Anda di halaman 1dari 20

Tugas Hk.

Pidana Internasional;
Pembantaian May Lai oleh Tentara AS terhadap warga
sipil Vietnam pada perang
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kuliah Mata Kuliah HUKUM
PIDANA INTERNASIONAL
Pengajar: INDAH SARI Indah Sari, SH, M.Si

Disusun Oleh Nama: Edlin Reyhan


Npm: 201081010
Kelas: Reguler Pagi (A)

PROGRAM STUDI STRATA SATU (S-1) ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYA DARMA
JAKARTA
2023
Berita terkait yang akan saya liput
Pembantaian My Lai
pembunuh massal oleh AS di Vietnam Selatan (1968)
Pembantaian Mỹ Lai adalah pembantaian yang dilakukan oleh tentara AS terhadap ratusan
warga sipil yang tidak bersenjata di Distrik Sơn Tịnh, Vietnam Selatan pada 16 Maret 1968
saat ada Perang Vietnam. Pembantaian ini menewaskan 347–504 orang dan menjadi
lambang kejahatan perang Amerika di Vietnam. Korban termasuk lelaki, wanita, anak-anak,
dan juga bayi. Beberapa perempuan diperkosa berkelompok dengan badannya dimutilasi,
serta anak-anak semuda 12 tahun.[1][2] Peristiwa ini kadang kala juga dikenal dengan
nama Pembantaian Sơn Mỹ atau Pembantaian Song My.

Latar belakang
Pada saat Perang Vietnam, Provinsi Quang Ngai di Vietnam Selatan dicurigai menjadi tempat
perlindungan kaum gerilyawan Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat dan kader-kader
lainnya dari Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam (FNPV), yang juga disebut "Viet
Cong" atau "VC" oleh pasukan-pasukan AS dan simpatisan mereka. Tempat ini secara tidak
resmi disebut Pinkville (karena warna merah jambu yang dicetak pada peta) oleh militer AS,
dan provinsi ini sering dibom dan ditembaki. Pada 1968 hampir semua rumah di seluruh
provinsi ini telah hancur atau rusak.
Militer menganggap penting bahwa para tenaga lapangan FNPV dimusnahkan. Karena itu,
mereka tidak mengukur sukses dari berapa banyak wilayah atau lokasi strategis yang direbut
(misalnya), melainkan berdasarkan "jumlah mayat" mereka - jumlah keseluruhan mereka
yang dicurigai sebagai tenaga lapangan FNPV yang terbunuh. Tentara dianjurkan oleh atasan
mereka untuk melebih-lebihkan perhitungan mereka untuk memberikan kesan keberhasilan
militer. Karena tekanan itu, dan karena kenyataannya sering kali para tenaga lapangan FNPV
sulit sekali dibedakan dari rakyat biasa, sering kali ada kesenjangan yang sangat luas antara
jumlah mayat yang dilaporkan dalam suatu misi tertentu dengan jumlah senjata musuh yang
direbut. Menurut Doug Linder, profesor hukum di Universitas Missouri-Kansas City, para
G.I. menyebarkan lelucon bahwa "apapun yang mati dan bukan putih adalah VC [Viet
Cong]" dengan tujuan menghitung mayat semata. Tidak diragukan bahwa banyak warga sipil
yang terbunuh di provinsi itu, sehingga semakin membakar sentimen anti-Amerika yang
sudah ada di wilayah tersebut.
Para pemberontak kadang-kadang ditampung dan dilindungi oleh warga sipil di daearh itu.
Namun, tentara-tentara Amerika merasa frustrasi karena keterlibatan rakyat setempat.
Ditambah dengan ketidakmampuan mereka untuk mengejar musuh yang selalu lolos dan
meluasnya rasa takut akan disergap, kemarahan ini semakin menambah kemungkinan mereka
melakukan balas dendam yang kejam terhadap warga sipil.
Pembantaian
Charlie Company (Kompi C), Brigade ke-11, Divisi Americal tiba di Vietnam pada
Desember 1967. Bulan pertama mereka di Vietnam berlalu tanpa kontak langsung dengan
musuh.
Pada Serangan Tet, Januari 1968, serangan-serangan dilakukan di Quang Ngai oleh Batalyon
ke-48 dari FNPV. Intelijen militer AS membentuk pandangan bahwa Batalyon ke-48, setelah
mengundurkan diri, berlindung di desa Son My. Sejumlah kampung tertentu di desa itu - yang
dinamai sebagai My Lai 1, 2, 3 dan 4 (yang dijuluki "Pinkville" ) - dicurigai melindungi
anggota Batalyon itu. Suatu serangan besar-besaran terhadap kampung-kampung itu
direncanakan oleh pasukan-pasukan AS.
Pada malam menjelang serangan itu, Charlie Company dinasihati oleh komando militer AS
bahwa warga yang benar-benar sipil di My Lai akan meninggalkan rumah mereka untuk
pergi ke pasar pada pk. 7 pagi hari berikutnya. Mereka diberitahukan bahwa mereka dapat
menyimpulkan bahwa semua orang yang tinggal di rumah pastilah Viet Cong atau simpatisan
aktif Viet Cong. Mereka diperintahkan menghancurkan desa itu. Pada saat briefing (taklimat),
Kapten Ernest Medina ditanyai apakah perintah itu termasuk membunuh kaum perempuan
dan anak-anak; mereka yang hadir dalam briefing itu belakangan memberikan jawaban yang
berbeda-beda tentang tanggapan Medina.
Pasukan-pasukan AS tidak menemukan pemberontak di desa itu pada pagi hari 16
Maret 1968. Tentara-tentara itu, satu pleton yang dipimpin oleh Letnan William Calley,
membunuh ratusan warga sipil – terutama kaum lelaki tua, perempuan, anak-anak, dan bayi.
Sebagian disiksa atau diperkosa. Lusinan digiring ke sebuah lubang dan ditembak mati
dengan senjata otomatis. Pada satu kesempatan, Calley mengungkapkan maksudnya untuk
melemparkan sejumlah granat ke sebuah liang yang penuh dengan warga
desa. [1] Diarsipkan 2005-04-05 di Wayback Machine.
Jumlah yang pasti dari orang-orang yang terbunuh berbeda-beda dari sumber yang satu ke
sumber lainnya; yang paling sering disebut adalah 347 dan 504 korban. Sebuah peringatan di
tempat pembantaian itu mencantumkan 504 nama, dengan usia yang merentang dari 82 tahun
yang paling tua hingga 1 tahun yang paling muda. Menurut laporan seorang letnan Angkatan
Darat Vietnam Selatan kepada para atasannya, ini adalah suatu insiden pertumpahan darah
yang "mengerikan" oleh suatu pasukan bersenjata yang berusaha melampiaskan
kemarahannya.
Seorang awak helikopter Angkatan Darat AS menyelamatkan sejumlah warga sipil dengan
cara mendarat di antara pasukan-pasukan Amerika dan sisa-sisa orang Vietnam yang
bersembunyi di lubang perlindungan. Penerbang berusia 24 tahun, Perwira yang diberi
kuasa Hugh Thompson, Jr., mengkonfrontir para pemimpin pasukan itu dan mengatakan
kepada mereka bahwa helikopternya yang dilengkapi persenjataan akan menembaki mereka
bila mereka melanjutkan serangan atas warga sipil. [2]
Dengan dukungan dua anggota lainnya dari awak helikopter itu — Spesialis Lawrence
Colburn dan Spesialis Glenn Andreotta — Thompson mengarahkan evakuasi desa itu. Para
awak itu dipuji karena berhasil menyelamatkan sekurang-kurangnya 11 jiwa, tetapi lama
sesudah itu mereka dikecam sebagai pengkhianat. Pada 8 April 1968, Glenn Andreotta
dan Charles Dutton, para awak di pesawat pengintai OH-13 (62-03813) "Warlord", terbunuh
ketika pesawat mereka ditembak jatuh dan terbakar. Baru 30 tahun kemudian, setelah sebuah
laporan televisi mengenai kejadian itu, ketiga perwira ini dianugerahi Medali Prajurit,
penghargaan tertinggi angkatan darat untuk keberanian tanpa melibatkan kontak langsung
dengan musuh.
Pada musim semi 1972, kamp (di My Lai 2) tempat mereka yang bertahan pada pembantaian
My Lai itu dipindahkan, dihancurkan oleh pengeboman udara dan artileri ARVN (Vietnam
Selatan). Penghancuran itu dipersalahkan pada teror Viet Cong. Namun, kebenarannya
diungkapkan oleh para relawan Quaker di tempat itu, melalui kesaksian oleh Martin Teitel
pada kesempatan "hearing" di hadapan Sub-komite untuk Menginvestigasi Masalah-masalah
yang Terkait dengan Pengungsi dan Pelarian pada Mei 1972. Bulan Juni tahun yang sama
laporan Teitel tentang kejadian itu muncul dalam koran New York Times.

Upaya untuk menutup-nutupi


Penelitian-penelitian awal mengenai insiden My Lai ini dilakukan oleh Komandan Brigadi
Infantri Ringan ke-11, Kolonel Oran Henderson, berdasarkan perintah dari Perwira Asisten
Komandan Amerika, Brigadir Jenderal Young. Hendersen mewawancarai sejumlah perwira
yang terlibat dalam insiden ini, kemudian mengeluarkan sebuah laporan tertulis pada akhir
April, yang isinya menyatakan bahwa sekitar 20 warga sipil secara tidak sengaja terbunuh
pada operasi militer di My Lai. Pada saat ini tentara masih menggambarkan perisitwa ini
sebagai kemenangan militer yang mengakibatkan kematian 128 orang pada pihak lawan.

Enam bulan kemudian, seorang perwira muda dari Infantri Ringan ke-11 (Brigade Jagal)
yang bernama Tom Glen menulis surat yang menuduh Divisi Americal (dan seluruh satuan
lainnya dari militer AS, bukan hanya pribadi-pribadi) telah melakukan kebrutalan rutin
terhadap warga sipil Vietnam. Surat itu sangat rinci isinya, tuduhannya mengerikan, dan
isinya menggemakan keluhan-keluhan yang diterima dari tentara-tentara lain. Colin Powell,
yang saat itu seorang Mayor muda di Angkatan Darat AS, diperintahkan meneliti surat itu,
yang tidak secara spesifik mengacu kepada My Lai (Glen belum mengetahui kejadian-
kejadian di sana). Powell menulis: "Sebagai bantahan langsung terhadap penggambaran ini
adalah kenyatan bahwa hubungan antara tentara-tentara Amerika dan rakyat Vietnam sangat
baik." Belakangan, bantahan Powell disebut sebagai upaya "memutihkan" berita tentang My
Lai, dan pertanyaan-pertanyaan tetap disembunyikan dari publik. Pada 4 Mei 2004, Powell,
yang saat itu merupakan Menteri Luar Negeri AS, berkata kepada Larry King, "Maksud saya,
saya berada dalam kesatuan yang bertanggung jawab atas My Lai. Saya tiba di sana setelah
My Lai terjadi. Jadi, dalam peperangan, hal-hal yang mengerikan seperti ini sesekali terjadi,
tetapi semuanya itu harus disesali." [3]

Bangkai di My Lai itu mungkin akan lenyap dalam sejarah apabila bukan karena seorang
perwira lainnya, Ron Ridenhour, yang, secara bebas dari Glen, mengirimkan surat
kepada Presiden Nixon, Pentagon, Departemen Luar Negeri, Kepala Angkatan Bersenjata,
dan sejumlah anggota Kongres. Salinan-salinan surat ini dikirim pada Maret 1969, tepat
setahun setelah kejadian itu. Kebanyakan penerima surat Ridenhour mengabaikannya, kecuali
anggota Dewan Perwakilan Morris Udall. Ridenhour mengetahui tentang kejadian-kejadian
di My Lai lewat orang lain, melalui pembicaraan dengan anggota-anggota Charlie Company,
sementara ia masih menjadi tentara. Akhirnya, Calley dituduh melakukan
sejumlah pembunuhan terencana pada September 1969, dan 25 perwira lainnya serta relawan
belakangan didakwa dengan kejahatan-kejahatan terkait. Baru dua bulan kemudian publik
Amerika mengetahui tentang pembantaian dan peradilan itu.

Wartawan investigatif independen Seymour Hersh, setlah percakapan menadlam dengan


Ridenhour, membuka cerita My Lai pada 12 November 1969, dan pada 20
November majalah Time, Life dan Newsweek semuanya meliput kisahnya,
dan CBS menyiarkan di televisi wawancara dengan Paul Meadlo. The Plain
Dealer (Cleveland) menerbitkan foto-foto yang sangat jelas tentang penduduk desa yang mati
terbunuh di My Lai. Sebagaimana terbukti dari komentar-komentar yang dibuat pada
percakapan telepon 1969 antara Penasihat Keamanan Nasional AS Henry
Kissinger dan Menteri Pertahanan Melvin Laird, yang baru-baru ini diungkapkan oleh Arsip
Keamanan Nasional, foto-foto tentang kejahatan perang itu terlalu mengejutkan para perwira
senior hingga mereka tidak bisa dengan efektif menutup-nutupinya. Menteri Pertahanan Laird
terdengar mengatakan, "Ada terlalu banyak mayat anak-anak yang berserakan di sana; foto-
foto ini memang otentik."
Pengadilan militer
Pada 17 Maret 1970, Angkatan Darat A.S. mendakwa 14 perwiranya telah menyembunyikan
informasi yang berkaitan dengan insiden ini. Kebanyakan dari dakwaan ini kemudian
dibatalkan.

Letnan A.D. William Calley dinyatakan bersalah pada 1971 telah melakukan pembunuhan


terencana dengan memerintahkan penembakan dan mulanya dijatuhi hukuman penjara
seumur hidup. Namun dua hari kemudian, Presiden Richard Nixon memerintahkan ia
dibebaskan dari penjara. Calley menjalani tahanan rumah selama 3½ tahun di markasnya
di Fort Benning, Georgia, dan kemudian diperintahkan bebas oleh seorang hakim federal.
Calley mengklaim bahwa ia cuma mengikuti perintah dari kaptennya, Ernest Medina; Medina
menyangkal bahwa ia telah memberikan perintah itu, dan dibebaskan dalam peradilan yang
terpisah. Kebanyakan dari para perwira yang terlibat dalam insiden My Lai ini tidak
mendaftar lagi di angkatan bersenjata. Dari ke-26 orang yang mula-mula dikenai dakwaan,
Letnan Calley adalah satu-satunya yang dinyatakan terbukti bersalah.

Sesudah pembantaian
Berita yang meledak mengenai pembantaian ini membangkitkan kemarahan gerakan
perdamaian Amerika, yang menuntut penarikan mundur pasukan-pasukan AS dari Vietnam.
Hal ini juga menyebabkan lebih banyak calon wajib militer yang mendaftarkan diri
sebagai penentang berdasarkan nurani. Mereka yang telah selamanya menentang perang
merasa menang; dan mereka yang berada di pinggiran gerakan menjadi lebih vokal.
Namun pergeseran yang lebih besar terjadi pada sikap masyarakat umum terhadap perang
Vietnam. Orang yang sebelumnya tidak tertarik akan perdebatan perang/damai mulai
menganalisis masalahnya dengan lebih cermat. Kisah-kisah mengerikan tentang prajurit-
prajurit yang lain mulai ditanggapi lebih sungguh-sungguh, dan pelanggaran-pelanggaran
lainnya muncul ke permukaan.

Sebagian dari kemarahan publik kemudian diarahkan kepada para prajurit itu sendiri.
Citra veteran Vietnam yang bermasalah semakin meningkatkan kesulitan para prajurit yang
bergumul dengan gangguan stres pasca-trauma, penyalahgunaan obat-obatan dan ketiadaan
tempat tinggal.
Sebagian pengamat militer menyimplkan bahwa My Lai memperlihatkan kebutuhan akan
relawan dalam jumlah yang lebih banyak dan dengan kualitas yang lebih baik untuk
memberikan kepemimpinan yang lebih kuat di antara anggota pasukan. Sementara
pertempuran Vietnam berlarut-larut, jumlah tentara karier yang terdidik baik dan
berpengalaman di garis depan menurun dengan drastis sementara bertambahnya korban dan
rotasi pasukan mengakibatkan pukulan hebat. Para pengamat ini mengklaim bahwa tidak
adanya orang-orang muda yang cerdas yang tidak ikut serta dalam wajib militer karena
mereka menjadi mahasiswa atau melayani di dalam negeri, menyebabkan sangat
berkurangnya jumlah perwira baru yang baik. Banyak perwira baru yang usianya bahkan
belum lagi 20 tahun, sering kali kurang cerdas dan tidak bertanggung jawab. Mereka
menunjuk kepada Calley, seorang pemuda pengangguran dan putus sekolah di perguruan
tinggi, sebagai contoh tentang seseorang yang masih mentah dan tidak berpengalaman, yang
dipaksa segera menjalani latihan perwira.

Yang terlibat

Pleton Satu
 William Calley - Letnan yang memimpin Kompi C, satu-satunya orang yang terbukti
bersalah
 David Mitchell - Sersan

 Ronald L. Haeberle - Juru foto kompi

 Charles Sledge - Operator Radio - memberi kesaksian bahwa ia melihat Calley


dengan sengaja membunuh seorang anak kecil

 Paul Meadlo - Prajurit Satu - memberi kesaksian bahwa ia takut ditembak bila ia tidak
ikut serta

 Dennis Conti - Prajurit Satu - mengaku mulanya ia tersesat, dan harus mencari
kompinya

 James Dursi - Prajurit Satu

 Allen Boyce - Prajurit Satu

 Ronald Grzesik - Prajurit Satu

 Robert Maples - Prajurit Satu, mengaku menolak ikut serta

 Varnado Simpson - Prajurit Satu, bunuh diri karena rasa berasalah dalam tragedi My
Lai

 Harry Stanley - mengaku menolak ikut serta


 Gary David Roschevitz - tidak diketahui nasibnya
 Elmer Haywood - tidak diketahui nasibnya
 William Lloyd - tidak diketahui nasibnya
 Lenny Lagunuy - tidak diketahui nasibnya
 Sidney Kye - tidak diketahui nasibnya
 Robert Bergthold - tidak diketahui nasibnya
 Robert Mauro - tidak diketahui nasibnya
 Robert Lee - tidak diketahui nasibnya
 Isaiah Cowan - tidak diketahui nasibnya
 Bruce Cox - tidak diketahui nasibnya
 Harry Stanley - tidak diketahui nasibnya
 Charles Hall - tidak diketahui nasibnya
 Roy Wood - tidak diketahui nasibnya
 Herbert Carter - tidak diketahui nasibnya
 David Mitchell - tidak diketahui nasibnya
 Gregory Olsen - tidak diketahui nasibnya
 Daniel Simone - tidak diketahui nasibnya

Intervensi
 Hugh Thompson, Jr. - Perwira yang diberi kuasa
 Lawrence Colburn - Juru tembak di helikopter
 Glenn Andreotta - Kepala awak helikopter
 Dan Millians - Penerbang evakuasi medis
 Brian Livingstone - Penerbang evakuasi medis
 Reginald Forsythe - Juru foto tempur

Referensi
 Anderson, David L. (1998) Facing My Lai: Moving Beyond the Massacre University
Press of Kansas: Lawrence, Kansas — wawancara mendalam dengan mereka yang
ikut diadili dan para anggota militer.
 Becker, Elizabeth. Rekaman-rekaman Kissinger menggambarkan krisis, perang, dan
foto-foto pelanggaran yang sangat jelas., The New York Times, 27 Mei, 2004
(mirrored)
 Belknap, Michal R. (2002) The Vietnam War on Trial: The My Lai Massacre and the
Court-Martial of Lieutenant Calley. University Press of Kansas. ISBN 0-7006-1211-
4.
 Bilton, Michael and Sim, Kevin. (1992) Four Hours in My Lai New York: Viking,
1992. — penelitian ulang yang belakangan, berdasarkan wawancara mendalam
dengan para peserta dan memuat Referensi-Referensi bibliografi yang terinci.
 Chomsky, Noam. After Pinkville[pranala nonaktif permanen], Bertrand Russell War
Crimes Tribunal on Vietnam, 1971
 Chomsky, Noam and Edward S. Herman. Counter-Revolutionary Violence:
Bloodbaths in Fact & Propaganda Diarsipkan 2005-03-13 di Wayback Machine.,
1973 dan 2004
 Colburn, Lawrence and Paula Brock. The Choices Made — Lessons from My Lai on
Drawing the Line, Seattle Times, 10 Maret 2002
 Department of the Army. Report of the Department of the Army Review of the
Preliminary Investigations into the My Lai Incident (The Peers
Report Diarsipkan 2008-11-15 di  Wayback Machine.), Volumes I-III (1970).
 Gershen, Martin. (1971) Destroy or Die: The True Story of My Lai New York:
Arlington House.
 Goldstein, Joseph. (1976) The My Lai Massacre and its Cover-Up New York: Free
Press.
 Hammer, Richard. (1971) The Court-Martial of Lt. Calley New York: Coward.
 Hersh, Seymour M. (1972). Cover-up: the Army's secret investigation of the massacre
at My Lai 4. Random House. ISBN 0-394-47460-0.
 Hersh, Seymour M. (1970). My Lai 4: A Report on the Massacre and Its Aftermath.
Random House. ISBN 0-394-43737-3.
 My Lai and Why It Matters: Review of Ron Ridenhour's Videotaped
Lecture Diarsipkan 2005-12-30 di Wayback Machine.
 O'Brien, Tim. (1994) In the Lake of the Woods, McClelland & Stewart. ISBN 1-
895246-31-8 — fiksi sejarah yang mengerikan tentang seorang veteran Vietnam yang
tidak dapat melarikan diri dari pengalaman pribadinya di My Lai.
 Olson, James S. and Roberts, Randy (eds.) (1998) My Lai: A Brief History with
Documents, Palgrave MacMillan. ISBN 0-312-17767-4
 161st Assault Helicopter Company. Unit History of the 161st Assault Helicopter
Company (yang melakukan intervensi dalam pembantaian ini)
 PBS/The American Experience. The My Lai Massacre
 Peers, William. (1979) The My Lai Inquiry New York: Norton.
 Raimondo, Maj. Tony, JA. The My Lai Massacre: A Case Study Diarsipkan 2005-03-
23 di Wayback Machine., Human Rights Program, School of the Americas, Fort
Benning, Georgia
 Sack, John. (1971) Lieutenant Calley: His Own Story New York: Viking.
 University of Missouri-Kansas City Law School. The My Lai Courts-Martial, 1970
 Teitel, Martin. Again, the Suffering of Mylai[pranala nonaktif permanen], article
preview, New York Times, 7 June 1972, pg. 45.
 Texas Tech University. Proyek Sejarah Lisat Vietnam

Lihat pula
 Ron Ridenhour

 Seymour Hersh

 Catatan Hak-hak Asasi Manusia Amerika Serikat

 Tindakan oleh pasukan-pasukan Amerika:


o Pasaukan Macan
o Program Phoenix

 Tindakan oleh pasukan-pasukan Vietnam Utara:
o Pembantaian di Hue

1. ^ Brownmiller, Susan (1975). Against Our Will: Men, Women and Rape. Simon &
Schuster. hlm. 103–05. ISBN 978-0-671-22062-4.

2. ^ Murder in the name of war: My Lai, BBC News, 20 July 1998.


Analisis saya terkait kasus tersebut
Kasus

Pada mulanya My Lai, subdivisi dari desa Son My, terletak di provinsi Quang Ngai, kira-kira

7 mil (11 km) timur laut kota Quang Ngai . Daerah itu dijuluki " Pinkville" oleh tentara AS

karena warna kemerahan yang digunakan untuk menunjukkan daerah My Lai yang padat

penduduk di peta militer. Pada saat Kompi Charlie dari Batalyon 1 , Resimen Infantri ke-

20, Brigade Infanteri ke-11 , tiba di Vietnam pada bulan Desember 1967. "Pinkville" telah

mendapatkan reputasi sebagai sarang aktivitas Viet Cong . Pada Januari 1968 Charlie adalah

salah satu dari tiga kompi yang ditugaskan untuk menghancurkan Batalyon ke-48, unit Viet

Cong yang sangat efektif yang beroperasi di provinsi Quang Ngai. Sepanjang Februari dan

awal Maret, Kompi Charlie menderita puluhan korban akibat ranjau dan jebakan, tetapi gagal

menyerang Batalyon ke-48. Setelah bencana Serangan Tet yang luas , Viet Cong telah

kembali ke taktik gerilya dan cenderung menghindari pertemuan langsung dengan pasukan

AS.

Intelijen menyatakan bahwa Batalyon ke-48 berlindung di daerah My Lai (walaupun pada

kenyataannya, unit tersebut berada di dataran tinggi Quang Ngai barat, lebih dari 65

kilometer jauhnya). Dalam pengarahan pada 15 Maret, komandan Kompi Charlie , Kapten

Ernest Medina, memberi tahu anak buahnya bahwa mereka akhirnya akan diberi kesempatan

untuk melawan musuh yang telah menghindari mereka selama lebih dari sebulan. Percaya

bahwa warga sipil telah meninggalkan daerah itu menuju kota Quang Ngai, dia mengarahkan

agar siapa pun yang ditemukan di My Lai harus diperlakukan sebagai pejuang atau

simpatisan Viet Cong. Di bawah aturan keterlibatan ini , tentara bebas menembak siapa pun

atau apa pun. Selain itu, pasukan Kompi Charlie diperintahkan untuk menghancurkan

tanaman dan bangunan serta membunuh ternak.


Analisa

Yang saya garis bawahi adalah ketika kapten Ernest Medina memerintahkan anak buahnya

untuk menyebar pamflet peringatan yang berisi perintah agar seluruh rakyat sipil

meninggalkan daerah tersebut dengan Cuma-Cuma dan yang tersisa akan ditembak mati

karena dianggap komplotan vietcong. Sedangkan tidak semua sipil bisa pindah jauh

dikarenakan tidak semuanya adalah pemuda yang masih sehat, banyak orang tua renta, wanita

serta anak-anak yang tidak memungkinkan perjalanan jauh sehingga akhirnya terpaksa

menetap. Sedangkan sang kapten memberi perintah menembak secara bebas, menghancurkan

bangunan serta membunuh ternak, yang mana hal tersebut menurut saya telah melanggar

Hukum Humaniter Internasional1 Pasal 1 Huruf A, B, dan C yang berisi;

“Jurisdiksi Mahkamah terbatas pada kejahatan paling serius yang menyangkut masyarakat

internasional secara keseluruhan. Mahkamah mempunyai jurisdiksi sesuai dengan Statuta

berkenaan dengan kejahatan-kejahatan berikut: (a) Kejahatan genosida; (b) Kejahatan

terhadap kemanusiaan; (c) Kejahatan perang.” Karena pada point a, genosida berarti

pembantaian seluruh atau sebagian suatu kelompok nasional, etnis, ras atau keagamaan. Dan

penjelasan di pasal 6 Statuta Roma tentang genosida salah satunya adalah sebagai berikut:

“(c) Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok tersebut yang

diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik secara keseluruhan atau untuk sebagian”.

Yang mana tindakan tentara amerika untuk menembaki secara masal warga sipil di may lay

adalah bukti dari tindakan genosida tersebut;

Sedangkan pada point B, yaitu kejahatan terhadap kemanusiaan adalah tindakan tidak

kooperatif tentara amerika yang memaksa pindah seluruh sipil di may lay ke provinsi quang

ngai yang berjarak sekitar 13Km, sedangkan disana ada orangtua renta, wanita dan anak-anak

1
http://e-journal.uajy.ac.id/14695/2/HK117921.pdf
yang tidak memungkinkan untuk migrasi cukup jauh dikarenakan keterbatasan fisik. Akan

tetapi dengan tanpa pengertian tentara amerika tetap menembaki orang-orang tersebut dengan

artileri, sedangkan yang selamat ditembak oleh regu tembak dalam jarak dekat2. Meskipun

pada kenyatannya tentara vietcong sedang beristarahat 65Km jauhnya dari lokasi

pembantaian, yang berarti para warga sipil tersebut tidak tahu apa-apa. Hal tersebut tentu saja

dapat dikatakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Sedangkan pada point C, pembataian di maylai terekspos karena 2 hal. Fotografi perang yang

memotret kekejian amerika serikat di vietnam yang menyembunyikan foto-foto yang

mengerikan dari militer kemudian mempublisnya di koran-koran dan majalah majalah di

amerika serikat. Serta pilot helikopter yang bernama Hugh Thompson yang mengancam akan

menembaki serdadu jika masih melanjutkan pembataian, ia berhasil menyelamatkan belasan

wanita dan anak-anak serta melaporkannya ke markas militer yang membuat pasukan ditarik

mundur atas perintah markas militer.

Serta Pasal 6 tentang Genosida, yang berisi:

Untuk keperluan Statuta ini, “genosida” berarti setiap perbuatan berikut ini yang dilakukan

dengan tujuan untuk menghancurkan, seluruhnya atau untuk sebagian, suatu kelompok

nasional, etnis, ras atau keagamaan, seperti misalnya:

(a) Membunuh anggota kelompok tersebut;

(b) Menimbulkan luka fisik atau mental yang serius terhadap para anggota kelompok

tersebut;

(c) Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok tersebut yang

diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik secara keseluruhan atau untuk sebagian;

2
https://www.britannica.com/event/My-Lai-Massacre
(d) Memaksakan tindakan-tindakan yang dimaksud untuk mencegah kelahiran dalam

kelompok tersebut;

(e) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok itu kepada kelompok lain.

Dan Pasal 7 Kejahatan terhadap Kemanusiaan, yang berisi;

Untuk keperluan Statuta ini, “kejahatan terhadap kemanusiaan” berarti salah satu dari

perbuatan berikut ini apabila dilakukan sebagai bagian dari serangan meluas atau sistematik

yang ditujukan kepada suatu kelompok penduduk sipil, dengan mengetahui adanya serangan

itu:

(a) Pembunuhan;

(b) Pemusnahan;

(c) Perbudakan;

(d) Deportasi atau pemindahan paksa penduduk;

(e) Pemenjaraan atau perampasan berat atas kebebasan fisik dengan melanggar aturan-aturan

dasar hukum internasional;

(f) Penyiksaan;

(g) Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, penghamilan paksa, pemaksaan

sterilisasi, atau suatu bentuk kekerasan seksual lain yang cukup berat;

(h) Penganiayaan terhadap suatu kelompok yang dapat diidentifikasi atau kolektivitas atas

dasar politik, ras, nasional, etnis, budaya, agama, gender sebagai didefinisikan dalam ayat 3,

atau atas dasar lain yang secara universal diakui sebagai tidak diizinkan berdasarkan hukum

internasional, yang berhubungan dengan setiap perbuatan yang dimaksud dalam ayat ini atau

setiap kejahatan yang berada dalam jurisdiksi Mahkamah;

(i) Penghilangan paksa;


(j) Kejahatan apartheid;

(k) Perbuatan tak manusiawi lain dengan sifat sama yang secara sengaja menyebabkan

penderitaan berat, atau luka serius terhadap badan atau mental atau kesehatan fisik.

Sedangkan Hukum Humaniter internasional atau hukum perang merupakan peraturan yang

dibuat atas dasar kemanusiaan dan bertujuan untuk membatasi dampak dari konflik

bersenjata. Secara umum, hal tersebut berisi tentang perlindungan terhadap mereka yang

tidak terlibat perang (warga sipil, tentara yang sudah tidak mampu berperang, dan lain-lain),

poin ini diatur dalam Konvensi Jenewa 1949. Selain itu, Hukum Humaniter Internasional

juga mengatur tentang pembatasan alat dan metode perang, yang bersumber pada Dua

Protokol Tambahan 1977 (masih satu kesatuan dengan Konvensi Jenewa 1949).

Alur Peristiwa

Sesaat sebelum pukul 7:30 PAGI pada tanggal 16 Maret 1968, desa Son My ditembaki oleh

artileri AS . Rentetan persiapan dimaksudkan untuk membersihkan area pendaratan

helikopter Charlie Company, tetapi efek sebenarnya adalah memaksa warga sipil yang mulai

meninggalkan daerah itu kembali ke My Lai untuk mencari perlindungan. Beberapa menit

kemudian, Peleton 1 Kompi Charlie, dipimpin oleh Letnan.William Calley, disisipkan tidak

jauh di sebelah barat sebuah sub-dusun yang dikenal secara lokal sebagai Xom Lang tetapi

ditandai sebagai My Lai (4) di peta militer AS.

Pada pukul 7:50 PAGI, Kompi Charlie yang tersisa telah mendarat, dan Calley memimpin

Peleton 1 ke timur melalui My Lai. Meski tidak menemui perlawanan, para prajurit tetap

membunuh tanpa pandang bulu. Selama satu jam berikutnya, sekelompok wanita, anak-anak,

dan pria lanjut usia dikumpulkan dan ditembak dari jarak dekat. Tentara AS juga melakukan
banyak pemerkosaan. Peleton ke-2 Kompi Charlie bergerak ke utara dari zona pendaratan,

menewaskan puluhan orang, sementara Peleton ke-3 mengikuti di belakang, menghancurkan

sisa bangunan dusun dan menembak orang yang selamat. Pada pukul 09.00 CALLEY

memerintahkan eksekusi sebanyak 150 warga sipil Vietnam yang digiring ke selokan irigasi.

SersanRon Haeberle, seorang fotografer Angkatan Darat AS yang bekerja di Charlie

Company, mendokumentasikan peristiwa hari itu. Dia menggunakan kamera hitam-putih

untuk catatan resmi Angkatan Darat tetapi mengambil gambar berwarna dengan kamera

pribadinya. Banyak dari gambar hitam-putih menggambarkan tentara menanyai tahanan,

menggeledah harta benda, dan membakar gubuk; meskipun penghancuran properti melanggar

arahan komando militer AS, tindakan seperti itu merupakan tipikal misi pencarian dan

penghancuran dan tidak memberikan bukti langsung tentang kejahatan perang. Foto-foto

berwarna pribadi Haeberle, yang tidak dia serahkan ke Angkatan Darat, kemudian diterbitkan

di Cleveland Majalah Plain Dealer dan Life. Satu secara grafis menggambarkan jejak yang

dipenuhi mayat wanita, anak-anak, dan bayi, dan yang lainnya menangkap sekelompok

wanita dan anak-anak yang ketakutan beberapa saat sebelum mereka ditembak. Foto-foto ini

berfungsi untuk menggembleng gerakan anti-Perang Vietnam dan akan menjadi beberapa

gambar perang yang paling dikenal.


Saat pembantaian itu terjadi, Warrant Officer Hugh Thompson sedang menerbangkan

helikopter pengintai di ketinggian rendah di atas My Lai. Mengamati warga sipil yang

terluka, dia menandai lokasi mereka dengan granat asap dan mengirim radio ke pasukan di

lapangan untuk melanjutkan ke posisi tersebut untuk memberikan bantuan medis. Setelah

mengisi bahan bakar, Thompson kembali ke My Lai hanya untuk melihat bahwa warga sipil

yang terluka kemudian dibunuh. Melihat satu regu tentara AS berkumpul di lebih dari selusin

wanita dan anak-anak, Thompson mendaratkan helikopternya di antara kedua kelompok

tersebut. Penembak pintu Thompson, Lawrence Colburn, dan kepala krunya, Glenn

Andreotta, mengawaki senjata mereka saat Thompson memanggil helikopter lain untuk

bergabung dengannya dalam mengangkut warga sipil ke tempat yang aman. Pada tahun 1998

Thompson, Colburn, dan Andreotta (secara anumerta) dianugerahi Medali Prajurit untuk

tindakan keberania yang luar biasa tidak melibatkan kontak dengan musuh.
Warrant Officer Hugh Thompson

Pada pukul 11:00 SEBANYAK 500 warga sipil Vietnam telah tewas. Medina memerintahkan

Kompi Charlie untuk istirahat makan siang dan memberi tahu atasannya bahwa sejumlah Viet

Cong telah tewas dalam operasi tersebut. Satu-satunya korban AS terjadi ketika seorang

tentara menembak dirinya sendiri di kaki ketika mencoba membersihkan senjata yang macet.

analisa

Tentara Amerika mulai memborbadir lokasi rakyat sipil dari pagi hari yang dipimpin oleh; 1.

Kompi Charlie, dan 2. Kompi Calley. Bahkan diketahui dalam penyelidikan berikutnya oleh

ex veteran as yang menyelidiki kasus may lay secara informal bahwasanya terjadi pula

pemerkosaan yang dilakukan tentara amerika serikat sebelum dibunuh.3 Yang mana hal ini

telah melanggar Pasal 7 Statuta Roma tentang Kejahatan terhadap Kemanusiaan. Serta dalam

Konvensi jenewa Pemerkosaan digolongkan kedalam War Crimes.

Penutupan, investigasi, dan warisan


3
https://intisari.grid.id/read/032214816/wanita-wanita-dirudapaksa-sebelum-dibunuh-dan-pembantaian-
bayi-bayi-tanpa-peringatan-apapun-kejadian-mengerikan-di-desa-my-lai-ini-tunjukkan-keberingasan-milite?
page=all
Sekembalinya ke pangkalan pagi itu, Thompson melaporkan bahwa dia telah mengamati

pembunuhan warga sipil yang meluas di My Lai. Selama hari-hari berikutnya, sementara

Perusahaan Charlie melanjutkan pencariannya yang gagal untuk Batalyon Viet Cong ke-48 ,

penyelidikan sepintas dilakukan terhadap tuduhan Thompson. Terlepas dari laporan dari

pejabat Vietnam bahwa ratusan warga sipil telah terbunuh di My Lai dan bahwa desa Son My

hampir seluruhnya dihancurkan, laporan pasca-tindakan resmi mencirikan operasi My Lai

sebagai sukses besar. Pada tanggal 24 April 1968, Kolonel Oran Henderson, komandan

Brigade Infanteri ke-11, menyimpulkan bahwa 20 warga sipil telah terbunuh secara tidak

sengaja di My Lai, baik dalam serangan artileri pembukaan .atau baku tembak antara pasukan

AS dan Viet Cong, dan bahwa laporan Thompson salah. Thompson mendapati dirinya

ditugaskan ke misi yang semakin berbahaya dengan perlindungan udara yang tidak

memadai; dia ditembak jatuh lima kali, punggungnya patah dalam kecelakaan terakhir.

Pada akhir April 1968Ronald Ridenhour, penembak pintu helikopter yang telah dilatih

dengan anggota Charlie Company, mulai melakukan penyelidikan informal atas pembantaian

tersebut setelah mengetahuinya dari pasukan yang hadir hari itu. Ridenhour menghabiskan

sisa waktunya di Vietnam mengumpulkan kesaksian saksi mata . Setelah kembali ke Amerika

Serikat dan berpisah dari Angkatan Darat, pada 29 Maret 1969, Ridenhour mengirimkan

laporan temuannya tentang "insiden Pinkville" kepada anggota Kongres, Pentagon ., dan

lainnya di Washington. Surat ini memicu penyelidikan resmi atas pembantaian itu sendiri dan

selanjutnya ditutup-tutupi. Ridenhour, Medina, Thompson, dan Calley termasuk di antara

mereka yang diwawancarai, dan pada September 1969 Calley didakwa membunuh 109 warga

sipil Vietnam.
Bertindak berdasarkan tip, jurnalisSeymour Hersh melakukan kontak dengan tim pertahanan

Calley. Pada November 1969, kisah pemenang Hadiah Pulitzer Hersh tentang "pembunuhan

kosong" di My Lai muncul di surat kabar bersama dengan foto-foto Haeberle, mengejutkan

dunia. Selain Calley, Medina dan perwira lainnya, bersama sembilan tamtama, didakwa

melakukan kejahatan sehubungan dengan My Lai. Dengan pengecualian Calley, semua yang

dituntut dibebaskan atau kasus terhadap mereka dibatalkan sebelum persidangan. Berbeda

sekali dengan para terdakwa di persidangan Nürnberg setelah Perang Dunia II , para anggota

Charlie Company berhasil berargumen bahwa mereka hanya mengikuti perintah pada 16

Maret 1968. Di akhir pengadilan militer Calleypada Maret 1971, dia dinyatakan bersalah atas

pembunuhan 22 warga sipil Vietnam dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Namun,

banyak pengamat percaya bahwa Calley telah dijadikan kambing hitam, dan pada tahun 1974

dia dibebaskan bersyarat. Pembantaian dan kekejaman lainnya yang terungkap selama

persidangan membagi publik AS dan berkontribusi pada kekecewaan yang semakin besar

terhadap perang.

Sementara investigasi kriminal sedang berlangsung, penyelidikan paralel , diluncurkan oleh

Letnan. Jenderal William Peers pada tanggal 26 November 1969 menyelidiki penutupan

insiden My Lai di hampir setiap tingkat komando. Staf Peers melakukan ratusan wawancara,
mengumpulkan puluhan ribu halaman kesaksian dengan sangat cepat. Tuduhan apa pun yang

akan diajukan tunduk pada undang-undang pembatasan dua tahun , jadi Peers memiliki waktu

kurang dari empat bulan untuk menyelesaikan penyelidikannya. Pada tanggal 14 Maret 1970,

Peers menyerahkan laporan akhirnya, menyimpulkan bahwa “di setiap tingkat komando

dari kompi hingga divisi, tindakan diambil atau dihilangkan.yang bersama-sama secara

efektif menyembunyikan dari markas yang lebih tinggi peristiwa yang terjadi” di My Lai. Di

antara 30 orang yang dipilih oleh Peers karena gagal melaporkan atau menyelidiki

sepenuhnya pembunuhan warga sipil yang melanggar hukum adalah Calley, Medina,

Henderson, dan Haeberle. Dengan hanya dua hari tersisa untuk bertindak, Angkatan Darat

mengajukan tuntutan terhadap 14 perwira; namun, semua kecuali satu kasus dibatalkan

karena kurangnya bukti. Medina diwakili oleh pengacara terkenal F. Lee Bailey. Henderson,

perwira tertinggi yang diadili sehubungan dengan My Lai, diadili karena melalaikan tugas

karena gagal menyelidiki pembunuhan tersebut sepenuhnya, tetapi dia dinyatakan tidak

bersalah pada 18 Desember 1971.

Analisa saya

Pada saat setelah terjadinya laporan yang dilakukan oleh Hugh Tompson, beliau dikucilkan

dengan dikirim ke tugas-tugas yang berbahaya. Sehingga hampir merenggut nyawanya pada

saat terkahir kali. Serta pula upaya untuk menutup-nutup kebenaran peristiwa tersebut, yang

mana secara logika jika seseorang benar maka dia tidak perlu takut atau menutup-nutupi

peristiwa tesebut tinggal dijawab saja dengan lantang. Hal ini menjadi indikasi bahwasanya

tentara amerika tersebut takut kebenaran terbongkar, yang mana apabila demikian maka

patutlah dicurigai bahwa perbuatan atau tindakan selama perang vietnam terkhususnya di my

lai adalah suatu peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hukum

perang.
Sekian Tugas Akhir Perkuliahan Hukum Pidana Internasional. Semoga dari apa

yang telah saya paparkan sejauh ini dapat dipelajari maknanya tentang

kemanusiaan serta menambah luas khazanah pengetahuan kita tentang hukum

humaniter yang selama ini banyak sekali diabaikan oleh negara-negara adidaya,

semacam Amerika. Sekian dari saya, apabila ada lebihnya semoga menjadi

berkah untuk kita semua. Dan apabila ada kurangnya mohon dimaafkan.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai