Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Kadek Mutiara Elmidia AnggitaSari

No. : 24
Kelas : XII Mipa 8

CUT NYAK DIEN

Cut Nyak Dien adalah salah satu pahlawan wanita Indonesia yang berjasa dalam
perjuangan melawan penjajah Belanda. Beliau lahir di Aceh Besar pada tahun 1848 dan
merupakan keturunan bangsawan Aceh.Sejak kecil, beliau sudah terkenal dengan kecantikan
dan kecerdasannya, terutama dalam agama.Saat Cut Nyak Dien berusia 12 tahun, beliau
dinikahkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga. Dalam pernikahan ini, beliau dikaruniai seorang
putra.

Teuku Ibrahim, suami Cut Nyak Dien, adalah seorang pejuang Indonesia yang
membantu melawan Belanda. Beliau kerap meninggalkan sang istri dan anak saat sedang
berperang.Sampai pada tahun 1875, Teuku Ibrahim menyuruh seluruh warga kampung tempat
tinggal mereka untuk pergi mengungsi. Cut Nyak Dien yang berjiwa besar pun dengan patuh
menuruti perintah sang suami.Akan tetapi, tiga tahun kemudian, tepatnya pada 29 Juni 1878,
Teuku Ibrahim gugur dalam perang melawan penjajah.Walau sempat terpuruk, Cut Nyak
Dien segera bangkit kembali dan meneruskan perjuangan suaminya.Beliau bersumpah akan
menghancurkan Belanda dan membalaskan dendam suaminya.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah lagi dengan seorang pejuang bernama
Teuku Umar.Keduanya kemudian menjadi pasangan pejuang yang cukup terkenal di tanah
Aceh.Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien pun mengobarkan semangat rekan-rekan
seperjuangannya dalam melawan Belanda.Teuku Umar kemudian membuat rencana untuk
mendekati Belanda. Beliau bersama pasukannya pergi ke Kutaraja dan bersikap baik kepada
Belanda.Mereka tidak berusaha melawan dan memperlihatkan sikap seolah-olah
bersahabat.Strategi tersebut berhasil karena kemudian Belanda menerima Teuku Umar,
bahkan memberinya gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan jabatan sebagai komandan unit
pasukan Belanda.Strategi ini terus dilancarkan Teuku Umar. Beliau berpura-pura patuh pada
Belanda, padahal secara diam-diam, beliau mengambil persenjataan dan memberikannya
kepada para prajurit Aceh.Awalnya, masyarakat Aceh menentang strategi ini. Bahkan, tak
sedikit di antara mereka yang mengira Teuku Umar benar-benar menjadi pengkhianat.Namun,
Cut Nyak Dien berhasil menenangkan pergolakan tersebut dan tetap percaya pada sang
suami.Sementara itu, Teuku Umar terus mengumpulkan pejuang Aceh beserta
persenjataannya.Setelah dirasa cukup, beliau lalu mengatakan kepada Belanda bahwa akan
mengadakan penyerangan ke basis Aceh. Belanda percaya dan membiarkan Teuku Umar
pergi.Namun, beliau—beserta Cut Nyak Dien dan para pasukan mereka—tidak pernah
muncul kembali di markas Belanda tersebut.Hal ini tentu saja membuat pihak Belanda
murka. Mereka pun mengerahkan banyak pasukan untuk memburu Teuku Umar dan Cut
Nyak Dien beserta pengikutnya.Namun, para prajurit Aceh sudah mempersenjatai diri dengan
baik sehingga bisa memukul balik prajurit Belanda.Pada tahun 1899, Belanda mendapat
kabar bahwa Teuku Umar akan tiba di Meulaboh. Mereka bergegas mengepung lokasi
tersebut dan menyergap Teuku Umar saat beliau dan beberapa pasukannya tiba.Karena tidak
ada pilihan lain, jadi Teuku Umar terpaksa melawan. Tapi beliau gugur akibat tembakan dari
Belanda.Mendengar berita kematian sang suami, Cut Nyak Dien semakin bertekad untuk
menghancurkan Belanda.Akan tetapi, karena kekurangan persediaan makanan dan senjata,
mereka tentu tidak bisa melakukan banyak strategi.Pada akhirnya, Cut Nyak Dien
memutuskan untuk membawa rakyat Aceh kabur dari kejaran Belanda.Sayangnya, salah
seorang prajurit Aceh yang bernama Pang Laot berkhianat dengan memberitahukan
keberadaan Cut Nyak Dien kepada Belanda.Belanda pun berhasil menangkap Cut Nyak Dien
dan membawanya ke Kutaraja. Pang Laot sempat memohon agar Cut Nyak Dien
diperlakukan dengan baik, akan tetapi Belanda justru semakin tidak suka.

Pada tahun 1907, Belanda mengirim Cut Nyak Dien ke Sumedang untuk
diasingkan.Dalam pengasingannya tersebut, Cut Nyak Dien tetap mempertahankan harga diri
dan kegigihannya. Walau banyak warga Sumedang yang bersimpati padanya, namun beliau
tidak mengemis.Cut Nyak Dien yang sudah renta dan mengidap penyakit rabun dan encok
tetap bekerja keras untuk menghidupi diri sendiri.Warga Sumedang yang berusaha
membantunya tidak tahu bahwa beliau adalah salah satu pahlawan perjuangan dari tanah
Aceh.zetrxqyrzzzqMereka selalu menyebut Cut Nyak Dien “Ibu Perbu” karena beliau
ternyata adalah ahli agama Islam.Cut Nyak Dien meninggal pada 6 November 1908 karena
sakit. Beliau dimakamkan di Sumedang dan setelah beberapa tahun, barulah warga Sumedang
mengetahui bahwa beliau adalah pahlawan dari tanah Aceh.Pada tahun 1964, Presiden
Soekarno menetapkan beliau sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.Selain
itu, rumah lama Cut Nyak Dien pun dibangun kembali dan hingga saat ini masih bisa kamu
lihat. Rumah tersebut menjadi simbol perjuangan Cut Nyak Dien dan para pejuang Aceh
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai