Anda di halaman 1dari 6

Oleh:

Alcia Viona
Dhinta Vira
Theresia Sherin
Kehidupan awal
Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di Aceh besar di
wilayah VI Mukimm. Ia merupakan anak dari keluarga
bangsawan. Ayahnya adalah seorang uleebalang atau
pemimpin di kesultanan aceh. Masa kecilnya, ia memperoleh
pendidikan agama dan rumah tangga oleh orang tuanya.
Banyak laki-laki yang menggagumi Cut Nyak Dien dan
berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun dia dinikahkan
dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra seorang uleebalang
lamnga ke XIII. Namun pada tahun 1878 Teuku Ibrahim
Lamnga ini tewas karena gugur dalam perang melawan
Belanda.
Setelah kematian suaminya, beliau dipersunting oleh Teuku
Umar pada tahun 1880.
Pada awalnya beliau menolak, tetapi karena Teuku
Umar memperbolehkannya untuk ikut serta dalam
perang, Cut Nyak Dien bersedia menikah dengannya.
Mereka di karuniai anak bernama Cut Gambang.

Bersama Cut Nyak Dien, perlawanan yang dipimpin


Teuku Umar bertambah hebat. Sebagai pemimpin
yang cerdik, Teuku Umar pernah mengecoh Belanda
dengan pura-pura bekerja sama sebelum kemudian
kembali memeranginya dengan membawa Iari senjata
dan perlengkapan perang lain.
Teuku Umar yang mengkhianati Belanda
menyebabkan Belanda marah dan
melancarkan operasi besar-besaran untuk
menangkap Teuku Umar dan Cut Nyak
Dhien. Teuku Umar yang mengkhianati
Belanda menyebabkan Belanda marah dan
melancarkan operasi besar-besaran untuk
menangkap Teuku Umar dan Cut Nyak
Dhien.
Masa perang Aceh
Jendral Joannes Benedictus van Heutsz kemudian menyewa
orang Aceh untuk memata-matai pasukan Teuku Umar
sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana
Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11
Februari 1899. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak
peluru.
Setelah kematian Teuku Umar, Cut Nyak Dien memimpin
pasukan perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman
Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba
melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai
kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda
sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu,
Cut Nyak Dien sudah semakin tua.
Masa tua dan kematian
Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh dan
dirawat di rumah sakit disana, sementara itu Cut Gambang
berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan
yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.
Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh.
Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa
Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan
menciptakan semangat perlawanan dan karena ia terus
berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.
Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal
karena usianya yang sudah tua.

Anda mungkin juga menyukai