Anda di halaman 1dari 20

BUDAYA POLITIK ORDE BARU DAN

DAMPAKNYA
Oleh Pertampilan S. Brahmana

1.Pengertian Budaya Politik


Menurut Koentjaraningrat (1970), kebudayaan berasal daripada
perkataan Sanskrit 'buddhayah' iaitu bentuk jamak dari 'buddhi' yang
berarti 'budi' atau 'akal'. Kebudayaan dapat diartikan sebagai 'hal-hal
yang bersangkutan dengan akal'. Kebudayaan adalah keseluruhan
dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh
tatakelakuan yang harus diperoleh dengan cara belajar. Edward B.
Taylor (1871), budaya adalah satu keseluruhan sistem yang
kompleks yang berisi ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
kesusilaan, undang-undang, adat istiadat dan lainnya, serta
kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota
masyarakatnya. Leslie White (1947) mendefinisikan kebudayaan
adalah satu organisasi fenomena - perlakuan (pola tingkah laku),
objek (alat bertukang dan barang lain yang dibuat daripada alat tadi),
idea (kepercayaan dan ilmu pengetahuan), dan sentimen (sikap,
nilai) - yang bergantung kepada penggunaan simbol. Lucy Mair
(1965) mendefinisikan kebudayaan adalah milik bersama sesuatu
masyarakat yang mempunyai tradisi yang sama. Horskovit
mendefinisikan kebudayaan adalah is a way of life atau satu cara
hidup.
Dari definisi-definisi di atas, maka kebudayaan atau budaya
adalah satu cara hidup yang merujuk kepada manusia yang diwarisi
dan bersifat dinamis. Artinya budaya tidak diterima melalui warisan.
Setiap orang harus mempelajarinya dan hidup bersama-sama dalam
masyarakat. Budaya suatu bangsa mewujudkan keseragaman
tingkah laku. Keseragaman tingkah laku ini memuluskan kehidupan
masyarakat, karena budaya di sini berperan mengatur, menata
masyarakat agar tidak mengalami chaos ketika menghadapi suatu
situasi tertentu.
Menurut Roy Macridis, kebudayaan politik adalah sebagai
tujuan bersama dan peraturan yang diterima bersama. Menurut
Dennis Kavanagh, kebudayaan politik adalah sebagai pernyataan
untuk menyatakan lingkungan perasaan dan sikap dimana sistem
politik itu berlangsung.
Kebudayaan politik suatu bangsa terutama nampaknya
terpusat terhadap legitimasi peraturan-peraturan dan lembaga politik
serta prosedur (Finer). Indikator-indikator kebudayaan politik suatu
bangsa, menurut Pye, mencakup faktor-faktor seperti wawasan
politik, bagaimana hubungan antara tujuan dan cara standar untuk
penilaian aksi politik serta nilai-nilai yang menonjol bagi aksi politik.
Sedangkan menurut Samuel Beer komponen-komponen kebudayaan
adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap emosi tentang bagaimana
pemerintah seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus
dilakukan pemerintah.
Namun disisi lain, menurut Robert Dahl, kebudayaan politik
adalah satu faktor yang menjelaskan pola-pola yang berbeda
mengenai pertentangan politik. Unsur budaya yang penting,
1. Orientasi masalah-masalah, apakah mereka pragmatik atau
rasionalistis.
2. Orientasi terhadap aksi bersama, apakah mereka bersifat
kerjasama atau tidak (kooperatif atau non kooperatif).
3. Orientasi terhadap sistem politik, apakah mereka setia atau tidak.
4. Orientasi terhadap orang lain, apakah mereka bisa dipercaya atau
tidak.
Jadi kebudayaan politik tidak lain adalah bagian dari
kebudayaan suatu masyarakat. Dalam kedudukannya sebagai satu
subkultur, kebudayaan politik dipengaruhi oleh budaya secara umum.
Adapun obyek-obyek politik mencakup bagian dari sistem
politik, seperti badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, partai-partai
politik, dan kelompok-kelompok organisasi, pandangan-pandangan
individual sendiri sebagai pelaku-pelaku politik dan pandangannya
terhadap warga masyarakat lain.
Dari dua Presiden Republik Indonesia terdahulu yaitu Soekarno
dan Soeharto, keduanya berorientasi kekuasaan. Atas nama UUD 45
Soekarno tampl sebagai penguasa tnggal sampai Dmokrasi
Terpimpin hinga tahun 1965/1966. Kemudian Soeharto dating
menggantikannya, atas nama Demokrasi Pancasila persis seperti
Bung Karno sebagai penguasa tunggal. Pancasila dan UUD 45 dan
segala perundang-undangan, umumnya ditafsirkan secara monolitik1.

1
Ahmad Syafii Maarif, dalam Menyingkap Kolusi dan Nepotisme di Indonesia. Penerbit
Aditya Media, Yogyakarta, 1999; hal 5.
2.Ordebaru

2.1 Pengertian Ordebaru


Ordebaru adalah salah satu babakan sejarah dalam sejarah
Negara Indonesia. Ordebaru dimulai tahun 1966 dan berakhir 1998.
Tokoh utamanya adalah Soeharto, presiden republik Indonesia yang
kedua.
Ordebaru lahir, berawal dari Surat Perintah Sebelas Maret
tahun 1967 yang diberikan Soekatno (Presiden Indonesia yang
pertama) kepada Jenderal Soeharto untuk mengamankan negara
akibat tertadinya pembunuhan terhadap tujuh panglima tinggi TNI.
Kemudian berdasarkan Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967
bertanggal 12 Maret 1967, tentang Pencabutan Kekuasaan
Pemerintahan Negara dari Presiden Sukarno, dan menghukuhkan
Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia.
Presiden Soeharto menerma perintah tersebut dalam kondisi
negara yang labil, karena negara sedang mengalami.konflik
(disharmoni) horizontal dan vertikal. Konflik horizontal ini bersumber
dari antar pendukung partai, sedangkan konflik vertikal ini, ada partai
mengkudeta negara, ada gerakan bawah tanah dari golongan
tertentu yang ingin pula mengganti ideologi negara.
Selama 32 tahun masa kepemimpinan Presiden Soeharto,
Presiden Soeharto membangun negara Indonesia dengan sistem
politik yang “keras”, oleh kalangan pemerhati dikatakan sistem
otoriter dan represif (Subekti, 1998:11).
Ordebaru tidak dapat dilepaskan dari nama Soeharto, presiden
RI yang kedua. Ordebaru ini dimulai dari tahun 1966-1998, awal
naiknya Soeharto menjadi penguasa di Indonesia hingga
mengundurkan dirinya Soeharto dari panggung kekuasaan politik
Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998, melalui gerakan pemuda
Indonesia.
Pada pidato amanat kenegaraannya yang pertama pada
tanggal 16 Agustus 1967, (Soeharto, 1985:7) Orde Baru diartikan
tidak lain adalah tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan
negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan kemurnian
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan penting
ordebaru terdiri dari landasan ideologi, yaitu Pancasila, landasan
ketatanegaraan yaitu Undang-undang dasar 1945 dan landasan
sikap mental yaitu kemurniaan pengabdian kepada kepentingan
rakyat banyak ... yang dibersihkan dari segala bentuk
penyelewengan, atau pun penunggangan untuk kepentingan yang
lain dari kepentingan rakyat (Soeharto, 1985:4).
Menurut Amir Mahmud (Mahmud, 1986: 136-137) orde baru
pada hakekatnya adalah sikap dan tekad mental dan itikad baik yang
mendalam untuk mengabdi kepada rakyat dan kepentingan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sejalan
dengan hakekat tersebut maka orde baru adalah:
a. Satu orde yang merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada kemurnian
pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Merupakan koreksi total atas penyelewengan yang terjadi pada
masa-masa sebelumnya.
c. Suatu proses sosial yang panjang, sebab penyelewengan yang
terjadi pada masa lampau, berjalan bertahun-tahun sehingga
menyentuh hampir seluruh segi kehidupan bangsa kita.
d. Perubahan sikap mental yang mendahulukan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi atau golongan dan yang
memerlukan sikap dan pola bekerja yang berorientasi pada
program. Karena itu urgensi yang implisit dalam perjuangan Orde
Baru ialah menyusun kembali kekuatan bangsa dan menentukan
cara-cara yang tepat untuk menumbuhkan stabilitas nasional
jangka panjang, untuk mempercepat proses pembangunan
bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945.

2.2 Sistem Politik Ordebaru


Bila dicemati pandangan-pandangan masyarakat tentang
ordebaru, setelah ordebaru tidak memerintah lagi, sistem politik yang
dibangun ordebaru seperti sama sekali tidak ada sisi positipnya.
Bagaimana buruknya sistem politik odebaru ini, dapat dilihat
dalam buku Subadio Sastrosatomo dengan judul Renungan Gunung
Luwum Politik Doso Muko Rezim Ordebaru, Rapuh dan Sengsarakan
Rakyat dikatakan Soeharto membangun ordebaru tidak berdasarkan
kebenaran tapi berlandaskan kepalsuan-kepalsuan yang dipaksakan
(Sastrosatomo, 1998:ii). Sistem politik ini memiliki sepuluh wajah
(Sastrosatomo, 1998:3-4) yaitu:
1. Kedaulatan rakyat dirampas.
2. Pancasila dijadikan tameng kekuasaan
3. Hukum dikangkangi
4. Parpol dan serikat buruh dipasung
5. Parlemen dikebiri
6. Pers dimandulkan
7. Ekonomi berawajah Nepotisme-korupsi-kolusi
8. Pendidikan dijinakkan
9. Kebudayaan diseragamkan
10. Nilai-nilai kemanusiaan diinjak-injak
Bagaimana masyarakat antipatinya terhadap ordebaru ini, dapat
dibaca melalui judul-judul tulisan atau kelompok berikut ini.
1. KOALISI NASIONAL ANTI ORDE BARU Sekretariat : Jl. Prapanca
Raya No. 39 A, Darmawangsa 5, Kebayoran Baru, Telp. (021)
73989202.
2. Gaya Kepemimpinan Represif Orde Baru3
3. GOTONG-ROYONG MELAWAN SISA-SISA ORDE BARU Oleh
Umar Said4.
4. INTEL-INTEL SISA ORDE BARU DITUDUH MENYULUT
KONFLIK DI POSO5
5. Jangan Ulangi Kekeliruan Orde Baru6
6. KEBOHONGAN SEJARAH ORDE BARU HARUS KITA
BONGKAR BERSAMA-SAMA7
7. Kedunguan Nasionalisme Orde Baru8
8. Konflik Poso adalah Permainan Intrik Orba9
9. Membongkar Niat Jahat Rezim Orba melalui RUU Politiknya10.
Tudingan dan antipati seperti ini, tidak sepenuhnya benar dan
positip bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan telalu
emosional. Kalau dikatakan kedaulatan rakyat dirampas, kedaulatan
rakyat yang mana? Kalau dikatakan Pancasila dijadikan tameng
kekuasaan, tameng yang bagimana?, kalau dikatakan hukum
dikangkangi, apa memang 100% benar, parpol dan serikat buruh
dipasung, parlemen dikebiri, pers dimandulkan, ekonomi berawajah

2
http://www.indopubs.com/archives/0519.html (31 Mei 2001)
3
http://www.jurnalindonesia.com/200104/04TinjauKhusus3.htm (13/11/2001)
4
http://www.choii.com/cgi-bin/newspro/viewnews.cgi?newsid984305444,20404,
(13/3/2001)
5
http://www.rnw.nl/ranesi/html/intel-intel_orba.html (04/03/2002)
6
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0004/03/nasional/jang08.htm (3 April 2000)
7
Umar Said, http://members.fortunecity.com/toleransi/kebohongan_orba.html
(04/02/2002)
8
http://www.detakanalisis.com/politik/2002/06/13/130602-politik-1515.htm
(20/07/2002)
9
http://www.indopubs.com/archives/0595.html (11 Juli 2001)
10
http://groups.yahoo.com/group/Reformasi_Nusantara/message/670 (24/09/2002)
nepotisme-korupsi-kolusi, pendidikan dijinakkan dan kebudayaan
diseragamkan serta nilai-nilai kemanusiaan diinjak-injak, tuduhan
yang tidak sepenuhnya dapat dibenar. Memang ada sisi negatif,
namun bukan pula tidak ada sisi positip dari tindakan di atas.

2.3 Progam Pembangunan Orde Baru


Untuk melaksanakan tujuan dari orde baru di atas, maka
disusunlah rencana pembangunan yang kemudian dikenal dengan
Repelita.
Menurut Susetiawan (1999:13), prinsip utama pelaksanaan
pembangunan di Indonesia menekankan kepada terciptanya
stabilitas politik guna mendukung pertumbuhan ekonomomi.
Alasannya adalah (1) pemikiran yang didukung oleh pengalaman
historis yakni kegagalan pemikiran rezim orde lama yang tidak
mampu mengangkat perkembangan ekonomi bangsa Indonesia, (2)
situasi sosial dan politik yang penuh dengan konflik dan perbedaan
pada jaman orde lama dianggap tidak mendukung perkembangan
ekonomi negara, (3) alasan legitimasi budaya bahwa konflik dan
perbedaan diharamkan oleh nilai budaya bangsa karena tidak
mendukung kehidupan yang harmonis.
Kelemahan prinsip utama di atas adalah situasi tidak mungkin
tanpa konflik. Akibatnya stabilitas bukan untuk kepentingan politik
tetapi alat bagi kelompok yang berkuasa. Maka Orde baru bukan
memanajemen konflik (managed conflict), tetapi mengelola adu
domba (managed devide et impera) (Susetiawan, 1999:17,21).

3. Budaya Politik Orde Baru


Budaya politjk adalah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
dalam mengatasi sesuatu masalah.
Orde Baru dalam mengatasi sesuatu masalah yang terjadi
dalam bidang ketertiban, keamanan, dan kewibawaan hukum.dalam
melaksanakan pembangunan, mengg nakan Keppres.
Orde Baru menerapkan sistem KKN dalam jabatan-jabatran
dan perusahaan-perusahaan tertentu. Kemudian menerbitkan
sejumlah Keppres dan Undang0Undang/

3.1 KKN

KKN merupakan singkatan dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme.


Korupsi. KKN orde baru dilakukan para pejabat, anak-anak pejabat
dan para kroni. KKN orde baru ini bukan saja terang-terangan tetapi
juga dalam bentuk :invisible hand”, tangan-tangan tidak nampak.
Maka tangan KKN Orde Baru ini memasuki ke dalam segenap sendi-
seni kehidupan.
Adapun korupsi orde baru antara lain
- menyangkut penggunaan uang negara oleh 7 buah yayasan yang
diketuai oleh Soeharto , yaitu Yayasan Dana Sejahtera
Mandiri[1][2], Yayasan Supersemar [1][3], Yayasan Dharma Bhakti
Sosial (Dharmais) [1][4], Yayasan Dana Abadi Karya
[1]
Bhakti(Dakab) , Yayasan Amal Bhakti Muslim
[1][5]
Pancasila , Yayasan Dana Gotong Royong
[1][6]
Kemanusiaan, Yayasan Trikora .
Ini hanya beberapa contoh.

3.2 Keppres
Atas Nama Ketertiban, Keamanan, dan Kewibawaan Hukum.

Tanggal Nomor Subyek


Keppres Terkenal dengan istilah skrining
No
300/1968
03-03- Keppres Tentang Komando Operasi
1969 No Pemulihan Keamanan dan
19/1969 Ketertiban (Kopkamtib). Tugas
pokok Kopkamtib disebutkan
untuk memulihkan keamanan dan
ketertiban dari akibat-akibat
peristiwa pemberontakan G-
30S/PKI (Gerakan 30
September/Partai Komunis
Indonesia), serta kegiatan-
kegiatan ekstrem dan subversi
lainnya. Kopkamtib juga
ditugaskan untuk ikut
mengamankan kewibawaan
pemerintah beserta alat-alatnya,
dari pusat sampai dengan daerah,
demi kelangsungan hidup
Pancasila dan UUD 1945.
Kopkamtib di daerah-daerah
dilaksanakan oleh Pelaksana
Khusus (Laksus), dan
berkembang cepat menjadi
lembaga yang menakutkan.
Semula Kopkamtib berkonsentrasi
pada tugas-tugas menyelesaikan
persoalan yang berhubungan
dengan sisa-sisa persoalan PKI.
Akan tetapi, dalam waktu yang
terasa berjalan begitu cepat,
Kopkamtib bergerak dengan
kewenangan sangat besar. Sejak
awal tahun 1970-an, Kopkamtib
mulai menangkap dan
menjebloskan orang ke dalam
penjara semata-mata karena
dicurigai berpotensi mengganggu
ketertiban dan keamanan, tanpa
bukti jelas. Orang ditangkap dan
ditahan tanpa proses pengadilan
04-04- Keppres Mengatur pelaksanaan dan
1973 No 13 pengawasan tugas Kopkamtib.
tahun 1973 Pengawasan atas Pelaksanaan
Tugas Komando Operasi
Pengawasan Keamanan dan
Ketertiban, menugaskan
Menhankam/ Pangab untuk atas
nama presiden melakukan
pengawasan sehari-hari terhadap
pelaksanaan tugas Kopkamtib.
Tuntutan pembubaran Kopkamtib
dan Asisten Pribadi (Aspri)
presiden, termasuk salah satu
tuntutan Peristiwa Malari 15
Januari 1974. Namun, Presiden
Soeharto tidak banyak
terpengaruh, malah melakukan
penyempurnaan atas Kopkamtib
melalui Keppres No 2/1974, yang
dikeluarkan tanggal 29 Januari
1974.
04-02- Keppres Tentang Dewan Stabilisasi Politik
1974 No 4/1974 dan Keamanan Nasional. Tugas
Dewan ini pada intinya tidak
banyak berbeda dengan
Kopkamtib.
25-06- Keppres Tentang Perlakuan terhadap
1975 No Mereka Yang Terlibat G-30S/PKI
28/1975 Golongan C.
05-09- Keppres Tentang Operasi Tertib (Opstib)
1977 No 9/1977 bertugas melakukan penertiban
terhadap aparatur negara. Opstib
bergerak bebas ke departemen-
departemen di lingkungan
pemerintah. Pejabat atau petugas
yang dicurigai tidak bersih dari PKI
atau dicurigai menentang
pemerintah, ditertibkan dan
dikeluarkan. Aktivitas Opstib
maupun Kopkamtib benar-benar
membuat banyak orang cemas
dan terus dibayangi ketakutan
05-09- Keppres tentang Badan Koordinasi
1988 No Bantuan Pemantapan Stabilitas
29/1988 Nasional/Daerah
(Bakorstanas/da).
17-04- Keppres Tentang Penelitian Khusus bagi
1990 No16/1990 Pegawai Negeri Republik
Indonesia. Keppres ini merupakan
pengganti Keppres No 300 Tahun
1968 tentang Penertiban dan
Pembersihan Personel Aparatur
Negara/Pemerintah yang
berhubungan dengan G-30S/PKI.
Istilah Litsus (Penelitian Khusus)
soal bersih lingkungan dari
keterpengaruhan komunisme atau
PKI. Bukan hanya pejabat negara
atau pegawai badan milik negara
yang dilitsus, tetapi juga para
anggota calon DPR dan MPR
dalam Pemilu tahun 1992 dan
1997
Sumber: Kompas, Jumat, 11 Desember 1998

Penerbitan Keppres tersebut tentu ada tujuan positipnya. Keppres No


19/1969, Tentang Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib). Tugas pokoknya disebutkan untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban dari akibat-akibat peristiwa
pemberontakan G-30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis
Indonesia), serta kegiatan-kegiatan ekstrem dan subversi lainnya.
Selain itu Kopkamtib juga ditugaskan untuk ikut mengamankan
kewibawaan pemerintah beserta alat-alatnya, dari pusat sampai
dengan daerah, demi kelangsungan hidup Pancasila dan UUD 1945.
Sisi lain dari tugas Kopkamtib jelas terjadi pelanggaran HAM sebab
sejak awal tahun 1970-an, Kopkamtib mulai menangkap dan
menjebloskan orang-orang yang dicurigai mampu membuat “onar” ke
dalam penjara. Mereka ditangkap dan ditahan tanpa proses
pengadilan

3.3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985

UU Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi


Kemasyarakatan berisi agar Organisasi Kemasyarakatan
berdasarkan Pancasila,
Fungsinya agar Organisasi Kemasyarakatan berfungsi
sebagai:wadah penyalur sesuai kepentingan anggotanya; wadah
pembinaan dan pengembangan anggotanya dalam usaha ewujudkan
tujuan organisasi; wadah peran serta dalam usaha menyukseskan
pembangunan nasional; sarana penyalur aspirasi anggota, dan
sebagai sarana komunikasi sosial timbal balik antar anggota,
dan/atau antar organisasi Kemasyarakatan, dan antar organisasi
Kemasyarakatan dengan organisasi kekuatan sosial politik, Badan
Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat, dan Pemerintah.
Sekarang UU Ormas ini sudah dicabut

3.4 Pedoman P4
Panduan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4(
dibentuk melalui Ketetapan MPR no. II/MPR/1978. Ketetapan ini
berisi tentang Eka Prasetya Pancakarsa yang menjabarkan kelima
asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai
pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila ( P4)


merupakan panduan tentang pengamalan Pancasila dalam
kehidupan bernegara,
Saat ini Tap MPR no. II/MPR/1978 ini telah dicabut melalui Ketetapan
MPR no XVIII/MPR/1998.
.
4. Dampak Budaya Politik

4.1 Pembangunan
Pembangunan dan keamanan dinilai berhasil. Pertumbuhan
ekonomi rata-rata 7% per tahun Pendapatan perkapita dari US$ 260
(tahun 1970) menjadi US$ 500 (tahun 1980).
Swasembada beras tahun 80-an yang mendapat penghargaan
FAO tahun 1986
Penduduk miskin dari 54,2 juta jiwa (40,08%) tahun 1976
menjadi 27,2 juta jiwa (15,08%) tahun 1990
(https://student.uigm.ac.id/assets/file/Materi/sejarah-perekonomian-
indonesia.pdf)

4.2 HAM
Berdasarkan catatan redaksi sekitar kita, Pelanggaran HAM
semasa Orde Baru adalah sebagai berikut11:
Data-Data Pelanggaran HAM Semasa Orde Baru
Tahun Kasus
1965 - Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jendral
Angkatan Darat.
- Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa
pendukung dan mereka yang diduga sebagai pendukung

11
http://www.sekitarkita.com/data/tabel_kml.htm (30/12/2003)
Partai Komunis Indonesia. Aparat keamanan terlibat aktif
maupun pasif dalam kejadian ini.

1966 - Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan


terhadap PKI terus berlangsung, banyak yang tidak
terurus secara layak di penjara, termasuk mengalami
siksaan dan intimidasi di penjara.
- Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku
Selatan dieksekusi pada bulan Desember.
- Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada
bulan Desember.

1967 - Koran- koran berbahasa Cina ditutup oleh


pemerintah.
- April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan
dengan demonstrasi anti Cina di Jakarta.
- Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang.

1969 - Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan


tahanan yang tidak diadili dikirim ke sana.
- Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.
- Tidak menyeluruhnya proses referendum yang
diadakan di Irian Barat, sehingga hasil akhir jajak
pendapat yang mengatakan ingin bergabung dengan
Indonesia belum mewakili suara seluruh rakyat Papua.
- Dikembangkannya peraturan- peraturan yang
membatasi dan mengawasi aktivitas politik, partai politik
dan organisasi kemasyarakatan. Di sisi lain, Golkar
disebut- sebut bukan termasuk partai politik.

1970 - Pelarangan demo mahasiswa.


- Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar.
- Sukarno meninggal dalam ‘tahanan’ Orde Baru.
- Larangan penyebaran ajaran Bung Karno.

1971 - Usaha peleburan partai- partai.


- Intimidasi calon pemilih di Pemilu ’71 serta
kampanye berat sebelah dari Golkar.
- Pembangunan Taman Mini yang disertai
penggusuran tanah tanpa ganti rugi yang layak.
- Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di
Yogyakarta oleh pemuda- pemuda yang di duga masih
ada hubungan darah dengan Sultan Paku Alam, dimana
yang kemudian diadili adalah Sum Kuning sendiri.
Akhirnya Sum Kuning dibebaskan.

1972 - Kasus sengketa tanah di Gunung Balak dan Lampung.

1973 - Kerusuhan anti Cina meletus di Bandung.

1974 - Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat


akibat demo anti Jepang yang meluas di Jakarta yang
disertai oleh pembakaran- pembakaran pada peristiwa
Malari. Sebelas pendemo terbunuh.
- Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara
lain ‘Indonesia Raya’ pimpinan Muchtar Lubis.

1975 - Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur.


- Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing
secara misterius.

1977 - Tuduhan subversi terhadap Suwito.


- Kasus tanah Siria- ria.
- Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di
pasar, membawakan barang milik seorang hakim
perempuan. Namun ia ditahan polisi karena meminta
tambahan atas bayaran yang kurang dari si hakim.
- Kasus subversi komando Jihad.

1978 - Pelarangan penggunaan karakter- karakter huruf


Cina di setiap barang/ media cetak di Indonesia.
- Pembungkaman gerakan mahasiswa yang
menuntut koreksi atas berjalannya pemerintahan,
beberapa mahasiswa ditahan, antara lain Heri Ahmadi.
- Pembredelan tujuh suratkabar, antara lain Kompas,
yang memberitakan peritiwa di atas.

1980 - Kerusuhan anti Cina di Solo selama tiga hari.


Kekerasan menyebar ke Semarang, Pekalongan dan
Kudus.
- Penekanan terhadap para penandatangan Petisi 50.
Bisnis dan kehidupan mereka dipersulit, dilarang ke luar
negeri.

1981 - Kasus Woyla, pembajakan pesawat garuda


Indonesia oleh muslim radikal di Bangkok. Tujuh orang
terbunuh dalam peristiwa ini.

1982 - Kasus Tanah Rawa Bilal.


- Kasus Tanah Borobudur. Pengembangan obyek
wisata Borobudur di Jawa Tengah memerlukan
pembebasan tanah di sekitarnya. Namun penduduk tidak
mendapat ganti rugi yang memadai.
- Majalah Tempo dibredel selama dua bulan karena
memberitakan insiden terbunuhnya tujuh orang pada
peristiwa kampanye pemilu di Jakarta. Kampanye massa
Golkar diserang oleh massa PPP, dimana militer turun
tangan sehingga jatuh korban jiwa tadi.

1983 - Orang- orang sipil bertato yang diduga penjahat


kambuhan ditemukan tertembak secara misterius di
muka umum.
- Pelanggaran gencatan senjata di Tim- tim oleh
ABRI.

1984 - Berlanjutnya Pembunuhan Misterius di Indonesia.


- Peristiwa pembantaian di Tanjung Priuk terjadi.
- Tuduhan subversi terhadap Dharsono.
- Pengeboman beberapa gereja di Jawa Timur

1985 - Pengadilan terhadap aktivis- aktivis islam terjadi di


berbagai tempat di pulau Jawa.

1986 - Pembunuhan terhadap peragawati Dietje di


Kalibata. Pembunuhan diduga dilakukan oleh mereka
yang memiliki akses senjata api dan berbau konspirasi
kalangan elit.
- Pengusiran, perampasan dan pemusnahan Becak
dari Jakarta.
- Kasus subversi terhadap Sanusi.
- Ekskusi beberapa tahanan G30S/ PKI.

1989 - Kasus tanah Kedung Ombo.


- Kasus tanah Cimacan, pembuatan lapangan golf.
- Kasus tanah Kemayoran.
- Kasus tanah Lampung, 100 orang tewas oleh ABRI.
Peritiwa ini dikenal dengan dengan peristiwa Talang sari.
- Bentrokan antara aktivis islam dan aparat di Bima.
- Badan Sensor Nasional dibentuk terhadap publikasi
dan penerbitan buku. Anggotanya terdiri beberapa dari
unsur intelijen dan ABRI.

1991 - Pembantaian di pemakaman Santa Cruz, Dili terjadi


oleh ABRI terhadap pemuda-pemuda Timor yang
mengikuti prosesi pemakaman rekannya. 200 orang
meninggal.

1992 - Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan


cengkeh oleh perusahaan-nya Tommy Suharto.
- Penangkapan Xanana Gusmao.

1993 - Pembunuhan terhadap seorang aktifis buruh


perempuan, Marsinah. Tanggal 8 Mei 1993

1994 - Tempo, Editor dan Detik dibredel, diduga


sehubungan dengan pemberita-an kapal perang bekas
oleh Habibie.

1995 - Kasus Tanah Koja.


- Kerusuhan di Flores.

1996 - Kerusuhan anti Kristen diTasikmalaya. Peristiwa ini


dikenal dengan Kerusuhan Tasikmalaya. Peristiwa ini
terjadi pada 26 Desember 19962. Kasus tanah Balongan.
- Sengketa antara penduduk setempat dengan pabrik
kertas Muara Enim mengenai pencemaran lingkungan.
- Sengketa tanah Manis Mata.
- Kasus waduk Nipah di madura, dimana korban jatuh
karena ditembak aparat ketika mereka memprotes
penggusuran tanah mereka.
- Kasus penahanan dengan tuduhan subversi
terhadap Sri Bintang Pamung-kas berkaitan dengan
demo di Dresden terhadap pak Harto yang berkun-jung di
sana.
- Kerusuhan Situbondo, puluhan Gereja dibakar.
- Penyerangan dan pembunuhan terhadap
pendukung PDI pro Megawati pada tanggal 27 Juli.
- Kerusuhan Sambas – Sangualedo. Peristiwa ini
terjadi pada tanggal 30 Desember 1996.

1997 - Kasus tanah Kemayoran.


- Kasus pembantaian mereka yang diduga pelaku
Dukun Santet di Jawa Timur.

1998 - Kerusuhan Mei di beberapa kota meletus, aparat


keamanan bersikap pasif dan membiarkan. Ribuan jiwa
meninggal, puluhan perempuan diperkosa dan harta
benda hilang. Tanggal 13 – 15 Mei 1998.
- Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa
Trisakti di jakarta, dua hari sebelum kerusuhan Mei.3.
Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa dalam
demonstrasi menentang Sidang Istimewa 1998. Peristiwa
ini terjadi pada 13 – 14 November 1998 dan dikenal
sebagai tragedi Semanggi I.

1999 - Pembantaian terhadap Tengku Bantaqiyah dan


muridnya di Aceh. Peritiwa ini terjadi 24 Juli 1999.
Pembumi hangusan kota Dili, Timor Timur oleh Militer
indonesia dan Milisi pro integrasi. Peristiwa ini terjadi
pada 24 Agustus 1999.
- Pembunuhan terhadap seorang mahasiswa dan
beberapa warga sipil dalam demonstrasi penolakan
Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan
Bahaya (RUU PKB). Peristiwa Ini terjadi pada 23 – 24
November 1999 dan dikenal sebagai peristiwa Semanggi
II.
- Penyerangan terhadap Rumah Sakit Jakarta oleh
pihak keamanan. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21
Oktober 1999.

Sumber: http://www.sekitarkita.com/data/tabel_kml.htm
(30/12/2003)

Ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang terbuka.


Beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terbuka
seperti yang tersebut pada tabel di atas, memang masih dapat
diperdebatkan, apakah layak dikategorikan pelanggaran hak asasi
manusia atau tidak. Kasus di atas adalah pelanggaran hak asasi
manusia dengan pelaku tertuding adalah negara (negara menzalimin
warganya), namun pelanggaran hak asasi manusia yang pelakunya
bukan aparat negara belum termasuk di dalamnya seperti warga
negara menzalimin negaranya, tetapi dengan mengorbankan orang
lain. Antara pelaku aparat negara dengan yang bukan aparat negara
mempunyai hubungan sebab akibat.
Beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia tersebut, ada
yang sudah selesai diadili seperti kasus Timor Timur, ada yang
sedang dalam proses pengadilan seperti kasus Tanjung Priok. Dan
ada yang belum mendapat tanggapan pemerintah seperti kasus
G30S/PKI, dan ada yang dianggap bukan kasus pelanggaran hak
asasi manusia, seperti kasus Trisakti dan Semanggi.

5. Simpulan
Orde Baru adalah adalah sikap dan tekad mental dan itikad
baik yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat dan kepentingan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Orde Baru tidak lain adalah tatanan seluruh perikehidupan rakyat,
bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan
kemurnian Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan
penting ordebaru terdiri dari landasan ideologi, yaitu Pancasila,
landasan ketatanegaraan yaitu Undang-undang dasar 1945 dan
landasan sikap mental yaitu kemurniaan pengabdian kepada
kepentingan rakyat banyak ... yang dibersihkan dari segala bentuk
penyelewengan, atau pun penunggangan untuk kepentingan yang
lain dari kepentingan rakyat
Budata politjk adalah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
dalam mengatasi sesuatu masalah. Orde Baru dalam mengatasi
sesuatu masalah yang terjadi dalam bidang ketertiban, keamanan,
dan kewibawaan hukum.dalam melaksanakan pembangunan, Akibat
budaya politik berakibat banyk terjadi pelanggaram HAM

Daftar Pustaka

Amirin, Tatang M. 1992. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: CV.


Radjawali.
Dahrendorf, Ralf. 1986. Konflik Dan Konflik Dalam Masyarakat
Industri. Jakarta: CV. Rajawali.
Kantaprawira, Rusadi. 1990 Pendekatan Sistem Dalam Ilmu-Ilmu
Sosial: Aplikasi Dalam Meninjau Kehidupan Politik Indonesia.
Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Mannheim, Karl. 1986. Sosiologi Sistematis. Jakarta: Bina Aksara.
Soekanto, Soerjono & Tjandrasari, Heri. 1987. J.S. Roucek
Pengendalian Sosial. Jakarta: Rajawali Press.
Soekanto, Soerjono. 1996. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Soekanto, Soerjono & Salman, R. Otje (ed). 1988 Antropologi
Hukum, dalam Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial. Jakarta: Rajawali
Pers.
Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaeman. TT. Setangkai Bunga
Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Mahmud, Amir. 1986. Pembangunan Politik dalam Negeri
Indonesia. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Koran

Kompas, Kamis 1 April 1999, hal 19.


Kompas, Kamis 16 April 1999, hal 15.

Kompas, 25-5-199. 350 Keluarga Korban DOM Jadi PNS.

Surabaya Post 13 Februari 1999


Pembebasan Nomor IV, March 1997. Rejim menjerat Aberson
Akankah Mega menerima resiko penjara?
Laporan Akhir Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Tanggal 13-
15 Mei Ringkasan Eksekutif
Bali Post, Rabu 2, Juni 1999, hal 15
Pembebasan Nomor IV, February 1997
Susetiawan (dalam "Kritik Sosial Dalam Wacana Pembangunan",
Pengantar Dr. Mohtar Mas'oed) 1997. Yogyakarta: UII Press.
Soeharto. 1985. Amanat Kenegaraan I, 1967-1971. Jakarta: Inti
Idayu Perss.

Afan Gaffar. 2004. Politik Indonesia. Transisi Menuju Demokrasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amir Mahmud. 1986. Pembangunan Politik dalam Negeri
Indonesia. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Anonim. Tuntutan Masyarakat Adat: "Tak Akui Kami, Selamat
Tinggal Indonesia!".
http://www.bubu.com/kampus/mei99/fokus0.htm (1/03/2004)
Deliar Noer. Ideologi, Politik Dan Pembangunan.
Kompas. 1998. Kilas Balik: Atas Nama Stabilitas.11 Desember
Kontras. http://www.kontras.org
Mizan. http://www.mizan.com/beranda/berita275.htm (22/01/2002)
Nurhayati, Rachmah dan Umar Sholahudin.
http://www.surabayapost.co.id/article.php?id=6267&page=1
Rusadi Kantaprawira. 1999. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sastrosatomo, Subadio. 1998. Renungan Gunung Luwum Politik
Doso Muko Rezim Orde baru, Rapuh dan Sengsarakan Rakyat
Sekitar Kita. Data-Data Pelanggaran HAM Semasa Orde Baru
http://www.sekitarkita.com/data/tabel_kml.htm (30/12/2003)
Soeharto. 1985. Amanat Kenegaraan I, 1967-1971. Jakarta: Inti
Idayu Perss.
Susetiawan.1997. Kritik Sosial Dalam Wacana Pembangunan.
Yogyakarta: UII Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia
Valina Singka Subekti. 1998. Wacana Reformasi Politik:
Rekonstruksi dari Diskusi Publik; dalam Mengubur Sistem Politik
Orde Baru. Jakarta: Penerbit Pustaka Mizan dan Laboratorium
Ilmu Politik FISIP UI.

Anda mungkin juga menyukai