perusahaan lain.
Young on Top
April 2009, ketika usianya 30 tahun, Billy menerbitkan sebuah buku berjudul Young On Top yang
diterbitkan oleh penerbit GagasMedia. Buku ini ia selesaikan dalam waktu dua setengah tahun. Secara
umum, buku ini ditujukan kepada anak-anak muda untuk bisa meraih kesuksesan terutama di dalam
pekerjaannya atau di dunia bisnis. Dalam buku tersebut, Billy memberikan 30 kunci sukses di usia
muda. Beberapa contoh diantaranya adalah untuk menjadi seseorang yang terbuka, berpikiran positif,
tepat waktu, tidak pernah putus asa, dan selalu bertindak lebih dari biasanya.
Pada bagian pertama buku Young on Top, Billy menjelaskan tentang arti pentingnya membangun
motivasi, keyakinan, dan optimis dalam menjalani hidup. Segala kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan harus berkualitas dan mencapai hasil yang maksimal. Bagian kedua, Billy membahas
bagaimana cara mencapai kesuksesan di usia muda dengan senantiasa mengembangkan kemampuan
diri untuk menguasai secara detail bidang pekerjaan yang ditekuni. Di bagian ketiga, Billy memberikan
beberapa tips menarik mengenai pemikiran-pemikiran penting yang harus dimiliki seseorang ketika
ingin meraih perjalanan karier yang cemerlang. Bagi Billy, seseorang harus selalu aktif dalam
mengasah kemampuan, mengedepankan dan mengembangkan sikap tidak berpuas diri dalam
menggali ilmu pengetahuan dan informasi, serta tetap rendah hati.
Chairul Tanjung
Akhir-akhir ini mencuat seorang nama di jajaran konglomerat Indonesia. Nama itu adalah
Chairul Tanjung. Seorang anak singkong atau anak sangat biasa sekali yang kemudian menjadi
seorang konglomerat Indonesia bahkan namanya juga termasuk dalam jajaran seribu orangg terkaya
dunia.
Siapa sebenarnya sosok Chairul Tanjung ini. Berikut akan dituturkan penulis Biografi Chairul Tanjung,
seorang anak yang berasal dari keluarga sederhana bisa menjadi Raja media dan memiliki
konglomerasi yang begitu besar.
Walau tengah dihimpit kesulitan ekonomi namun ayah dan ibunya ingin anak-anaknya mengenyamm
pendidikan setinggi mungkin. Oleh karena itu saat Chairul lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun
1981, ia kemudian melanjutkan studinya di Kedokteran gigi Universitas Indonesia. Chairul
termasuk mahasiswa yang pandai. Ia sempat mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan
Membentuk Konglomerasi
Chairul Tanjung kemudian mendirikan perusahaann sendiri yang bergerak dibidang media yaitu
mendirikan Trans TV. Chairul Tanjung sangat pandai dalam membangun jaringan . Perusahaannya
ini semakin maju dan akhirnya berhasil membuat suatu konglomerasi yang kemudian diberi nama
Para Group. Para Group sendiri kemudian membagi tiga ladang usahanya yaitu dibidang keuangan,
properti, multimedia.
Di bidang keuangan berkembang menjadi perusahaan seperti :
Bank Mega Tbk Asuransi Umum Mega Asuransi Jiwa Mega Life Para Multifinance
Mega Capital Indonesia Bank Mega Syariah Mega Finance Dibidang Investasi, Para Group juga
mengakuisi si Carefour Indonesia dimana awalnya hanya memegang 40% saham namun kini Para
Group memegang 100% saham Carefour. Kemudian Para Group juga membeli saham Garuda
Indonesia tapi entah berapa persen.
Di bidang properti, Para Group memiliki perusahaan seperti :
Para Bandung Propertindo Para Bali Propertindo Batam Indah Investindo Mega Indah Propertindo
Bandung Supermall Di bidang multimedia, Para Group membawahi anak perusahaan seperti :
Trans TV Trans 7 Maha Gaya Perdana Trans Fashion Trans Life Style Trans Studio Diberitakan juga
baru-baru ini Para Group juga membeli TV One dan AntV Karena keberhasilannya ini, Chairul Tanjung
kemudian dinobatkan sebagai konglomerat baru di Indonesia dimana beliau berada di urutan ke
937 dunia versi majalah Forbes tahun 2010 (mungkin saat ini urutannya naik) dan juga sebagai orang
terkaya ke enam di Indonesia.
3. Rhenald
Kasali
Pakar Management
Rhenald Kasali lahir di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 1960. Kini ia adalah seorang guru
besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rhenald
Kasalidikukuhkan sebagai guru besar pada 4 Juli 2009. Selain itu Rhenald Kasali banyak
menulis buku serta bersama dua koleganya mendirikan Rumah Perubahan sebagai bentuk
kepedulian akan dunia entrepreneur Indonesia
Sejarah Hidup Rhenald Kasali
Pada waktu ia kelas 3 SD ayahnya di PHK dari pekerjaannya. Kejadian itu membuat
Rhenald Kasali dan keluarga menjalani masa- masa sulit. Saat di Kick Andy ia menuturkan
bahwa kalau membeli sepatu ia dan ibunya pergi ke taman puring untuk membeli sepatu
bekas dan sering kali tidak pas dengan sepatu yang dicari. Dan diantara
teman-temannya ia dikenal karena sepatunya yang seperti mulut buaya karena sudah rusak.
Rhenald Kasali hanya mempunyai satu seragam sekolah. dan Ibunya harus mencuci
seragamnya setiap malam agar esok bisa dipakai kembali. Untuk mengeringkannya
pakaian yang telah dicuci dijemur di sekitar lampu pelita / teplok yang menggunakan minyak
tanah. Tetapi itu masih lebih baik. Seringkali ia dan
keluarganya
tidak
menemukan
makanan untuk dimakan sehingga tetangga datang untuk membawa nasi. Makan nasi
dan garam adalah hal yang biasa bagi Rhenald Kasali.
Kita semua mempunyai pilihan. Ingin menjadi telur atau menjadi bola tenis. Kalau menjadi telur, lebih
keras tetapi kalau jatuh kebawah pecah dan tidak mempunyai daya membal. Kalau bola tenis, dia
begitu jatuh dan semakin dia di tekan semakin tinggi dia naik ke atas. Perubahan tidak akan terjadi
sebelum kita sendiri melakukannya. Syaratnya adalah kita harus action, harus bertindak. Harus
mendatangi. Harus melangkah.
-Rhenald Kasali-
usaha dodol ini baru diwariskan ke Hinda. Langkah pertama yang dilakukannya saat menerima usaha
ini adalah memperkuat produksi. Saat itu saya langsung membangun pabrik sendiri, ujarnya.
Hinda sempat mengalami kekurangan dana untuk membangun pabrik. Pasalnya, ia butuh pabrik skala
besar yang bisa memproduksi dodol dalam jumlah banyak. Selain biaya buat membangun pabrik, ia
juga perlu biaya lumayan besar buat membeli tanah.
Untungnya, kekurangan dana bisa tutup dari pinjaman dari bank. Karena usaha orang tua saya ini
sudah terkenal, bank percaya saja meminjamkan uang kepada saya, ucapnya.
Kini, pabrik barunya itu mampu memproduksi dodol sebanyak 1 ton per hari. Setelah pendirian pabrik
selesai, ia terus mencari strategi untuk mengembangkan pemasaran dodol Pusaka.
Salah satunya dengan rajin mengikuti pameran kuliner di Jakarta. Dari pameran ini, produk dodolnya
semakin dikenal luas. Selain di Jawa Barat, ia sekarang sering mendapat pesanan dari daerah-daerah.
Hingga saat ini, Hinda terus berupaya untuk memperluas pemasaran dodol Pusaka. Menurutnya, tidak
cukup hanya mengandalkan penjualan dari toko. Soalnya, penjualan toko sangat bergantung kepada
musim liburan.Biasanya baru ramai pembeli kalau libur sekolah dan banyak yang berkunjung ke Garut
saja, katanya.
Apalagi, sekarang di Garut semakin banyak kompetitor di bidang usaha yang sama. Bahkan, di
daerahnya itu kini banyak muncul produsen dodol dengan kualitas rendah yang merusak pasar.
Saat mulai dikendalikannya, usaha warisan orang tua ini memiliki kelemahan di bidang pemasaran.
Ketika itu, Dodol Pusaka hanya dipasarkan di wilayah Garut. Namun, setelah beberapa tahun dikelola
Hinda, wilayah pemasarannya meluas hingga ke Jakarta, Bandung, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Kalimantan.
Kebanyakan, konsumennya merupakan pedagang makanan di daerahnya masing-masing. Biasanya,
mereka menjual lagi dodol buatannya dengan harga Rp 30.000 hingga Rp 60.000 per kotak.
Menurut
Hinda,
pelanggannya
di Kalimantan ada yang memasok dodolnya ke beberapa pusat
perbelanjaan. Sementara pelanggannya di Jawa Timur ada yang memasok ke toko oleh-oleh di beberapa
tempat wisata.
Makanya, sekarang ia sedang mencari cara untuk menurunkan ongkos produksi ini. Tidak hanya itu, ia
juga masih merasa perlu melakukan inovasi produk. Menurutnya, varian dodol Pusaka masih kurang
beragam. Sejak meluncurkan varian rujak dodol tahun lalu, ia belum menemukan lagi varian baru
untuk dikembangkan.
Sampai saat ini ia masih terus berusaha menemukan resep baru untuk produk dodolnya tersebut.
Lantaran perhatiannya masih terfokus kepada usaha dodolnya, ia mengaku belum berencana
merambah bisnis lain.
5. Bob Sadino
Bob Sadino, atau akrab dipanggil Om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis
di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick.
Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek
yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan di
Lampung, 9 Maret 1933. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya
meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena
saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka
mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari
pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik
tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan
pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob Sadino berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura,
mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga
menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan
wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang
nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku,
yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan
banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Yang
paling penting tindakan, kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan.
Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda
dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan,
karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob,
kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani
pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks
harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai
karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya
punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA
Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk
membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih
terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang
menghancurkan mobilnya. Hati saya ikut hancur, kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob
lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang
berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob
bersikeras, Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono
Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha
perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung,
dan sebuah warung shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan,
rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging
olahan, dan 100 ton sayuran segar.
Saya hidup dari fantasi, kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu
memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. Di mana pun
tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu, kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya,
bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang
macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling
indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Nama : Bob Sadino
6. Andi
Kamera
Susanto
Pengusaha
Sewa PC dan
Andi Susanto adalah seorang pengusaha penyewaan PC dan kamera yang sukses. Beliau awalnya
adalah seorang karyawan biasa, namun kemudian nekat mengundurkan diri dan berjuang membangun
usahanya sendiri. Saat ini pak Andi Susanto sedang membesarkan perusahaannya sendiri PT
Megawastu Solusindo dan PT Megawastu Digital dengan sebuah websitewww.sewakamera.com. Mari
kita simak pengalaman hidup Pak Andi Susanto.
Andi menegaskan, bisnis sewa PC ini memang bukan hasil pertimbangan semalam. Sebelum terjun ke
bisnis ini, Andi sudah melakukan analisis kelayakan bisnis serta kesiapan pasar. Ketika itu, Andi sadar
bisnis ini persaingannya ketat. Namun hasil analisisnya, tidak semua persewaan PC berani
menawarkan jasa untuk kebutuhan divisi trading. Peluang inilah yang saya ambil, katanya.
Menurut Andi, setiap perbankan memiliki divisi trading yang bertugas melakukan transaksi keuangan,
termasuk transaksi kurs antarbank. Divisi ini biasanya butuh data historis agar mudah menganalisis
pasar modal. Saya unggul karena paham dengan informasi trading yang dibutuhkan perbankan itu,
terang Andi. Untuk mendukung usaha itu, pada 2005 Andi mengembangkan software khusus yang bisa
mempercepat proses transaksi. Ia menawarkan software itu khusus untuk membuat transaksi real time.
Intinya harus kreatif memberikan pelayanan sewa PC ini, jelas Andi.
Saat ini melayani penyewaan komputer di 10 bank besar di Tanah Air. Andi mengaku, dengan tarif
sewa Rp 500.000 hingga Rp 1 juta per bulan, omzet per bulan dari bisnis ini mencapai Rp 500 juta.
Menurut Andi, bisnis penyewaan fotografi akan terus berkembang seiring dengan perkembangan dunia
teknologi informasi. Maraknya media sosial juga ikut mempopulerkan fotografi. Semakin banyak
penggemar fotografi, semakin berkembang juga usaha penyewaan kami ini, kata dia.
Namun begitu, untuk menekuni bisnis penyewaan alat fotografi memiliki risiko. Sebab, usaha
penyewaan alat ini butuh modal besar karena harga alat fotografi tersebut terbilang mahal. Jika tidak
hati-hati, alat yang akan disewakan itu bisa rusak atau bahkan raib dibawa oleh si penyewa yang tak
bertanggung jawab. Maka itu kami mewajibkan adanya identitas bagi si penyewa alat kami, kata Andi.
Tiap tahun, pendapatan Farry dari ekspor produk mebel bisa mencapai 5 juta7,5 juta dollar AS. Salah
satu keunggulan bisnis Java adalah memberi nilai lebih pada produk mebel dengan kualitas dan inovasi
desain. Baru-baru ini, produk Cocomosaic berhasil masuk dalam lima besar Gaia Award 2011 di Dubai.
Penghargaan ini diberikan bagi produk inovatif di bidang konstruksi dan bangunan yang ramah
lingkungan.
Lahir dari keluarga pedagang kelontong di Cirebon, sejak kecil 45 tahun silam, orang tua Farry biasa
menerapkan disiplin dalam penggunaan keuangan. Impian orang tuanya adalah anak-anaknya sekolah
di luar negeri. Saya rela tidak dibelikan mobil demi bisa bersekolah di Amerika, ungkap anak keenam
dari tujuh bersaudara ini.
Alhasil, setelah menyelesaikan SD dan SMP di Cirebon, saat kelas III SMA, Farry dikirim orang tuanya
ke Kanada untuk persiapan kuliah di Amerika Serikat. Pada tahun 1990, Farry menamatkan pendidikan
di University of Minessota, dengan menyabet dua gelar master di bidang electrical engineering dan
computer science. Semuanya diselesaikan dengan predikat magna cum laude.
Setelah kuliah, Farry ikut program management trainee di General Electric sebagai accelerated
candidate untuk fast track Information Systems Management Program (ISMP). Meski bergaji 35.000
dollar AS per tahun, ia merasa ada yang kurang. Mungkin karena orang tua saya pedagang, ada yang
kurang jika saya hanya menjadi karyawan, katanya.
Pada tahun 1993, Farry memutuskan pulang ke Cirebon atas permintaan orang tuanya. Sebagai anak
lelaki pertama di keluarga, ia merasa punya tanggung jawab besar merawat orang tuanya yang sudah
tua. Kakak-kakak perempuan saya ikut suami ke luar negeri, sementara saya dan adik lelaki saya di
Cirebon, katanya.
Usaha pertama Farry Tandean adalah meneruskan toko kelontong orang tuanya. Tiap bulan, ia hanya
mendapat uang jajan sebesar Rp 500.000. Ia juga ikut membantu mengelola pemasaran bisnis
adiknya, Wika Tandean. Adik saya menjual rotan mentah ke perusahaan mebel di Cirebon, katanya.
Masuk ke bagian pemasaran membuat Farry mengenal banyak buyer rotan dan mebel dari luar negeri.
Suatu saat, ia mendapat tawaran dari seorang buyer dari Jepang untuk memasok keperluan mebel ke
Jepang. Alhasil, dengan modal Rp 300 juta dari orang tua, pada tahun 1993, ia mendirikan perusahaan
patungan yang khusus menggarap pasar mebel untuk diekspor ke Jepang.
Kurang lebih satu setengah tahun berkongsi, Farry memilih mandiri dengan membuat perusahaan
sejenis untuk menggarap pasar di luar Jepang. Tahun 1995, ia mendirikan Java. Saat pengusaha rotan
dan mebel masih bergantung pada buyer yang datang, ia sudah aktif menawarkan produk lewat
pameran. Sampai-sampai kegiatan produksi dan kualitas kami kadang terbengkalai, katanya.
Untuk memperluas pasar, tahun 2010, Farry mendirikan Cocomosaic yang mengolah limbah batok
kelapa menjadi material dekoratif nan eksotis untuk keperluan arsitektur dan desain interior. Pasarnya
ada di puluhan negara.
Farry mendapat pasokan batok kelapa dari masyarakat. Ia berharap, dalam tiga tahun, Cocomosaic
Trisno bermimpi, dengan menjadi tenaga kerja di luar negeri, penghidupannya bisa lebih baik
ketimbang menjadi seorang guru. Pada tahun 1991, di Blitar belum banyak yang menjadi TKI. Saat itu
saya nekat saja, mencoba-coba, ujar bapak tiga anak ini.
Kala itu Trisno berstatus pengangguran. Ia nekat pergi ke Surabaya untuk melamar menjadi TKI.
Menurut teman saya, penyalurnya ada di Surabaya, katanya. Berbekal uang Rp 1,5 juta hasil menjual
sepeda motor, ia tidak kesulitan membiayai segala urusan administrasi di perusahaan penyalur TKI
tersebut.
Sembari menunggu pengiriman, selama dua bulan Trisno berada di penampungan TKI di Jakarta,
tanpa ada pembekalan keterampilan. Kerjanya cuma makan dan tidur, katanya. Alhasil, ketika dikirim
ke Arab Saudi, dia tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Arab.
Saya mimpi menjadi pemilik toko seperti majikan saya, kenang Trisno.
Ketika terjaga, dia langsung yakin bahwa mimpi tadi adalah ilham yang diberikan Allah. Dia juga
yakin bahwa mimpi tadi adalah jalan Allah untuk mengubah nasibnya dari TKI menjadi pemilik toko.
Akhirnya, berbekal tabungannya, pada 1998 Trisno membeli sebidang tanah di Kademangan, Blitar,
Jawa Timur. Setahun kemudian, di atas sebidang tanah itu Trisno membangun fondasi toko berukuran
8 x 14 meter.
Trisno punya strategi, harga barang di minimarket waralaba sudah diatur oleh pusat. Karena saya
sudah tahu harga pasokannya dan bisa mengatur harga jual, saya leluasa memainkan harga. Dari situ,
konsumen akan memilih yang lebih murah, katanya.
Awalnya, supermarket ini hanya dikelola seorang diri oleh Trisno, kemudian terus bertambah hingga
sekarang yang telah memiliki 7 supermarket yang tersebar di wilayah Blitar dan Tulung Agung, Jawa
Tengah. Tenaga kerja yang dipekerjakan pun meningkat. Saat ini sudah mencapai 50 orang dengan
upah yang diberikan sesuai UMR yang ada di daerahnya. Untuk tenaga kerja yang sudah lama bekerja
dan telah menjadi orang kepercayaanya, Trisno memberi upah antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta.
Trisno bilang, saat ini, dia akan memaksimalkan ketujuh gerainya. Meski begitu, dia juga berencana
untuk menjajal bidang usaha yang lain. Mulai tahun ini, saya ingin berbisnis fesyen, ujarnya.
Mekar Sukaratuyang digagas bersama teman-temannya, ia mengajak pemuda desa yang tak bekerja
dan berpenghasilan minim untuk usaha menetaskan telur. Satu media penetasan dihibahkan untuk
digunakan semua anggota.
Sekarang baru ada satu media tetas yang diputar bergiliran sebulan sekali kepada 30 anggota.
Prioritas diberikan bagi yang belum punya media penetasan. Kalau sudah ada uang, saya ingin buat
beberapa lagi, katanya.
Selain itu, ia juga masih belajar tentang peningkatan nilai ekonomi telur bebek, seperti mengolahnya
menjadi makanan olahan dan pembesaran bebek.
Banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Semoga di tengah keterbatasan modal, kami bisa terus
berinovasi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, kata Kemaludin.
Subhanallah, semoga kita semua bisa sukses walaupun pendidikan minim, yang penting usaha yang
jujur dan tawakal pada Allah. Kemaludin menjadi inspirasi bagi pemuda seperti saya.
kenal dengan sosok Sandiaga S. Uno. Dia telah lengser dari jabatan ketua umum pusat organisasi
yang beranggota lebih dari 30 ribu pengusaha itu.
Sandi -demikian penyandang gelar MBA dari The George Washington University itu biasa disapatercatat sebagai orang terkaya ke-63 di Indonesia versi Globe Asia. Kekayaannya USD 245 juta.
Sandi menyatakan tak disiapkan untuk menjadi pebisnis oleh orang tuanya. Orang tua lebih suka saya
bekerja di perusahaan, tidak terjun langsung menjadi wirausaha, ujar pria penggemar basket itu.
Menjadi pengusaha itu pilihan terakhir, akunya. Karena itulah, dia tak berpikir menjadi pengusaha
seperti yang telah dilakoni selama satu dekade ini. Saya ini pengusaha kecelakaan, katanya, lantas
tertawa.
Kiprah bisnis Sandi kini dibentangkan lewat Grup Saratoga dan Recapital. Bisnisnya menggurita, mulai
pertambangan, infrastruktur, perkebunan, hingga asuransi. Namun, dia masih punya cita-cita soal
pengembangan bisnisnya. Saya ingin masuk ke sektor consumer goods. Dalam 5-10 tahun
mendatang, bisnis di sektor tersebut sangat prospektif, katanya, optimistis.
Seorang pebisnis, kata dia, memang harus selalu berpikir jangka panjang. Bahkan, berpikir di luar
koridor, berpikir apa yang tidak pernah terlintas di benak orang. Mikir-nya memang harus jangka
panjang.
Dia mencontohkan, dirinya masuk ke sektor pertambangan awal 2000. Saat itu, sektor tersebut belum
se-booming sekarang. Jadi, ketika sektor itu sekarang naik, kami sudah punya duluan, ujarnya.
Sandi semula adalah pekerja kantoran. Pascalulus kuliah di The Wichita State University, Kansas,
Amerika Serikat, pada 1990, Sandi mendapat kepercayaan dari perintis Grup Astra William
Soeryadjaja untuk bergabung ke Bank Summa. Itulah awal Sandi terus bekerja sama dengan keluarga
taipan tersebut. Guru saya adalah Om William (William Soeryadjaja, Red), tutur pria kelahiran 28 Juni
1969 itu.
Bapak dua anak itu kemudian sedikit terdiam. Pandangannya dilayangkan ke luar ruang, memandangi
gedung-gedung menjulang di kawasan Mega Kuningan. Saya masih ingat, sering didudukkan sama
beliau (William Soeryadjaja, Red). Kami berdiskusi lama, bisa berjam-jam. Jiwa wirausahanya sangat
tangguh, kenangnya. William tanpa pelit membagikan ilmu bisnisnya kepada Sandi. Dia benar-benar
mengingatnya karena itulah titik awal dia mengetahui kerasnya dunia bisnis.
Di tanah air, Sandi hanya bertahan satu setengah warsa. Dia harus kembali ke AS karena mendapat
beasiswa dari bank tempatnya bekerja. Dia pun kembali duduk di bangku kuliah The George
Washington University, Washington. Saat itulah, fase-fase sulit harus dia hadapi. Bank Summa ditutup.
Sandi yang merasa berutang budi ikut membantu penyelesaian masalah di Bank Summa.
Sandi kemudian sempat bekerja di sebuah perusahaan migas di Kanada. Dia juga bekerja di
perusahaan investasi di Singapura. Saya memang ingin fokus di bidang yang saya tekuni semasa
kuliah, yaitu pengelolaan investasi, tutur ayah dari Anneesha Atheera dan Amyra Atheefa itu.
Mapan sejenak, Sandi kembali terempas. Perusahaan tempat dia bekerja tutup. Mau tidak mau, dia
kembali ke tanah air. Saya berangkat dari nol. Bahkan, kembali dari luar negeri, saya masih numpang
orang tua, katanya.
Sandi mengakui, dirinya semula kaget dengan perubahan kehidupannya. Biasanya saya dapat gaji
setiap bulan, tapi sekarang berpikir bagaimana bisa survive, tutur pria kelahiran Rumbai itu. Apalagi,
ketika itu krisis.
Dia kemudian menggandeng rekan sekolah semasa SMA, Rosan Roeslani, mendirikan PT Recapital
Advisors. Pertautan akrabnya dengan keluarga Soeryadjaja membawa Sandi mendirikan perusahaan
investasi PT Saratoga Investama Sedaya bersama anak William, Edwin Soeryadjaja. Saratoga punya
saham besar di PT Adaro Energy Tbk, perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia yang punya
cadangan 928 juta ton batu bara.
Bisa dibilang, krisis membawa berkah bagi Sandi. Saya selalu yakin, setiap masalah pasti ada
solusinya, katanya. Sandi mampu memanfaatkan momentum krisis untuk mengepakkan sayap
bisnis. Saat itu banyak perusahaan papan atas yang tersuruk tak berdaya. Nilai aset-aset mereka pun
runtuh. Perusahaan investasi yang didirikan Sandi dan kolega-koleganya segera menyusun rencana.
Mereka meyakinkan investor-investor mancanegara agar mau menyuntikkan dana ke tanah air. Itu
yang paling sulit, bagaimana meyakinkan bahwa Indonesia masih punya prospek.
Mereka membeli perusahaan-perusahaan yang sudah di ujung tanduk itu dan berada dalam perawatan
BPPN -lantas berganti PPA-. Kemudian, mereka menjual perusahaan itu kembali ketika sudah stabil
dan menghasilkan keuntungan. Dari bisnis itulah, nama Sandi mencuat dan pundi-pundi rupiah
dikantonginya.
Sandi terlibat dalam banyak pembelian maupun refinancing perusahaan-perusahaan. Misalnya,
mengakuisisi Adaro, BTPN, hingga Hotel Grand Kemang. Dari situlah, kepakan sayap bisnis Sandi
melebar hingga kini.
Karena itu, Sandi kerap berangan-angan bahwa sehari itu bukan 24 jam. Seandainya sehari itu
ditambah empat jam saja, tambahan empat jam tersebut akan saya habiskan bersama keluarga,
tegasnya.