Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yuninda Novita Putri

Kelas : X AKL 3
Biografi Cut Nyak Dien

Biografi Cut Nyak Dien “Pahlawan Nasional dari Tanah Rencong”


Biografi Cut Nyak Dien
Aceh adalah daerah diamana banyak terlahir pahlawan perempuan yang gigih, tangguh dan
pemberani yang tidak kenal kompromi melawan kaum imperialis.
Cut Nyak Dien ialah salah satu dari perempuan berhati baja yang diusianya lanjut masih dapat
mencabut rencong dan berjuang melawan pasukan Kolonial Belanda sampai akhirnya ia ditangkap
dan dibuang .

Biografi Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien adalah Pahlawan Nasional wanita Indonesia yang berasal dari Aceh.Cut Nyak Dien
lahir pada tahun 1848 dari keluarga bangsawan yang agamis di Aceh Besar. Dari garis ayahnya,
Cut Nyak Dien merupakan keturunan langsung Sultan Aceh.
Ketika usianya menginjak 12 tahun, Cut Nyak Dien dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim
Lamnga pada tahun 1862 yang juga berasal dari keluarga bangsawan.Pasangan muda ini dikaruniai
satu orang anak.
Ketika Perang Aceh meluas pada tanggal 26 Maret 1873, ayah dan suami Cut Nyak Dien
memimpin perang di garis depan, melawan Belanda yang memiliki persenjataan lebih lengkap dan
modern. Setelah bertahun-tahun melawan, pasukannya terdesak dan memutuskan untuk mengungsi
ke daerah yang lebih terpencil.

Perjuangan Cut Nyak Dien


Semangat Cut Njak Dien untuk melawan pasukan kolonial Belanda mulai bangkit.Peristiwa
gugurnya Teuku Cek Ibrahim Lamnga dalam peperangan melawan Belanda pada tanggal 29 Juni
1878 di Sela Glee Tarun semakin menyulut kemarahan dan keteguhan wanita pemberani ini
terhadap kaum Kolonial tersebut.Kendati demikian, Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan dengan
semangat membara.
Kebetulan saat upacara penguburan suaminya, ia bertemu dengan Teuku Umar yang lantas menjadi
suami sekaligus rekan perjuangan dalam memperjuangkan tanah rencong.Awalnya Cut Nyak Dien
menolak pinangan Teuku Umar, namun pada akhirnya ia setuju untuk menikah dengan pria yang
masih mempunyai garis kekeluargaan dengan dirinya ini setelah Teuku Umar memenuhi
keinginannya untuk ikut turun ke medan perang.
Cut Nyak Dien sangat ingin mengusir Belanda dari bumi Aceh karena telah meresahkan penduduk
dan mengusik keyakinan mereka. Dimulai dari awal lagi, mereka menggalang kembali kekuatan
dan mengumpulkan segenap pejuang Aceh yang lainnya. Cut Nyak Dien pun gencar melakukan
serangan dengan sistem gerilya, sehingga bisa membuat panik pasukan Belanda yang berada di
Aceh.
Dalam masa perjuangan tersebut, Cut Nyak Dien sempat mendapatkan umpatan dari Cut Nyak
Meutia karena strategi suaminya Teuku Umar yang berpura-pura menyerahkan diri pada belanda
dan bekerja sama dengan mereka. Mestinya kalau komunikasi berjalan dengan baik, Cut Nyak
Meutia tidak perlu melakukan hal itu, karena Teuku Umar hanya bersiasat saja.
Setelah rencana awal telah terpenuhi, yakni mendapatkan banyak senjata dari pasukan Belanda,
Teuku Umar kembali pada Cut Nyak Dien dan para pejuang Aceh lainnya. Belanda yang merasa
telah dikhianati oleh Teuku Umar melancarkan serangan besar-besaran untuk memburu pasangan
suami-istri ini.
Teuku Umar pun akhirnya gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Februari
1899.Sementara itu, pasukan Belanda mengetahui dengan persis bahwa pasukan Cut Nyak Dien
melemah dan hanya bisa menghindar dalam tekanan. Akibatnya, karena usia yang sudah mulai
renta kondisi fisik dan kesehatan Cut Nyak Dien pun menurun,tetapi pertempuran tetap ia lakukan.
Melihat kondisi seperti itu, panglima perangnya, Pang Laot Ali, menawarkan menyerahkan diri ke
Belanda. Tapi Cut Nyak Dien tetap teguh pendirian dan menegaskan untuk terus bertempur.
Akhirnya dalam kurun waktu singkat Cut Nyak Dien berhasil ditangkap dan untuk menghindari
pengaruhnya terhadap masyarakat Aceh, ia diasingkan pada tanggal 11Desember 1905 di Pulau
Jawa, tepatnya ke Sumedang , Jawa Barat.

Makam Cut Nyak Dien


Di tempat pengasingannya, Cut Nyak Dien yang sudah renta dan mengalami gangguan penglihatan,
mengajar agama. Ia tetap merahasiakan jati diri sampai akhir hayatnya. Cut Nyak Dien wafat pada
6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh,Sumedang. Makamnya baru diketahui secara
pasti pada tahun 1960 saat Pemda Aceh sengaja melakukan penelusuran.

Penghargaan Cut Nyak Dien


Kisah Perjuangan Cut Nyak Dien membuat seorang penulis Belanda, Ny Szekly Lulof,kagum dan
menggelarinya sebagai “Ratu Aceh”.Atas teladan, perjuangan dan pengorbanannya yang begitu
besar kepada negara, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Penobatan tersebut dikuatkan dengan SK Presiden RI No.106 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.

Anda mungkin juga menyukai