setelah
beberapa hari Kartini juga menerima lamaran dari bupati rembang namun Kartini tetap ingin menunggu
jawaban dari Belanda karne ia tidak ingin mengecewakan bupati sosroningrat. Raden Ajeng Moream
yang kesal akhirnya mengurung Kartini namun Ngasirah tidak tega melihat anaknya saat Raden Ajeng
Moream pergi Ngasirah membuka jendela kamar Kartini untuk membawanya ke suatu tempat di pinggir
danau Ngasirah mulai berbincang dengan Kartini, Ngasirah berkata bahwa selama ini dia rela berpisah
dengan anak-anaknya ini semua demi masa depan anaknya agar derajatnya lebih tinggi dari Ngasirah.
Keesokan harinya Kartini menerima lamaran dari bupati rembang dengan 4 syarat yaitu ia tak ingin
membasuh kakinya, Kartini juga tak ingin dibebani dengan tatacara seorang istri yang rumit ia ingin
diperlukan seperti orang biasa. Tentu permintaannya ditolak oleh Raden Ajeng " Kartini lebih
mementingkan dirinya sendiri " Lalu tiba-tiba soelastri datang dan menangis ia berkata " Suami saya
menikah lagi dan dia lebih mencintai istri mudanya yang lebih pintar" Soelastri juga mendukung Kartini
untuk mengejar cita-cita nya. Syarat yang ketiga suami Kartini harus membantu Kartini membangun
sekolah untuk wanita dan masyarakat miskin dan yang terakhir Kartini ingin Yu Ngasirah tidak tinggal
dirumah belakang dan dipanggil dengan sebutan Mas Ajeng. Bupati menyetujui syarat syarat tersebut
dan Raden Slamet sendiri yang akan menulis kan syarat tersebut sebagai abdinya sebagai seorang
kakak. Beberapa hari berselang rombongan dari rembang pun mendatangi bupati sosroningrat, bupati
rembang mengatakan bahwa istrinya sangat ingin bertemu dengan Kartini beliau juga banyak
membaca artikel yang Kartini tulis dan ia juga akan mewujudkan impian Kartini membangun sekolah
Kartini pun menyetujui nya. Akhirnya mereka pun menikah Kartini juga berpamitan pada Ngasirah
karena ia ingin menjadi Raden Ayu. 3 hari setelah menikah proposal Kartini diterima di Belanda dan
diteruskan kepada Haji Agus Salim, bahkan saat beasiswa di cabut,Kartini juga berhasil mendirikan
sekolah khusus kamu wanita di rembang dengan bantuan suaminya. Surat surat yang Kartini berikan
kepada teman temannya di Belanda telah diterbitkan menjadi buku dan telah menginspirasi juta kaum
wanita hingga sekarang
.
Merah Putih
Denny
Sejak 'Merah Putih' (Yadhi Sugandi, 2009) hal itu sudah terasa, tapi sekuelnya lebih kental lagi. 'Darah
Garuda', nama film lanjutan itu, banyak adegan peledakan (lengkap dengan pengebomnya yang
berjalan santai saat gedung meledak), slow motion para jagoan berjalan, ucapan 'aku sayang kamu'
sebelum berangkat ke medan juang, dan tata suara yang efeknya bisa dikontrol terdengar dari
berbagai sudut pilihan. Mungkin karena di kursi sutradara ada suntikan darah muda nan segar
bernama Conor Allyn. Juga tim efek khusus yang diimpor dari luar.

Tentu saja, Hollywoodisme ini bukan hal yang selamanya negatif. Sudah cukup lama juga film
Indonesia tidak punya kualitas audio visual alias production values yang setara dengan film
internasional. Terakhir, seingat saya, adalah 'Rumah Dara'. Dan salah satu kelebihan film ini,
dibandingkan film pertamanya, adalah skenario yang cukup kuat dengan banyaknya konflik. Boleh
dibilang, 'Merah Putih' adalah perkenalan karakter, sedangkan 'Darah Garuda' lebih menukik ke
berbagai persoalan dengan latar perang di Jawa pada 1947.

Ada soal kepercayaan dan pengkhianatan. Ada seteru antara tentara resmi dengan laskar milisi
berbasis Islam (Hizbullah) yang punya nama banyak persamaan tapi lain cara. Ada urusan intelejensia.
Ada penggambaran betapa hak asasi manusia dienyahkan saat perang, baik oleh pihak Belanda (van
Gaadner, diperankan Rudi Wowor, dan tangan kanannya) atau Indonesia.

Ada soal persatuan Indonesia dan upaya menjembatani perbedaan agama, ras, suku, dan golongan
(sosial) serta gender dan usia. Atau pandangan dari pihak Belanda soal niat baik kolonialisme, bahwa
'kalau kami tidak datang , kalian akan saling membunuh karena perbedaan?' sambil menyiksa,tentu
saja.

"Darah Garuda" adalah sekuel dari trilogi "Merah Putih". Di akhir film pertamanya, pasukan yang
dipimpin Amir ((Lukman Sardi) dibantai pasukan Belanda, dan hanya tersisa beberapa orang saja.
Mereka lantas membajak sebuah jeep dan menghancurkan iring-iringan bahan bakar penjajah.

Film keduanya adalah kelanjutan kisah heroik mereka. Mereka bertemu dengan pasukan Jendral
Sudirman yang sedang bergerilya, dan salah satu pimpinan di sana memerintahkan agar pasukan Amir
menghancurkan pangkalan angkatan udara yang hampir selesai, apa pun caranya, apa pun risikonya.
Untuk menjalankan misi ini, mereka pun bertemu dengan berbagai rintangan dan hambatan:
tertangkap lawan, kalah jumlah tentara, berbagai konflik batin, dan sebagainya.

Masalahnya, semua karakter terjebak pada stereotipe dan akhirnya beberapa karakter tidak
berkembang. Si jahat Belanda tetap jahat. Tokoh Amir tetap bijak, si Lastri (Atiqah Hasiholan) tetap
tidak peduli dengan perang dan mau menyelamatkan diri sendiri, dan seterusnya. Nyaris tidak ada
perang batin, kecuali beberapa karakter saja seperti Marius (Darius Sinathrya) yang memang tidak bisa
menembak dan agak penakut.

Generalisasi macam ini tentu saja karena lemahnya skenario (dan mengapa pula tema perang revolusi
1947 di Indonesia digarap orang asing? Apakah tidak ada orang lain?). Berbeda dengan tema serupa
yang digarap oleh Usmar Ismail ('Darah dan Doa', 'Lewat Djam Malam', 'Pedjoeang'), atau Asrul Sani
('Pagar Kawat Berduri') yang penuh dengan problematika para pejuang.

Dari seni peran Lukman Sardi, Darius Sinathrya, Donny Alamsyah sebagai (Tomas), T. Rifnu Wikana
(Dayan), Rahayu Saraswati (Senja), Atiqah Hasiholan (Lastri), dan Ario (Sersan Yanto) bermain cukup
natural. Dan, untuk kali ini, Astri Nurdin (Melati, istri Amir), dan Alex Komang (kiai, komandan Hizbullah)
diberi porsi sedikit. Yang menarik, film ini dibuka dan ditutup dengan footages klasik dari masa 1940an
yang menambah atmosfir perang 1947.

Tapi lepas dari itu, film yang lanjutannya akan dirilis Desember ini (dengan total biaya Rp 64 miliar)
mampu menunjukkan kelasnya dan membuat penonton terlarut mengikuti irama cerita. Dan yang
terpenting, kalau beruntung, film ini akan memompa nasionalisme dan patriotisme. Dan, mungkin
karena sudah percaya diri, tidak ada akhir yang menggantung (cliffhanger/open ending) di film ini.
Padahal kalau ada, makin asyik.

Film berdurasi 100 menit ini akan diputar mulai 8 September. Sampai bertemu dengan Hati Merdeka di
bulan Desember! Mungkinkah tokoh Jendral Sudirman, yang sempat muncul sekilas, diberi porsi lebih.

JANUR KUNING

Denny

Film ini menceritakan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam meraih kembali
kemerdekaannya yang direbut kembali oleh pasukan sekutu. Latar belakang yang diambil adalah di
sekitar peristiwa Enam Jam di Yogya. Tokoh-tokoh nyata yang ditampilkan di sini di antaranya adalah
Soeharto, Jenderal Sudirman, dan Amir Murtono. Janur kuning adalah lambang yang dikenakan para
pejuang di lengan sebagai tanda perjuangan kemerdekaan tersebut.

Pada bulan September 1998, empat bulan setelah jatuhnya Soeharto, Menteri Penerangan Yunus
Yosfiah menyatakan bahwa film ini tidak akan lagi menjadi bahan tontonan wajib, dengan alasan
bahwa film ini adalah usaha untuk memanipulasi sejarah dan menciptakan kultus dengan Soeharto di
tengahnya. TEMPO melaporkan pada 2012 bahwa Saleh Basarah dari Angkatan Udara Republik
Indonesia telah mempengaruhi dikeluarkannya keputusan ini. Majalah ini menyatakan bahwa Basarah
telah menghubungi Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono dan memintanya untuk tidak menayangkan
Pengkhianatan G 30 S PKI, karena film ini telah merusak citra Angkatan Udara Republik Indonesia.
Dua film lainnya, Janur Kuning dan Serangan Fajar, kemudian juga dipengaruhi oleh keputusan
tersebut Janur Kuning menggambarkan Soeharto sebagai pahlawan di balik Serangan Umum 1 Maret
1949, sementara Serangan Fajar menunjukkan dia sebagai pahlawan utama Revolusi Indonesia. Pada
saat itu TVRI tampaknya berusaha untuk menjauhkan diri dari mantan presiden Soeharto. Hal ini terjadi
semasa periode penurunan status simbol-simbol yang berkaitan dengan peristiwa G30S, dan pada
dekade 2000-an awal, versi non-pemerintah dari peristiwa kudeta G30S mudah didapatkan di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai