Nyak
Meuti
Lahir : Perlak, Aceh, pada 1870
Wafat: Alue Kurieng, Aceh, 1910
a
BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL CUT NYAK MEUTIA
Sama seperti Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia berperang bersama suaminya.
kemudian mengambil alih pimpinan setelah gugurnya sang suami.
Agama Islam
Teuku Syamsarif
Agama Islam
Masa Kecil
(Wikipedia/Si Gam) Rumah Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien merupakan putri dari seorang Uleebalang 6 mukim, yaitu
Teuku Nanta Seutia. Sedangkan ibunya adalah putri dari Uleebalang Lampageu.
Tepatnya, ia lahir di tahun 1848 di Lampadang, Kesultanan Aceh. Ia pun
tumbuh menjadi putri yang sangat cantik.
Ia juga diajarkan pendidikan agama Islam dan juga mempelajari bagaimana
menjadi seorang ibu rumah tangga.
Karena kecantikannya, banyak pria yang ingin melamar dirinya. Lalu pada umur
12 tahun, ia pun dipersunting oleh Teuku Ibrahim Lamnga pada tahun 1862.
Tewasnya Sang Suami di Tangan Belanda
Pada tahun 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureuman dan
menyerang Masjid Raya Baiturahman, bahkan membakarnya.
Namun, pasukan Belanda yang berada dibawah kepemimpinan Kohler akhirnya
harus bertekuk lutut dari pasukan Kesultanan Aceh, di mana Ibrahim Lamnga berada di
garis depan.
Namun setelah Kohler tewas dan digantikan oleh Jenderal Jan van Swieten,
Kesultanan runtuh pada tahun 1874.
Cut Nyak Dhien pun mengungsi bersama bayinya pada 24 Desember 1875.
Sedangkan suaminya ikut berperang untuk merebut daerah 6 mukim.
Setelahnya, suaminya dikabarkan meninggal di Gle Tarum pada 29 Juni 1878.
Kabar ini membuat Cut Nyak Dhien marah besar dan bersumpah akan menghancurkan
Belanda.
Cut Nyak Dhien Memimpin Pasukan
Cut Nyak Dhien yang tahu Teuku Umar meninggal di tangan Belanda, langsung
mengambil alih pimpinan pasukan Aceh.
Ia bersama pasukan kecilnya lalu pergi berperang melawan Belanda di
pedalaman Meulaboh.
Tapi, lama kelamaan para tentara Belanda semakin sulit dilawan karena mereka
sudah terbiasa dengan perang di dataran Aceh.
Pasukan Cut Nyak Dhien pun mencapai kehancurannya di tahun 1901. Apalagi
saat itu, Cut Nyak Dhien sudah semakin tua dan terkena penyaki rabun serta encok.
Jumlah pasukannya pun jumlahnya terus berkurang, bahkan mereka juga
kesulitan mencari makanan.
Diasingkan ke Sumedang
(Tropenmuseum)
Cut Nyak Dhien di Sumedang
Karena kondisinya yang semakin baik, Belanda takut Cut Nyak Dhien akan
kembali ke medan perang dan menyulut semangat para pasukan Aceh.
Untuk menghindari hal tersebut, Cut Nyak Dhien langsung diterbangkan ke
Sumedang, Jawa Barat dan diasingkan disana bersama para tahanan politik lainnya.
Kemudian, untuk memperkecil hal yang tidak d`iinginkan, Belanda
menyembunyikan identitas dari Cut Nyak Dhien.
Bahkan, para tahanan lain yang mengetahui dan memberi perhatian kepada Cut
Nyak Dhien, dilarang untuk membuka identitasnya.