Anda di halaman 1dari 5

Review Film – The Patriot (Mel Gibson)

Nama : Abdillah Satari Rahim


Nim : 120200102001
Prodi : Peperangan Asimetris

“The Patriot (Mel Gibson)”

Cerita bermula pada 1776 ketika Benjamin Martin, veteran dari perang
Prancis–India dan duda dari tujuh orang anak, mendapat surat panggilan untuk
berangkat ke Charleston untuk mengadakan voting di Carolina Selatan tentang
penambahan orang di pasukan kontinental. Voting tersebut akhirnya
memustuskan penambahan orang di pasukan kontinental, dan anak Benjamin yang
tertua, Gabriel Martin mendaftar untuk masuk pasukan kontinental melawan
perintah ayahnya.
Empat tahun setelah itu, Charleston jatuh ke tangan Inggris. Tak berapa
lama Gabriel pulang dengan penuh luka. Tak lama setelah itu peperangan
menjalar hingga ke halaman keluarga Martin dan mereka kemudian merawat
tentara Amerika dan Inggris yang terluka. Saat kemudian pasukan berkuda Inggris
yang dipimpin oleh kolonel William Tavington yang terkenal kejam karena sering
melakukan tindaka-tindakan yang “brutal” dalam mencapai tujuannya kemudian
memerintahkan pasukannya untuk mengeksekusi tentara Amerika yang terluka
yang seharusnya dijadikan sebagai tahanan perang serta membakar rumah
keluarga Martin. Tavington kemudian memerintahkan pasukannya untuk
menghukum gantung Gabriel karena dianggap sebagai mata–mata karena
menyimpan informasi-informasi yang dianggap dapat mengancam kekuatan
tempur pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Cornwallis.
Pada saat itu Benjamin tidak mampu berbuat apa-apa untuk melindungi
anaknya dari perintah eksekusi gantung Tavington terhadap Gabriel anaknya. Hal
ini membuat anak kedua keluarga Martin Thomas Martin melakukan sebuah
tindakan patriot dengan mencoba membebaskan kakaknya. Namun hal ini
kemudian membuat Martin ditembak mati oleh Tavington. Marah karena anaknya

1
Review Film – The Patriot (Mel Gibson)

dibunuh Benjamin memberikan senapan kepada anak ketiga dan keempatnya yang
pada saat itu masih sangat belia, lalu mengejar dan menghabisi pasukan Inggris
yang membawa Gabriel.
Dengan pengalaman tempur dan dibekali dengan penguasaan medan
pertumpuran yang dimilikinya Benjamin membuat strategi untuk melakukan
serangan dadakan untuk mengagetkan para pasukan Inggris yang membawa
Gabriel. Aksi Benjamin tersebut akhirnya membuat dia mampu menghabisi 20
pasukan tentara Inggris yang membawa Gabriel untuk dieksekusi hukuman
gantung oleh Tavington. Pasukan Inggris yang selamat memberitahukan hal ini
kepada Tavington dan Benjamin pun mendapat julukan “Sang Hantu”. Benjamin
dan Gabriel pun memustuskan untuk melawan Inggris dan meninggalkan anaknya
yang masih muda di bawah asuhan bibinya Charlotte. Mereka pun langsung
menuju markas pasukan kontinental.
Setelah Benjamin berhasil menyelamatkan dan membawa Gabriel pulang
ke rumahnya ia kemudian tertunduk lesuh seakan menyalahkan dirinya atas
kematian yang dialami Martin anaknya. Melihat hal itu Charlotte berusaha
menyemangati Benjamain dengan mengatakan bahwa dia tidak melakukan suatu
hal yang salah. Hal yang dimaksud Charlotte adalah bahwa Benjamin tidak
melakukan kesalahan karena telah membunuh dan membantai para pasukan
Inggris itu secara sadis. Namun seketika Benjamin menjawab pernyataan
Charlotte tersebut dengan mengatakan “aku salah karena aku tidak melakukan
apa-apa”. Benjamin merasa bersalah karena ia hanya diam saja melihat kekejaman
dan penindasan yang dilakukan kolonel Tavington yang yang menyebabkan
anaknya terbunuh.
Hal ini seketika memberi kesadaran kepada penulis bahwa diam dan tidak
melakukan apa-apa terhadap suatu bentuk penindasan, kekejaman atau pun
penjajahan tidak akan membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi yang siapapun
yang yang mengalaminya. Perlu adanya suatu tindakan atau perlawanan untuk
membela hak-hak yang kita miliki dan melindungi diri kita dari segala bentuk
ancaman.

2
Review Film – The Patriot (Mel Gibson)

Melanjutkan alur cerita, di markas pasukan kontinental Benjamin


kemudian diangkat menjadi kolonel oleh kolonel Henry Bunwell mantan
atasannya dan berperang melawan jendral Cornwallis menggunakan taktik perang
gerilya menggunakan pasukan lokal militia. Pada saat yang bersamaan, mayor
Prancis Jean Villenevue memberikan pelatihan kepada pasukan militia. Pasukan
militia dibawah pimpinan Benjamin melakukan perlawanan-perlawanan terhadap
pasukan Inggris dengan terus melancarkan serangan-serangan menggunakan
taktik dadakan “ambush” untuk mengusir dan membalas perbuatan yang telah
dilakukan oleh pasukan Inggris selama ini dengan menghancurkan suplai Inggris,
menahan personel Cornwallis, dan membakar feri yang menuju Charleston.
Jendral Cornwallis yang belum mengakui kekuatan militia yang dipimpin
oleh Benjamin pada awalnya menyalahkan kolonel Tavington. Jenderal
Cornwallis merasa kekuatan militia tidak mungkin mampu untuk melancarkan
serangan-serangan yang dapat menimbulkan kekalahan pada tentara inggris yang
sudah terlatih yang berada di bawah pimpinannya. Namun karena terus mendapat
tekanan oleh taktik perang Benjamin akhirnya ia memerintahkan kolonel
Tavington untuk menghentikan Benjamin dengan segala cara.
Dengan bantuan kapten James Wilkins yang merupakan bekas militia.
Tavington mengetahui identitas anak dan istri dari pasukan militia dan membunuh
mereka tanpa belas kasihan. Beruntung keluarga Martin dan Charlotte berhasil
selamat karena Benjamin bersama anaknya Gabriel serta beberapa pasukan militia
datang tepat pada waktunya untuk mengalihkan perhatian kolonel Tavington dan
pasukannya. Tak lama setelah itu Gabriel menikahi Anne teman masa kecilnya.
Tak lama setelahnya Tavington menuju kota tempat Anne tinggal. Ia lalu
mengumpulkan rakyat kota tersebut termasuk Anne ke dalam gereja dan
menjanjikan kebebasan dengan syarat memberitahukan lokasi pasukan militia.
Namun Tavington ternyata menipu mereka lalu membakar gereja tersebut
dan pada akhirnya menewaskan semua orang yang ada di dalamnya. Gabriel yang
marah mengetahui hal tersebut akhirnya membawa beberapa pasukan militia
untuk melakukan serangan balasan menyerang pasukan Tavington saat ia
beristirahat. Pada awalnya jenderal Tavington dan para pasukannya terpojok dan

3
Review Film – The Patriot (Mel Gibson)

jenderal Tavington akhirnya tergeletak jatuh ke tanah karena terkena tembakan


Gabriel. Saat Gabriel hendak mengakhiri nyawa kolonel Tavington dengan pisau
ditangannya kolonel Tavington seketika berbalik dan menusuk Gabriel dengan
pedang miliknya. Hal ini membuat keadaan berbalik dan akhirnya Gabriel mati di
tangan Tavington. Benjamin yang mengetahui Tindakan gegabah Gabriel pun
akhirnya menyusul hanya untuk menemukan anaknya sekarat dan kemudian mati
di tangannya.
Hal ini membuat Benjamin merasa shock atas kehilangan anaknya untuk
kedua kalinya dan sempat berniat untuk menghentikan perlawanan terhadap
pasukan Inggris. Namun seketika ia teringat oleh dedikasi anaknya untuk
memperjuangkan hak dan kemerdekaan bangsanya dan kembali memimpin
pasukan militia yang dibentuknya yang saat itu telah bergabung dengan pasukan
kontinental Amerika untuk melawan pasukan di bawah pimpinan Jendral
Cornwallis pada perang penentuan di Cowpens.
Awalnya Inggris terlihat akan menang karena pasukan gabungan antara
militia dan continental Amerika terdesak dengan kekuatan tempur yang dimiliki
oleh pasukan Jenderal Cornwallis. Namun Benjamin tak menyerah dan terus
memaksa pasukannya maju mengobrak–abrik pasukan Inggris. Tak lama setelah
itu Tavington maju tanpa menunggu komando dari Cornwallis dan akhirnya
bertemu dengan Benjamin. Setelah pertarungan yang sengit Benjamin akhirnya
berhasil membunuh Tavington dan memaksa Cornwallis menarik mundur
pasukannya.
Enam bulan setelahnya, bantuan dari Prancis pun tiba, memaksa Jendral
Cornwallis menyerah di Yorktown, Virginia kepada pasukan kontinental
Amerika. Setelah itu, Benjamin menemui anaknya kembali, dan kaget melihat
pasukan militia membangun kembali rumahnya yang dibakar oleh Tavington.

4
Review Film – The Patriot (Mel Gibson)

Penutup:
Film ini memberikan begitu banyak gambaran tentang bagaimana strategi perang
gerilya yang terbukti ampuh dalam mengusir penjajah dalam memperjuangkan
hak dan kemerdekaan suatu bangsa. Mulai dari semangat perjuangan yang tak
pernah padam demi membebaskan tanah air mereka, kasih sayang orang tua pada
anaknya, hingga cerita mengenai konflik internal yang terjadi dalam kesatuan
militan tersebut. Selain itu film ini juga mengajarkan untuk tidak meremehkan
kekuatan kecil dalam menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar. Dengan adanya
kecerdikan, kecekatan, penggunaan strategi yang tepat serta kepemimpinan yang
baik kekuatan militant yang kecil mampu memberikan perlawanan yang sengit
terhadap kekuatan militer yang kuat dan besar.

Anda mungkin juga menyukai