Anda di halaman 1dari 1

KISAH SUKSES SANG RHENALD KASALI

Rhenald Kasali lahir di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 1960. Kini ia adalah seorang guru besar bidang Ilmu manajemen di
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rhenald Kasalidikukuhkan sebagai guru besar pada 4 Juli 2009. Selain itu Rhenald
Kasali banyak menulis buku serta bersama dua koleganya mendirikan Rumah Perubahan sebagai bentuk kepedulian akan
dunia entrepreneur Indonesia
Sejarah Hidup Rhenald Kasali
Pada waktu ia kelas 3 SD ayahnya di PHK dari pekerjaannya. Kejadian itu membuat Rhenald Kasali dan keluarga menjalani
masa-masa sulit. Saat di Kick Andy ia menuturkan bahwa kalau membeli sepatu ia dan ibunya pergi ke taman puring untuk
membeli sepatu bekas dan sering kali tidak pas dengan sepatu yang dicari. Dan diantara teman-temannya ia dikenal karena
sepatunya yang seperti mulut buaya karena sudah rusak. Rhenald Kasali hanya mempunyai satu seragam sekolah. dan
Ibunya harus mencuci seragamnya setiap malam agar esok bisa dipakai kembali. Untuk mengeringkannya pakaian yang
telah dicuci dijemur di sekitar lampu pelita / teplok yang menggunakan minyak tanah. Tetapi itu masih lebih baik. Seringkali
ia dan keluarganya tidak menemukan makanan untuk dimakan sehingga tetangga datang untuk membawa nasi. Makan nasi
dan garam adalah hal yang biasa bagi Rhenald Kasali.
TITIK BALIK RHENALD KASALI
Rhenald Kasali menuturkan bahwa ia pernah tinggal kelas saat kelas 5 SD. Pelajaran yang membuatnya tidak naik kelas
adalah Bahasa Indonesia. Saat itu Rhenald Kasali merasa sangat terpukul saat melihat orang tuanya menangis, dan ia
merasa semua orang melihatnya seperti seorang anak yang bodoh. tetapi justru disitulah titik balik dimana Rhenald Kasali
bertekad untuk merubah kehidupannya dan bertekad untuk menuntut ilmu sampai ke jenjang tertinggi.
Ketika lulus SMA ia hanya diberi uang 10.000 rupiah untuk mendaftar kuliah. Untuk membeli formulir IPA harganya 10.000
rupiah. Formulir IPS harganya juga 10.000 rupiah. Dengan pertimbangan karena SMA-nya IPA sehingga dengan melihat
daya saing dirinya akhirnya Rhenald Kasali memutuskan memilih IPS. Rhenald Kasali mengambil Fakultas Ekonomi UI dan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara karena akan diberi beasiswa jika diterima kuliah di STAN.
Akhirnya ia diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Untuk membayar uang kuliah dan biaya hidup sehari-hari ia
memberikan les privat untuk anak-anak SD. Untuk kebutuhan buku kuliah ia mendekati para seniornya dan meminjam buku
dari teman-temannya. Pada tingkat dua barulah ia mendapatkan beasiswa.
Lulus kuliah tahun 1985 dan bekerja sebagai reporter sejak tahun 1984. Pada waktu itu ia mendapatkan tawaran dari salah
satu seniornya untuk menulis case study. Di situ peluang untuk mengajar terbuka lebar karena ia ditawari untuk mengajar.
Sebenarnya ia tidak memenuhi kualifikasi sebagai pengajar karena IP-nya hanya 2.49.
Pada saat Rhenald Kasali mulai mengajar ia melihat junior juniornya mulai kembali dari luar negeri dan mereka mempunyai
gelar yang lebih baik. Karena itu ia kemudian bertekad untuk belajar bahasa Inggris 3 bulan di Amerika. Setelah kembali di
Indonesia ia mencari sponsor untuk membiayai kuliahnya di luar negeri. Setelah mendapatkan sponsor ia kembali ke
Amerika dan pulang dengan membawa gelar master dan doktor dari University of Illinois.
Bagi Rhenald Kasali, “Pendidikan adalah tangga untuk keluar dari kemiskinan. Tanpa pendidikan kita tidak bisa memperbaiki
hidup kita. Tanpa pendidikan kita tidak bisa mendidik orang lain. tanpa pendidikan kita tidak bisa mendidik anak-anak kita.
Maka kalau saya mau kelaur dari belenggu itu, saya harus fight. Karena belenggu itu adanya di sekitar diri kita sendiri. Tidak
dimana-mana. Saya melihat teman saya banyak yang pintar tetapi mereka justru mengabaikan itu. Mereka merasa selalu
didatangi dan hampir semua teman saya yang pintar itu ternyata tidak selesai doktornya di Amerika. Sedangkan saya yang
tidak pernah merasa pintar waktu itu bisa selesai dan ketika teman saya mengatakan “Saya nggak percaya” dan saya juga
mengatakan “Eh, gua juga nggak percaya”. Seperti kata Michael Angelo, pada setiap batu cadas selalu terkandung patung
yang indah. Karena itu tugas kita adalah membebaskan patung itu dari belenggu belenggu yang mengikatnya.”
Selain bergerak sebagai akademisi, Rhenald Kasali yang mendapatkan gelar Ph. D. dari University of Illinois ini juga
produktif menulis. Buku – buku yang ditulisnya selalu menjadi perhatian kalangan bisnis. Beberapa buku yang telah ditulis
oleh Rhenald Kasali antara lain : Sembilan Fenomena Bisnis (1997), Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting dan
Positioning (1998), Change! (2005), Recode Your Change DNA (2007), Myelin: Mobilisasi intengibles sebagai kekuatan
perubahan (2010), Cracking Zone (2011).
Bagi Rhenald Kasali bisnis adalah perihal membuat sesuatu menjadi hal yang luar biasa, itulah bisnis. Dalam
pengembangkan bisnis ia menegaskan bahwa yang diperlukan adalah pola pikir kewirausahaan (entrepreneurship),
bukannya keberuntungan (luck). Bahwa kewirausahaan bukanlah ada sendiri, tetap harus diciptakan.
Baginya, keberuntungan sebenarnya adalah ketika kesempatan bertemu dengan persiapan. Artinya, keberuntungan sendiri
tampaknya mempunyai sifat yang sama dengan kewirausahaan yang pada dasarnya “diciptakan”. Keberuntungan tidak akan
datang dengan sendirinya. Keberuntungan ada karena ada usaha sebelumnya. Dari sinilah dapat dipahami betapa
pentingnya latihan yang terus menerus dan pantang menyerah oleh mereka yang ingin terjun dalam dunia bisnis.
Akan tetapi, seorang wirausahawan (entrepreneur) harus melakukan reinvestasi. Baginya, tujuan orang berwirausaha bukan
untuk menjadi kaya, karena kaya hanyalah akibat. Rhenald Kasali menyatakan bahwa seorang wirausahawan yang hanya
menjadikan kekayaan sebagai tujuan utama dalam berwirausaha adalah bentuk pengkhiatan terhadap kewirausahaan.
Dalam bukunya, Myelin Rhenald Kasali menyatakan bahwa myelin (muscle memory) sebagai faktor penting untuk
menjembatani gagasan yang dihasilkan “brain memory” bisa sampai di tujuan dengan “mengendarai” myelin yang terlatih.
Artinya, tidak ada keraguan atas kecerdasan sumber daya manusia Indonesia. Sebagai contoh, sudah banyak anak-anak
Indonesia yang memenangi olimpiade fisika atau matematika dunia.Namun, Rhenald Kasali menegaskan bahwa
pengetahuan saja tidaklah cukup untuk meraih kesuksesan. Kunci kesuksesan adalah terus berlatih. Semakin sering berlatih
maka jaminan untuk sukses semakin nyata.
Kita semua mempunyai pilihan. Ingin menjadi telur atau menjadi bola tenis. Kalau menjadi telur, lebih keras tetapi kalau jatuh
kebawah pecah dan tidak mempunyai daya membal. Kalau bola tenis, dia begitu jatuh dan semakin dia di tekan semakin
tinggi dia naik ke atas. Perubahan tidak akan terjadi sebelum kita sendiri melakukannya. Syaratnya adalah kita harus action,
harus bertindak. Harus mendatangi. Harus melangkah. -Rhenald Kasali-
sumber: wikipedia, Kick Andy

Anda mungkin juga menyukai