Disusun oleh:
P.Y. Nur lndro
Fransisca Mulyono
ABSTRAK
Pad a tahun 1955 hasil Pemilihan Umum . pe~ama kali yang diadakan di
Indonesia menunjukkan semakin maraknya jurrllah partai politik. Hal tersebul
menegaskan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas elemen atau paling tidak
kepentingan-kepentingan yang beragam
Dekrit Presiden Soekamo milllcul pada tanggal 5 Juli 1959 yang pada
pokoknya untuk membubarkan Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Lebih lanjut
dari Dekrit ini adalah pembentukan Kabinet Gotong Royong dan Dewan Nasional
yang keduanya merupakan instrumen W1tuk meniadakan peran partai politik dan
berbagai golongan di dalam pemerintahan. Hal ini merupakan perkembangan realisasi
dari sistem politik demokrasi terpimpin.
ii
/\bstrak
dalam pemerintahan dengan satu prinsip bahwa yang utama adalah identitas bangsa
Indonesia bukan partai politik.
..
iii
BAR I
PENDAHULUAN
,·· .
. .· . .··
I. Lallw Belakang Masalat1
ekonomi yang kemudian menjadi partai-partai politik yang didukung massa buruh
pemerintah.
Walau pada tahun 1916 didirikan Dewan Rakyat atau Volhraad oleh
Belanda yang berfungsi sebagai pemberi masukan kepada Gubemur Jenderal, tetap
bukan merupakan perwujudan hak rakyat. Dewan Rakyat tidak dapat dipandang
tahun 1925 mengangkat Dewan Ral..')'at ini menjad sebuah badan Ko-legislatif yang
membebaskan diri dari penjajah. Berkenaan dengan hal tersebut, partai politik yang
didirikan dipandang dapat rnenjadi sarana dan wadah perjuangan yang lebih
terenc<ma. Meskipun pad a saat itu masih sulit untuk. membedakan antara partai
mempunyai kesempatan untuk ikut serta dalam pemerintahan (kecuali pada jaman
penjajahan Jepang, semua partai politik dilarang). ·Hal tersebut dapat terjadi
Joseph Lapalombara dalam Miriam Budiardjo, h. 161). Partai politik pada masa
untuk tidak semakin berani. Walau dernikian, partai-partai politik di Indonesia saat
itu terus berkembang dan mempw1yai tujuan bersama, yaitu (Selo Soemardjan, h.
22-27) :
Kchendak dru1 earn merintis kcmerdebrm dalam banyak hal dipclopori olch
Barat dan pertemuannya dengan budaya yang tidak ada di Indonesia. Tokoh-tokoh
dari bum Cendikiawru1 ini banyak yru1g menjadi pemimpin nasional setelah berhasil
Herbert Feilh dan Lance Castles mengidenlifikasi adanya lima aliran pemikiran
Demokratis dan Komunisme (Herberth Feith dan Lance Castles, h. 4). Kelimn
Lebih lanjut Feith dan Castles menjelaskan bahwa ·setiap partai politik dapat
dipengaruhi atau berlandaskan kepada satu atau lebih aliran pemikiran politik yang
telah disebutkan di atas. Demikian juga dapat terjadi bahwa satu aliran pemikiran
satu partai dalam rangka menjaga persatuan, yakni Partai Nasional Indonesia.
Namun demikian, banyak pandangan yang menginginkan adanya lebih dari satu
usulan dari Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang berfungsi sebagai
landasan legal yang kokoh bagi eksistensi partai politik di Indonesia. Lebih lanjut
Ulama yang resmi menjadi partai politik pada tahun 1952 serta Partai IkatCU1
Kabinet yang semula bertanggLmgjawab kepada Presiden mulai saat itu berganti
Sulan Sjahrir menjadi Perdru1a Menteri dalam kabinet yang baru. Dengan demikian
politik yang disebut dengan demokrasi liberal atau demokrasi parlementer dengan
berbagai partai yang dapat didirikan. Kehidupan demokrasi berjalan sampai tahun
1959.
terpimpin dengan harapan dapat mengatasi berbagai perpecahan dan di bawah satu
pimpinan semua aliran pemikiran politik dapat rnelangkag dalam satu arah untuk
Hal yang sangat menarik untuk diteliti adalah pada tanggal 5 Juli 1959
1945. Dengan demikian sistem politik yang berlaku di Indonesia bukan lagi
l~ab I - l'endahuluan (,
Terpimpin .
POKOK PERSOALAN
rakyat. Di Indonesia terkandung banyak aliran pemikiran, selain terdiri dari banyak
1. Untuk menjunjung tinggi asas demokrasi tidak dapat didirikan hanya satu partai
saJa.
2. Di<mjurkan pembentukan partai-partai politik untuk memudahkan pengukuran
kekuat<m perjuangan. kita
3. Dengan adanya partai politik dan· organisa.Si politik, akan memudahkan
pemerintah untuk meminta pertmggungjawab<m kepada pemimpin barism
peiju<mgan.
lebih lanjut bahwa dengm maklurnat ini, maka Indonesia dapat melakukan
Kehidupan aliif partai-partai politik ini memudar dan lenyap ketika pada
Undang Dasar (UUD) 1945 diberlakukan untuk menggantikan UUD Darurat 1950,
daripada menyusun UUD baru. UUD 1945 menetapkan seorang presiden yang
kuat.
TUJUAN l>t<:NELITIAN .
KERANGKA PEMIKIRAN
sistem politik demokrasi terpimpin di Indonesia pada bulan Juli 1957 ini merupakan
kandungan dari analisis pemikiran politik. Vernon van Dyke dalam bukunya
dapat disebut teori poiitik yang mengandung ekspresi tentang ide-ide politik atau
bahwa kajian mengenai pemikiran politik suatu bangsa di !'nasa lalu, sebenarnya
merupakan telaah mengenai sejarah atau tradisi intelektual bangsa itu sendiri.
politik di Indonesia. Sedangkan sistem politik yang menjadi telaahan utama adalah
saat itu. Untuk lebih dapat menguraikan pemikiran politik tersebut, penelitian ini
menggunakan pandangan dari Feith dan Castles, yang mengidentifikasi adanya lima
METODOLOGI PENELITIAN
mengandung paling tidak satu kesatuan politik, yaitu implikasi dexologis, yang
yang bersifat deskriptif analisis kritis. Sifat kritis dala,m hal ini merupakan usaha
Immanuel Kant berkaitan dengan usaha w1tuk semakin lebih mendekati nomenon.
Berkaitan dengan hal tersebut, tentu saja tidak lepas dari metoda positifuya
Edmund Husser! yang disebut zu den Sachen selbst (kembali ke halnya sendiri).
adanya, bukan sebagai gagasan tentang pemikiran politik tersebut. Walau demikian,
penelitian ini juga tetap berpijak kepada kesadaran Paul Ricoeur bahwa meskipun
menempatkan diri kepada jarak historis tertentu, tetap tidak ada titik nol yang
Me.ngingat objectum materiale penelitian ini ada dalarn konteks ilmu sosial,
maka jcjakm1 yru1g dipakai adalah a posteriori analitis Immanuel Kanl. Selain ilu
sesuai dengan pandangan Jurgen Habermas, obyek sosial dalam penelitian ini tetap
Hans George Gadamer dipandang paling tepat sebagai alat pemahaman obyek
penelitian ini. dengan dasar bahwa pemahaman bukan gerak reproduktif. letapi
Soekamo dengan tekanannya pada persatuan· dan kebesaran bangsa., serta Hatta
pada kemakmuran dan demokrasi (Herberth Feith dan Lance Castles, h. 1-2.
1988).
timggal 17 Agustus 1945 tetap bersumber kep(j.da paduan dua pemikiran tersebut
di atas. Tetapi setelah kehancuran Partai Nasional Indonesia yang berperan sebagai
partai negara, pemikiran tersebut tetap menyatu dengan penonjolan derajat yang
berbeda-beda di antara kesatu dengan yang kedua Partai Nasional Indonesia ini
Agustus 1945 dicabut karena banyak yang menentang~ Partai negara tersebut hanya
berumur pendek, karena berasal dari Jawa Hokokai yang dicurigai sarat dengan
pengarUh Jepang.
I. Untuk menjunjung tinggi asas demokrasi tidak dapat didirikan hanya satu partai
saja.
2 Oianjurk<m pembenlukan partai-partai politik untuk mudah dapal mengukur
kekuatan perjuangan Indonesia.
3 Dengan adanya partai politik dan organisasi politik, pemerintah dapat dengan
mudah meminta pertanggungjawaban para pemimpin barisan peijuangan.
Badan Pckerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang berfungsi dengan parlemen,
rakyat. Maklumat pemerintah tersebut merupakan landasan legal yang kokoh bagi
Lebih lq.njut Maklumat Pemerintah tersebut menyatakan adanya dua hal (M.
1946.
Ulama yang resrni menjadi partai politik pacta tahun 1952 serta Partai Ikatan
Bab 2 - Pemerintahan Partai-parlai Politik 14
Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Masjurni dan Partai Sosialis
orang-orang dari Partai Sosialis Indonesia (PSI). Hal ini mendatangkan banyak
perlawanan. Selain itu Tan Malaka yang tidak menyetujui Sjahrir berunding dengan
Pad a kabinet Sjahrir II, kabinet telah mulai memiliki anggota yang beragam
dari beberapa partai politik tetapi kebijakan politik kabinet ini tidak mengalami
Pe~juangan . Persitiwa 3 Juli 1946 yang berkesan pada penculikan Perdana Menleri
Soelan Sjahrir, mengakhiri kabinet ini . Dengan Maklumat Presiden no. l tahun
pada kabinet Sjahrir III . Komposisi anggota kabinet merupakan perpaduan dari
organisasi-organisasi politik yang ada pada saat itu. Pertentangan tersebut dan
perpecahan yang terjadi dalam PSI milik Soetan Sjahrir menyebabkan berubahnya
besar tersebut, dan ditambah dengan perpecahan dalam SI, kabinet Sjarifuddin
han cur.
l3ab 2 - Pcmcrintahan Parta i-parlai Polilik I(,
integrati( tetapi terdiri dari ahli-ahli administratif yang mengutamakan teknis dan
yang besar terutarna karena keberhasilanny;;t dalam · Konferensi Meja Bun dar
(Herberth Feith, h. 51). Pembentukan kabinet ini tidak lepas dari keinginan
pembentukan kabinet ini tidak pada suatu program parta.i politik tertentu atau
koalisi dari berberapa partai politik, tetapi pacta pemenuhan kepentingan bersama.
Hal ini terbuk.1i dengan anggota-anggota kabinet yang diambil dari Masjumi, Partai
Nasional Indonesia, Partai Kristen, Partai Sosialis dan yang tidak berpartai.
Feith, h. 46-47) :
Tabel2
Komposisi Kabinct Hatta
Bagi kebanyakan partai, kabinet Hatta dapat diterima sebagai alat atau
menjadi anggota dan prograrnnya dinilai mempunyai pengaruh kuat keluar dalam
arti mendapat penghargaan dan kepercayaan dunia dan ke dalam yang berarti
I. Untuk mengatasi krisis politik yang diakibatkan oleh pembubaran kabinet Amir
Sjarifuddin.
2. Menjaga persaluan nasional dan menghindarkan agitasi devide et impera yru1g
berusaha memisahkan ral...;at dengan pemerintah.
3. Mempcrkuat kcdudukru1 pcmcrintah yang sedang menghadapi perundingan
politik sebagai kelanjutan dari prsetujuan yang sudah dicapai dengan Belanda.
4. Untuk turut menyusun sendi pertahanan dan · pembangunan masyarakat dan
negara.
5. Untuk turut memperbaiki kedudukandan derajat negara Indonesia dalrun
pru1dangan internasional.
disahkan. Susunan kabinet Natsir tersebut dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini
Pada masa kabinet Natsir, muncul pembicaraan tentang Iriru1 Barat atau
Guinea Baru sebelah Barat antara pemerintah Indonesia dengan Belanda. The
pru1dru1g Indonesia, merupakan hal yang penting bahwa Irian barat menjadi rnilik
Indonesia sesuai dengru1 Konferensi Meja Bundar pada tanggal 27 Desember 1950
Tabel3
Komposisi Kabinet Natsir
Bagi Presiden Soekamo, Irian Barat menjadi perhatian utama yang selalu
This is not a trifling question; this is a major issue ... This is a national
task for us which cannot be evaded : because we have pledge that we will
fight till the end of time as long as one part of our country- however small
that part may be - is not yet free! We still. hope that West Irian will be
returned to us within this year. (Soekamo, 1965, h. 99- 121).
"Harsono m cngundurkan diri dari kabinet pada tanggal 31' Desember 1950.
13ab 2 - Pcmcrintahan Partai-partai Politik 20
strategi. Pertama, kabinet Natsir mencoba berusaha untuk bertindak tidak dengan
kekerasan. tetapi menggunakan jalur diplomasi. Hal ini sesuai dengan keinginan :
merebut Irian Barat datang dari Sutomo, yang kelak menjadi pemimpin Partai
mendesak pemerintah untuk melakukan boikot ekonomi kepada Belanda bila tidak
menyerahkan Irian Barat pada tanggal 27 Desember 1950. Partai Sosialis Indonesia
sangat mengecam usul Sutomo ini karena tidak sesuai dengan semangat demokrasi
Pada tanggal4 Januari 1951 muncul dua mosi.tentang masalah Irian Barat
terhadap kabinet Natsir. Dua mosi ini dilatarbelakangi oh~h perbedaan pandangan
yang teijadi dalarn parlemen sehubungan dengan hasil Konferensi Meja Bundar
yang memuat status pernilikan Irian Barat. Anggota Partai ~omwlis Indonesia dan
Meja Bundar. Mosi yang pertarna berasal dari Mr. Djody Gondokusumo dari Partai
3. to review the other results of the Round Table Conference within three months
with a view to obtaining their abrogation.
Pacta tanggal 10 Januari 1951 kabinet Natsir tidak menerima rnosi Kusnan,
tetapi ada perbedaan kecil dalam pendirian mosi tersebut dan 'memasukkannya ke
dalam modi Djody. Dengan demikian mosi tersebut menyatakan bahwa negosiasi
Pacta saat yang sama, diambil suara atas mosi Kusnan yang ditandatangani
anggota Partai Nasional Indonesia dan Partai Serikat Islam Indonesia. Dalam
pemungutan suara ini Partai Sosialis Indonesia abstain dan hasil akhir merupakan
Pada Langgal ~I Maret 1')5 I kabinel Nalsir bcrhcnli dan lima han
Partai Nasionalis Indonesia dan ketua parlemen WJtuk rnembentuk suatu kabinel
yang dialam.i Mr. Sartono bersumber kepada keinginan kedua partai tersebut yang
terus menenlang masalah pajak dan adanya dewan-dewan regional yang didasarkan
bilateral. Selain hal tersebut, kesulitan utarna Mr. Sartono terletak kepada
yang berasal dari Partai Nasionalis Indonesia telah banyak, antara lain di Surnatera
Tabel4
Komposisi Kabinet Sukiman
"Mr. Yami mengundurkan diri pada tanggal 14 Juni 1951. Ia digantik.an hari itu juga
o1eh M.A. Pellaupessy yang bertindak sebagai Menteri Kehakiman ad interim (dan juga scbagai
Menteri Umum) sampai 20 November, ketika Mr. Muhammad Nastun (non partai) m~ngisi
jabatim Menteri Kehakiman.
·Mr. Sujono Hadinoto mengundurkan diri tanggal 16 Juli. Tiga hari kemudinn in
digantikan o1eh Mr. Wilopo dari Partai Nasionalis Indonesia.
•Posisi kosong ini akhirnya pada tanggal 20 November 1951 diisi o1eh Mr.
Gondokuswno dari PIR, yang mcningga1 tangga1 6 Maret 1952.
lluh 2 -l'l'lll<..'lllllidiulll'uilUI-pullUII'llllllk 2·1
------------------~--------------------------------------
pemerintahru1 Indonesia yang berasal dari sejumlah orang dari Jawa Timur, seperti
yang diungkapkan oleh koran .Java Post. Gerakan ini disebutkan mempunyai
hublli1gru1 dengan organisasi ilegal di luar negeri (Uni Soviet) yang bekerja sama
Indonesia.
kabinel yang' lebih efektif dan mempunyai kekuatan lUlluk' menghadapi setiap
yang inspiratif dan beijangkauan ke masa depail.. Pacta saat itu pembentukan
kabinet seperti yang diharapkan tersebut sangat sulit. Terdapat ketegangan antara
partai-partai dan menurut Herbert Feith terdapat beberapa isu menonjol yang
kemlUlgkinan besar akan ditentang oleh Masjwni dan Partai Nasionalis Indonesia.
menghendaki suatu kabinet yang tidak hanya didukung oleh satu partai dan
1. Jabatan dalam kabinet diisi oleh orang-orang yang memiliki kemarnpuan teknis
yang tinggi
2. Mempunyai kemampuan untuk mereduksi ketegangan antar partai politik
3. Tidak terlalu menekankan postur ideologis
4. Secara internal kohesif
5. Mampu bergerak cepat menuju pemilihan umum nasional.
13ah 2 - Pemt:rintahan Parlai-partai Politik 25
berdasarkan kesatuan, teamwork dan orientasi politik yang bersifal umum. Formasi
Tabel5
Komposisi Kabinet Wilopo
yang muncul. Kenyataan politik ini pada tahun 1957 dipakai oleh Soekarno sebagai
seorangpun dari anggota kabinet Burhanuddin Harahap ada di dalamnya dan tidak
ada seorangpun wakil dari Partai Sosialis Indonesia. Dalam hal ini, kritik Partai
ll:~h .' l'<'llll'lllil:lli:lll 1'1111:11 Jlllll/11 l'<>lillk
pemerintah karena ban:yak pejabat yang sebenamya tidak memiliki pekerjaan yang
harus dikerjakan. Dalam struktur pemerintahan yang qibentuk Ali, terdapat banyak
diselesaikan.
Selain hal tersebut di atas, kritik Partai Sosialis Indonesia juga tertuju
Hal tersebut senada dengan pemyataan Mohammad Hatta pada bulan November
J <)56, "]>artie.\· ... have been made into an end in themselves, the state being their
tool ... The standing of the government has become that of a messenger boy of the
yang dilakukan oleh para pemimpin partai merupakan penguasaan yang tidak akan
Sikap kritis Partai Sosialis Indonesia terhadap kabinet Ali ini menyebabkan
pcmcrinlah dcngm1 usaha-usaha menyebarkan anti C:i:na dan anti Jawa serla
permusuhan regionalitas. Tidak dapat disangkal bahwa pers yang simpati terhadap
Partai Sosialis Indonesia antara lain Mingguan Siasat terus menerus mewartakan
kasus Han dan Lie serta para pelamar keturunan Jawa yang memasuki akademi
lersebul di alas dilakukan Parlai Sosialis .lndonesia karena kalah dalam pemilihan
umum 1955.
politikus partai sehingga mendapat simpati dan kepercayaan dari para pemimpin
regionalis. Selain itu Soekarno berusaha untuk menjagajarak dari kabinel Ali yang
saat itu mendapatkan berbagai kritik yang berasal dari ~etidakpuasan politik. Pada
J
saat itu Soekamo tampak mempunyai solusi yang Iebih luas, komprehensif dan
secara ideologis lebih memuaskan daripada solusi yang pemah ada. Formasi
kabinet Ali ini bisa dilihat pada tabel6 di bawah. (Herberth Feith, h. 469- 470) :
nab 2 - l'cmcrintahan Parlai-partai Politik 2X
- -- - --------=-------- -- - -- -- --·- - -
Tabel6
Komposisi Kabinet Ali
Pada bulan April 1957 Soekarno membentuk kabinet Karya yang dipimpin
oleh Djuanda Kartawidjaja, seorang politisi yang tidak tergabung dalam suatu
partai. Alasan Soekarno merrrilih Djuanda antara lain karena terdapat permusuhan
yang semakin dalam diantara partai-partai yang ada. Walau demikian, bila dilihat
dari komposisi anggota kabinetnya, tampak sebagai koalisi antara Partai Nasionalis
Sumatera antara Kolonel Simbolon. Kolonel Sumual dari Permesta dan Kolonel
Partai Komunis Indonesia hams dilarang karena Komunisme bagi kaum muslim
adal'ah haram. Selain itu pada bulan November sidang-sidang M<Yelis Konstituante
dengan yang menghendaki Pancasila sebagai dasar falsafah bagi suatu undang-
masalah-masalah yang terjadi, pada bulan Januari 1958 Partai Sosialis Indonesia
menuntut pembenlukan kabinet baru. TW1tutan tersebut ditolak oleh Soekarno dan
kabinet Djuanda. Pada tanggal 10 Februari 1958 tuntutan pembubaran kabinet juga
datang dari Pertemuan di Padang antara para perwira militer dan para pemimpin
Sosialis Indonesia. Selain itu Pertemuan di Padang juga menuntut (M.C. Ricklefs,
h. 396) :
Bub 2 - Pemerintahan Partai-partai Politik 30
melahirkan negara sebagai sintesa. Sejarah merupakan proses dari kebebasan terbatas
mewujudkan tujuan negara haruslall dipimpin oleh seorang yang kuat dan dapat
dipercaya Rakyat harus mengikuti kehendak pemimpin tersebut dan bahkan alles was
Supomo dan Ki Hajar Dewantoro menyatakan ballwa individu hanya berarti bila ada
dalam masyarakat, sebab masyarakat merupakan totalitas. Dalam pernik iran S upomo
rakyat sebagai individu diwakili negara sebagai totalitas 1. Dengan demikian pirnpinan
negara sangat menentukan dan ral)'at harus rnendukung dan menaati segenap
kemauannya.
1
Supomo menyatakan total iter, tetapi maksudnya adalah totalitas. Kita mengcnal tulisan
Suporno dari Moh . Yamin.
13ab 3 - Demokrasi Terpirnpin 32
atas garis etnis dan geografis. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai kelompok di
luar Jawa, misalnya : De\:..'an Ban,t eng di Sumatera Barat, Garuda di Sumatera Selatan
sebagai penyebab setiap perpecahan dan kegagalan delapan kabinet serta munculnya
berbagai persaingan politis yang tidak sehat. Dengan demikian sistem ini tidak cocok
konsep 'retooling' untuk menghapus semua hal yang berkaitan dengan liberalisme
serta hanya mengakui hak hidup 10 partai politik yang relatif tidak dapat berfungsi
seperti sebelumnya. Menurut Soekamo dan juga didukung oleh Selo Soemardjan
(dalam Feith dan castles, Demokrasi Terpimpin dan Tradisi Kebudayaan Kila) bahwa
Bub 3 - Dcmokrasi Tcrpimpin 33
------------~~~----------------------------------------
yang cocok dengan masyarakat Indonesia adalah pemerintahan yang terpusat, yang
dan jelas dimulai pada tahw1 1959 ketika sidang konstituante tidak berhasil
mendapatkan dukungan 2/3 untuk kembali ke UUD 1945 . Landasan formal bagi
sudah mulai kehilangan sebagian besar hak yang pemah dimilikinya. Kekuasaan
Tidak dapat diingkari bahwa terjadi pertentangan yang arnat besar antara
pemerintah pusat dengan daerah, terutama dengan para pelopor pendirian Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesi~ pada akhir kabinet Djuanda. Pada saat itu dapat
dengan UUD 1945. J.D. Legge dalam hal ini menyatakan bahwa banyak partai yang
ada saat itu memandang keinginan Soekamo untuk "kembali ke UUD 1945 untuk
Pacta bulan Mei 1957, Dewan Nasional yang terctiri atas 41 wakil 'go Iongan
1958 Dewan Nasional mengadakan sidang untuk mengatasi perpecahan yang terus
UUD 1945.
Presicten Soekamo ctalam pictatonya pacta tanggal 22 April 1959 yang beructul
Res Publica, sekali lagi Res Publica menganjurkan sup·a ya Konstituante menetapkan
menerima keputusan untuk kembali ke UUD 1945 asal disertai dengan amandemen
yang terdapat dalam Piagam Jakarta. Usulan amandemen ini ditolak dalam sidang
tangal 29 Mei 1959, 30 Mei 1959 dan 2 Juni 1959 karena belum mencapai korum dua
pertiga seperti diatur dalam UUDS 1950, pasal37 (lihat Nugroho Notosusanto) .
keselamatan bangsa dan negara, KSAD. Letjen · A.H. Nasution atas nama
Selain usaha lersebut, Nasulion mengusulkan cara untuk rnemecahkan jalan bunlu dai
Angkatan Bersenjata - adalah mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal S' Juli 1959
13ab 3 - Dcmokrusi Terpimpin 35
walaupun Konstituante masih dapat bersidang sekali lagi menurut UUDS 1950,
sebagai berikut :
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 5 Juli 1959
Atas nama Rakyat Indonesia :
PRE$IDEN REPUBLIK INDO-
NESWPANGLIMA TERTING-
GIANGKATAN PERANG,
Soel{arno.
kembali ke UUD 1945. Berkaitan dengan hal tersebut Soekarno menilai bahwa
Konstituante tidak mampu menjadi penyelamat revolusi, maka demi kepentingan nusa
undang Darurat. Dalam pandangan PKI dru1 PNI berkenaan dengan dikcl uarkannya
Dekrit Presiden adalah selain dapat menerobos kekerasan pendirian partai-partai Islam
juga menghindarkan terjadinya kudela oleh pihak tentar~ (M.C. Ricklefs, h. 402).
lagi hanya Jambang, tetapi memiliki kekuasaan besar. Bagi Soekamo pemberlakwm
UUD 1945 tidak hanya sekedar pergantian, tetapi merupakan pelurusan kembali dari
Agustus 1945.
Bagi Soekamo UUD 1945 paling cocok untuk menghadapi instrumen polilik
imperialisme, yaitu devide et impera. Undang-undang Dasar 1945 berdiri di aLas dasar
apapun. Bab I fasal 1 menegaskan Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik.
Agustus 1959 yang terkenal dengan sebutan Manipol juga merupakan landasan bagi
berwujud masyarakat adil dan makmur (Soekamo, h. 375). Berkaitan dengan hal
pcrsoalan Pokok Revolusi Indonesia dan Program Umum Revolusi Indonesia adalah
atau kelompok yang satu dengan yang lainnya serta berbagai pemberontakan pada
sistem politik demokrasi parlementer semakin besar dan membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Untuk mengatasi berbagai gejolak tersebut, pada bulan
Darat Nasution menjadi Penguasa Perang Pusat, para panglirna wilayah menjadi
Penguasa Perang Daerah dan para komandan tentara di berbagai tingkat y<mg lebih
milik l3elanda di Indonesia. Pada tanggal 1113 Desember 1957 Nasution mengambil
Dengan kerja sama tersebut kekuasaan militer semakin besar bukan hanya di
bidang keamanan, tetapi juga politik dan ekonomi. Selain itu Nasution juga berhasil
tangan militer. Kerja sama yang diangun militer dengan sipil terorganisir dalam bentuk
partai politik. Presiden Soekarno menolak permntaan partai politik untuk mengurangi
Dalam keadaan darurat perang atau keadaan darurat militer, kekuasaan berada di
tangan panglima atau komandan mili~er.
2. Mencari partai politik yang mampu mengimbangi posisi militer. Walaupun Partai
Nasional Indonesia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan presiden,
hanya beberapa orang pemimpinnya yang mendukung demokrasi terpimpin,
bahkru1 PNT menjadi kehilangan agresivitasnya ·Dalam hal ini Partai Komunis
Indonesia (PKI) memberikan dukungan yang besar kepada demokrasi terpimpin.
Selain karena membenci militer, PKT mau metnberikan dukungannya karena
berusaha memperbaiki citra bangsa Indonesia karena telah mengadakan
pemberontakan pacta tahun 1948. Dukungan PKI terhadap deokrasi terpimpin
merniliki kekuatan dan pengaruh yang besar, sebab partai ini mampu memangun
organisasi massa di tingkat daerah.
memang telah dibangun oleh Jend. Nasution sebagai panglirna Angkatan Bersenjata.
bahwa :
• tiga dari lima serdadu meninggal dalam peijuangan pembebasan Irian barat,
• rniliter lebih besar memiliki tanggung jawab moral terhadap penyelamatan bangsa
dan negara daripada sipil.
Oleh karena itu Jend. Nasution menyebut peran militer sebagai the Army 's
Middle Way dalam arti militer sudah selayaknya memainkan peranan militer dtm sipil.
l3ab 3 - D(.,'lnokrasi Tcrpimpin 40
--------------~~-------------------------------------------
Dalam hal ini Daniel S. Lev menyebut pidato tersebut sebagai a basic documem in
terpimpin. Selain itu juga untuk melangkah bagi terwujudnya tujuan dasar revolusi
Indonesia.
dua sikap. Partai Nasional Indonesia, Partai Komunis Indonesia dan sebagian dari
sedangkan sebagian dari Nahdlatul Ulama, Masjumi, Partai Sosialis Indonesia (PSI)
yang menolak konsepsi tersebut membentuk Liga Demokrasi yang tidak dapat
bertahan lama. Masjumi dan PSI terus bertahan sebagai oposan sampai di1arang pada
Pengertian konsep 'terpimpin' da1am UUD 1945 adalah sesuai dengan sila
parlemen dan berada di bawah MPR. Dalam pelaksanaannya, karena DPR yang
merpakan has! Pemilu 1955 dengan berdasar kepada Penetapan Presiden no. 1/1959
menjalankan tugas sesuai dengan UUD 1945, tidak menyetujui Anggaran Pemerintah
Bah 3 - Dcmokrasi Tcrpimpin ·II
--------------~~------------------------------------------
dan Belanja Negara (APBN) y<mg diajukan pemerintah, maka dibubarkan oleh
Presiden no. 4/1060 dibentuk DPR Gotong Royong yang komposisi keanggolaannya
adalah : 44-PNL 36-NU. 30-PKI, 118-Golongan Fungsional Non ABRI dan 35-
ABRI. Selain itu juga dibentuk Dewan Nasional yang keduanya dipimpin oleh
Presiden.
demikian ekuasaan presiden dapat dikatakan tidak terbatas. Tambahan lagi Sidang
Pertentangan dan pemberontakan terus muncul pada masa akhir sistem politik
anggota PSI merupakan masalah yang ha.rUs ditangani secepatnya, termasuk berbagai
politik demokrasi parlementer dengan adanya banyak partai yang tidak memiliki
haluan yang sama sebagai penyebab segala pertentangan dan pemberontakan yang
demokrasi Barat yang menuntut adanya oposisi. Dalam pandangan Soekarno oposisi
pemerintahan dari oposisi. Oleh karena itu partai tidak ada gunanya, malahan menjadi
parlai-partai politik dalam pemerintahan sangat besar. Partai-parlai yang sudah ada
Hal tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa partru-partai politik yang ada
pada saat itu sebagian besar masih relatif muda, disamping itu kemerdekaan baru
saja terwujud. Dua kondisi tersebut membawa dampak yang cukup besar bagi
dengan komposisi berbagai suku, budaya, agama dan etnis semakin mewarnai
Tabell
Komposisi KNIP Bulan Maret 1947
Partai
PNI 45 anggota (45) 1
MASJUMI 60 anggota (35)
Partai Sosialis 35 anggota '(35)
Partai Buruh 35 anggota ( 6)
PKJ 35 anggota ( 2)
PARKINDO 8 anggota ( 4)
Partai Kato!ik 4 ang_~ota ( 2)
Pel<erjaan
Pekerja 40 anggota ( 0)
Petani 40 anggota ( 0)
Daerah (selain Jawa}
Sumatcra 50 anggota ( I)
Kalimantan 8 anggota ( 4)
Sulawesi lO an_ggota ( 5)
Maluku 5 anggota ( 2)
Sunda kecil 5 G\nggota ( 2)
Ras Minoritas
Cina 7 anggota ( 5)
Arab 3 anggota ( 2)
·' Belanda 3 anggota . ( 1)
Lain" lain
Individu, partai minor, dsb . 121 anggota (49)
TOTAL 514 anggota (200)
1
Angka dalam kurung adalah angka sebelum diperbesar.
Tabel2
Perbandingan Perwakilan Partai
(dalam %)
Pckcrjaan :
Pekerja 0 7.8 + 780
-·
. Pctani 0 7.8 +780
Daerah :
Sumatra .5 9.7 + 1,8,-tO
Kalimantan 2.0 1.5 - 25
Sulawesi 2.5 2.0 - 20
Maluku 1.0 1.0 0
Sunda Kecil 1.0 1.0 0
Minoritas :
Cina 2.5 1.3 -48
Arab 1.0 .6 -40
OdanJa .5 .6 + 20
TabciJ
Perbandingan Keterwakilan Partai dalam Palemen KNIP Soekarno dan Parlemen
1955
(dalam %)
Tabel4
Ketenvakilan Partai dalam Kabinet
(Agustus 1945 sampai Maret 195)
Scbclum
Pcmilu 1955
Prcsidcnsia1 - - - - - - -
Sjahrir 1 - 7 - 2 - - 1
Sjahrir II - 7 - 2 - - 3
Sjahrir Ill 4 6 - 2 - - 7
Amir S. I 7 7 1 1 - - -
Amir S . II 7 lO I l - - 4
Hatta l 3 1 - 1 - - 4
Hatta II 5 - - 1 - - 4
Susanto 5 I - - - - - 2
Halim 3 3 - 1 - - 4
RIS 3 - - I - - 4
Sukiman 4 - - 1 - - 5
Sctclah Pcmilu
1955
Wilopo 4 2 - 1 - - 4
Ali I 4 - - - - 3 -
Burhanuddin - 2 - 1 I 2 1
Ali II 6 - - 2 2 5 4
Joiuanda - - - - - - -
,.
!lab .1- lknwkrasi Tcrpimpin
'we made a ve1:v great mistake in 1945 when we urged the establislunellf c!!'
JIOrtics. parties. parties. Now that mistake is wreaking its l'engcancc llf)()IJ liS
.. Let us all join to bury the political parties' (Herbeth Feith dan Lance
Castles, h. 8 I).
Dalam hal ini Soekamo merasa sa1ah ketika November· 1945 menganjurkan pendirian
partai-partai politik yang berakibat saling berhadapan satu dengan yang lain sebagai
musuh. Bagi Soekamo penyebab paling besar bagi retaknya persatuan dan kesatuan
adalah partai.
'Ada penyakit yang kadang-kadang bahkan lebih hebat dari pada rasa suku
dan rasa daerah! Yaitu penyakitnya apa? Penyakit keartaian saudara-
saudara! Ya terus terang saja, saudara-saudara penyakit kapartaianl
(Herbeth Feith dan Lance Castles, h. 63).
Ketika hasil peinilu 1955 memunculkan banyak partai politik, Soekamo hanya
pertent<mgru1 ru1tara parlai yru1g satu dengan yang lain semakin luas dan dalam. Oleh
dapat diatasi dengan mengubah sistem politik dari Demokrasi Parlementer menjadi
konsep dan tindakannya atas pendapat bahwa revolusi dalam menuju masyarakat adil
dan makmur masih belum selesai. Oleh karena itu revolusi harus berjalan terus dan
dengan hal tersebut, .sidang Umum I MPRS 1960 men~tapkan Pidato Kenegaraan
Presiden pacta tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Kembali ke Rei Revolusi
Salah satu yang diharapkan dari Manifesto politik ini adalah segenap bangsa bersatu
padu menjalani revolusi untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, tidak terpecah
sendiri-sendiri (lihat cuplikan naskah DPA dalam Feith dan castles, h. 98 dan Panitia
Juli 1959 bahkan sebagai pen.. .. Resmi dekkrit tersebut. Demokrasi terpimpin
llah .1- lleJJiokrasi lerpimpin ·1·1
merupakan satu elemen dalam Manipol. Dalam Manipol yang merupakan usalw
15(i):
a. UUD 1945
b. Sosialisme Indonesia
c. Demokrasi Terpimpin
d Ekonomi Terpimpin
e. ldentitas Indonesia.
Kesatuan dari kelima doktrin politik tersebut dikenal dengan nama USDEK. Jadi
terpimpin, terdapat dua konsepsi politik. Konsepsi politik Soekarno tersebut adalah
kabinet Gotong Royong dan Dewan Nasional. Kabinet Gotong Royong merupakan
kabinet yang terdiri dari segenap partai dan fraksi~fra.k.<;i di dalam parlemen yang
mencapai kies-quotient. Oleh karena itu kabinet ini disebut kabinet Gotong Royong,
agar menjadi penjelmaan jiwa Indonesia. Sedangkan Dewan Nasional terdiri dari
segenap bangsa Indonesia yang akan merupakan penasehat kabinet. Prinsip dasar
memiliki kies-quotient dalam Pemilu 1955. Dalam kabinet, tidak lagi dibedakan atas
dasar partai-partainya. Dengan demikian yang menjadi pandangan utama adalah orang
Indonesia bukan orang dari · suatu partai politik Tidak ada higi istilah yang
menyatakan bahwa menteri tersebut berasal dari PNI atau yang lainnya. Kabinet
royong. Bila prinsip lersebut diterapkan secara penuh, i"naka tidak ada lagi oposisi dan
kehidupan politik akan berjalan dengan damai, tidak ada lagi gontok-gontokkan.
kemajuan . Tetapi perbedaan pendapat tidak berarti quote que quote menentang_
Konsepsi politik yang kedua adalah Dewan Nasional yang pada awalnya
a. wakil golongru1 buruh, karcna buruh adalah golqng@ fungsional y<mg hcbal.
b. Wakil golongan tani, karena tani adalah golongan fungsional yang hebat.
c. Wakil go Iongan cendikiawan, karena merupakan perancang pembangunan.
d. Wakil golongan pengusahan nasional. ·
e. Wakil golongan agama.
f Walcil golongan wanita.
g. Walcil-wakil daerah, yang Iebih mengerti persoalan daerah.
h. Kepala staf angkatan darat, !aut, udara dan kepala kepolisian negara.
L. Jaksa agung.
Scperti halnya kribinel Gotong Royong, Dewan Nasiomil ini harus tidak lagi melihal
Nasional adalah perasan dari masyarakat yang hidup, yang bergelora dan yang dinanlis
aktiC Kabinet dan Dewan Nasional berdiri berdarnpingan stu sama lain_
13ah l - Dc1nokrasi Tcrpimpin
Pemmtang utama dari konsepsi politik Soekarno ini adalah Masjumi , PSI U<Ul
pa11ai Katolik. Bagi mereka Dewan Nasional merupakan usaha membangun partai
tunggaL sebab konsep Dev.,:an Nasional adalah eliminasi dari peran partai-partai politik
dalam pemerintahan. Bahkan partai politik bukan lagi berrungsi sebagai rcpn~scntasi
mas~ · arakat. telapi inslrumen pemcrinlah unluk menyampaikan pesan kepada rakyal
(Yahya Muhaimin, h. 99). Sedangkan partai yang tidak setuju dnegan konsepsi politik
lersebut letapi masih loyal kepada presiden Soekamo adalah Parkindo, IPKI cl <m PSI!.
PNT dan PKI secara mutlak setuju dnegan konsepsi politik tersebut.
salah satu partai dan pa.sti saja menjadi alat propaganda. Koran/majalah lersebul
antara lain :
lainnya.
hubungan dengan etnis tertentu, agama tertentu dan kumpulan budaya tertentu.
Pemberontakan besar yang dipicu oleh Masjumi dan sebagian anggota PSI
dalam dlllia politik. Beberapa saat kemudian memaasuki juga bidang ekonomi dan
sosial. Soekamo sangat membutuhkan TNI karena dapat menjadi instrumen untuk
mengatasi pemberontakan.
llah 1\ - l1 ansisi 1111111k Mcmhangnn . . )\)
Pada massa antara tahun 1945 sampai Pemilu 1955 isi dru1 warna kabinel
demikian seringkali terjadi bahwa partai-partai yang lain menjadi oposan yang
berusaha kcras untuk menjatuhkan pemerintah. Pada masa ini kabinel seringkali
relatif semakin banyak dan lebih kuat. Pertentangan yang muncul juga menyentuh
atau Islam Pemerintah sangat lemah, tidak mampu mengatasi berbagai konflik
tersebut
'
Masa setelah Pemilu 1955 mulai banyak tuntutan agar TNI mendapat peran
~ ..
lebih besar, sehingga berbagai konflik dapat diatasi dan agar pemerintah bisa
menjadi kuat. Dalam hal ini presiden Soekamo telah mengusulkan agar
Konstituante mengganti UUDS 1950 dengan UUD 1945, agar presiden dapat lebih
mencapai kuorum,
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Berdasarkan Dekrit Presiden 1959 ini UUD 1945
sebelurnnya.
..'•.
llah 4 - 'Jransisi untuk Mcmbangun ...
Bangs a
ABRI tidak mempunyai peran yang luar biasa dalam bidang politik. Partai politik
memiliki peran .yang Iuar biasa pada sistem politik Demokrasi Terpimpin.
A8RI berpartispasi untuk mengatasinya. Selain itu ABRI dalam posisi lemah
dalnm ncgcri, terutama yang berkailan dengan partai-.partai politik tidak mcnjadi
hirauan ABRI.
militer tidak hanya dalam skope geografis, tetapi juga dalam bidang politik.
pcndidil\an tinggi. baik di dalnm rnapun di luar negeri dalarn bidnng poli11k d:u1
ekonomi .
antar partai politik dan usaha-usaha untuk melepaskan diri dari pemerintah pusat
mulai melemah.
pelaksanaan kekuasaan Soekarno. Pada waktu itu seakan-akan dapat dbuat rumus
bahwa semakin intensif kedekatan Soekarno dengan rniliter, semakin hilang peran
prates . Prates utama yang datang dari partai politik adalah pencabutan Undang-
politik.
i!;d, ·1 Tr;,n:;isi 1111111h Mt~rrriXIIII'. IIII ) I
-- --- ---------------------------------------------
2. Dibubarkan.
pemerintah, yaitu :
1•,
l . Parlai Nasionallndonesia,
2. N ahdlatul Ulama,
3. Partai Serikat Islam Indonesia,
4. Partai Kristen Indonesia,
5. Partai Katolik,
6. Perti
7. IPKI
8. Partai Murba
9. Partai Komunis Indonesia
10. Partindo.
·~ •,
llab 4- Transisi unluk Mcmhangun .
Presiden no . 13/ I 060 tertanggal 5 Juli 1960 menyatakan bahwa partai-partai politiJ.\
a. Konstitusinya,
b. Jumlah cabangnya
c. Nama para anggotanya (termasuk umur dan tempat tinggal) dan
d. Dana yang dimilik, termasuk penerimaan dan pengeluarannya.
Dalam Peraturan no. 14/1960 yang dikeluarkan pada tanggal 12 Juli 1960
• Ideologi Pancasila,
• Islam
• Kristen
• K.omunis.
didirikan dan mendapat pengikut sebab landasan ideologi dan interest yang dimiliku
~- ·.
tidak tertampung dalam partai-partai politik yang lain. Pengelompokan ideologi ini
dan kepentingan yang kurang atau tidak sesuai dengan ketika partai politik yang
bersangkutan didirikan.
bahwa setengah dari anggota DPGR terdiri atas perwakilan partai-partai politik,
Hah tJ- Trar1sisi 1111111k M1:rnhang1111 .,.,
sedangkan yang setengah lagi dari kelompok fungsional yang didominasi militer.
himong 1)i J,angit : Tahun Berdikari. tetap mengekspresikan bahwa revolusi masih
kekuatan-kekuatan besar yang ada pada sat itu agar revolusi dapat berjalan dengan
interaksi antara 3 kekuatan, yaitu : Soekamo, PKI dan ABRI, walau dalam Kabinet
Kaki Empat juga terdapat PNI dan NU. Rebutan pengaruh antara PKI dan ABRI
Tani Indonesia (I3Tl) dan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) serta menguasai
Kantor Berita Nasional Antara. Sedangkan ABRI atas dasar kekhawatiran bahwa
pengaruh PKI akan semakin menjauhkan pelaksanaan pemerintahan dari UUD 945,
oleh Duta Besar Ingrris di Jakarta. Perimbangan kekuatan yang bermusuhan dalam
politik menyangkut ideologi yang menjad landasan partai-partai politik. Pada tahun
kontinuitas logis dari Pancasila sebagai idelogi negara (Bernard Dalun, h. 102).
terutama dari pemuka-pemuka agama Islam Kombinasi ini jelas dipaksakan lebih
What NASAKOM meant, ten parties not three, or an inspiring spirit for the
'
whole nation, was nevern spelled out. Indeed its . vagueness was u.1·e_ji.dl to
Soekarno for he would play-off interpretation against each other. (Riswandha
Jmawan, h. 168).
Soekarno. Sdain itu jumlah partai dibatasi serla kegialannya ~elalu ditl\\a~i
militer. Walau deikian mengandung potensi kontlik yang besar. Menjelang
tahun 1963 peran PKI dan militer sebagai kekuatan sosial politik menjad
SL~111:1k i11 bcs:1r.
3. Jalur kepemimpinan dari pusat sampai daerah diwai-nai konsep hubungan ru11nrn
Bapak dengan anak dan pemimpin dianggap sebagai sesepuh.
4 Angota Dean Perwakilan Rak)'at yang berj ulah 261 orang, di m<ma separuhnya
berasal dari partai politik serta sisanya berasal dari golongan fungsional,
ditentukan oleh Presiden.
5. Golongan oposisi dipandang sebagai orang yang egois yang akan mengru1ggu
keserasian pemerintahan, sehingga harus disingkirkan
Demokrasi Terpimpin. Tanggapan paling lengkap pada ' saat itu berasal dari
mempunyai banyak masalah yang pokoknya adalah (Feith dan Castles, h. 72-80) :
menjad anirki kalau tidak hati-hati, juga bahwa deokrasi merupakan suatu sistem
yang sulit. Di luar, menurut Natsir, adalah salah besar apabila demokrasi diganti
llah ''- Transisi unluk Mc111bangtut ..
Demokrasi Terpimpin, yang merupak<Ul sislem oloriler. Dalam hal 1111 N:ttsir
Apabila pemimpin rak)'at pada suatu saat tidak sanggup lagi bekerja betul-
betul untuk kepenlingan rakyatnya : apabila kedudukan atau kursi sudah
menjadi tujuan bukan lagi menjad alat, maka yang akan mengancam negara
kita adalah balnva : deokrasi tenggelam dalam koalisi dan kemudian koalisi
dimakan oleh anarki dan anarki diatasi oleh golongan-golongan yang
bersenjata atau golongan yang menguasai golongan-golongan bersenjata
itu.
adalah :
l . Melw1turnya idealisme,
Apalagi kalau ketiga hal tersebut telah menghinggapi lapisrln atas bangsa Indonesia.
Bagi Natsir, sistem dernokrasi akan mampu mernbawa bangsa Indonesia keluar dari
kesulitan, asal partai-partai politik berperan seperti yang seharusnya, bukan dikubur
berjudul Demokrasi Kita dalam Mingguan Panji Masyarakat Jakarta (Feith dan
/\tas dasar kcadaan darurat dan pandangrul bahwa rcvolusi masih bc1jalan,
1945 yang telah ditetapkannya sendiri menjadi dsar negara. DPR dibubarkan dru1
membentuk OPT baru menurut konsepnya sendiri, degan semua anggota ditunjuk
oleh presiden. DPR tugasnya hanya memberikan dasar hukum bagi segala
konOik internal yang besar, dengan Soekamo sebagai penentu mereka dapal
bekerja sama.
kewibawaan satu orang tidak akan berumur panjang, akrena tidak ada kaderisasi
Lebih Ianjut Hatta menilai bahwa motif dari segala tindakan Soekarno
tersebut adalah ingin melihat terbentuknya Indonesia yang adil dan makmur
selekasnya. Kelemahan Soekamo dala111 hal ini adalah selalu melihat semua
permasalahan hanya secara garis besar, hal-hal yang bersifat detil tidak
dihiraukannya.
Indonesia sedang sekarat karena penyakit yang disebabkan oleh regim yang tidak
becus dan juga bejat ahlaknya. Sislem politik yang berlaku, yakni Demokrasi
bidang politik.
Ilab 4- Tr<~nsisi unluk Mcmbangun .. ld
kekuasaan.
politik merupakan cara agar tidak muncul banyak pertentangan, sehingga partai-
partai politik yang ada dapat disatupadukan untuk mencapai tujuan~tujuan nasional,
Pemili 1955 tidak menyatukan partai-partai politik yang sudah ada, bahkru1
sekitar tal1un 1955 tidak dapat bekerja sama, bahkan saling menjatuhkan satu sruna
lain.
ini dapal diatasi dengan Undang-undang Darurat. Selai itu bagi Soekarno yang
ideologi tunggal untuk kepartaian yang merupakan kontinuitas logis dari Pancasila.
Selain itu juga mengubah istem politik dari Demokrasi Parlementer ke Demokrasi
Terpimpin.
Indonesia. peran militer terus naik sebagai pendukung sistem politik Demokrasi
politik dan ekonomi. Kekuasaan rniliter menjad sernakin besar setelah dibentknya
Front Nasional melalui Keputusan Presiden no. 13 talmn 1960 yang bekerja sama
Soekarno mulai menyadari peran militer yang tidak lagi hanya dalam bidang
sedikit mulai mepengaruhi dan berkuasa atas Presiden Soekamo. Untuk mengatasi
pendukung Soekamo yang paling besar, karena berusaha memperbaiki citra yang
memberi dukungan besar kepada Presiden Soekamo karena sebagian besar elit
2. Presiden Soekamo ,
Soekamo w1luk menjatuhkan yang lain. Pada tahun 1965 sistem politik Demokrasi
Terpimpin hancur ketika militer mendapat kesempatan untuk menjaluhkan PKI dan
Presidcn Soekarno.
11uh 5 - Kcsimpulan
nAn v
KESIMPULAN
berbagai aliran pemikiran politik untuk berpartisipasi relatif bebas dalam usaha
dalam hal ini adalah Soekamo, gaga! mewujudkan harmonisasi di antara beragai
kepentingan aliran pem.ikiran politik yang ada. Selain itu menjelang keruntuhan
bangsa, tetapi hal tersebut tetap berguna sebagai pelajaran bagi pemerintahan
berikutnya. Selain itu, motif dari individu Soekamo tetap mempunyai nilai, seperti
Bahwa Soekamo seorang patriot yang cinta pacta tanah aimya dan ingin
melihat Indonesia yang adil dan makmur selekas-lekasnya, itu tidak dapat
disangkal. Dan itulah barru1gkali motif yang terutama baginya untuk
melakukan tindakan yang luar biasa itu dengan tanggung jawab sepenullnya
pada d.irinya (Feith dan Castles, h. 127).
64
DAFTAR PUSTAKA
Almond, Gabriel, et.al., The Politics of the Developing Areas, New Jersey :
Princeton University Press, 1960.
Majalah: