SOSIOLOGI OLAHRAGA
Dr. Asep Suharta, M.Pd.
FIK Universitas Negeri Medan
Materi 3:
A. Pengertian Politik
B. Olahraga Tidak Bisa Terlepas dari Politik;
C. Melihat Olimpiade sebagai Peristiwa Politik;
D. GANEFO: Olimpiade Tandingan Yang Menyatukan Politik Dan Olahraga;
E. Boikot Olahraga dan Politik.
1 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
A. PENGERTIAN POLITIK
Politik (bahasa Yunani: politiká), yang berarti dari, untuk, atau yang
berkaitan dengan warga negara, adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain:
▪ politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles).
▪ politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara.
▪ politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
▪ politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan
pelaksanaan kebijakan publik.
Pengertian politik dalam uraian ini pada dasarnya mengacu pada kedua
batasan tersebut di atas. Politik disini diartikan tindakan kebijaksanaan dan bahkan
perilaku dari tokoh pejabat yang berkaitan dengan pemerintahan.
2 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
B. OLAHRAGA TIDAK BISA DILEPASKAN DARI POLITIK
penting kita, yaitu bahwa “olahraga itu sepenuhnya bebas dari politik.”
Olahraga Indonesia sendiri dengan jelas menunjukkan bahwa ada hubungan nyata
olahraga pada masa-masa akhir colonial, olahraga dipergunakan alat untuk membina
nasionalisme yang berkembang dimasyarakat. Zaman perang kemerdekaan
dipergunakan untuk membina patriosme. Puncak keterlibatan politik terjadi pada
masa demokrasi terpimpin, yang sering juga disebut Orde Lama yaitu periode antara
1956-1965. sedangkan pada tahun-tahun awal perkembangan orde baru olahraga
lebih banyak berfungsi sebagai pembinaan integrasi bangsa, setelah dikotak-
kotakkan pada masa orde lama. Apakah dalam masa deregulasi ini, olahraga akan
lebih bebas dari politik masih harus ditunggu.
3 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
politik dimasukkan ke olahraga dalam ukuran sangat besar akan merusakkan unsur
permainannya sehingga mengubah hakekat kewajaran olahraga itu sendiri. Lebih
lanjut dinyatakan korupsi dalam olahraga akan mengarahkan tekanan korupsi itu pada
tokoh politik nasional maupun lokal, yang akan memberikan pengaruh merugikan bagi
masyarakat. Bahaya lebih besar adalah tindak korupsi yang berbalik arah.
Salah satu karakteristik olahraga yang paling nyata adalah identifikasi individu
yang kuat terhadap kelompok klub, kota atau bahkan Negara, dan individu yang
bersangkutan merasa senang dengan proses identifikasi. Larutnya diri individu
kedalam kelompok itu tidak hanya terbatas pada peserta aktif tetapi juga meliputi
mereka yang menonton. Yang sama-sama menjadi anggota klub, lokasi geografik,
dan sesuku atau sebangsa dengan peserta aktif tersebut.
4 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
terbuka. Gejala tersebut nampak jelas dalam peristiwa Asian Games ke IV tahun 1962
yang diselenggarakan di Indonesia. Mary Hart (1972) menyebutkan peristiwa itu
sebagai berikut : “At the last moment however the Indonesian games committee and
the Indonesian government deliberately excluded from competion that teams of two
charter members of the Asian Games Federation whose governments are not
recognized by Indonesia thus stirred up an internasional controversy which after
almost stalling the games themelves, led to he decision by internasional sport bodies
that the event in Jakarta did qualify as the Fourth Asian Games at all but must be
regarded as merely another international competion, and climaxed in an Indonesian
riot at the Indian Embassy in Jakarta”.
“ They have also taken up suggestion which originated, at seems with the
Minister of sports and past president of the Asian Games Federation, who has
proposed the established of a new internasional game organization. The “emerging
nations,” the argument runs, should free themselves of the “domination” of western
“imprealist” sportmen who” discriminate” against Afro-Asians. They should form a new
sport association of Asian, African and Latin American nation which take account of
the “realisties” of the present world political situation”.
Gagasan pembentukan persatuan olahraga baru bagi Asia, Afrika, dan Latin
Amerika di Jakarta pada tahun 1963. pertemuan olahraga tersebut dinamai: “Games
Of The New Emerging Force” disingkat dengan GANEFO, suatu usaha atau upaya
politik Indonesia di dunia internasional melalui olahraga. Suatu gerak politik yang
nampaknya sia-sia, karena akibat dari penyelenggaraan pertemuan dari olahraga
tersebut Indonesia ditolak ikut serta dalam Olympic games ke XVIII 1962 di Tokyo.
Ganefo di Jakarta itu nyatanya tidak berdampak apa-apa terhadap gerakan olahraga
internasional. Sebaliknya malah I.O.C. mengadakan kontra gerakan berupa
pengucilan Indonesia dari dunia olahraga internasional.gerakan yang terhenti yang
sebenarnya bertentangan dengan slogan Ganefo yang dicanangkan yaitu “ Ever
Onward no Retreat” yang artinya “Maju terus pantang mundur”
5 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
Suatu konflik antara Negara lantaran olahraga pernah juga terjadi. Bahkan
konflik itu berubah menjadi perang, yang terkenal dengan perang sepak bola. Konflik
ini terjadi antara El Savador dan Honduras Negara-negara yang termasuk Amerika
Selatan. Peperangan antara kedua Negara itu disulut oleh kerusuhan setelah liga
pertandingan pada final regional tahun 1970. kerusuhan tersebut terjadi di perbatasan
kedua Negara tersebut dan menyebabkan putusnya hubungan diplomatic dan disusul
dengan beberapa serangan bom oleh kedua Negara tersebut.
Olahraga itu tidak hanya dapat menimbulkan konflik atau bahkan peperangan
antar dua Negara, tetapi juga dapat mendamaikan dua Negara yang saling
bermusuhan. “diplomasi pingpong” yaitu tin pimpong amerika Serikat yang dating atas
undangan pemain tennis meja R.R.C. dapat meningkatkan kontak diplomasi dalam
skala besar dan dapat memulihkan hubungan kedua Negara menjadi normal kembali.
Peristiwa tersebut diatas itu merupakan sample dari jumlah peristiwa serupa
yang banyak terjadi di lingkungan internasional atau interlokal. Dapat dinyatakan
kemudian bahwa olahraga tidak bisa dipisahkan dari kepentingan politik. Masalahnya
adalah bagaimana hubungan atau persekutuan yang tidak mengurangi derajat
keduanya dan kewajaran Azasinya.
6 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
yang menggunakan sarung tangan hitam ke atas sebagai tanda protes atas
dibatasinya hak-hak sipil kaum kulit hitam di AS.
Mundur lebih jauh lagi, yaitu pada Olimpiade 1936 di Berlin. Olimpiade ini
dimanfaatkan oleh Hitler untuk menunjukkan kepada seluruh dunia betapa hebatnya
suku Arya di bidang olahraga. Sayangnya ada pelari berkulit hitam dari AS, Jesse
Owens, yang berhasil meraih empat emas dan membuat malu Hitler. Yang paling
berkesan bagi Owens adalah saat perlombaan lompat jauh. Pada dua lompatan
pertama dia dinyatakan diskualifikasi. Tiba-tiba atlet lompat jauh berkulit putih dari
Jerman, Luz Long, menghampiri Owens dan menasihatinya untuk melompat apa
adanya agar lolos ke final. Saran lawannya itu diterima oleh Owens dan pada babak
final secara menakjubkan dia berhasil kembali mempersembahkan medali emas bagi
kontingen AS.
7 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
Selengkapnya lihat tautan
https://nasional.kompas.com/read/2008/08/07/01453356/melihat.olimpiade.sebagai.
peristiwa.politik.dunia?page=all
Namun patut dicatat, kemenangan paling gemilang pada saat itu justru diraih
oleh seorang atlet keturunan Afrika-Amerika bernama Jesse Owens, yang meraih 4
medali emas dan Ibolya Csák; seorang atlet Yahudi asal Hongaria.
Dalam Olimpiade Melbourne 1956, Uni Soviet berjaya dan muncul sebagai
negara adidaya baru dalam dunia olahraga. Uni Soviet memanfaatkan publisitas yang
muncul karena memenangkan Olimpiade dengan menyebarkan ideologi politiknya.
Beberapa atlet secara individu juga telah memanfaatkan Olimpiade untuk
mempromosikan agenda politik mereka.
Dalam Olimpiade Mexico City 1968, dua orang atlet atletik Amerika Serikat,
Tommie Smith dan John Carlos, yang memenangkan tempat pertama dan ketiga
dalam lari 200 meter, mengangkat tangan dan memberikan hormat yang diartikan
sebagai salam orang kulit hitam (black power salute) di atas podium kemenangan.
Runner-up saat itu, Peter Norman dari Australia mengenakan lencana bertuliskan
"Proyek Olimpiade untuk Hak Asasi Manusia" untuk menunjukkan dukungannya pada
8 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
Smith dan Carlos. Atas hal ini, Presiden IOC saat itu, Avery Brundage mengeluarkan
dan mencabut gelar juara mereka karena salam rasis dan berbau politik tidak
diperbolehkan dalam Olimpiade. Namun insiden ini mempunyai pengaruh kuat ke
media.
9 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
Pada masa pemerintahan Bung Karno, Indonesia pernah membuat dunia
terkejut dalam bidang olahraga, yaitu dengan ketika diadakannya GANEFO (Games
of New Emerging Forces), yaitu semacam event olahraga akbar antar negara, seperti
olimpiade, namun yang membedakannya adalah pesertanya dari negara-negara
berkembang. Bung Karno sendiri juga yang menyatakan bahwa pelaksanaan
GANEFO ini untuk menandingi Olimpiade. GANEFO ini dibentuk setelah pada Asian
Games sebelumnya di Jakarta tahun 1962, Bung Karno tidak mengijinkan Israel dan
Taiwan ikut serta dalam acara tersebut karena alasan politik. Indonesia akhirnya
diskors IOC (komite olimpiade) dan memutuskan keluar dari IOC.
Motto dalam GANEFO ini adalah (Onward! No Retreat) “Maju Terus Jangan
Mundur”. GANEFO sendiri pertama dilangsungkan di Jakarta, 10 November 1963, dan
diikuti oleh 2000 atlet dari 51 negara di Asia, Africa, Amerika Latin, dan Eropa.
Penyelenggaraan GANEFO ini diboikot negara-negara barat, meski begitu tetap
berlangsung. IOC juga memberi peringatan kepada atlet-atlet yang ikut GANEFO,
bahwa mereka yang ikut GANEFO dilarang untuk ikut olimpiade.
10 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
Selengkapnya lihat Tautan:
https://tirto.id/olimpiade-tandingan-yang-menyatukan-politik-dan-olahraga-cza5
▪ Irlandia juga memboikot Olimpiade Berlin 1936 karena IOC membatasi tim
yang boleh berpartisipasi hanya dari Negara Bebas Irlandia, bukannya dari
Kepulauan Irlandia.
▪ Pada Olimpiade Tokyo 1964, Indonesia dan Korea Utara mencabut diri dari
Olimpiade, setelah beberapa atlet mereka di diskualifikasi karena mengikuti
Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (GANEFO) di Jakarta. Pada
waktu itu, GANEFO dianggap sebagai pertandingan saingan Olimpiade.
▪ Pada Olimpiade München 1972 dan Olimpiade Montreal 1976, sebagian besar
negara Afrika mengancam untuk memboikot Olimpiade sebelum IOC melarang
Afrika Selatan dan Rhodesia untuk berpartisipasi karena rezim Apartheid
mereka. Selandia Baru juga salah satu alasan pemboikotan Afrika, sebab tim
nasional rugbi mereka yang telah bertandang ke Afrika Selatan untuk
bertanding juga diperbolehkan ikut Olimpiade. IOC mengakui kasus yang
pertama, namun menolak melarang Selandia Baru dengan alasan bahwa rugbi
bukanlah bagian dari olahraga Olimpiade. Memenuhi ancaman mereka, dua
puluh negara Afrika beserta Guyana dan Irak mengundurkan diri dari Olimpiade
Montreal 1976 setelah beberapa atlet mereka berlaga dalam pertandingan.
11 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
nama, bendera dan lagu kebangsaan Republik Tiongkok. Taiwan tidak
berpartisipasi lagi sampai Olimpiade Los Angeles 1984, di mana saat itu
mereka berlaga di bawah nama Cina Taipei serta menggunakan bendera dan
lagu kebangsaan yang baru.
12 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021
sambil menyatakan logo ini "rasis" dan meminta logo tersebut ditarik dan
desainernya "dikecam". IOC "diam-diam" menolak permintaan tersebut, dan
Iran pada akhirnya mengumumkan bahwa mereka tidak jadi memboikot ajang
tersebut.
13 Olahraga dan Politik, Bagian 1 – Mata Kuliah Sosiologi Olahraga. Asep Suharta FIK UNIMED 2021