Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA OLAHRAGA DENGAN POLITIK

DISUSUN OLEH :

IMAM RAHMAT RAMADHAN AZHARI


DESPARIZAL
KOMALASTRI SUMBARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
KATAPENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan sebuah makalah dengan judul: ‘Olahraga dan
Politik’

Makalah yang sudah kami susun ini untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Sosiologi Pendidikan yang mesti digarap bersama karena
membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar.
Di tengah diskusi yang alot dan panjang sesama kelompok , kami pun
akhirnya berhasil menemukan hasil judul yang telah di berikan.
Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kami. Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik
berupa kritik dan saran yang membangun agar di kemudian hari kami
sanggup membuat makalah yang lebih maksimal.
Semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bisa bermanfaat
bagi dunia Pendidikan .

Pekanbaru 9 Mei 2023


BAB II
PEMBAHASAN
1.    Olahraga dan Politik

a. Olahraga

Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya


secara jasmani tetapi juga secara rohani (misalkan catur).

b. Politik

Pengertian Politik atau definisi dan makna politik secara umum yaitu
sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau membangun posisi-
posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai pengambil
keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Olahraga
dan politik bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan, bukan hanya dengan 
politik. Sebab olahraga memiliki multimakna, yaitu sosial, ekonomi,
politik atau ideologi, dan kesehatan.
Seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan
sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah manifestasi
penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah
tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar
kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna
itu, bahkan sudah tidak terlihat makna olahraga itu sendiri setelah
semuanya terbaur oleh politik, yang ada hanyalah manipulasi sebuah
kepuasan pribadi.
Jika kita ingin mengerti olahraga dan politik kita harus membaca dua
buku yang berbeda karena di zaman seperti sekarang ini jika olahraga
dicampur dengan politik akan menjadi sesuatu yang sangat berbahaya.
Unsur fairplay hilang, keselamatan atlet terabaikan, tujuan utama
olahraga sebagai sarana untuk mencapai atau mendapat kesehatan serta
ajang untuk meraih prestasi tercoreng.

2. Antara Sepak Bola dengan Uang, Gengsi dan Kekuasaan


Tulisan ini memfokuskan diri pada sepakbola, dengan lebih menitik
beratkan pada politik, terutama politik demokratik. Artinya, sepakbola
bukan sekadar olahraga, melainkan telah lama menjadi alat politik
sekaligus inspirasi dan pembelajaran dalam berpolitik. Dengan kata lain,
sepakbola dalam perkembangannya bukan hanya sebagai alat politik
atau legitimasi politik kekuasaan, seperti diktator Franco di Spanyol
yang konon pernah memanfaatkan klub sepak bola Real Madrid sebagai
alat legitimasi kekuasaannya, Mussolini pada Piala Dunia 1934 yang
memaksakan Piala Dunia harus dilaksanakan di Italia dan klubnya harus
“menang atau mati”.
Atau misalkan club sepak bola di Italia, demi kemenangan sebuah tim
sepak bola, seorang manager atau pengurus rela mengeluarkan kocek
sampai bermiliar Dolar untuk menyogok wasit agar berpihak kepada
meraka dan memberi kemenagan untuk sebuah gengsi dan kekuasaan.
Tetapi Sepak bola juga sebagai media pembelajaran politik demokratik,
terutama yang bertalian dengan politisi dan konstituennya. Sepakbola
dan demokrasi. Bila dilihat lebih dalam, sepakbola memang
mengajarkan banyak hal tentang politik, strategi memenangkan
pertarungan politik, dan keterlibatan publik di dalamnya, atau yang
biasa disebut demokrasi. Dalam demokrasi, yang didahulukan adalah
kepentingan umum atau kepentingan bersama, kemudian barulah
kepentingan pribadi atau kelompok. Tujuan utama demokrasi adalah
menciptakan ruang bagi terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi
masyarakat.
Demikian juga dalam sepak bola, sebagai sebuah permainan tim. Dalam
sepakbola, yang diutamakan adalah kebersamaan sebagai sebuah tim,
setelah itu pribadi. Pertandingan sepakbola antar bangsa, misalnya, yang
didahulukan adalah kepentingan dan kehormatan bangsa dan negara,
kemudian baru kepentingan pribadi atau klub. Apabila dalam politik,
partai politik adalah arena atau lapangan politik milik rakyat dalam
membangun demokrasi, maka dalam sepakbola, lapangan hijau menjadi
“lapangan politik” milik rakyat untuk membangun kepentingan
bersama. Dalam hal ini, sepakbola dapat mengajarkan bagaimana
seharusnya sebuah pementasan arena politik partai dan para
pendukungnya dalam menjalankan tugas politiknya, yakni fair play.

3. Politik Sepak Bola di Indonesia

Dualisme PSSI dalam PSSI di bawah ketua umum yang baru La Nyalla
Mattaliti, yang terpilih pada KLB Ancol, Jakarta, masih berjuang untuk
mendapatkan pengakuan FIFA. Adanya dualisme kepemimpinan di
PSSI ini, sudah jelas bagaimana politik sepak bola yang sangat kacau
dan semua menyayangkan hal ini, karena tidak bagus bagi
perkembangan sepak bola Indonesia. Sangat terlihatlah perpecahan
dalam sepak bola Indonesia, karna sebuah keegoisan seorang pemimpin
yang hanya memikirkan kepentingan pribadi.
Apabila kita ketahui makna dalam sepak bola itu sendiri adalah Sepak
bola bisa menjadi pemersatu karena unsur-unsur di dalamnya, seperti
sikap mau bekerja sama, gotong-royong, dan rela menanggalkan sikap
egois untuk bersatu padu dalam tim agar tercapai tujuan bersama. Dalam
sebuah pertandingan, tujuannya tentu kemenangan.
Sepak bola juga mengajarkan kita untuk berjiwa besar, mau menerima
kekalahan dengan lapang dada. Sementara bagi pemenang, juga tetap
menghormati tim yang kalah dengan tidak melakukan tindakan
mencemooh, dan melecehkan. Inilah sebuah nilai sportivitas. Nilai-nilai
persahabatan yang ada di sepak bola seharusnya bisa diterapkan dalam
kehidupan keseharian kita.
Kekuatan sepak bola begitu dahsyat, sepak bola sebagai permainan yang
sangat digemari. Hampir di setiap kecamatan, kota dan kabupaten
memiliki klub sepak bola. Orang  akan melupakan perpecahan,
pertengkaran atau persoalan hidup lainnya untuk bersatu dalam
mendukung timnas sepak bola yang tengah bertanding. Orang
berbondong-bondong datang ke stadion, menonton televisi, seperti yang
terjadi dalam ajang Piala AFF dan SEA Games 2011 lalu, untuk
mendukung timnas. Begitu hebatnya magnit sepak bola. Inilah yang bisa
dikatakan sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa.
Harapan pecinta sepak bola di Tanah Air begitu tinggi terhadap prestasi
timnas. Namun, PSSI bukannya memenuhi harapan itu, tapi malah
menjadikan sepak bola kacau. Kini semua menjadi bias dan abu-abu.
Sepak bola yang seharusnya bisa menjadi pemersatu, kini terkoyak oleh
kepentingan-kepentingan pribadi para kepengurusan atau pemimpin
yang di namakan PSSI.
Unsur sportivitas, persahabatan dan kerja sama tak lagi diindahkan.
Yang justru timbul dan tampak di depan mata adalah perpecahan,
perselisihan,keegoisan, kekuasaan dan gengsi yang entah sampai kapan
akan berakhir.
Dan akibat kisruh yang terjadi di PSSI saat ini bisa menurunkan animo
masyarakat terhadap sepak bola nasional. investor pun tentu akan
berpikir panjang untuk ikut aktif mendukung kegiatan sepak bola.
Animo sponsor jadi menurun. Lihat saja, beberapa pertandingan liga di
Indonesia, tak banyak sponsor yang mendukung.

4.    Hubungan Olahraga dan Politik Luar Negeri

Tidak hanya berkaitan dengan kebijakan politik dalam negeri, olahraga


ternyata besar kaitannya dengan politik luar negeri sebuah negara.
Kepemimpinan Ir. Soekarno yang sangat tegas di masanya sangat
mempengaruhi aktivitas olahraga resmi dIndonesia di luar negeri. Salah
satu contohnya adalah ketika sebagai presiden, Ir. Soekarno secara resmi
melarang tim nasional Indonesia maju ke babak kualifikasi Piala Dunia
1950 di Brazil sebab di babak penentuan tersebut timnas Indonesia
harus melawan Israel yang di mata kebijaksanaan politik luar Indonesia
merupakan negara aggressor dan melakukan tindakan perampasan
wilayah Palestina.
Maju ke babak final Piala Dunia merupakan kebanggaan bagi suatu
negara meski kemungkinan lolos tidaknya timnas Indonesia kala itu
masih harus ditentukan hasil dari pertandingan melawan Israel,
Indonesia memilih mundur daripada mengakui keberadaan Israel
sebagai sebuah negara berdaulat.
Demikian pula halnya yang terjadi pada penyelenggaraan Asian Games
(Ganefo) di masa pemerintahan Presiden Soekarno. Penyelenggaraan
Ganefi yang dicetuskan Ir. Soekarno pada tahun 1961 sarat bermuatan
politis. Beliau mengungkapkan pemikirannya tentang peta politik dunua
yang dipengaruhi oleh Nefo (The New Emerging Force) dan Oldefo
(The Old Established Force). NEFO di mata Bung Karno sebagai
negarawan dipetakan sebagai perwakilan kekuatan baru yang sedang
tumbuh yaitu negara Asia, Afrika dan Amerika latin yang baru atau
berusaha terbebas dari imperialisme dan neo kolonialisme serta
berusaha membangun tata dunia baru. Sementara Oldefo merupakan
golongan negara-negara imperialisme dengan kekuatan lama mereka.
Bung Karno tidak hanya piawai mengobarkan semangat kebangsaan
ketika merebut kemerdekaan, namun juga membakar semangat
nasionalisme para atlet untuk bertanding di kancah internasional,
Ganefo adalah salah satunya demi menunjukkan keberadaan negara
indonesia yang lebih dari tiga setangah abad telah terjajah. Maka ketika
Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games keenam, Bung
Karno memanfaatkan politik luar negeri untuk melobi Uni Soviet demi
mengucurkan bantuan agar pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana
olahraga persiapan Asian games dapat terlaksana sesuai standar
Internasional.
Perjuangan dan lobi tersebut membuahkan hasil, Istora Senayan,
Gedung Basket, Stadion Olahraga, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi
yang digunakan sebagai sarana dan prasarana Asian Games berhasil
dibangun. Hal ini diikuti dengan prestasi gemilang kontingen Indonesia
yang berhasil menduduki peringkat ketiga setelah Republik Rakyat
Tiongkok dan USSR. Di ajang Asian Games ini sekali lagi Indonesia
menunjukkan sikap tegasnya dalam bidang politik luan negeri, yaitu
dengan tidak mengundang Israel dan Taiwan sebagai bukti menentang
kepesertaan kedua negara tersebut di Asian Games.
Dalam pandangan politik luar negeri Indonesia saat itu Israel dan
Taiwan dianggap tidak berdaulat, keputusan ini menyebabkan komite
Olympiade Internasional mencabut sementara Indonesia dalam
organisasi tersebut, Bung Karno menjawabnya dengan menyatakan
bahwa Indonesia secara resmi keluar dari IOC dan menganggap
organisasi tersebut hanyalah perpanjangan tangan dari negara Oldefo
sebagai kedok imperialisme.
Hubungan olahraga dan politik tidak hanya ditunjukkan oleh Indonesia.
Secara global terbukti bahwa ada hubungan erat antara politik dan
olahraga, terutama penyelenggaraan kompetisi olahraga internasional.
Penundaan olimpiade karena pecahnya Perang Dunia adalah fakta
bahwa politik sangat berpengaruh pada olahraga.
Tokoh-tokoh besar seperti Adolf Hitler bahkan pernah memanfaatkan
Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) sebagai alat propaganda politik
Nazi, itulah sebabnya negara Yunani pernah menjatuhkan sanksi berat
kepada Giorgios Katidis dilarang bermain membela Yunani karena
memperagakan salam gaya Nazi ketika mencetak goal yang membawa
AEK Athens unggul 2-1 atas Veria di Liga Yunani.

5. Kronologi Batalnya Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20


Secara resmi telah membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah
piala dunia U-20 2023.
Pengumuman ini disampaikan setelah pertemuan ketua Umum PSSI,
Erick Thohir, dan Presiden FIFA, Gianni Infantino, di Doha, Qatar.
Namun, FIFA tidak memberikan alasan jelas terkait pembatalan tersebut
dalam pengumuman resminya. Tetapi dari situasi yang sedang terjadi,
penolakan terhadap keikutsertaan dan kehadiran timnas Israel ke
Indonesia diduga sebagai salah satu penyebabnya.
Pada Juli 2019, Menpora Imam Nahrawi mengirim surat kepada
Presiden Jokowi untuk diteruskan kepada FIFA terkait kesiapan dan
pengajuan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2021. Pada akhir
Oktober 2019, FIFA mengadakan rapat di Shanghai, Cina, untuk
menunjuk tuan rumah baru Piala Dunia U-20. Indonesia pun terpilih,
mengalahkan Peru dan Brasil yang juga mengajukan diri.
Pada November 2019, Presiden Jokowi bertemu Presiden FIFA, Gianni
Infantino, di Bangkok. Pada pertemuan tersebut, Presiden Jokowi
menyatakan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah ajang sepak bola
junior tersebut.

Dua tahun berselang, pada Juni 2022, timnas Israel U-20 dipastikan
akan menjadi salah satu peserta Piala Dunia U-20 setelah berhasil
masuk ke babak semifinal Piala Eropa U-20.

Lantas pada Oktober 2022, terjadi tragedi Kanjuruhan yang


menewaskan 135 orang suporter setelah laga Arema vs Persebaya
Surabaya di Malang.

Peristiwa tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang sanksi FIFA


terhadap Indonesia, salah satunya pembatalan status tuan rumah Piala
Dunia U20 2023.
Pada Oktober 2022, Presiden FIFA dan Presiden Jokowi sepakat jika
turnamen terbesar tersebut tetap akan berlangsung di Indonesia dan
berjalan dengan baik.

Pada 14 Maret 2023, Gubernur Bali, I Wayan Koster, mengirim surat ke


Kemenpora terkait keberatan atas kedatangan Timnas Israel di
wilayahnya. Keputusan ini pun memicu gelombang penolakan dari
tokoh dan instansi lain. Pada 23 Maret 2023, Gubernur Jawa Tengah,
Ganjar Pranowo ikut menyuarakan hal yang sama. Isu penolakan pun
semakin memanas.

Merspons situasi di Indonesia, terlebih penolakan gubernur lokasi


penyelenggara, FIFA  membatalkan drawing atau undian Piala Dunia
U20 yang seharusnya digelar di Bali, 31 Maret 2023.

Presiden Jokowi juga mengadakan konferensi pers yang menyatakan


agar tidak mencampur adukkan olahraga dan politik. Pada 29 Maret
2023 malam WIB, FIFA secara resmi mengumumkan membatalkan
status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 dan akan
menunjuk negara lain untuk penggantinya.

Meski FIFA tidak memberikan alasan jelas mengenai pembatalan status


tuan rumah ini, tetapi penolakan terhadap kedatangan dan keikutsertaan
Timnas Israel diduga sebagai salah satu alasannya.
Dalam catatan Tempo, terdapat beberapa pihak yang menentang
kedatangan timnas Israel di Indonesia. Meski begitu, beberapa
mengungkapkan tidak masalah dengan kedatangan timnas Israel.

6. PIHAK YANG MENENTANG KEDATANGAN ISRAEL


a. Hasto Kristiyanto PDIP

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto merupakan salah


satu yang menentang keberadaan Israel di Piala Dunia U-20 Indonesia.
Ia menilai kehadiran Israel di Indonesia dapat meningkatkan potensi
kerentanan politik dan sosial. 

b.  Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD DKI Jakarta juga menjadi
salah satu yang menolak kehadiran Timnas Israel. Ketua Fraksi PKS
Achmad Yani mendesak Penjabat Gubernur DKI Heru Budi ikut
menolak Timnas Israel berlaga di Piala Dunia U-20 di Indonesia,
khususnya di Jakarta.

“Fraksi PKS menegaskan kembali, bahwa menolak dengan keras


kehadiran timnas israel di DKI Jakarta dan juga wilayah NKRI lainnya,”
kata Ketua Fraksi PKS Achmad Yani dalam keterangannya, Sabtu, 24
Maret 2023.
c. Gubernur Bali, I Wayan Koster

Gubernur Bali I Wayan Koster juga turut menolak kedatangan Timnas


Israel. Namun, ia menampik jika penolakan terhadap Timnas Israel itu
merupakan sikapnya semata namun juga sikap pemerintah.

d. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menolak timnas Israel


bermain di Indonesia. Ia menyebut penolakan itu sebagai perwujudan
komitmen upaya kemerdekaan Palestina sesuai amanat Presiden
Indonesia pertama, Soekarno, yang juga tertulis dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. 

e. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

MUI diketahui juga menjadi pihak yang mempertimbangkan kehadiran


Timnas Israel di Piala Dunia U-20. MUI mengusulkan agar Timnas
Israel bermain di tempat lain.

f. FPI dan Persaudaraan Alumni 212

Koordinator lapangan aksi 203 yang menolak tim nasional Israel


bertanding di Indonesia, Husein menyatakan bisa bernafas lega setelah
FIFA akhirnya membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di
Indonesia   

7. Pihak yang tak mempermasalahkan kedatangan Timnas Israel

a. Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul


Ulama)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU Yahya


Cholil Staquf, menyatakan pihaknya tak masalah jika timnas
Israel bertandang ke Indonesia untuk mengikuti Piala Dunia U-20.
Sebelumnya, berbagai penolakan terhadap kedatangan Israel ke
Indonesia dinyatakan sejumlah pihak, seperti kelompok PA 212 hingga
Front Persaudaraan Islam (FPI). 

"Enggak masalah (Timnas Israel ke Indonesia), belum tentu Palestina


rugi. Jadi yang penting perkuat posisi Indonesia dalam platform
internasional," kata Yahya di kawasan Istana Negara, Jakarta Pusat,
Jumat, 24 Maret 2023.

b. Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI periode 2004-2009 dan 2014-


2019)

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mendukung dan tidak


mempersoalkan kedatangan timnas Israel ke Indonesia untuk berlaga di
Piala Dunia U-20. Menurut dia, ajang ini justru dapat menjadi
momentum untuk mengenal Israel, bila memang Indonesia ingin
berperan aktif dalam menegakkan perdamaian di Timur Tengah dan
memperjuangkan kepentingan bangsa Palestina.

c. Zuhair Al-Shun (Duta Besar Palestina untuk Indonesia)

Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Ashun menjadi pihak


yang tak mempermasalahkan keikutsertaan Timnas Israel di Piala Dunia
U-20 Indonesia. Hal ini diutarakan Presiden Jokowi yang menyebut
dirinya sependapat dengan Zuhair bahwa FIFA memiliki aturan yang
harus ditaati anggotanya. Jokowi dan Zuhair bertemu di Istana Negara,
Jakarta, Jumat, 24 Maret 2023.

BAB III

PENUTUP
A.kesimpulan
Kesimpulannya bahwa olahraga yang sejatinya sebagai media pemersatu
bangsa dan sebagai salah satu symbol karakter dan jati diri bangsa tidak
pernah lepas dari kekuatan politik di dalam nya.
Namun, olahraga di masa mendatang harus menjadi alat pemersatu
bangsa. Karena, olahraga mengandung banyak unsur, antara lain
Pendidikan,budaya,wisata,ekonomi, dan tentu saja Kesehatan. Dengan
demikian, untuk memajukan olahraga harus ditanamkan jiwa sportifitas
sejak dini, dan juga menjauhkan politik praktis mencederai hakikat dari
olahraga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dliya, ulhaq agam. (2013). OLAHRAGA DAN POLITIK STUDI KASUS PERAN
PEMERINTAH DALAM KONFLIK PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH
INDONESIA (PSSI).
Utomo, D. P. (2018). Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet
Berprestasi.

Anda mungkin juga menyukai