0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
92 tayangan3 halaman
Film Cut Nyak Dien menceritakan perjuangan wanita Aceh, Cut Nyak Dien melawan penjajah Belanda pada abad ke-19. Ia memimpin pasukannya setelah suaminya tewas, melancarkan serangan gerilya melawan Belanda. Meski akhirnya tertangkap dan dibuang ke Jawa, semangat perlawanannya menginspirasi rakyat Aceh.
Film Cut Nyak Dien menceritakan perjuangan wanita Aceh, Cut Nyak Dien melawan penjajah Belanda pada abad ke-19. Ia memimpin pasukannya setelah suaminya tewas, melancarkan serangan gerilya melawan Belanda. Meski akhirnya tertangkap dan dibuang ke Jawa, semangat perlawanannya menginspirasi rakyat Aceh.
Film Cut Nyak Dien menceritakan perjuangan wanita Aceh, Cut Nyak Dien melawan penjajah Belanda pada abad ke-19. Ia memimpin pasukannya setelah suaminya tewas, melancarkan serangan gerilya melawan Belanda. Meski akhirnya tertangkap dan dibuang ke Jawa, semangat perlawanannya menginspirasi rakyat Aceh.
Cut Nyak Dien adalah film sejarah Indonesia tahun 1988 yang disutradarai oleh Eros Djarot. Film ini memenangkan Piala Citra sebagai film terbaik dalam FesChristine Hakim, Slamet Rahardjo, Hendra Yanuarti, Pitrajaya Burnamatival Film Indonesia 1988. Film ini dibintangi Christine Hakim sebagai Cut Nyak Dien, Piet Burnama sebagai Panglima Laot, Slamet Rahardjo (kakak Eros Djarot) sebagai Teuku Umar, dan juga didukung Rudy Wowor. Pada saat belanda menyatakan perang kepada aceh, belanda yang mengirimkan pasukannya untuk bertempur, memicu kemarahan Cut Nyak Dien karena belanda berhasil menguasai masjid baiturrahman lalu membakarnya. Ibrahim Lamnga, suami dari Cut Nyak Dien, tewas di Gle Tarum pada saat memperebutkan kembali daerah mukim VI yang berhasil diduduki Belanda. Cut Nyak Dien pun sangat marah dan ia akan bersumpah untuk menghancurkan belanda. Teuku umar yang melamar Cut Nyak Dien pada saat itu, akhirnya diterima oleh Cut Nyak Dien karena Teuku Umar memperbolehkan Cut Nyak Dien untuk ikut bertempur di medan perang. Dan akhirnya mereka pun menikah. Teuku Umar pun menjadi suami kedua Cut Nyak Dien. Sekitar tahun 1875, Teuku Umar membuat rencana untuk melakukan pendekatan kepada Belanda. Akhirnya Teuku Umar dan pasukannya pun menyerahkan diri kepada belanda dan berpura-pura untuk menjadi pihak yang mau membantu belanda. Dan disitulah hubungan Teuku Umar dan Belanda pun semakin kuat, dan bahkan Teuku Umar juga mempelajari taktik-taktik penyerangan Belanda dalam melawan aceh. Walaupun pada akhirnya, Teuku Umar telah dianggap sebagai penghianat oleh orang aceh. Setelah itu, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien, dan pasukaannya pun pergi Review Film – Sang Kyai
meninggalkan markas belanda dengan membawa peralatan dan
kelengkapan alat senjata belanda, hingga belanda pun sangat marah dan akan melakukan operasi besar-besaran untuk menangkap mereka. Belanda kemudian menyerang Banda Aceh dan Meulaboh. Akhirnya Teuku Umar pun tewas. Cut Nyak Dien pun mengambil alih pimpinan perlawanan. Ketika Cut Gambang (anak Teuku Umar dan Cut Nyak Dien menangisi kematiannya, Cut Nyak Dien menamparnya dan kemudian dia memeluknya dan berkata: "Sebagai wanita Aceh, kita mungkin tidak meneteskan air mata bagi mereka yang telah mati syahid." tegas Cut Nyak Dien. Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak Dien tidak pernah surut dalam memimpin pasukan Aceh melawan tentara Belanda. Hingga pada tahun 1901 pasukan kecil Cut Nyak Dien merasakan kehancurannya. Faktor kehancuran pasukan Cut Nyak Dien diakibatkan Belanda yang terus menerus menyesuaikan taktik untuk mengalahkan Cut Nyak Dien. Selain itu faktor usia Cut Nyak Dien yang sudah tua juga membuat dirinya kalah. Cut Nyak Dien menderita rabun jauh (miopia) dan radang sendi (rematik), beriringan dengan kondisi yang semakin tua, jumlah pasukannya juga terus berkurang dan kekurangan logistik. Melihat kondisi Cut Nyak Dien yang semakin memperihatinkan, salah satu anak buahnya yakni Pang Laot tidak tahan melihat kondisinya yang sakit-sakitan. Pang Laot memutuskan untuk memberitahu Belanda lokasi markasnya di Beutong Le Sageu. Rupanya hal itu dilakukan dengan syarat, ketika Belanda menangkap Cut Nyak Dien Belanda harus memperlakukan wanita itu dengan baik dan menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Selain itu tidak boleh memisahkan Cut Nyak Dien dari masyarakat Aceh. Belanda pun sepakat dengan permintaan Pang Laot. Dalam proses penangkapannya Cut Nyak Dien meski sudah terkepung dan hendak ditangkap, Cut Nyak Dien masih sempat mencabut rencong dan melukai Pang Laot. Cut Nyak Dien merasa kecewa terhadap pengkhianatan yang dilakukan Pang Laot. Ia pun masih sempat melawan
2 Review Film – Sang Kyai
Belanda. Namun jumlah pasukan Belanda lebuh banyak sehingga Tjoet
Nja’ Dhien pun tertangkap. Pada akhirnya Belanda berhasil menangkap Cut Nyak Dien dengan perlawanan, namun anak Cut Nyak Dien, Cut Gambang berhasil melarikan diri dan membangun pasukan perlawanan. Cut Nyak Dien dibawa ke Banda Aceh, miopia serta rematiknya perlahan sembuh. Namun Belanda tidak menepati janjinya, Cut Nyak Dien dikirim ke pengasingan si Sumedang, Jawa Barat, karena Belanda takut wanita pemberani itu akan memobilisasi perlawanan rakyat Aceh kembali.
Penutup:
Dari film ini dapat kita lihat bagaimana perjuangan seorang
perempuan, seorang istri dan sosok ibu yang tanguh, keras, serta cerdas dalam melawan penjajah. Bagaimana sorang wanita seperti ibu Cut Nyak Dien tanpa pernah mengenal Lelah dan penuh keberanian mampu membuat para pasukan musuh gentar melihat perlawanan yang dilancarkan oleh sosok wanita dari Aceh ini. Dalam melancarkan perlawanannya dapat kita lihat ibu Cut Nyak Die menggunakan serangan- serangan gerilya. Dia berhasil menumbuhkan semangat para pejuang- pejuang wanita lainnya untu berani mengambil Tindakan untuk melawan Belanda.