Anda di halaman 1dari 4

Buku karangan Michael Lewis tersebut diterbitkan pada tahun 2003.

Buku itu berceritakan tentang


sebuah perjuangan salah satu klub baseball yang benama Oakland Athletics dan manajernya, Billy
Beane dalam membangun klub yang kompetitif dalam segi pendanaan pada abad ke-19.

Di usia 18 tahun ia sempat jadi seorang pemain baseball berbakat yang diincar New York
Mets. Namun, karena beberapa alasan yang sulit dijelaskan bahkan oleh dirinya sendiri,
karirenya terhenti. Alih-alih bermain di klub besar, Beane lalu terdampar di tim pesakitan
Oakland A. Ia tak pernah jadi bintang.

Di usia 27, Beane memutuskan pensiun bermain. Ia melamar sebagai pemandu bakat.
Delapan tahun kemudian, ia sudah mendapat promosi sebagai general manager Oakland A.

Di bawah Beane, Oakland A bertransformasi. Jika sebelumnya mereka tak pernah mencicipi
rasanya menang, Oakland A malah bisa masuk play-off lima kali dalam 8 tahun. Tim yang
beban gajinya ketiga terkecil di liga itu mampu menantang raksasa macam New York
Yankees atau The Mets.

Pasalnya, Oakland Athletics hanya sebuah tim baseball kecil. Tidak seperti layaknya New York
Yankees. Namun, Oakland Athletics mampu menjadi tim yang sering masuk ke babak play off Major
League Baseball (MLB) meski pendanaannya tidak stabil ketika itu.

Billy Beane (Brad Pitt) adalah seorang general manager tim Baseball A's. Karena klub A's sedang krisis
keuangan, Billy Beane mengubah strategi dengan membeli pemain baseball berdasarkan analisa
komputer dari seorang lulusan ekonomi bernama Peter Brand (Jonah Hill), lalu ia membeli pemain-
pemain yg dianggap buangan, seperti contohnya David Justice seorang pemain tua, Scot Hatteberg
pemain yangg jago memukul bola tapi sangat lemah dalam melempar atau menangkap bola, dan
Chad Bradford pelempar bola tangguh tetapi karena gaya melemparnya kelihatan lucu dia jadi sering
diabaikan. Dengan taktik ini, klub A' mencapai rekor 20 kali tak terkalahkan walau akhirnya dalam
pertandingan terakhir kalah oleh klub New York Yankees.

Seiring waktu baseball Amerika berubah layaknya sepakbola masa kini dimana prestasi dapat
tercapai apabila didukung oleh kekuatan financial mumpuni dimana hal ini tidak dimiliki oleh tim
yang ditangani Billy Beane. Kurangnya faktor keuangan mengharuskan ia memutar otak untuk
menghasilkan komposisi pemain yang diprediksi dapat menghasilkan prestasi. Alhasil ia melakukan
mencari pemain dengan keuangan pas-pasan dan negosiasi dimana ia harus merelakan bintang-
bintang kenamaan di timnya yang memiliki prestasi (pemain dengan statistik performa baik) namun
terlalu besar membebani keuangan, yang pada akhirya Billy Beane memutuskan agar permain tsb
dijual untuk mendapatkan beberapa pemain yang memiliki kualitas yang hampir sama.
Moneyball mengenalkan kita pada sosok Billy Beane (Brad Pitt), seorang general manager (GM) dari
tim baseball Oakland A’s yang baru-baru ini ditinggal tiga pemain andalannya karena faktor uang. Ya,
Billy harus menghadapi kenyataan bahwa tinggal tunggu waktu sampai semua pemain berbakat di
timnya dibeli oleh tim baseball lain yang lebih kaya raya, sementara timnya sendiri tidak mempunyai
budget yang cukup untuk membeli pemain pengganti yang lebih bagus dan berprestasi.
Moneyball dengan gamblangnya menceritakan kejadian yang diangkat dari kisah nyata seorang Billy
Beane yang harus mengakui bahwa kemampuan analisis statistik pertandingan baseball ternyata
berpengaruh penting. Peter Brand yang mempunyai keahlian sabermetrics (orang yang menganalisis
pemain dari statistik pukulan, lari dsb) muncul sebagai malaikat penyelamat Billy.

Billy harus mengambil resiko tinggi dengan mengikuti saran Peter ketimbang para player scout-nya
yang sudah malang melintang di dunia baseball. Uniknya tindakan radikal yang dilakukan Billy ini
seperti membayar kesalahan masa lalunya yang diceritakan dengan flashback singkat di sepanjang
film ini berjalan. Billy dulu adalah pemain baseball hebat yang mempunyai talenta tinggi dan para
agen percaya kepada kemampuan Billy ketika melihatnya bermain, tapi ketika Billy harus menghadapi
pertandingan baseball profesional pertamanya, Billy seperti kehilangan bakat, berubah menjadi
pemain medioker yang tidak seistimewa dulu.

Entah benar entah tidak, tapi yang jelas, melihat kemampuan Peter untuk menganalisis para pemain
lewat komputernya, Billy mempunyai keyakinan tinggi bahwa Oakland A’s, tim yang notabene hanya
berbudget pas-pasan bisa menorehkan sejarah dengan 20 kali kemenangan beruntun di dunia
baseball Amerika tahun 2000-an.

Akan tetapi caranya itu tetap mengalami kendala, kembali lagi ia dipermasalahkan prihal keuangan
yang tidak cukup untuk menghadirkan pemain yang Billy Beane inginkan. Hingga di suatu negosiasi
pemain dengan tim lain Billy Beane bertemu dengan Peter Brand  (Jonah Hill) selaku penasehat di
tim itu. Billy Beane mencurigai siapakah sebenarnya Brand ini dikarenakan keputusannya begitu
didengar untuk memutuskan transfer pemain. Brand merupakan lulusan universitas Yale menguasai
bidang statistik, kesan yang diberikan kepada Billy sangat meyakinkan dimana ia memberi informasi
bahwa Billy dapat memiliki pemain dengan kualitas baik dengan harga yang murah. Maka dari
perkenalan tsb maka berlanjutlah kepada direkrutnya Brand sebagai penasehat untuk membantu
Billy menemukan komposisi pemain bagus dengan keuangan minim.

Bukan hanya itu, dua hal yang ditargetkan oleh Brand dalam meminimalisir cost untuk pemain ini
merupakan terapan dari bentuk Linear Programming dan Goal Programming, dimana tujuan utama
dari pemberian data adalah minimum cost.

Brand menggunakan analisis statistik untuk melakukan dua hal bagi tim Oakland Athletics: 1)
mendapatkan pemain dengan anggaran murah, dan 2) menggunakan analisa komputer untuk
menyaring pemain dan menghasilkan satu tim yang benar-benar kompetitif.

Intinya Moneyball adalah prinsip menilai harga pemain(pemain sepakbola, baseball, dll)
berdasarkan statistik persentasi pemain, penilaian seperti ini dinilai lebih akurat
dibandingkan klub-klub olah-raga selama ini yg lebih banyak mengandalkan coach untuk
mencari & menilai harga pemain, sedangkan para coach sendiri menilai pemain
berdasarkan intuisi pribadi.

Prinsip Moneyball bukan soal mencari pemain berdasarkan statistik saja, tetapi yg paling
utama mengenali & mamahami kekuatan & kelemahan sendiri. Dalam hidup kita selalu
merasa tidak adil, karena sering kita bersaing dengan orang/badan/perusahaan yg punya
sumber daya jauh di atas kita, tetapi kalau kita mengenali kekuatan sendiri, saya yakin kita
dapat mengatasi segala rintangan. Kita semua pasti mempunyai kelebihan dibanding orang
lain & kekurangan kita sebenarnya juga adalah kelebihan kita.

Dalam dunia baseball ini berarti satu hal: keajaiban.

Di Amerika, negara yang mendewakan kesuksesan individual, juga negeri yang pernah
memproduksi apa yang disebut Mimpi-mimpi Amerika, kisah tentang Beane dan Oakland A
amat mudah menyebar luas. Apalagi ada bumbu tentang prinsip-prinsip yang belum pernah
dilakukan sebelumnya di dunia baseball, yaitu memanfaatkan data dan statistik untuk
mencari pemain yang undervalued.

Konsep ini dikenal dengan nama moneyball. Hipotesanya adalah satu tim kecil bisa
mengakali sistem yang mapan jika bermain pintar. Dalam buku Moneyball karya Michael
Lewis, Beane sendiri bahkan digambarkan seperti seorang pembagi kartu di kasino yang
kerap "mengalahkan" peluang. Outsmarting the odds.
Menurut salah satu artikel The New York Times, pada masanya konsep moneyball ini cukup
mengguncang dunia bisnis. Beberapa tahun sebelum buku ini keluar, Amerika sendiri
sempat dikagetkan dengan Malcom Gladwell dan buku The Tipping Point, yang juga
mengajarkan cara berpikir radikal untuk memahami mekanisme kerja satu dunia.

Untuk Billy Bean dan moneyball, dunia itu baseball. Namun prinsip yang digunakannya bisa
digunakan oleh industri lain. Bean bahkan pernah bersama-sama dengan ahli kesehatan
menganalisa caranya menurunkan beban dana jaminan kesehatan dengan menggunakan
statistik.

"Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya," ujar Bean dengan
persistensi tinggi, "Adalah dengan mempelajari statistiknya."

mereka tetap butuh setidaknya satu pemain berpengalaman, kasarnya sih, metode yang
dikembangkan si bill sebanrnya bagus, cuma harus dilengkapi aja dengan metode lama, biar makin
solid timnya, we can’t rely on statistics right? some experience is needed after all 

In the book written about a meeting when Billy Beane with some talent scouts talking about their
players, many star player left the team due to higher salary from other team. This condition was
seen as a problem because without any star player, the team did not have a chance to win a game.
Billy Beane explained to talent scouts that they focused on the wrong problem. Beane said, “You’re
focusing on the wrong problem! The reason why the previous star player left was because we
couldn’t afford him and what you are telling me now is that we need to go and build a new team
with another star player we can’t afford?” “The real problem is that we are a much smaller ball club
with limited resources; therefore, we have to build a team of good players that we can work with.”

The morale of the Moneyball story is that the decision based on the data driven has better outcomes
than those with conventional wisdom.

Like what Billy Beane did, he realized that it was possible to gather data from baseball industry.
Many data are collected since years ago, but there was no good practice in using those kinds of data.
Started by using sabermetric approach and having partner in statistics to elaborate data, Beane
successfully made excellent result.

From this explanation, actually it is quite clear that in baseball decision making, the use of data
driven decision making is needed. Because of the availability of reliable and accurate data. But it is
not about data versus intuition; but it becomes data with intuition. Data-driven decision making is
not the best over intuition, but both of them will be a good combination in order to get robust
decision making, because intuition is part of all decision.

From Moneyball approach, this paper summarizes some lesson learned related to decision making
process. From the Moneyball, we learn that right defining problem will give accurate answer. Billy
Beane kept saying “We are not asking the right questions!”, because in fact, it is true, we have not
tried that hard to find the real problem, not only the seen-thing but also the hidden-thing. By keep
asking ourselves, it is a way to build creative thinking in order to find the right questions or
problems. Asking different questions is on way to get different answers, and different questions can
lead to different results, the better one.

Billy Beane realized that his team’s money is not much as their rivals. He thought that if they did
what their rival did, they would lose every time, because they were doing it with three times more
money than they were. The lesson learned from this decision is if we are doing what everyone else
doing, we will get what everyone else is getting. Beane said, “If they zig, I zag.”

Anda mungkin juga menyukai