Disusun Oleh:
Nama: Hengky Remora
Nim: 0602514018
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI OLAHRAGA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwasanya saya
telah dapat membuat Makalah Tentang politik dan prestasi olahraga mendatang (Prestasi
sepakbola di Indonesia). Walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan yang saya hadapi
dalam menyusun makalah ini, dan mungkin makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum
bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan saya.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak terutama dari Bapak/Ibu Dosen supaya saya dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah
makalah di kemudian hari, dan semoga makalah ini berguna bagi teman-teman semua .
Semarang, Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sepakbola dan politik, konon keduanya tidak bisa dipisahkan. Mari tidak usah membahas
sejarah hubungan sepakbola dan politik. Tapi akan lebih menarik melihat keduanya sebagai
sebuah format tim, semangat, strategi, dan usaha mencapai sebuah kemenangan. Dari Sepakbola
banyak yang bisa kita petik. Bahkan ada kepercayaan, kalau sepakbola di suatu negara tidak
bagus, berarti ada yang gak beres juga di perpolitikan negara itu. Tapi ini yang tidak usah
dipercaya 100 %, walaupun sepakbola indonesia babak belur, politiknya tidak babak belur, tapi
berantakan, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar di dunia yang masih terus berkembang.
Seperti di negara maju lainnya dimana sepakbola sudah menjadi industri, politisi Indonesia juga
sering menggunakan sepakbola sebagai kuda troya untuk meraih kekuasaan. Sepakbola dijadikan
ajang untuk menarik simpati rakyat. Di Indonesia, sepakbola merupakan olahraga paling populer
dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan bisa jadi ada yang menganggapnya
sebagai agama kedua. Oleh karenanya wajar ketika sepakbola digunakan untuk menarik simpati
publik. Namun demikian politik bisa menjadi racun bagi sepakbola ketika dijadikan alat meraih
kekuasaan sesaat, sapi perahan dan menghilangkan unsur pembinaan, sportifitas serta menihilkan
prestasi. Sepakbola dan politik, konon keduanya tidak bisa dipisahkan. Mari tidak usah
membahas sejarah hubungan sepakbola dan politik. Tapi akan lebih menarik melihat keduanya
sebagai sebuah format tim, semangat, strategi, dan usaha mencapai sebuah kemenangan. Jadi
sebetulnya kalau mau memajukan dunia politik di indonesia, majukan juga sepakbolanya. Pada
akhirnya fenomena ini harus dibahas secara lebih spesifik karena kenyataannya sudah sejak lama
PSSI telah ditunggangi oleh para bengis politik yang mengakibatkan timnas kita ambruk tak
berprestasi. Sepakbola sebagai olahraga dengan jumlah pemain terbanyak dan menarik minat
banyak orang tentu menjadi santapan empuk sebagai sarana untuk ajang cari muka demi
mendapatkan popularitas keuntungan politik.
B.
1.
Rumusan masalah.
Kapan politik dan sepak bola di Indonesia berjalan dengan seimbang dan maju seperti
3.
4.
C.
Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
terencana, berjengjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolragaan. Olahraga prestasi dapat dicapai dengan
pesiapan yang matang dan memerlukan proses yang baik.
Permainan sepak bola adalah permainan yang di mainkan oleh dua regu,dimana tiap-tiap
regu terdiri dari 11 orang pemain inti ditambah dengan beberapa pemain cadangan menggunakan
peraturan dan waktu permainan yang di tentukan oleh waktu.
Olahraga dan politik pada saat ini sulit dipisahkan, intervensi pemerintahan dalam
olahraga lebih diutamakan pada tujuan pemeliharaan ketertiban, meningkatkan kesegeran
jasmani, mempromosikan prestise, membentuk rasa solidaritas sosial didalam kelompok.
Olahraga sering digunakan untuk alat pengumpul massa, salah satunya olahraga sepakbola. Nilai
politik dalam perkembangan olahraga sepakbola sangat besar fungsinya untuk melihat dalam
jangka panjang apakah sepakbola di negara ini mampu untuk berprestasi pada kanca
Internasional.
Di berbagai negara maju dimana sepakbola sudah menjadi industri, politisi memang
sering bersinggungan dengan sepakbola. Sebutlah, Silvio Berlusconi yang menghabiskan
uangnya untuk menjadikan timnya AC Milan sebagai tim juara. Bahkan politisi Inggris, Gordon
Brown mempunyai formula khusus hubungan antara politik dan sepakbola. Dalam teorinya,
Gordon Brown menyampaikan dalam bahasa sederhana, Sepakbola = Popularitas, dan seorang
politisi membutuhkan popularitas. Artinya, jika anda mampu mengendalikan sepakbola dan
menjadi sosok penting dalam sepakbola maka anda telah menjadi orang yang populer. Dengan
kepopuleran tersebut maka anda bisa memenangkan apapun dalam pertarungan politik. Dan
Silvio Berlusconi telah membuktikan kebenaran formula Gordon Brown.
Meskipun memiliki persamaan dalam hal popularitas, politik dan sepakbola memiliki
cara yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Dalam sepakbola untuk menjadi juara harus
melalui kompetisi dan persaingan yang ketat, sportif dan mengutamakan fair play. Juaranya
ditentukan dengan jumlah kemenangan dan goal ke gawang lawan. Sedangkan politik dalam
mencapai tujuannya lebih sering menggunakan cara-cara kotor atau menghalalkan segala cara
untuk muncul sebagai pemenang.
Di Indonesia, sepakbola merupakan olahraga paling populer dan digemari oleh seluruh
lapisan masyarakat. Bahkan bisa jadi ada yang menganggapnya sebagai agama kedua. Oleh
karenanya wajar ketika sepakbola digunakan untuk menarik simpati publik. Namun demikian
politik bisa menjadi racun bagi sepakbola ketika dijadikan alat meraih kekuasaan sesaat, sapi
perahan dan menghilangkan unsur pembinaan, sportifitas serta menihilkan prestasi. Lihatlah,
para pembina dan ketua umum klub-klub Indonesia yang mengaku klub profesional sebagian
besar adalah para politisi yang menggunakan sepakbola sebagai kuda troya. Akibatnya, untuk
pencitraan, mereka beramai-ramai menggunakan uang rakyat (APBD) untuk membeli para
pemain asing dan pemain bintang. Coba anda hitung berapa jumlah perputaran uang dalam
kompetisi jika setiap klub minimal harus menyediakan 30 milyar dengan jumlah klub 18 untuk
level 1 dan 40 untuk divisi utama. Jumlah yang sangat luar biasa bukan? Uang rakyat habis
hanya untuk membiayai pencitraan para politisi melalui sepakbola yang NIHIL prestasi.
Akibatnya, hingga kini sepakbola Indonesia menjadi mati suri.
BAB III
KESIMPULAN
Kini sudah saatnya supporter-suporter sepak bola tanah air melakukan pendekatan
untuk memikirkan bagaimana sepak bola Indonesia tidak lagi menjadi alat untuk meraih
keuntungan semata kelompok-kelompok tertentu. Lawanlah mereka, dengan kecintaan kalian
terhadap sepak bola. Mungkin sudah saatnya seluruh insane yang memang mengaku cinta
terhadap sepak bola tanah air menunjukkan jati dirinya.
Sumber :
-
http://andibrilinunm.blogspot.com/2010/05/sepak-bola-di-ditinjau-dari-aspek.html
http://tulushuabio.blogspot.com/2011/06/sepak-bola-dan-politik.html
id.wikipedia.org
http://junedoyisam.wordpress.com/2011/07/16/sepakbola-dan-politik/
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/01/10/racun-politik-membuat-sepak
indonesia-mati-suri-perjuangan-melawan-lupa/
http://ojiwae.blogspot.com/2011/12/sepak-bola-bukan-hanya-bertanding-di.html