Anda di halaman 1dari 2

Cut Nyak Dien

sumber: berita.99.co

Cut Nyak Dien merupakan pahlawan perempuan berasal dari Aceh yang lahir
pada tahun 1848. Ia merupakan keturunan dari keluarga bangsawan Aceh karena
ia merupakan keturunan sultan Aceh secara langsung jika dari garis ayahnya.

Saat tahun 1862, ia dinikahkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga dan dikaruniai
seorang anak laki-laki. Suaminya tersebut merupakan pemuda yang taat agama
dan memiliki wawasan yang luas.

Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim saat dirinya berusia 12 tahun.
Saat itu Cut Nyak Dien dan anaknya sering ditinggal pergi oleh Teuku Ibrahim
karena harus ikut berjuang melawan kolonial Belanda.

Setelah meninggalkan Lam Padang dalam beberapa bulan, Teuku Ibrahim


menyerukan perintah kepada para penduduk untuk mencari perlindungan dan
mengungsi ke tempat yang aman. Pada 29 Desember 1875 Cut Nyak Dien dan
penduduk lainnya meninggalkan daerah tersebut.

Teuku Ibrahim wafat pada 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dien
terpuruk dalam menjalani hidupnya untuk beberapa saat. Namun ia tak berputus
asa dan bangkit kembali, justru hal tersebut menjadi alasan yang kuat baginya
untuk berjuang melawan kolonial Belanda menggantikan suaminya.

Setelah suaminya wafat, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar, cucu dari
kakeknya. Keduanya tidak hanya diikat oleh pernikahan, tetapi juga berjuang
bersama untuk melawan penjajah.

Cut Nyak Dien dan Teuku Umar bersama-sama melakukan pertempuran dan
merebut kembali kampung halaman. Sayangnya, Teuku Umar gugur pada 11
Februari 1899 sehingga membuat pasukan perang semakin lemah. Cut Nyak Dien
cukup mengalami keterpurukan yang kedua kalinya. Setelah Belanda mengetahui
pasukan Cut Nyak Dien yang semakin lemah, akhirnya Belanda melakukan
serangan terus-menerus dan pasukan Cut Nyak Dien hanya dapat menghindar. Hal
ini akhirnya membuat kesehatan dan kondisi fisik Cut Nyak Dien semakin
memburuk. Meskipun demikian, pertempuran melawan penjajah terus dilakukan.

Saat itu pasukan Belanda menangkap Cut Nyak Dien lalu mengasingkannya ke
pulau Jawa untuk menghindari adanya pengaruh kepada masyarakat Aceh. Saat di
pengasingan, ia mengalami gangguan penglihatan dan kondisinya semakin renta.

Selama sisa hidupnya, ia mendedikasikan diri untuk mengejar agama, tetapi ia


merahasiakan identitasnya hingga ia wafat. Cut Nyak Dien wafat di Sumedang
pada 6 November 1908 dan secara pasti makamnya baru diketahui ketika 1960
saat Pemda Aceh melakukan penelusuran dengan sengaja.

Melihat perjuangan Cut Nyak Dien yang luar biasa selama masa hidupnya,
tentunya hal ini bisa dicontoh oleh para generasi penerus bangsa yang terus
melanjutkan kemerdekaan. Kegigihan dan ketegasannya sebagai perempuan yang
terjun langsung dalam medan perang menjadi suri teladan bagi bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai