Pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan (1945-1949) pelaksanaan demokrasi sangat terbatas.
Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Soekarno selaku presiden. Ia membentuk sendiri kabinetnya.
Sementara di unsur legislatif, Indonesia belum memiliki DPR. Fungsi legislatif diemban oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang membantu presiden. Adapun fungsi yudikatif dijalankan oleh
Mahkamah Agung dengan Hakim Agung pertamanya Kusumah Atmaja. Selain tiga pilar demokrasi,
Indonesia juga sudah memiliki pers yang independen sebagai pilar keempat demokrasi. Indikasi
demokrasi lain yang sudah terwujud yakni kebebasan politik. Partai-partai politik tumbuh dan
berkembang cepat. Fungsi paling utama partai politik adalah ikut serta memenangkan revolusi
kemerdekaan dengan menanamkan kesadaran untuk bernegara serta semangat anti penjajahan. Namun
pemilihan umum belum dapat dilaksanakan karena keadaan yang serba sulit.
Pada periode ini telah diletakkan hal-hal
mendasar bagi perkembangan demokrasi di
Indonesia untuk masa selanjutnya, yaitu:
Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh
Kekuasaan presiden dibatasi
Lahirnya partai politik
Pemberian hak-hak politik
secara menyeluruh
Para pembentuk negara sejak semula punya komitmen
besar terhadap demokrasi. Begitu Indonesia menyatakan
kemerdekaan dari pemerintah kolonial Belanda, semua
warga negara yang dianggap dewasa punya hak politik
sama, tanpa diskriminasi ras, agama, suku dan kedaerahan.
Kekuasaan Presiden
dibatasi
Presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan
untuk menjadi diktator, kekuasaannya dibatasi Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang dibentuk
menggantikan parlemen.
Lahirnya Partai Politik
Dengan maklumat Wakil Presiden maka dimungkinkan
terbentuk sejumlah partai politik. Pembentukan sejumlah
partai politik ini kemudian menjadi peletak dasar sistem
kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya
dalam sejarah kehidupan politik Indonesia.
Bentuk Penyimpangan Pada
Masa Priode 1945-1949
Bentuk penyimpangan dalam pelaksanaan demokrasi selama periode 1949-1949 :
• Konflik dan pertikaian antar kelompok yang memiliki pandangan politik berbeda,
• Gangguan dari pihak asing. terutama Belanda mencoba merebut kembali kendali atas
• Tindakan otoriter atau represif dalam menghadapi perlawanan bersenjata dari pihak yang