Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Abstrak

Dalam satu negara demokrasi, kedudukan dan peranan setiap lembaga negara haruslah
sama-sama kuat, dan bersifat saling mengendalikan dalam hubungan checks and balances.
Semestinya lembaga-lembaga negara berfungsi dengan baik dalam aktivitas pemerintahan,
dan juga menjalankan fungsinya masing-masing, menguasai dan mengendalikan segala
proses- proses penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan. Oleh karena itu, sistem
kepartaian yang baik sangat menentukan bekerjanya sistem ketatanegaraan berdasarkan
prinsip checks and balances dalam arti yang luas, berdasarkan konstitusi juga sangat
menentukan kualitas sistem kepartaian dan mekanisme demokrasi yang dikembangkan di
suatu Negara (Hidayat, 2017). Semua ini berkaitan erat dengan dinamika pertumbuhan tradisi
dan kultur berpikir bebas dalam kehidupan bermasyarakat, yang pada gilirannya
mempengaruhi tumbuh kembangnya prinsip- prinsip kemerdekaan berserikat dan berkumpul
dalam dinamika kehidupan masyarakat demokratis. Partai politik adalah organisasi politik
yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Partai politik dapat
disebut perkumpulan segolongan orang-orang yang satu tujuan di bidang politik. Baik yang
berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang dimonopoli oleh sekelompok anggota
partai yang terkemuka . Atau bisa juga berdasarkan partai massa, yaitu partai politik yang
mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya.1Partai politik dalam
era demokrasi modern, saat ini dipandang sebagai salah satu pilar dalam mewujudkan tatanan
kehidupan masyarakat adil dan makmur. Indonesia adalah salah satu negara yang juga
menerapkan sistem politik demokrasi dalam menjalankan roda pemerintahannya 2. Dalam
sistem politik demokrasi modern, partai politik adalah institusi yang dianggap penting dan
sine qua non dalam mengiplementasikan prinsip kedaulatan rakyat

1
Afan Gaffar., Partai Politik dan Kelompok Kelompok Penekan, PT. Bina Aksara,
Yogyakarta, 1984.
2
Chindy Astria Octaviana Hutagalung. 2017. Peran Partai Golkar Dalam Meningkatkan
Kesadaran Politik Masyarakat Berdasarkan Ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah
Nomor 83 Tahun 2012.Under Graduates Thesis, Universitas Negeri Semarang.

1
3
.Mahfud MD mengatakan bahwa negara demokrasi merupakan negara yang diselenggarakan
berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat 4. Jika ditinjau dari sudut organisasi, partai politik
berarti suatu pengorganisasian yang dilakukan oleh rakyat dalam sebuah negara untuk
menjalankan kehendak bersama.

Berdasarkan sejarah Indonesia, keberadaan Partai politik di Indonesia diawali dengan


didirikannya Organisasi Boedi Oetomo (BO), pada Tahun 1908 di Jakarta oleh Dr. Wahidin
Soediro Hoesodo dkk. Walaupun pada waktu itu Boedi Oetomo belum bertujuan ke politik
murni, tetapi keberadaan BO sudah diakui para peneliti dan pakar sejarah Indonesia sebagai
perintis organisasi modern. Dengan kata lain, Boedi Oetomo merupakan cikal bakal dari
organisasi massa atau organisasi politik di Indonesia. Masa penjajahan Belanda, partai-partai
politik tidak dapat hidup tentram. Tiap partai yang bersuara menentang dan bergerak tegas,
akan segera dilarang, pemimpinnya ditangkap dan dipenjarakan atau diasingkan. Partai
politik yang pertama lahir di Indonesia adalah Indische Partij yang didirikan pada Tanggal 25
Desember 1912, di Bandung. Partai tersebut dipimpin oleh tiga serangkai, yaitu Dr.
Setiabudi, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Tujuan Indische Partij itu
adalah Indonesia lepas dari Belanda. Partai itu hanya berusia 8 bulan karena ketiga pemimpin
masing- masing dibuang ke Kupang, Banda, dan Bangka, kemudian diasingkan ke Belanda 5.

Melihat adanya unsur-unsur radikal didalam Indische Partij pemerintahan kolonial


Belanda mengambil sikap tegas. Permohonan kepada Gubernur Jenderal untuk mendapat
pengakuan sebagai badan hukum ditolak pada tanggal 4 Maret 1913 dengan alasan organisasi
ini berdasarkan politik dan mengancam serta hendak merusak keamanan umum. Hal itu
menjadi pelajaran bagi Indische Partij dan juga partai-partai lainnya bahwa kemerdekaan
tidak akan dapat diterima sebagai hadiah dari pemerintah kolonial. Kemerdekaan itu harus
direbut dan diperjuangkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Pada tahun 1913 pemerintah
Belanda bermaksud merayakan peringatan seratus tahun kemerdekaan Belanda dari Prancis
(1813- 1913). Pegawai kolonial diberbagai tempat sibuk mengumpulkan uang untuk
memeriahkan perayaan tersebut. Rakyat pun dipaksa turut serta membiayai pesta peringatan
itu. Tindakan Belanda itu melukai hati bangsa Indonesia terutama kaum nasionalis.
Dikalangan penduduk bumiputra di Bandung dibentuk sebuah panitia peringatan yang disebut
Comite tot Herdenking

3
Firmanzah. 2011. Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
4
Mahfud MD. 1993. Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik
dan Kehidupan Ketatanegaraan. Yogyakarta. Liberty. Hal 19
5
Afan Gaffar., Partai Politik dan Kelompok Kelompok Penekan, PT. Bina Aksara,
Yogyakarta, 1984.

2
van Nederlands Honderdjarige Vrijheid atau disingkat Komite Bumiputra. Komite itu
bertujuan membatalkan pembentukan “dewan jajahan” dan menuntut penghapusan peraturan
pemerintahan no. 111 tentang larangan kehidupan berpolitik. Komite itu juga memprotes
pengumpulan uang dari rakyat untuk membiayai pesta peringatan hari kemerdekaan Belanda
itu. Salah seorang pemimpin komite tersebut, Suwardi Suryaningrat menulis sebuah risalah
dalam bahasa Belanda berjudul Als ik eens Nederlander was. Isi pokok dari tulisan itu adalah
sindirian terhadap pemerintah kolonial Belanda yang mengajak penduduk pribumi ikut serta
merayakan hari kemerdekaan Belanda padahal penduduk pribumi sendiri sedang dijajah
Belanda. Karena dianggap terlalu radikal pada tahun 1913 Douwes Dekker, dr. Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dikenakan hukuman buang (
internir

) ke negeri Belanda. Kepergian ketiga tokoh tersebut berpengaruh besar terhadap kegiatan
Indische Partij sehingga semakin lama semakin menurun. Indische Partij kemudian berganti
nama menjadi Insulinde. Pengaruh sarikat islam yang semakin kuat juga berpengaruh
terhadap perkembangan partai ini sehingga Partai Insulinde menjadi semakin lemah.
Kembalinya Douwes Dekker dari Belanda pada tahun 1918 tidak memberikan pangaruh yang
berarti bagi Insulinde. Pada tahun 1919 partai itu berubah nama menjadi National Indische
Partij (NIP). Dalam perkembangannya NIP tidak pernah mempunyai pengaruh kepada rakyat
banayak. Masyarakat pribumi lebih banyak terserap mengikuti organisasi-organisasi lain.
Sedangkan orang Indo -Eropa yang masih konservatif lebih cenderung bergabung dengan
Indische Bond. Oleh karena itu Indische Partij kehilangan basis massanya dan akhirnya
bubar.

Mencermati kondisi kehidupan bernegara, sebuah partai politik menjadi wadah


aktualisasi bagi sekelompok atau pun orang – orang yang ingin terjun dalam dinamika politik
di pemerintahan. Partai politik sejatinya hari ini tentunya menjadi sebuah sorotan utama di
kalangan masyarakat, terutama memperhatikan para anggota atau kader – kader partai yang
berkecimpung dalam pemerintahan. Implementasi pengabdian konkrit kepada masyarakat
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses berlangsungnya partai politik di
tengah kehidupan masyarakat. 6

Di Indonesia, eksistensi partai politik mulai bergeliat kembali sejak bergulirnya


reformasi pada tahun 1998, dimulailah geliat politik di Indonesia yang ditandai dengan
munculnya partai‐partai politik baru di Indonesia yang mana hal tersebut adalah hal yang
tidak mungkin dilakukan pada masa Orde Baru. Hal tersebut menyebabkan Pemilu 1999
diikuti oleh

6
4 M. Amien Rais, Demokrasi dan Proses Politik, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta, 1986.

3
48 peserta partai politik. Di satu sisi, hal ini merupakan euforia demokrasi, di sisi lain timbul
kebingungan publik akan preferensi politiknya. Publik yang telah terbiasa diarahkan pada
partai politik tertentu di masa Orde Baru menjadi kaget karena harus berhadapan dengan
sedemikian banyaknya pilihan partai politik. Tampil sebagai pemenang pada saat itu adalah
PDI‐Perjuangan dengan 33,74% suara 7.

Reformasi membawa tiga perubahan mendasar dalam sistem pemilihan umum di


Indonesia. Pertama; kembalinya sistem multi‐partai seperti tahun 1955 dari sebelumnya
hanya tripartai di masa Orde Baru. Kedua; mulai tahun 2004 dilakukan dua kali yaitu untuk
memilih wakil‐ wakil rakyat melalui Pemilu Legislatif dan selanjutnya Pemilu Presiden
secara langsung. Ketiga; sesuai dengan PP No.6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan
pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah) maka
dilangsungkanlah Pemilukada (Pemilihan Umum Kepala Daerah) sesuai dengan yang
diamanatkan oleh UU No.32 tahun 2004.

Memperhatikan dalam kondisi dinamika partai politik pasca era reformasi, terdapat
banyaknya permasalahan yang ditimbulkan dari internal partai politik itu sendiri . Banyaknya
permasalahan yang ditimbulkan dari anggota – anggota partai politik dalam pemerintahan,
menimbulkan respon yang sangat serius dari masyarakat itu sendiri sebagai pengamat dan
analisis terhadap dinamika politik secara tidak langsung. Menurut Max Weber, partai politik
sebagai organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya berkuasa dan
memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapat keuntungan dari dukungan
tersebut. Partai politik menjadi alat atau sarana untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara
menarik simpati dari rakyat untuk memilih partai tersebut guna memenangkan pemilu.
Dengan banyaknya dukungan rakyat maka ada kesempatan partai politik untuk mewakili visi
misi pendukungnya. Maka dari itu, partai politik harus punya komitmen dan tetap
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, benar sesuai prinsip demokrasi, tidak boleh
mewakili visi misi pendukungnya. Karena partai politik yang tidak menjalankan fungsinya
dengan baik maka partai tersebut akan ditinggalkan oleh rakyat Indonesia. 8.

Permasalahan internal di dalam partai politik menjadi suatu kaitan dari yang dijelaskan
sebelumnya menjadi puncaknya. Sebagai contoh permasalahan yang dialami oleh Partai
Golongan Karya (Golkar), berawal dari rapat pleno penentuan waktu Musyawarah Nasional

7
Sigit Pamungkas, 2011, Partai politik Teori dan Praktik di Indonesia, Yogyakarta; Institute of
Democracy and Welfarism (IDW).
8
Hamidi.2010.Penelitian Dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.

4
(Munas) IX Partai Golkar yang diselenggarakan di Kantor DPP Partai Golkar pada 24-25
November 20149. Akibat tidak ada titik temu dalam kesepakatan penetapan inilah terjadinya
awal perpecahan, bahkan diwarnai kericuhan. Semenjak itulah Golkar terpecah menjadi dua
kubu, kubu pertama melaksanakan Munas IX di Bali pada 30 November – 04 Desember 2014
juga menetapkan Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum. Sementara kubu kedua
melaksanakan Munas IX di Ancol pada 6-8 Desember 2014 dan menetapkan Agung Laksono
sebagai Ketua Umum. 10. Kedua kubu saling mengklaim bahwa kubu mereka yang sah dalam
menjalani proses Musyawarah Nasional Golkar, dan lebih parah permasalahan diajukannya
gugatan dari dua kubu kepada Pengadilan Negeri Jakarta. Namun hasil dari pengadilan
mengembalikan gugatan tersebut kepada setiap kubu agar diselesaikan melewati proses
Mahkamah Partai 11. Mekanisme Mahkamah Partai diatur dalam Pasal 32 Undang – Undang
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik

Pada Pemilu Legislatif 2009 lalu, tercatat 44 partai mengikuti pemilu tersebut yang
dimenangkan oleh Partai Demokrat dengan merebut 20,85% dari suara yang dianggap sah.
Hal tersebut mengubah peta perpolitikan di Indonesia, di mana Partai Demokrat adalah partai
yang lahir pada masa reformasi. Partai Golkar dan PDI‐Perjuangan yang menempati urutan
ke‐2 dan ke‐3 merupakan partai yang lahir dan besar pada masa Orde Baru. Selanjutnya pada
pemilu 2014, ini akan menjadi pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD langsung
ketiga di Indonesia. Perubahan peraturan Dalam undang-undang pemilihan umum terbaru
yaitu UU Nomor 8 TahunTahun 2012, ambang batas parlemen untuk DPR ditetapkan sebesar
3,5%, naik dari Pemilu 2009 yang sebesar 2,5%. 12. Pada Selasa, 24 Mei 2016 lalu
Kementerian Hukum dan HAM resmi membuka pendaftaran partai politik berbadan hukum
calon peserta Pemilihan Umum 2019. Menjelang pemilu 2019 nanti sudah bermunculan
partai-partai politik baru yang ingin bersaing Di hari tersebut ada 6 partai politik yang
mendaftar, yaitu: Partai Rakyat, Partai Pribumi, Partai Idaman, Partai Indonesia Kerja, Partai
Beringin Karya, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Keenam partai tersebut tentu punya
program dan visi misi masing-masing yang membedakan dengan partai politik yang lain.

9
Basmi, Sarman. 2016. Peranan Partai Politik Dalam Rangka Demokrasi Pancasila. Skripsi.
Program Sarjana IKIP Malang
10
http://www.artefak.org/berita-update/berita-nasional/kronologis-dualisme-
kepengurusangolkar,
diunduh tanggal 1 April 2019.
11
Wibowo, Aris Tri. 2014. Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi
Kasus Di Dpd Partai Golkar Kabupaten Sragen .Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
12
Ibid, Hal; 192

5
Pada dasarnya partai politik (parpol) merupakan satu dari bentuk kelembagaan sebagai
wujud ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyarakat
demokratis. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai politik di
Indonesia saat ini, partai politik dikatakan sebagai organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia 13.Partai politik dapat dikatakan sebagai
perkumpulan yang didirikan untuk mewujudkan ideologi politik tertentu. Partai politik
merupakan kelompok warga masyarakat yang terorganisasi. Warga masyarakat yang
terorganisasi, memiliki tujuan untuk menguasai dan menentukan jalannya pemerintahan. Dari
pendapat beberapa ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa partai politik merupakan
pengelola beragam ide, gagasan, kepentingan, dan tujuan poitik dalam satu wadah organisasi,
berpartisipasi dalam pemilihan umum untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan, dan
menjadi supporting system dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.

13 Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.
404

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Negara Hukum

Menurut Wignjosoebroto (dalam Winarno, 2013), Negara hukum (Rechtsstaat ) adalah


konsep yang berparadikma bahwa Negara dan alat kekuasaannya ( pemerintah ) tak di
benarkan bertindak atas kekuasaannya belaka, melainkan harus di tumpukan pada dasar
kebenaran hukum yang telah di positifkan ialah Undang – undang yang pada gilirannya
berdiri tegak di atas kebenaran hukum undang-undang yang paling dasar, ialah Undang -
Undang Dasar”.

Menurut Daniel mengatakan bahwa “Negara hukum adalah suatu paham Negara terbatas

, dimana kekuasaan politik resmi di kelilingi oleh hukum yang akan mengubah kekeuasaan
menjadi wewenang yang di tentukan secara hukum , sehingga pada intinya
konstitusionalisme adalah suatu proses hukum yang mengatur masalah pembagian kekuasaan
dan wewenang secara konstitusional” 14.

Dari Gagasan ini lahir sekurang-kurangnya 3 (tiga) karakter konsep rechtsstaat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu15 :

a. Apa yang di sebut hukum itu harus di bentuk dalam wujutnya yang positif,
mengandung makna bahwa , ia tertulis guna merumuskan adanya hubungan sebab
akibat antara suatu perbuatan hukum atau peristiwa hukum tertentu dengan akibat
hukumnya.

b.Apa yang di sebut hukum ( yang telah selesai dalam bentuknya yang positif itu , di
6
sebut ius constitutum ) harus merupakan proses kesepakatan golongan-golongan dalam
suatu negeri , langsung ataupun melalui wakil-wakilnya, melalui suatu proses legislasi

7
c. Hukum yang telah di wujudkan dalam bentuk Undang – undang. Cita atau ide Negara
Hukum, selain terkait dengan konsep rechtsstaat dan the rule of law, juga berkaitan
dengan konsep nomocracy yang berasal dariperkataan nomos dan cratos.

Perkataan nomokrasi itu dapat dibandingkan dengan demos dan cratos atau kratien
dalam demokrasi. Nomos berarti norma, sedangkan cratos adalah kekuasaan
sehingga yang

14
Romli, Lili, ”Masalah Kelembagaan Partai PoliƟ k di Indonesia Pasca Orde Baru,” Jurnal
PeneliƟ an PoliƟk (Volume 5 No. 1, 2008).
15
Putuhena, Ilham. 2013. Politik Hukum Perundang-Undangan : Mempertegas Refomasi
Legislasi Yang Progresif, Jurnal Rechtsvinding Vol. 2 No. 3, hal 375.

merupakan faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau


hukum. Maka istilah nomokrasi berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau
prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam istilah Inggris yang dikembangkan
oleh A.V. Dicey, hal itu dapat dikaitkan dengan prinsip rule of lawyang berkembang di
Amerika Serikat menjadijargon the Rule of Law, and not of Man. Yang sesungguhnya
dianggap sebagai pemimpin adalah hukum itu sendiri, bukan orang.

Menurut Julius, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “rechtsstaat”
dalam arti klasik mencakup empat unsur penting, yaitu 16:

a. Perlindungan hak-hak asasi manusia


b. Pembagian atau pemisahan kekuasaan
c. Pemerintahan berdasarkan Undang - undang atau peraturan-peraturan.
d. Peradilan administrasi dalam perselisihana atau Peradilan tata usaha Negara .

2.1.2 Demokrasi

Demokrasi secara etimologis, terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu demosyang berarti rakyat dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan. Secara bahasa
demokrasi adalah keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada
di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat 17. Menurut Joseph A. Schmeter,
secara terminologis demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat 18.

Bahwa dalam konteks negara modern, demokrasi tidak lagi bersifat langsung, tetapi
adanya badan-badan perwakilan yang di dalamnya duduk wakilwakil rakyat untuk membawa
keinginan, kemauan, serta bisa menampung aspirasi-aspirasi rakyat tersebut. Demokrasi
dengan sistem perwakilan di masingmasing negara tidaklah sama 19. Adapun perbedaan itu
dapat menunjuk kepada cara penunjukkannya dari pada wakil-wakil rakyat, cara
8
16
Mohammad Ilham Agang. 2015. Ham Dalam Perkembangan Rule Of Law. Jurnal Pusham
Unimed Volume VI, Nomor 1 Juni 2015
17
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD
1945, Prenadamedia Group, Jakarta, 2015, hlm. 67.
18
Ibid., hlm. 68. 5
19
Manan, Munafrizal, Partai Politik dan Demokrasi Indonesia Menyongsong Pemilihan
Umum 2014”, Jurnal Legislasi Indonesia (Vol. 9 No. 4 - Desember 2012).

penyusunannya badan perwakilan, cara pengambilan keputusan badan perwakilan, hubungan


antara badan perwakilan dengan badan-badan yang menyelenggarakan pemerintahan, serta
tugas dan wewenang badan-badan perwakilan tersebut. Secara keseluruhan menunjukkan di
dalam menyelenggarakan suatu sistem pemerintahan demokrasi dengan jalan perwakilan,
namun jarang sekali ketatanegaraan sesuatu negara sepenuhnya akan sama dengan
ketatanegaraan lainnya.

Bahwa dalam melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa


lembaga, yaitu :

a. pemerintahan yang bertanggung jawab


b. suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan dan kepentingan-
kepentingan dalam masyarakat dan yang dipipilih dengan pemilihan umum yang bebas dan
rahasia dan atas dasar sekurang-kurangnya dua calon untuk setiap kursi,
c. suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik
d. pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat
e. sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan mempertahankan keadilan.

Bahwa demokrasi juga mengandung unsur-unsur moral, sehingga demokrasi didasari


beberapa nilai (value), yakni menyelesaikan persoalan perselisihan dengan damai dan secara
melembaga, menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah, menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur, membatasi
pemakaian kekerasan sampai batas minimum, mengakui serta menganggap wajar adanya
keragaman, dan menjamin tegaknya keadilan 20.

2.1.3 Partai Politik (Teori Kelembagaan Partai Politik)

Pendekatan institusional memandang partai politik sebagai lembaga yang memiliki


struktur dan fungsi untuk mencapai tujuan. Teori kelembagaan (institusional), menyatakan
bahwa partai politik dibentuk oleh lembaga-lembaga negara baik legislatif maupun eksekutif
sebagai kebutuhan para anggotanya untuk mengadakan kontak dan membina dukungan
dengan masyarakat. Berangkat dari itu, beberapa pakar memiliki definisi yang berbeda-beda
tentang partai politik. Carl J Friedrich mendefinisikan partai politik sebagai sekelompok
manusia yang.

9
20
Aprilina Pawestri dan Ida Wahyuliana. 2018. Penguatan Perspektif Perempuan dalam
Pemilihan Umum. Jurnal Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang Volume 4 Nomor 3
Tahun 2018, 581-600

teroganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan 21.
Sedangkan Sigmund Neumann mendefinisikan partai politik adalah organisasi dari aktivis-
aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat melalui pesaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang
mempunyai pandangan berbeda 22. Dua definisi terebut memberikan penekantan tentang
perebutan kekuasaan. Beberapa pakar lainnya, seperti Mark N Hagopian mendefinisikan
partai politik sebagai organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter
kebijakan publik dalam rangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologi tertentu melalui
praktik kekuasa secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan. Sedangkan definisi
ini Hagopian ini lebih menakankan tentang kepentingan politik yang biasa terakumulasi
dalam sebuah ideologi partai. Dari definisi tersebut, tampak bahwa partai politik sebagai
sebuah lembaga bertujuan untuk keseimbangan dan kesetabilan politik dari tiga hal besar
pusaran politik, yakni kepentingan, kekuasaan dan konflik. Sebagaimana menurut Samuel P
Huntingtong, kelembangaan politik berkaitan dengan kestabilan dan ketertiban politik itu
sendiri. Ia menilai, lambannya kelembagaan politik itu menyebabkan terjadinya kemerosotan
dalam politik karena tidak mampu beradaptasi pada perubahan sosial dan ekonomi yang
berkembang. Tingkat pelembagaan setiap sistem politik dapat ditentukan dari segi
kemampuan untuk menyesuaikan diri, kompleksitas, otonomi, dan keterpaduan organisasi
dan tatacara.

2.2 Landasan Hukum

Di Indonesia, landasan hukum tentang partai politik dalam melaksanakan pendidikan


politik termuat dalam seperangkat peraturan perundang-undangan, yang meliputi 23:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia 1945 merupakan peraturan hukum tertinggi di Indonesia, yang mendasari
semua perundangundangan yang ada yang muncul kemudian. Pasal-pasal yang berkaitan
dengan partai politik dan pendidikan politik tertuang dalam 24:

21
Abd. Rahman Mawazi. 2017. Dinamika Partai Politik dalam Sistem Presidensil di
Indonesia, Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia Vol. 6, No. 2, Mei 2017, hal 140

10
22
Ibid, hlm 40.

23 Lubis, Khairunissa. 2014. Eksistensi Partai Golkar Dalam Politik Lokal: Studi
Kasus Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Simalungun Tahun 2004-
2009. Skripsi. Program Studi Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Hidayatullah.

24 Achmad Safiudin R., Jazi m Hamidi, Tunggul Anshari. 2019. Urgensiitas


Mahkamah Konstitusi Mengeluarkan Fatwa Hukum Dalam Pembentukan Undang-
Undang. JIPPK, Volume 3, Nomor 2, Halaman 113-125 ISSN: 2528- 0767 (p) dan
2527-8495 (e) http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk

a. Pasal 22E ayat (3), “Peserta pemilihan umum untuk menjadi anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai
politik”;

b. Pasal 24C ayat (1), “Mahkamah Kontitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangagannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang pemilihan umum”;

c. Pasal 28, “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan


lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”;

d. Pasal 28C ayat (2), “Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya”;

e. Pasal 28J Ayat (1), “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Ayat (2), “Dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”.

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, Pasal 11 ayat (1) huruf a, “ Partai Politik
berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi
warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. 6. Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2012
tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik, Pasal 9 ayat (1), “Bantuan keuangan
kepada partai politik digunakan sebagai dana penunjang kegiatan pendidikan politik dan
operasional partai”.

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 36 Tahun 2010 tentang Pedoman Fasilitasi
Penyelenggaraan Pendidikan Politik

4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 27


Tahun 2010 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam
11
Pendidikan Politik pada Pemilihan Umum

12
BAB III

PENELITIAN

3.1 Penelitian

Secara umum, partai politik memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai sarana
komunikasi politik, sarana sosialisasi politik, sarana rekrutmen politik serta sarana pengatur
konflik 23. Dari fungsi umum tersebut dapat digambarkan bahwa objek utama dari fungsi
partai politik tersebut adalah masyarakat sebagai konstituen dalam perpolitikan. Masyarakat
atau kelompoknya yang biasa disebut dengan massa, tentu merupakan sasaran utama partai
politik untuk meraih dukungan dalam sebuah penyelenggaraan kegiatan politik. Dukungan
inilah yang nantinya akan membuat partai politik mengerahkan segenap kemampuannya
untuk memobilisasi massa agar dapat meraih dukungan tersebut.

Salah satu instrumen yang digunakan untuk meraih kekuasaan di Indonesia yakni

dengan melalui partai politik. Mengingat demokrasi merupakan sistem politik Indonesia
dengan demikian siapa saja dapat ikut berpartisipasi dalam politik di Indonesia. Masyarakat
memiliki kebebasan untuk bergabung maupun membuat partai politik yang memiliki tujuan
untuk kesejahteraan bersama. Sehingga memobilisasi massa merupakan hal penting didalam
perpolitikan di Indonesia, untuk dapat memobilisasi massa adalah dengan social cleavage
atau pembilahan sosial dimana partai politik dengan sengaja “membelah diri” demi
mendapatkan dukungan dari massa yang memang menjadi basis utama dukungan mereka.
Adanya pembilahan ini sah-sah saja untuk dilakukan karena memang sistem demokrasi
mengijinkan hal tersebut untuk terjadi. Apalagi jika melihat dari kultur masyarakat Indonesia
yang lebih cenderung hidup berkelompok sehingga upaya pemilahan ini juga secara tidak
langsung mendapat dukungan dari kelompok-kelompok masyarakat tertentu agar kelompok
mereka dapat memiliki perwakilan di parlemen maupun pemerintahan yang nantinya juga
akan dapat memperjuangkan kepentingan mereka.

Jika melihat dari sejarah partai politik Indonesia, sudah puluhan bahkan ratusan partai
politik yang melakukan pembilahan. Contohnya pada partai yang berbasis nasionalis di
Indonesia, tercatat lebih dari 30 partai politik yang memiliki afiliasi ideologi nasionalis.
Mulai dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno hingga
melakukan

23 Ibid, hlm. 18-19.

13
pembilahan sedemikian rupa yang membentuk partai-partai berbasis nasionalis lainnya
seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), hingga PNI Massa Marhaen, PNI
Front Marhaenis, dan lain sebagainya.

Sebagai salah satu lembaga demokrasi, Partai Politik berfungsi mengembangkan


kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara, serta meminta dan mempersiapkan anggota masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara, serta membina dan mempersiapkan anggota masyarakat untuk
mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Partai Politik juga
merupakan salah satu wahana guna menyatakan dukungan dan tuntutan dalam proses politik.
Semua fungsi ini diwujudkan melalui Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara
demokratis, jujur, dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara
langsung, umum, bebas, dan rahasia. Dalam negara demokratis, Partai Politik
menyelenggarakan beberapa fungsi, salah satu fungsi ialah sebagai “sarana komunikasi
politik.” Kedudukan partai adalah sebagai jembatan antara “mereka yang memerintah” (the
rules) dengan “mereka yang diperintah” (the ruled) Dalam suatu masyarakat yang modern,
apalagi yang luas wilayahnya pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan
hilang tak berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan disalurkan
sedemikian rupa sehingga kesimpang siuran pendapat dalam masyarakat menjadi lebih
teratur. Pendapat dan sikap yang bermacam-macam itu perlu diolah dan dirumuskan sehingga
dapat disampaikan kepada pemerintah dan pembuat keputusan lainnya dalam bentuk tuntutan
atau usul kebijakan umum (public policy). Sikap-sikap dan tuntutantuntutan dari berbagai
kelompok yang sedikit banyak menyangkut hal yang sama dapat digabung menjadi satu, hal
ini dinamakan “penggabungan kepentingan” (interest aggregation). Penggabungan
kepentingan ini dalam suatu sistem politik merupakan input atau masukan yang nantinya
akan disampaikan kepada instansi-instansi yang berwenang untuk membuat keputusan yang
mengikat. Karena memainkan peranan sebagai penghubung antara pemerintah dan warga
masyarakat maka dapat dikatakan pula Partai Politik menjalankan fungsinya sebagai
perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas). Kadang-kadang juga
dikatakan bahwa Partai Politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan
bagi masyarakat bertindak sebagai pengeras suara. Jadi dengan demikian dapat dikatakan
bahwa peran partai sebagai jembatan adalah sangat penting karena di satu pihak kebijakan
pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok masyarakat dan di pihak lain
pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat. Akan tetapi sering pula terdapat
gejala bahwa pelaksanaan fungsi komunikasi menghasilkan informasi yang berat sebelah dan
malahan menimbulkan

14
kegelisahan dan keresahan dalam masyarakat. Keadaan semacam ini dapat menghambat
berkembangnya kehidupan politik yang sehat. Partai juga mempunyai fungsi sebagai “sarana
sosialisasi politik.” Sosialisasi politik adalah proses dimana seseorang memperoleh
pandangan, orientasi dan nilai-nilai dari masyarakat dimana dia berada. Proses sosialisasi
politik sudah mulai dari masa kecil dan diselenggarakan melalui beberapa lembaga dan
kegiatan, seperti pendidikan formal dan informal, media massa, dan Partai Politik itu sendiri.

Dalam negara berkembang yang bangsanya heterogen, Partai Politik dapat membantu
meningkatkan identitas nasional dan pemupukan integrasi nasional. Tidak disangkal pula
bahwa ada kalanya Partai Politik mengutamakan kepentingan partai diatas kepentingan
nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas kepada negara. Dengan demikian Partai
Politik mendidik pengikut-pengikutnya untuk melibatkan diri dalam konteks yang sempit.
Partai Politik juga berfungsi sebagai “sarana rekruitmen politik.”. Rektuitmen politik adalah
proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk
berpartisipasi dalam proses politik. Dengan didirikannya organisasiorganisasi massa yang
melibatkan golongan-golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya,
kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan
kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara untuk menyeleksi caloncalon
pemimpin24

Partai Politik juga berfungsi sebagai “sarana pengatur konflik.” Dalam negara
demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya perbedaan dan persaingan pendapat
sudah merupakan hal yang wajar. Akan tetapi dalam masyarakat yang heterogen sifatnya,
maka perbedaan pendapat yang didasarkan perbedaan etnis, status sosial ekonomi atau agama
mudah sekali mengundang konflik. Pertikaianpertikaian semacam ini dapat diatasi dengan
bantuan Partai Politik, sekurangkurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-
akibat negatinya seminimal mungkin. Dalam Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang
Partai Politik, pada Bab V mengenai Fungsi, Hak dan Kewajiban, Pasal 7 disebutkan fungsi
dari Partai Politik adalah sebagai sarana:

24
Siregar, Adam. 2016. Strategi Partai Golkar Dalam Pemenangan Pasangan Zulmi Eldin
Dan Akhyar Nasution Pada Pilkada Kota Medan Tahun 2015. Skripsi. Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Medan Area

a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara
Republik Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

15
b. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa untuk menyejahterakan masyarakat
c. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara
konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara
d. Partisipasi politik warga negara; dan
e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. Fungsi dan
peranan partai-partai politik juga akan terlihat dari diwujudkannya Pemilihan Umum
yang diselenggarakan secara demokratis, jujur, dan adil dengan mengadakan
pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.
Sebagai salah satu lembaga demokrasi, Partai Politik berfungsi:

1. Mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat


2. Menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara, serta
3. Meminta dan mempersiapkan anggota masyarakat dalam pembuatan kebijakan
negara, serta membina dan mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi
jabatan- jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi
4. Partai Politik juga merupakan salah satu wahana guna menyatakan dukungan dan
tuntutan dalam proses politik.
Peran partai politik dalam menegakkan demokrasi di Indonesia cukup penting. Antara
lain, Partai Politik harus dapat mengadakan pendidikan politik agar masyarakat tidak saja
sadar hukum tetapi juga dewasa dalam berpolitik. Hal ini tentunya harus ditunjukkan oleh
para elite politiknya terlebih dahulu. Sebab bagaimana mungkin masyarakat akan menjadi
warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara apabila tokoh panutannya tidak memberi contoh suri teladan yang baik. Lebih
parahnya lagi apabila di Indonesia tidak ada satu pun yang dapat dijadikan panutan, sehingga
masyarakat awam, pinggiran dan desa selalu menanti datangnya “ratu adil” atau “satria
piningit”, seorang pemimpin yang akan membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Partai- partai politik dalam masa transisi ini seharusnya mengisi ruang publik
dengan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dengan program-program yang
rasional. Bermacam- macam Partai Politik dengan bermacam-macam azas tentunya akan
sangat mempengaruhi sistem demokrasi dan pendidikan demokrasi rakyat. Sebagai contoh,
bila Partai Politik yang berazaskan agama Islam yang memenangi Pemilihan Umum, tentunya
akan merubah sistem demokrasi, dari Demokrasi Pancasila ke demokrasi yang sesuai dengan
Syariat agama Islam.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kehidupan politik Indonesia ini dinamis dalam negara demokrasi. Peran partai politik
tidak hanya saluran spirasi berbagai kelompok masyarakat dan bukan sebagai wahana untuk
mengilustrasikan tuntunan keseluruha dalam demokrasi. Situasi saat ini dalam politik di
Indonesia setelah terjadi masa-masa orde baru dan munculnya rezim perubahan dalam sistem
politik banyak kehadiran partai baru. Sementara itu tiap partai mempunyai kepentingan,
tujuan, keinginan, dan berkerjasama untuk mempengaruhi kebijakan pemerintahuntuk
keinginan yang sesuai apa yang diinginkan partai. Keinginan partai politik terang-terangan
bertujuan untuk memperoleh jabatan publik dalam pemilihan umum. Dalam kehidupan
politik juga mempunyai tujuan yang penting yaitu melalui kegiatan pendidikan politik
bertujuan agar masyarakat mengerti dan sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara yang berbangsa, bernegara, dan bertanah air. Dikaitkan dengan partai politik dengan
pendidikan politik bisa diartikan sebagai usaha sadar dan tersitematis dalam
mentransformasikan segala sesuatu yang berkenaan dengan perjuangan partai politik tersebut
kepada massanya agar mereka sadar akan peran dan fungsi, serta hak dan kewajibannya
sebagai warga negara.

Sistem kepartaian sebagai analisis politik di Indonesia dapat terlihat secara jelas dengan
banyaknya partai politik di Indonesia dengan demikian partai politik merupakan peranan
penting didalam kondisi perpolitikan di Indonesi. Mengingat Indonesia merupakan negara
demokrasi yang artinya memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk bergabung didalam
partai politik maupun mendirikan partai politik dengan demikian kandidat politik yang
mencalonkan diri dalam Pemilu dapat melalui partai politik meskipun ada diantaranya yang
mencalonkan diri melalui independen.

Partai politik memiliki peranan sebagai media penyampaian pesan, melainkan posisinya
semakin menguat sebagai perangkat pembentuk opini yang ampuh, terutama dalam proses
politik yang sedang atau akan berjalan. Dengan demikian partai politik berada dalam posisi
utama meskipun masyarakat juga memiliki peranan penting dalam menentukan baik
kebijakan atau mengendalikan politik di Indonesia. Dan sebagai Masyarakat juga kita juga
harus sadar akan pendidikan politik yang penting dipahami karena setiap warga negara
memiliki hak politik yang dapat di maksimalkan sebaik mungkin serta masyarakat diharapkan
untuk kritis terhadap setiap kegiatan politik di tengah masyarakat.

17
4.2 Saran

Partai politik (parpol) merupakan salah satu pilar demokrasi terpenting. Orang tidak
mungkin membayangkan demokrasi tanpa parpol. Rakyat sekarang sudah semakin cerdas
dalam menentukan pilihan terhadap parpol. Diharapkan parpol mampu melaksanakan visi
dan misi yang disesuaikan dengan keadaan bangsa Indonesia, bukan visi atau keinginan
pendukungnya.

4.2.1 Bagi Partai Politik

a. Partai Politik diharapkan mampu lebih masif dan terstruktur dalam melakukan pendidikan
politik ke masyarakat tidak hanya ketika mendekati pemilu saja akan tetapi kegiatan
pendidikan politik harus lebih rutin dilakukan.

b. Partai politik diharapkan mampu memberikan inovasi dan terobosan baru dalam membuat
suatu kegiatan ataupun sosialisasi yang berkaitan dengan pendidikan politik.

c. Partai politik diharapkan mulai peka terhadap kemauan rakyat sehingga apa yang menjadi
aspirasi dari masyarakat dapat di tampung dan diberikan solusi.

4.2.2 Bagi Pemerintahan

a. Pemerintah Daerah diharapkan turut serta membantu partai politik dan elemen lainnya
dalam aspek edukasi maupun pendanaan dalam upaya melakukan pendidikan politik di
masyarakat untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik dan demokratis.

b. Pemerintah Daerah diharapkan dapat berpartisipasi dalam mengawasi jalannya pendidikan


politik yang dilakukan oleh beberapa pihak terkait khususnya partai politik supaya tidak
ada kesalahan ataupun kepentingan dan unsur lainnya selain pendidikan politik yang
bersih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anto, Muhammad Ansar. 2015. “Pola Kaderisasi Sebagai Media Rekruitmen Partai Politik Di
Kota Makassar”. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Makassar
Basmi, Sarman. 2016. Peranan Partai Politik Dalam Rangka Demokrasi Pancasila. Skripsi.
Program Sarjana IKIP Malang.
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Chindy Astria Octaviana Hutagalung. 2017. Peran Partai Golkar Dalam Meningkatkan
Kesadaran Politik Masyarakat Berdasarkan Ketentuan Pasal 10 Peraturan
Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Fadjar, Abdul Mukthie. 2012. Partai Politik Dalam Perkembangan
Ketatanegaraan Indonesia. Malang: Setara Press.
Gaffar, Afan. 1984. Partai Politik dan Kelompok Kelompok Penekan. Yogyakarta: Bina
Aksara.
Hamidi. 2010. Penelitian Dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press

Hanapiah, Pipin. 2012. Perubahan Politik Golongan Karya: Studi Interaksi Pengurus Partai
Golkar Kota Bandung di Era Reformasi. Bandung: Program Pascasarjana FISIP UNPAD
Hidayat, Taufik. 2017. “Memahami Demokrasi dan Partai
Politik”, http://aceh.tribunnews.com/2017/10/05/memahami-demokrasi-dan-partai-
politik
Lubis, Khairunissa. 2014. “Eksistensi Partai Golkar Dalam Politik Lokal: Studi Kasus Dewan
Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Simalungun Tahun 2004-2009”. Skripsi.
Program Studi Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Hidayatullah.
Mawazi, Abd. Rahman. 2017. “Dinamika Partai Politik dalam Sistem Presidensil di
Indonesia”. Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia Vol. 6, No. 2, Mei 2017
Mahfud MD. 1993. Demokrasi dan Konstitusi Di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik
dan Kehidupan Ketatanegaraan. Yogyakarta. Liberty

19
Manan, Munafrizal. 2012. “Partai Politik dan Demokrasi Indonesia Menyongsong Pemilihan
Umum 2014”, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 4 - Desember 2012.
Mohammad Ilham Agang. 2015. Ham Dalam Perkembangan Rule Of Law. Jurnal Pusham
Unimed Volume VI, Nomor 1 Juni 2015 hal 116-134.
Pawestri, Aprilina dan Wahyuliana, Ida. 2018. “Penguatan Perspektif Perempuan dalam
Pemilihan Umum. Jurnal Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang”. Jurnal
Volume 4 Nomor 3 Tahun 2018 hal 581-600
Putuhena, Ilham. 2013. “Politik Hukum Perundang-Undangan : Mempertegas Refomasi
Legislasi Yang Progresif”, Jurnal Jurnal Rechtsvinding Vol. 2 No. 3 hal 375-395
Rais, Amien. 1986. Demokrasi dan Proses Politik, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.
Riwanto, Agus. 2016. Hukum Partai Politik dan Hukum Pemilu Di Indonesia, Yogyakarta,
Thafa Media
Sanit, Arbi. 2003. Perubahan Mendasar Partai Politik, ed, Menggugat Partai Politik. Jakarta:
Laboratorium Ilmu Politik, FISIP UI.
Romli, Lili. 2008. “Masalah Kelembagaan Partai Politik di Indonesia Pasca Orde Baru”,
Jurnal Penelitian an Politik Volume 5 No. 1, 2008.
Safiudin R, Achmad, Hamidi, Jazim dan Anshari, Tunggul. 2019. Urgensiitas Mahkamah
Konstitusi Mengeluarkan Fatwa Hukum Dalam Pembentukan Undang-Undang. JIPPK,
Volume 3, Nomor 2, Halaman 113-125 ISSN: 2528-0767 (p) dan 2527-8495 (e)
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk
Sigit Pamungkas, 2011, Partai politik Teori dan Praktik di Indonesia, Yogyakarta; Institute of
Democracy and Welfarism (IDW).
Siregar, Adam. 2016. Strategi Partai Golkar Dalam Pemenangan Pasangan Zulmi Eldin Dan
Akhyar Nasution Pada Pilkada Kota Medan Tahun 2015. Skripsi. Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Medan Area.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Wibowo, Aris Tri. 2014. Peran Partai Politik Golkar Dalam Pendidikan Politik (Studi Kasus
di DPD Partai GOLKAR Kabupaten Sragen). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Winarno. 2013. Paradikma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara,

25

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai