Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN NILAI SPORTIVITAS PANCASILA DALAM SEPAK BOLA

Tema 8 : Pancasila dan Sportivitas Dalam Olahraga


Nama Kelompok 11 :
- Alfira Mustikowati (191611018152472)
- Istifarren Firdausi (191611018152386)
- Nurul Fadlilah (191611018152169)
- Rara Sakti Yuwanda Putri (191611018152293)
- Sukma Yulia Putri (191611018152172)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) UUD 1945.

Pada era globalisasi ini bangsa Indonesia menghadapi tantangan cukup berat, terutama
dalam menghadapi era persaingan di segala bidang yang ketat. Untuk menghadapi tantangan
tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan masyarakat yang sehat, bugar, berprestasi,
produktif, beretos kerja tinggi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan yang berkaitan erat
dengan isi dari pancasila. Hal ini dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan olahraga. Salah
satu bentuk olahraga yang akan kami bahas adalah sepak bola. Sepak bola merupakan wahana
yang efektif dan strategis dalam menciptakan masyarakat yang sportif dan madani sesuai dengan
nilai pancasila.
Olahraga pada hakikatnya adalah miniatur kehidupan. Olahraga juga memiliki kaitan erat
dengan pancasila terutama pada sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia, yang artinya sportivitas
dalam olahraga bisa di tingkatkan dengan adanya persatuan atau kekompakan. Terutama dalam
olahraga sepak bola yang juga mengajarkan kedisiplinan, jiwa sportif, tidak mudah menyerah,
jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerjasama serta keadilan. Sepak bola merupakan
instrumen yang efektif untuk mendidik generasi muda terutama dalam nilai-nilai pancasila. Nilai-
nilai dalam sepak bola meliputi: kerjasama, komunikasi, menghargai peraturan, memecahkan
masalah, pengertian, menjalin hubungan dengan orang lain, kepemimpinan, menghargai orang
lain, kerja keras, strategi untuk menang, strategi jika kalah, cara mengatur pertandingan, bermain
1
jujur, berbagi, penghargaan diri, kepercayaan, toleransi, kegembiraan dan keuletan, kerjasama
sekelompok, disiplin dan sportif. Nilai nilai luhur yang terkandung dalam sepak bola yang
sejatinya juga merupakan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari hari, tidak akan
mempunyai makna apa pun jika tidak diaktualisasikan dan diimplementasikan dalam kehidupan
nyata.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah hubungan antara sepak bola dengan Pancasila?
2. Sikap sportivitas seperti apa yang harus kita terapkan dalam olangraga?

C. Tujuan

Sesuai dengan hal hal yang telah diuraikan dalam pemaparan diatas yang membahas
tentang hubungan Pancasila dan sportivitas dalam olahraga, penyususnan makalah ini
dimaksudkan untuk menyampaikan sejumlah informasi yang dianggap perlu untuk di ketahui
oleh pihak masyarakat , kelembagaan, atau keorganisasian dalam olahraga yang menaruh
perhatian besar terhadap upaya penerapan nilai Pancasila dalam olahraga.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah rencana bisnis ini adalah sebagai berikut:


1. Pembaca mengetahui hubungan antara Pancasila dengan sepak bola.
2. Dapat menumbuhkan sikap sportivitas pembaca dalam olahraga dengan berlandaskan pada
Pancasila.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pancasila Dalam Sepak Bola

Sepak bola adalah suatu cabang olah raga yang menggunakan bola dengan tim berjumlah
sebelas pemain. Sepak bola termasuk cabang olah raga yang sangat diminati dan digemari oleh
masyarakat Indonesia. Sepakbola sendiri terkadang sering membuat para manusia menjadi
terhibur akan nikmatnya yang diberikan. Kepopuleran sepakbola telah banyak dikenal oleh
masyarakat dunia bukan hanya di Negara Indonesia saja, bahkan sepakbola bisa menjadi
sebuah ikon identitas pada masyarakat di negaranya sendiri, karena diberbagai pertandingan
sepakbola pasti setiap masing-masing tim negara tersebut mempunyai ciri khas masing-masing
yang dapat dikenali. Banyak para pencandu sepak bola di Tanah Air. Konon di Amerika Latin
seperti di Brasil, Argentina, dan Kolombia, sepak bola sangat dipuja dan seolah-olah menjadi
agama kedua bagi mereka. Itu yang kita ketahui tentang sepak bola.

Sedangkan Pancasila adalah filsafat, dasar, dan ideologi negara. Pancasila sebagai dasar
negara dicetuskan untuk pertama kalinya oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni
1945. Pancasila merupakan maha karya dan kontribusi para founding father kepada bangsa
Indonesia sehingga bangsa yang besar ini dapat bersatu walaupun berbeda-beda dalam hal
etnis, budaya, agama, dan aliran politik. Di bawah lambang negara kita, burung Garuda,
tercantum semboyan nasional berbunyi "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda,
tetapi tetap satu jua. Persatuan inilah yang menjadi salah satu sila Pancasila. Itu yang kita
ketahui tentang Pancasila. Adakah hubungan korelatif-etis antara sepak bola dan Pancasila?

Memang tak banyak yang menyadari bahwa dunia sepakbola berpengaruh dalam
perumusan sila ketiga dalam Pancasila yaitu, Persatuan Indonesia. Pada tahun 1930 di
Yogyakarta, dibentuklah organisasi Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia (PSSI) dan Ir.
Soeratin terpilih menjadi Ketua Umum PSSI yang pertama. Yang perlu ditekankan adalah
bahwa dalam peristilahan nama PSSI itu sendiri, sudah muncul rumusan dasar negara
“Persatuan Indonesia” atau “Persatuan Seluruh Indonesia.”

Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila Persatuan Indonesia sangat identik dengan
nasionalisme. Begitu juga dengan sepakbola. Penulis merasa sepakbola adalah pembangkit
nasionalisme terakhir yang paling gampang untuk dimunculkan. Tanpa perlu perang, rasa
memiliki bangsa akan muncul dengan sendirinya. Sepakbola telah memberikan tempat bagi
lahirnya kebanggaan terhadap negara.

Dalam sepak bola selain mengandalkan kemampuan fisik, teknik, ketangguhan mental,
dan kualitas permainan, sepak bola juga harus menampilkan sportifitas, aturan main, dan etika.
Untuk menegakkan sportifitas, aturan main, dan etika bermain, maka dalam pertandingan
sepak bola diperlukan adanya wasit dan hakim garis yang benar-benar profesional sehingga
dapat menegakkan keadilan dalam pertandingan. Wasit dan hakim garis inilah yang
menegakkan aturan main dan etika bermain di atas lapangan ketika pertandingan
3
digelar. Seorang pemain yang diketahui handball, ia dinyatakan bersalah oleh wasit dan
tendangan bebas ataupun penalti akan diberikan kepada tim lawan sebagai hukuman. Sebuah
gol bisa dianulir oleh wasit kalau si pemain dinyatakan offside atau terdapat indikasi
pelanggaran sebelum gol terjadi. Seorang pemain akan diganjar kartu kuning bahkan kartu
merah apabila melakukan pelanggaran sangat berat terhadap pemain dari lawan timnya. 

Sepak bola Pancasila merefleksikan suatu permainan dan pertandingan yang didasarkan
pada nilai-nilai sportifitas dan keadilan. Selain sikap sportif dan adil, nilai-nilai Pancasila
dalam pertandingan sepak bola harus tercermin pada perilaku para pemain Indonesia. Mereka
harus dapat mengendalikan emosi, tidak mudah terprovokasi, dan tidak mudah mengeluarkan
kata-kata rasis atau ejekan.

Saya yakin Pancasila dapat diterapkan dalam permainan dan pertandingan sepak bola.
Bukan hanya berlaku bagi para pemain, tetapi nilai-nilai etis Pancasila harus juga berlaku bagi
para penonton sekaligus pendukung, para jajaran manajemen dalam suatu tim, dan para
petinggi-petinggi federasi di negeri ini. Pancasila adalah kumpulan nilai-nilai kebaikan,
tatanan nilai-nilai moral, dan himpunan nilai-nilai etika. 

B. Nilai-nilai sportivitas dalam sepak bola

Sepak bola sangat mengedepankan sportifitas, memiliki jiwa sportif bagi generasi muda
sangat penting karena jiwa sportif merupakan nilai-nilai dalam membangun bangsa yang
bermartabat. Sportif merupakan kesadaran yang selalu melekat, bahwa lawan bertanding
adalah kawan bertanding yang diikat oleh pesaudaraan olahraga. Sportif merupakan sikap
mental yang menunjukkan martabat ksatria pada olahraga. Nilai sportif melandasi
pembentukan sikap, dan selanjutnya sikap menjadi landasan perilaku. Sebagai konsep moral,
sportif berisi penghargaan terhadap lawan serta harga diri yang berkaitan antara kedua belah
pihak memandang lawannya sebagai mitranya. Keseluruhan dan upaya dan perjuangan itu
dilaksanakan dengan bertumpu pada standar moral yang di hayati oleh masing-masing belah
pihak. Sportifitas menyatu dengan konsep persahabatan dan menghormati lawan pada waktu
bermain. Jiwa sportif akan terwujud apabila terpenuhi perilaku tersebut di atas, dan sangat
dibutuhkan kesungguhan keberanian moral dan keberanian untuk menanggung resiko. Nilai
sportif merupakan rujukan perilaku, sesuatu yang dianggap luhur dan menjadi pedoman hidup
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Penerapan fair play atau sportifitas sebagai nilai
inti dalam bidang olahraga dalam upaya pembentukan generasi muda sekaligus nasionalisme.

C. Contoh Kasus

Kasus yang tak akan luput dari ingatan para penggemar sepak bola di seluruh dunia salah
satunya adalah kasus Zinedine Zidane dengan Marco Materazzi yang terjadi dalam World Cup
2006. Zidane (pesepak bola Prancis) menanduk Materazzi (pesepak bola Italia) karena
Materazzi diduga telah menghina Zidane. 

4
Kasus-kasus seperti itu harusnya dapat menjadi pelajaran bagi para pemain sepak bola
Indonesia. Para pemain sepak bola Indonesia juga hendaknya tidak sombong dan takabbur
tatkala menang. Kemenangan justru jadi modal motivasi untuk lebih berprestasi lagi. Mereka
juga tidak larut dalam kesedihan, keperihan, kepedihan, dan keputus asaan jika kalah.
Kekalahan justru menjadi pembelajaran dan pemicu untuk bangkit dan bangkit kembali. Inilah
etika Pancasila dalam sepak bola! Para penonton dan pendukung yang Pancasilais tidak
tawuran, tidak mengamuk, dan berbuat anarkis apabila tim kesayangan mereka kalah.
Terimalah kekalahan sebagai kenyataan karena dalam suatu pertandingan apabila tidak
bermain imbang, harus ada tim yang menang dan harus ada tim yang kalah . 

Tidak mungkin kedua tim menang semua atau kalah semua. Fanatisme dan dukungan
penuh serta kuat yang kita berikan kepada tim kita tidak perlu membuat sebagian kita
merendahkan tim lain, mengeluarkan kata-kata rasis, dan melecehkan tim sepak bola lain
karena itu tidak sesuai dengan nilai-nilai etis Pancasila. 

Sebaliknya, kita juga mengutuk tim sepak bola lain dan para pendukungnya jika ada di
antara mereka berbuat rasis dan melecehkan tim yang kita dukung. Rivalitas yang terjadi antar
pendukung seharusnya hanya terjadi selama 90 menit pertandingan berlangsung, selebihnya
kita adalah saudara, kita adalah Indonesia.

Selain itu para jajaran manajemen dari suatu tim juga harus bersih dari kata "suap".
Sejatinya kemenangan dalam suatu pertandingan ditentukan melalui permainan tim di atas
lapangan. Namun akhir-akhir ini muncul isu bahwa terjadi skandal pengaturan skor di salah
satu tingkatan liga di negeri ini. Bahkan diduga ada oknum petinggi federasi yang terlibat
dalam skandal tersebut dimana seharusnya federasi bertugas mengatur jalannya kompetisi
dengan netral guna memajukan persepak bolaan Indonesia. 

Hal tersebut coba dikuak dalam salah satu acara di salah satu stasiun televisi swasta pada
28 November 2018. Apabila hal tersebut benar adanya, tentu akan mencoreng citra Indonesia
di mata dunia dan tentu saja melanggar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Hal-hal
semacam itu sudah sepatutnya diperangi dan dibasmi. Pemerintah, petinggi-petinggi federasi,
pemain-pemain, dan jajaran manajemen, serta masyarakat harus bisa bersinergi guna
membasmi praktik pengaturan skor semacam ini agar persepak bolaan di negeri ini bersih dan
bisa maju untuk berbicara di panggung dunia.

Di sisi lain, kita patut berbangga dengan torehan prestasi dari Tim Nasional Indonesia di
setiap kelompok usia. Pada tahun 2018 ini kita tahu dan kita sadari bahwa timnas sepakbola
kita sudah menunjukkan kemajuan, khususnya di usia muda. Timnas U-16 menjuarai ajang
Piala AFF yang dihelat di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, meskipun harus gagal di turnamen
berikutnya yakni di Piala AFC U-16 setelah takluk 2-3 dari Australia di babak 8
besar. Kemudian Timnas U-19 yang juga mampu menembus babak perempat final AFC Cup
U-19 di tahun ini setelah sebelumnya menjadi juara ketiga ajang Piala AFF U-19. Dikelompok
usia 23 tahun pun tak kalah mentereng, mampu menembus babak 16 besar gelaran Asian
Games 2018 sebelum kalah melalui babak adu penalti oleh Uni Emirat Arab ( UEA ). 

5
Perjuangan para pemain di atas lapangan diiringi oleh ratusan ribu pendukung yang datang ke
stadion dan juga 250 juta lebih masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa Pancasila mampu
diterapkan dalam dunia persepak bolaan. Hal ini menunjukkan adanya bentuk persatuan dan
kecintaan kita terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan & Saran

Sepak bola sangat mengedepankan sportifitas, memiliki jiwa sportif bagi generasi muda
sangat penting karena jiwa sportif merupakan nilai-nilai dalam membangun bangsa yang
bermartabat. Dan juga penerapan pancasila dalam hal ini juga merupakan salah satu contoh dari
sila ketiga yakni persatuan indonesia.7

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dunia sepakbola berpengaruh


dalam perumusan sila ketiga dalam pancasila yaitu, persatuan indonesia. Nilai-nilai yang
terkandung didalam sila persatuan Indonesia sangat indentik dengan Nasionalisme. Begitu juga
dengan sepakbola. Sepakbola adalah pembangkit nasionalisme terakhir yang paling mudah
untuk dimunculkan tanpa perlu perang, rasa memiliki bangsa akan muncul dengan sendirinya.
Sepakbola telah memberikan tempat bagi lahirnya kebanggaan terhadap negara. Sepakbola
Pancasila merefleksikan suatu permainan dan pertandingan yang didasarkan pada nilai-nilai
sportifitas dan keadilan. Selama sikap sportif dan adil, nilai-nilai pancasila dalam pertandingan
sepakbola harus tercermin pada perilaku para pemain Indonesia. Mereka harus dapat
mengendalikan emosi, tidak mudah terprovokasi dan tidak mudah mengeluarkan kata-kata rasis
atau hinaan sepakbola sangat mengedepankan sportifitas. Nilai sportif melandasi pembentukan
sikap , dan sikap menjadi landasan perilaku. Jiwa sportif akan terwujud jika kedua belah pihak
memandang lawannya sebagai mitranya, dan sangat dibutuhkan kesungguhan keberanian
moral dan keberanian untuk menanggung resiko. Penerapan sportifitas sebagai nilai inti dalam
bidang olahraga dalam upaya pembentukan generasi muda sekaligus nasionalisme.

Saran yang dapat penulis simpulkan bahwa umumnya kelima poin Pancasila ini harusnya
dapat menjadi dasar untuk membenahi sepakbola nasional yang tengah karut-marut. Elemen sila
yang ada dalam Pancasila dapat diserap serta diaplikasikan nyata dalam sepakbola. Sepakbola
telah menjadi kultur, identitas serta bahasa komunikasi yang mampu menjembatani ratusan suku
dan kelompok negeri ini. Sehingga, kembali ke dasar Pancasila harus jadi landasan membenahi
sepakbola Tanah Air. Begitupun sebaliknya, sepakbola dapat menjadi ramuan manjur generasi
penerus sadar akan kesaktian Pancasila.

7
DAFTAR PUSTAKA

- https://www.kompasiana.com/kuncikunci/59311c2843afbdf927cf323c/memaknai-arti-
pancasila-sila-ketiga-melalui-sepakbola?page=all
- https://www.kompasiana.com/fauzunadhim/5c06181943322f6aa41feae3/etika-pancasila-
dalam-sepak-bola?page=all
- https://brainly.co.id/tugas/17260111
- syukronzuhdi.blogspot.com/2014/10/sportivitas-sportivitas-olahraga.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
- https://dakwahuinsuka.wordpress.com/2010/12/23/sepak-bola-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai