DISUSUN OLEH :
Makalah yang sudah kami susun ini untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Sosiologi Pendidikan yang mesti digarap bersama karena
membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar.
Di tengah diskusi yang alot dan panjang sesama kelompok , kami pun
akhirnya berhasil menemukan hasil judul yang telah di berikan.
Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kami. Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik
berupa kritik dan saran yang membangun agar di kemudian hari kami
sanggup membuat makalah yang lebih maksimal.
Semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bisa bermanfaat
bagi dunia Pendidikan .
a. Olahraga
b. Politik
Pengertian Politik atau definisi dan makna politik secara umum yaitu
sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau membangun posisi-
posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai pengambil
keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Olahraga
dan politik bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan, bukan hanya dengan
politik. Sebab olahraga memiliki multimakna, yaitu sosial, ekonomi,
politik atau ideologi, dan kesehatan.
Seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan
sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah manifestasi
penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah
tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar
kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna
itu, bahkan sudah tidak terlihat makna olahraga itu sendiri setelah
semuanya terbaur oleh politik, yang ada hanyalah manipulasi sebuah
kepuasan pribadi.
Jika kita ingin mengerti olahraga dan politik kita harus membaca dua
buku yang berbeda karena di zaman seperti sekarang ini jika olahraga
dicampur dengan politik akan menjadi sesuatu yang sangat berbahaya.
Unsur fairplay hilang, keselamatan atlet terabaikan, tujuan utama
olahraga sebagai sarana untuk mencapai atau mendapat kesehatan serta
ajang untuk meraih prestasi tercoreng.
Dualisme PSSI dalam PSSI di bawah ketua umum yang baru La Nyalla
Mattaliti, yang terpilih pada KLB Ancol, Jakarta, masih berjuang untuk
mendapatkan pengakuan FIFA. Adanya dualisme kepemimpinan di
PSSI ini, sudah jelas bagaimana politik sepak bola yang sangat kacau
dan semua menyayangkan hal ini, karena tidak bagus bagi
perkembangan sepak bola Indonesia. Sangat terlihatlah perpecahan
dalam sepak bola Indonesia, karna sebuah keegoisan seorang pemimpin
yang hanya memikirkan kepentingan pribadi.
Apabila kita ketahui makna dalam sepak bola itu sendiri adalah Sepak
bola bisa menjadi pemersatu karena unsur-unsur di dalamnya, seperti
sikap mau bekerja sama, gotong-royong, dan rela menanggalkan sikap
egois untuk bersatu padu dalam tim agar tercapai tujuan bersama. Dalam
sebuah pertandingan, tujuannya tentu kemenangan.
Sepak bola juga mengajarkan kita untuk berjiwa besar, mau menerima
kekalahan dengan lapang dada. Sementara bagi pemenang, juga tetap
menghormati tim yang kalah dengan tidak melakukan tindakan
mencemooh, dan melecehkan. Inilah sebuah nilai sportivitas. Nilai-nilai
persahabatan yang ada di sepak bola seharusnya bisa diterapkan dalam
kehidupan keseharian kita.
Kekuatan sepak bola begitu dahsyat, sepak bola sebagai permainan yang
sangat digemari. Hampir di setiap kecamatan, kota dan kabupaten
memiliki klub sepak bola. Orang akan melupakan perpecahan,
pertengkaran atau persoalan hidup lainnya untuk bersatu dalam
mendukung timnas sepak bola yang tengah bertanding. Orang
berbondong-bondong datang ke stadion, menonton televisi, seperti yang
terjadi dalam ajang Piala AFF dan SEA Games 2011 lalu, untuk
mendukung timnas. Begitu hebatnya magnit sepak bola. Inilah yang bisa
dikatakan sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa.
Harapan pecinta sepak bola di Tanah Air begitu tinggi terhadap prestasi
timnas. Namun, PSSI bukannya memenuhi harapan itu, tapi malah
menjadikan sepak bola kacau. Kini semua menjadi bias dan abu-abu.
Sepak bola yang seharusnya bisa menjadi pemersatu, kini terkoyak oleh
kepentingan-kepentingan pribadi para kepengurusan atau pemimpin
yang di namakan PSSI.
Unsur sportivitas, persahabatan dan kerja sama tak lagi diindahkan.
Yang justru timbul dan tampak di depan mata adalah perpecahan,
perselisihan,keegoisan, kekuasaan dan gengsi yang entah sampai kapan
akan berakhir.
Dan akibat kisruh yang terjadi di PSSI saat ini bisa menurunkan animo
masyarakat terhadap sepak bola nasional. investor pun tentu akan
berpikir panjang untuk ikut aktif mendukung kegiatan sepak bola.
Animo sponsor jadi menurun. Lihat saja, beberapa pertandingan liga di
Indonesia, tak banyak sponsor yang mendukung.
Dua tahun berselang, pada Juni 2022, timnas Israel U-20 dipastikan
akan menjadi salah satu peserta Piala Dunia U-20 setelah berhasil
masuk ke babak semifinal Piala Eropa U-20.
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD DKI Jakarta juga menjadi
salah satu yang menolak kehadiran Timnas Israel. Ketua Fraksi PKS
Achmad Yani mendesak Penjabat Gubernur DKI Heru Budi ikut
menolak Timnas Israel berlaga di Piala Dunia U-20 di Indonesia,
khususnya di Jakarta.
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
Kesimpulannya bahwa olahraga yang sejatinya sebagai media pemersatu
bangsa dan sebagai salah satu symbol karakter dan jati diri bangsa tidak
pernah lepas dari kekuatan politik di dalam nya.
Namun, olahraga di masa mendatang harus menjadi alat pemersatu
bangsa. Karena, olahraga mengandung banyak unsur, antara lain
Pendidikan,budaya,wisata,ekonomi, dan tentu saja Kesehatan. Dengan
demikian, untuk memajukan olahraga harus ditanamkan jiwa sportifitas
sejak dini, dan juga menjauhkan politik praktis mencederai hakikat dari
olahraga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dliya, ulhaq agam. (2013). OLAHRAGA DAN POLITIK STUDI KASUS PERAN
PEMERINTAH DALAM KONFLIK PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH
INDONESIA (PSSI).
Utomo, D. P. (2018). Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet
Berprestasi.