Pahlawan Nasional
Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada
masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia
mengungsi, sementara suaminya Ibrahim
Lamnga bertempur melawan Belanda. Tewasnya Ibrahim
Lamnga di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 kemudian
menyeret Cut Nyak Dhien lebih jauh dalam perlawanannya
terhadap Belanda.
“ Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang
sudah syahid ”
Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh
bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur
sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di
medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun,
dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit
memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya.
Atas teladan, perjuangan dan pengorbanannya yang begitu besar kepada negara, Cut Nyak Dien
dinobatkan menjadi pahlawan Kemerdekaan Nasional. Penobatan tersebut dikuatkan dengan
SK
Presiden RI No.106 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.