Anda di halaman 1dari 35

1.

Cut Nyak Dhien


Cut Nyak Dhien adalah seorang wanita Pahlawan
Nasional

Indonesia

dari

Aceh

yang

berjuang

melawan

penjajahan Belanda pada masa Perang Aceh.

Gambar Cut Nyak Dhien


a) Biodata

Nama Lengkap : Cut Nyak Dhien

Tempat Lahir : Lampadang, Kesultanan Aceh

Tahun Lahir : 1848

Meninggal : 6 November 1908. Sumedang, Hindia


Belanda

Agama : Islam

b) Kehidupan
Cut Nyak Dhien lahir pada tahun 1848 di Aceh Besar di
wilayah VI Mukimm, ia terlahir dari kalangan keluarga
bangsawan. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang

uleebalang, yang juga mempunyai keturunan dari Datuk


Makhudum Sati.
Datuk Makhudum Sati datang ke Aceh pada abad ke
18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul
Badrul Munir. Oleh sebab itu, Ayah dari Cut Nyak Dhien
merupakan keturunan Minangkabau. Ibu Cut Nyak Dhien
adalah putri uleebalang Lampagar.
Pada masa kecil Cut Nyak Dhien, Ia memperoleh
pendidikan agama (yang dididik oleh orang tua ataupun
guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani
suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang
dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka
pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia
12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orang tuanya pada
tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari
uleebalang Lamnga XIII. Namun pada tahun 1878 Teuku
Ibrahim Lamnga suami dari Cut Nyak Dhien tewas karena
telah gugur dalam perang melawan Belanda di Gle Tarum
pada tanggal 29 Juni 1878.
Meninggalnya Ibrahim Lamnga membuat duka yang
mendalam bagi Cut Nyak Dhien. Tidak lama setelah
kematian Ibrahim Lamnga, Cut Nyak Dhien dipersunting
oleh Teuku Umar pada tahun 1880.
Teuku Umar adalah salah satu tokoh yang melawan
Belanda. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi
karena Teuku Umar memperbolehkannya ikut serta dalam
medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah
dengannya pada tahun 1880. Mereka dikaruniai anak lakilaki

yang

diberi

nama

Cut

Gambang.

Setelah

pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku


Umar bertempur bersama melawan Belanda.

c) Perang Aceh
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan
perang

fi'sabilillah.

melakukan

Sekitar

gerakan

tahun

dengan

1875,

mendekati

Teuku

Umar

Belanda

dan

hubungannya dengan orang Belanda semakin kuat. Pada


tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya
yang

berjumlah

"menyerahkan

250

diri"

orang

pergi

kepada

ke

Belanda.

Kutaraja

Belanda

dan

sangat

senang karena musuh yang berbahaya mau membantu


mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar
Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan
unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku
Umar

merahasiakan

rencana

untuk

menipu

Belanda,

meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh.


Bahkan, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien
dan memakinya.
Cut Nyak Dien berusaha menasehatinya untuk kembali
melawan

Belanda.

Namun,

Teuku

Umar

masih

terus

berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk


mempelajari

taktik

Belanda,

sementara

pelan-pelan

mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang


ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut
cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang
Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis
Aceh.
Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua
pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi
Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini
disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan
Teuku Umar).
Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan
Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran

untuk menangkap Teuku Umar dan Chut Nyak Dhien.


Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari
Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda dan pasukan
musuh berada pada kekacauan sementara Jend. Van
Swieten diganti. Penggantinya, Jend. Jakobus Ludovicius
Hubertus Pel, dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda
berada pada kekacauan. Belanda lalu mencabut gelar
Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar
keberadaannya.
Teuku umar dan Chut Nyak Dhien terus menekan
Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan
Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda
terus-terusan

mengganti

jendral

yang

bertugas.

Unit

"Marchausse" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap


biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain
itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang
Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di
jalannya. Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa
simpati

kepada

orang

Aceh

membubarkan

unit

"De

menyebabkan

kesuksesan

dan

Van

der

Marsose".

Peristiwa

jendral

selanjutnya

Heyden
ini

juga

karena

banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan


nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada
penduduk Aceh.
Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan
ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk
memata-matai pasukan pemberontak Teuku Umar sebagai
informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku
Umar

untuk

menyerang

Meulaboh

pada

tanggal

11

Februari 1899. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak


peluru.

Setelah
memimpin

kematian
pasukan

Teuku

Umar,

perlawanan

Cut

melawan

Nyak

Dien

Belanda

di

daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya


dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus
bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena
tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan
daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua.
d) Masa Tua dan Kematian
Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh
dan dirawat di rumah sakit disana, sementara itu Cut
Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan
perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.
Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsurangsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang
ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda
bahwa

kehadirannya

akan

menciptakan

semangat

perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan


pejuang yang belum tunduk.
Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien
meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu
Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan
permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. "Ibu Perbu"
diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional
Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada
tanggal 2 Mei 1964.
Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada
1987 dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di
dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam
yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan
pada tanggal 7 Desember 1987. Makam Cut Nyak Dhien
dikelilingi pagar besi yang ditanam bersama beton dengan

luas 1.500 m2. Di belakang makam terdapat musholla dan


di sebelah kiri makam terdapat banyak batu nissan yang
dikatakan sebagai makam keluarga ulama H. Sanusi.
Pada batu nissan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat
hidupnya, tulisan bahasa Arab, Surah At-Taubah dan Al-Fajr,
serta hikayat cerita Aceh.
2. Biografi Pangeran Antasari

Panembahan Amiruddin Khalifatul


Mukminin
Pangeran Antassarie
Gusti Inu Kartapati
Masa kekuasaan: 14/3/ 1862 - 11 /10/ 1862
Pasangan Ratu Antasari: Nyai Fatimah
Wangsa: Dinasti Banjarmasin
Ayah: Pangeran Masud
bin Pangeran Amir
Ibu: Gusti Khadijah
binti Sultan Sulaiman
Pangeran Antasari adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia dan seorang Sultan Banjar. Beliau lahir di Kayu
Tangi, Kesultanan Banjar, 1797 atau 1809. Pada 14 Maret
1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan
tertinggi

di

menyandang

Kesultanan
gelar

Banjar

(Sultan

Panembahan

Banjar)

Amiruddin

dengan
Khalifatul

Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati

(gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan


Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati
Jaya Raja.
a) Silsilah
Antasari muda bernama Gusti Inu Kartapati. Ibu
Pangeran Antasari adalah
Sulaiman.

Ayah

Pangeran

Gusti

Hadijah binti Sultan

Antasari

adalah

Pangeran

Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Pangeran Amir


adalah anak Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang
gagal naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya
sendiri, Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belanda
memaklumkan
Pangeran

dirinya

Antasari

sebagai

memiliki

Sultan

Tahmidullah

putera

dan

II.

puteri.

Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang


bernama Ratu Antasari alias Ratu Sultan Abdul Rahman
yang menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman bin
Sultan

Adam

tetapi

meninggal

lebih

dulu

setelah

melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi


nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih
bayi.
b) Pewaris Kerajaan Banjar
Tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar,
Pangeran Antasari juga merupakan pemimpin Suku Sihong,
Kutai, Pasir, Murung, Ngaju, Maanyan, Siang, Bakumpai dan
beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan
pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.
Perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan oleh Pangeran
Antasari Setelah Sultan Hidayatullah ditipu belanda dengan
terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran
Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur. Sebagai
salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun

sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk


mengokohkan

kedudukannya

sebagai

pemimpin

perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bagian utara


(Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14
Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah,
dimulai dengan seruan: Hidup untuk Allah dan Mati untuk
Allah!
Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan
bangsawan-bangsawan

Banjar;

dengan

suara

bulat

mengangkat Pangeran Antasari menjadi "Panembahan


Amiruddin

Khalifatul

pemerintahan,

Mukminin",

panglima

perang

yaitu

dan

pemimpin

pemuka

agama

tertinggi.
Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk
berhenti berjuang, ia harus menerima kedudukan yang
dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan
bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung
jawab

sepenuhnya

kepada

Allah

dan

rakyat.

c) Perlawanan terhadap Belanda


Pada tanggal 25 April 1859 Perang Banjar pecah saat
Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang
tambang batu bara milik Belanda di Pengaron. Selanjutnya
peperangan

demi

peperangan

dipkomandoi

Pangeran

antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan


dibantu
Pangeran

para

panglima

Antasari

dan

pengikutnya

menyerang

pos-pos

yang

setia,

Belanda

di

Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong,


sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
Pertempuran demi pertempuranpun terjadi secara
terus menerus antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan
pasukan

Belanda

di

beberapa

tempat.

Dengan

persenjataan
akhirnya

moderen

pasukan

yang

Belanda

diperoleh
berhasil

dari

Batavia,

mendesak

terus

pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan


pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.
Bujukan Belanda agar Pangeran Antasari menyerah
tak berhasil, Pangeran Antasari tetap pada pendirinnya. Ini
tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan
Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli
1861.
...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami
tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang
terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)...
Dalam

peperangan,

belanda

pernah

menawarkan

hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan


membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000
gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun
mau menerima tawaran ini. Orang-orang yang tidak
mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia
Belanda: Antasari dengan anak-anaknya, Demang Lehman,
Amin Oellah, Soero Patty dengan anak-anaknya, Kiai Djaya
Lalana,

Goseti

Kassan

dengan

anak-anaknya.

d) Meninggal dunia
Pangeran Antasari wafat pada tanggal 11 Oktober
1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam
usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, beliau
terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah
terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung,
Tundakan. Perjuangannya dilanjutkan oleh puteranya yang
bernama Muhammad Seman
Pada tanggal 11 November 1958 atas keinginan
rakyat

Banjar

dan

persetujuan

keluarga,

dilakukan

pengangkatan kerangka Pangeran Antasari yang telah

terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu


sungai Barito. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak,
tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian
kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang
Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.
Pangeran Antasari dianugerahi gelar

sebagai

Pahlawan Nasional berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di


Jakarta,

tertanggal

27

Maret

1968.

Nama

Antasari

diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk


Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. Kemudian untuk
lebih

mengenalkan

P.

Antasari

kepada

masyarakat

nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah


mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran
Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000.
3. Ir Soekarno
Ir

Soekarno

adalah

Presiden

pertama

Republik

Indonesia. Ia mempunyai peranan yang sangat besar dalam


proses kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tanggal 17
Agustus 1945, dengan melewati perjuangan hingga akhirnya
dapat

merdekakan

Belanda.

Ia

juga

bangsa
dikenal

Indonesia
sebagai

dari

bapak

penjajahan
Proklamator

Kemerdekaan Indonesia.

Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, Indonesia pada


tanggal 6 Juni 1901. Beliau merupakan anak dari pasangan
10

Raden Soekemi Sosrodihardjo (ayah) dan Ida Ayu Nyoman Rai


(ibu). Ibunya merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan
beragama Hindu, sedangkan ayahnya sendiri beragama
Islam.
Soekarno mempunyai nama asli Kusno saat lahir,
namun karena sering mengalami sakit, saat ia berusia lima
tahun namanya diubah menjadi Sukarno oleh orangtuanya.
Beliau merupakan anak ke-dua dari dua bersaudara. yang
pertama kakaknya bernama Sukarmini.
Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung Agung
hingga akhirnya pindah ke Mojokerto, karena mengikuti
orangtuanya yang pada saat itu ditugaskan di kota tersebut.
Di Mojokerto, Soekarno bersekolah di Erste Inlandse School.
Namun pada bulan Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke
Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya
diterima di Hoogere Burger School (HBS).
Pada tahun 1915, Seokarno telah lulus dari ELS dan
berhasil melanjutkan pendidikannya ke HBS di Surabaya,
Jawa Timur. Ia diterima di HBS karena bantuan seorang teman
ayahnya

yang

bernama

H.O.S

Tjokroaminoto.

Saat

di

Surabaya, ia tinggal di pondokan kediaman Tjokroaminoto


yang telah memberinya tempat tinggal.
Di Surabaya, Soekarno bertemu denan para pemimpin
Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin oleh Tjokroaminoto
pada saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Hj.Agus Salim,
dan Abdul Muis.
Soekarno aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri
Koro Dharmo sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan
oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada tanggal 7
Maret 1915. Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman
Wirjosandjojo, dengan wakil ketua Wongsonegoro, sekretaris
Sutomo dan anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman.

11

Setelah lulus dari HBS Soerabaja bulan Juli 1921,


Soekarno

melanjutkan

ke

Technische

Hoogeschool

te

Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil


jurusan teknik sipil pada tahun 1921. Ia dinyatakan lulus ujian
insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6
TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama
delapan belas insinyur lainnya.
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji
Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam. Di sana ia
berinteraksi

dengan

Ki

Hajar

Dewantara,

Tjipto

Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu


merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene
Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari
Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Pada tanggal 4
Juli 1927, beliau mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia),
dengan

tujuan

Indonesia

menyebabkannya

Merdeka.

ditangkap

Belanda

Aktivitasnya
pada

di

PNI

tanggal

29

Desember 1929 di Yogyakarta dan besoknya dipindahkan ke


Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada tahun
1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin dan pada tahun itu ia
memunculkan

pledoinya

yang

fenomenal

Indonesia

Menggugat (pledoi), hingga dibebaskan kembali pada tanggal


31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan
Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari
PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933,
dan diasingkan ke Pulau Flores. Pada tahun 1938 hingga
tahun 1942 ia diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Beliau baru
kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun
1942.
a) Penjajahan Jepang

12

Pada

masa

pemerintahan

penjajahan

Jepang

Jepang

(1942-1945)

memanfaatkan

tokoh-tokoh

Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain


dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga
yang mereka buat untuk menarik hati dari penduduk
Indonesia.
Beberapa organisasi bentukan Jepang antara lain :
Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan
PPKI, tokoh-tokoh penting seperti Soekarno, Moh. Hatta, Ki
Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lain aktif
dalam

organisasi

tersebut.

Dan

tokoh-tokoh

nasional

bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang


untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Namun tidak
semua tokoh-tokoh nasional yang setuju bekerja sama
dengan Jepang, bahkan ada gerakan bawah tanah dan
gerakan

pemberontakan

lainnya

karena

menganggap

Jepang adalah fasis yang berbahaya.


Soekarno aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila,
UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia
termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan.
Soekarno

bersama

tokoh-tokoh

nasional

mulai

mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan


Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil
yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang
terdiri

dari

menghasilkan

sembilan
Piagam

orang/Panitia
Jakarta)

dan

Sembilan
Panitia

(yang

Persiapan

Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan


Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b) Peristiwa Rengasdengklok

13

Terjadinya perbedaan antara golongan tua dengan


golongan muda pada saat itu. Perbedaan terebut mengenai
hal kemerdekaan, ke-dua golongan tersebut sama-sama
menginginkan kemerdekaan, namun golongan tua ingin
proklamasi melalui PPKI, sedangkan golongan muda tidak
ingin proklamasi melalui PPKI karena organisasi tersebut
merupakan bentukan Jepang. Selain itu, hal tersebut
dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh
oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila
kemerdekaan yang sebenarnya
perjuangan

bangsa

merupakan hasil

Indonesia,

menjadi

dari

seolah-olah

merupakan pemberian dari Jepang.


Akhirnya

pada

tanggal

16

Juli

1945,

peristiwa

penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara


lain Soekarni, Wikana, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan
"Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta yang dibawa
ke

Rengasdengklok,

untuk

didesak

agar

segera

mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia karena


kekalahan Jepang pada saat itu dengan pasukan Amerika.
Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan
alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.
Alasan

lain

yang

berkembang

adalah

Soekarno

menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik


Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno bersama
Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik
Indonesia yang salah satunya disebarkan melalui media
Radio untuk rakyat di seluruh Indonesia.
c) Menjadi

Presiden

Republik

Jabatan

14

Indonesia

Dan

Akhir

Pada

tanggal

18

Agustus

1945,

Soekarno

dan

Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan


Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada
tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden
dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Ia menjabat
sebagai Presiden Republik Indonesia pada periode 19451966.
Pada saat menjadi presiden, ejaan nama Soekarno
diganti

olehnya

sendiri

menjadi

Sukarno

karena

menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah.


Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda
tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda
tangan

yang

tercantum

dalam

Teks

Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah.


Pada tahun 1960 terjadi pergolakan politik yang
hebat di Indonesia, penyebab utamanya adalah adanya
pemberontakan besar oleh PKI (Partai Komunis Indonesia)
yang dikenal dengan sebutan G30-S/PKI dimana dari
peristiwa ini kemudian membuat pemerintahan Presiden
Soekarno dan juga orde lama berakhir ditandai dengan
adanya "Supersemar" atau Surat Perintah Sebelas Maret di
tahun 1966 yang ditandatangani oleh Soekarno. Surat
tersebut berisi perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto
untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga
keamanan

pemerintahan

dan

keselamatan

pribadi

presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang


telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk
membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi
terlarang.
MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu
TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi
TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan

15

kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk


setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.
Pada

tanggal

20

Februari

1967

Soekarno

menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan


di

Istana

Merdeka.

Dengan

ditandatanganinya

surat

tersebut maka Soeharto menjadi kepala pemerintahan


Indonesia. Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS
pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut
gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto
sebagai

Presiden

Republik

IndonesiaI

hingga

diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.


d) Akhir Hayat Soekarno
Soekarno telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan
pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961
dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran
Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno
diangkat

tetapi

ia

menolaknya

dan

lebih

memilih

tahun

sebelum

pengobatan tradisional.
Soekarno

masih

bertahan

selama

akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di


RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto,
Jakarta dengan status sebagai tahanan politik. Jenazah
Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso
yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan
wafat,

pemeriksaan

rutin

terhadap

Soekarno

sempat

dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan


anggota tim dokter kepresidenan.
e) Penghargaan
Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa
dari 26 universitas di dalam dan luar negeri. Perguruan

16

tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan


kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah Mada (19
September

1951),

Institut

Teknologi

Bandung

(13

September 1962), Universitas Indonesia (2 Februari 1963),


Universitas Hasanuddin (25 April 1963), Institut Agama
Islam Negeri Jakarta (2 Desember 1963), Universitas
Padjadjaran

(23

Desember

1964),

dan

Universitas

Muhammadiyah (1 Agustus 1965).


Mendapatkan penghargaan bintang kelas satu The
Order of the Supreme Companions of OR Tambo dari
Presiden

Afrika

mendapatkan

Selatan

Thabo

penghargaan

Mbeki.

tersebut

Soekarno

karena

telah

mengembangkan solidaritas internasional demi melawan


penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi
bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan
membebaskan diri dari apartheid.
4. Bung Tomo
Bung Tomo adalah pahlawan yang berasal dari kota
Surabaya.

Beliau

memiliki

jasa

besar

terhadap

upaya

mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu pada saat


melawan penjajah yang ingin kembali menjajah Indonesia
tepatnya di kota Surabaya. Beliau berhasil menjadi orator dan
membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk melawan
kembalinya penjajah yang kita kenal dengan pertempuran 10
November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.
a) Biodata Bung Tomo
Nama Lengkap : Sutomo
Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur
Tanggal Lahir : 03 Oktober 1920
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia

17

Dikenal : Sebagai Pahlawan Indonesia

Image Courtesy of www.batyra.com


b) Kehidupan
Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya,
Jawa Timur. Sutomo lebih dikenal dengan nama Bung Tomo
oleh rakyat. Bung Tomo dibesarkan dalam keluarga kelas
menengah, dan juga keluarga yang sangat menghargai dan
menjunjung tinggi pendidikan. Ayahnya bernama Kartawan
Tjiptowidjojo adalah seorang kepala keluarga dari kelas
menengah.

Ia

pernah

bekerja

sebagai

pegawai

pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan


swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan
pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Bung
Tomo

mengaku

mempunyai

pertalian

darah

dengan

beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro. Ibunya


berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.
Bung Tomo suka bekerja keras untuk memperbaiki
keadaan agar menjadi lebih baik. Pada saat usia 12 tahun,
ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO,
Bung tomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan
untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat
itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya
lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.
Di usia muda Bung Tomo aktif dalam organisasi
kepanduan atau KBI. Bung Tomo kemudian bergabung
dengan

KBI

(Kepanduan

18

Bangsa

Indonesia).

Sutomo

menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan


kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini
dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk
pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi
terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia
Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.
Bung Tomo memiliki minat pada dunia jurnalisme. Ia
pernah bekerja sebagai wartawan lepas pada Harian
Soeara Oemoem di Surabaya pada tahun 1937. Setahun
kemudian, ia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat
serta

menjadi

wartawan

dan

penulis

pojok

harian

berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya pada tahun 1939.


Pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di
kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian
Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya
pada tahun 1942-1945. Saat Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 dikumandangkan, beliau memberitakannya
dalam bahasa Jawa bersama wartawan senior Romo
Bintarti untuk menghindari sensor Jepang. Selanjutnya,
beliau menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara di
Surabaya.
c) Perjuangan Pertempuran Surabaya 10 November
1945
Pada tahun 1944 ia menjadi anggota Gerakan Rakyat
Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang
mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Bung
Tomo untuk menjalankan peranannya yang sangat penting.
Pada 19 September 1945 sebuah insiden terjadi di
Hotel

Yamato,

memasang
Belanda

Surabaya.

bendera

tewas

Sekelompok

mereka.

dan

Rakyat

bendera

19

orang

Belanda

marah.

Seorang

merah-putih-biru

itu

diturunkan. Bagian biru dirobek, tinggal merah-putih, yang


langsung dikibarkan.
Di Jakarta, pasukan Sekutu datang pada 30 September
1945. Para serdadu Belanda ikut rombongan. Bendera
Belanda berkibar di mana-mana. Saat itu, Bung Tomo
masih berstatus wartawan kantor berita ANTARA. Ia juga
kepala bagian penerangan Pemuda Republik Indonesia
(PRI), organisasi terpenting dan terbesar di Surabaya pada
saat itu.
Di Jakarta, Bung Karno meminta para pemuda untuk
menahan diri, tak memulai konfrontasi bersenjata. Bung
Tomo kembali ke Surabaya. "Kita (di Surabaya) telah
memperoleh kemerdekaan, sementara di ibukota rakyat
Indonesia terpaksa harus hidup dalam ketakutan," katanya
seperti

dicatat

sejarawan

William

H.

Frederick

dari

Universitas Ohio, AS.


Pada bulan Oktober dan November 1945, ia menjadi
salah satu Pemimpin yang sangat penting, karena ia
berhasil menggerakkan dan membangkitkan semangat
rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang
habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk
melucutkan

senjata

tentara

pendudukan

Jepang

dan

membebaskan tawanan Eropa.


Pada 9 November dikeluarkannya ultimatum yang
ditunjukkan

kepada

para

staf

Gubernur

Soerjo

yang

berbunyi, pertama, seluruh pemimpin rakyat Surabaya


harus menyerahkan diri paling lambat pukul 18.00 di hari
itu dengan tangan di atas kepala. Kedua, seluruh senjata
harus diserahkan. Lalu, pembunuh Mallaby menyerahkan
diri. Jika kedua hal tersebut diabaikan, Sekutu bakal mulai
menyerang pada pukul 06.00 keesokan harinya. Seperti
ultimatum terdahulu, pamflet berisi ultimatum disebar

20

lewat udara. Jika tidak dipatuhi, pada 10 November mulai


pukul 06.00, Inggris akan mulai menggempur.
Pertempuran di Surabaya, 10 November 1945, Bung
Tomo tampil sebagai orator ulung di depan corong radio,
membakar semangat rakyat untuk berjuang melawan
tentara Inggris dan NICA-Belanda.
d) Setelah Kemerdekaan
Bung Tomo sempat terjun dalam dunia politik pada
tahun 1950, dan kemudian menghilang dari panggung
politik karena ia tidak merasa bahagia terjun di dunia
politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal
pemerintahan

Suharto

yang

mula-mula

didukungnya,

Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.


Pada awal tahun 1970, ia kembali dan mempunyai
pandangan pendapat yang berbeda dengan pemerintahan
Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap programprogram yang dijalankan oleh Suharto sehingga pada 11
April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang
tampaknya

khawatir

akan

kritik-kritiknya

yang

keras

tersebut. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh


Suharto.
e) Akhir Hidup
Pada 7 Oktober 1981 Bung Tomo meninggal dunia di
Padang Arafah, saat sedang menunaikan ibadah haji.
Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah
haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci yang harus
dimakamkan di tanah suci, tapi jenazah Bung Tomo dibawa
kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah
Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman
Umum Ngagel di Surabaya.

21

f) Gelar Sebagai Pahlawan Indonesia


Setelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda
(GP) Ansor dan Fraksi Partai Golkar (FPG) agar memberikan
gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November 2007.
Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo
bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10
November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri
Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu,
Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.
5. Biografi Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh pelopor
pendidikan

bagi

kaum

pribumi

Indonesia

dari

zaman

penjajahan Belanda. Ia merupakan pendiri Perguruan Taman


Siswa,

suatu

lembaga

pendidikan

yang

memberikan

kesempatan bagi para pribumi yang pada saat itu tidak


memperoleh hak pendidikan agar bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang
Belanda pada saat itu. Tanggal kelahirannya diperingati
sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2


Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.
Ia berasal dari lingkungan keluarga Pakualaman, putra dari
GPH Soerjaningrat, dan cucu dari Pakualam III dan dibesarkan
di lingkungan keluarga kraton Yogyakarta.
22

Ki Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere


School (ELS) pada saat itu merupakan sekolah dasar pada
zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Setelah lulus dari
ELS, kemudian beliau bersekolah di STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera) sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di
Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda, saat ini menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun ia tidak
dapat tamat di sekolah tersebut karena sakit.
Ki

Hajar

Dewantara

bekerja

sebagai

penulis

dan

wartawan diberbagai surat kabar, antara lain, Sediotomo,


Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda,
Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya komunikatif
dan tajam dengan semangat antikolonial.
Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosial dan
politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia
aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan
menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa)
pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan
dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama Boedi
Oetomo di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Ki Hajar Dewantara juga menjadi anggota organisasi
Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum
Indonesia yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di
Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker.
Kemudian Douwes Dekker mendirikan Indische Partij, beliau
diajak juga.
Ketika

pemerintah

Hindia

Belanda

berniat

mengumpulkan sumbangan dari pribumi, untuk perayaan


kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul
reaksi dari kalangan nasionalis, termasuk Ki Hajar Dewantara.
Kemudian ia menulis Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk
Satu Juga (Een voor Allen maar Ook Allen voor Een).

23

Tulisan Ki Hajar Dewantara yang paling terkenal adalah


Seandainya Aku Seorang Belanda (Als ik een Nederlander
was), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes
Dekker, 13 Juli 1913. Kutipan tulisan tersebut antara lain
sebagai berikut.
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak

akan

menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang


telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan
jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak
pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk

dana

perayaan

itu.

Ide

untuk

menyelenggaraan

perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita


keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir
dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama
menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku
ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi
suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun
baginya".
Akibat

tulisan

ini

ia

ditangkap

atas

persetujuan

Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau


Bangka (atas permintaan sendiri). Namun, Douwes Dekker
dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya
mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.
Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai".
Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara
aktif

dalam

organisasi

para

pelajar

asal

Indonesia,

Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Di sinilah ia


kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi
dengan

belajar

ilmu

pendidikan

hingga

memperoleh

Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi


yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga
pendidikan yang didirikannya.

24

a) Mendirikan Perguruan Taman Siswa


Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke
Indonesia dan bergabung dalam sekolah binaan dari
saudaranya. Menjadi guru di sekolah tersebut membuatnya
mempunyai

pengalaman

mengajar

yang

kemudian

digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar


bagi sekolah yang akan dia dirikan.
Pada tahun 1922 saat berusia 40 tahun menurut
hitungan Tahun Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
mengganti

namanya

menjadi

Ki

Hadjar

Dewantara.

Semenjak saat itu, namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara


semenjak saat itu ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Dalam ejaan bahasa
Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972 namanya dieja
menjadi Ki Hajar Dewantara.
Pada

tanggal

Juli

1922,

Ki

Hajar

Dewantara

mendirikan sebuah sekolah Perguruan Nasional Taman


Siswa (National Onderwijs Institut Taman Siswa). Perguruan
ini

sangat

menekankan

pendidikan

rasa

kebangsaan

kepada pribumi agar mereka mencintai bangsa dan tanah


air

dan

berjuang

Pemerintah

kolonial

untuk

memperoleh

Belanda

berupaya

kemerdekaan.
merintanginya

dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1


Oktober 1932. Namun kegigihan memperjuangkan haknya,
sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani
(di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa
(di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing
ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan), menjadi
slogan Kementrian Pendidikan Nasional.

25

b) Meninggal Dunia
Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26
April 1959 di Yogyakarta. Dimakamkan di Taman Wijaya
Brata, makam untuk keluarga Taman Siswa.

c) Penghargaan
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar
Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia
disebut

sebagai

Menteri

Pendidikan,

Pengajaran

dan

Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat


gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.)
dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada.
Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan, ia dinyatakan
sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari
kelahirannya 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan
Nasional.
6. Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika adalah seorang tokoh wanita
pelopor pendidikan yang ada di Indonesia. Ia berjuang keras
dalam mewujudkan pendidikan yang layak bagi kaum wanita
pada saat itu, yang di mana pada saat itu wanita masih
belum

mendapatkan

pendidikan

yang

layak

sehingga

menyebabkan kaum wanita pada saat itu sering dipandang


remeh oleh kaum laki-laki yang berpendidikan tinggi.
Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember di
Bandung, Jawa Barat. Orang tuanya berasal dari priyayi
Sunda, yang bernama Raden Somanagara dan Raden Ayu
Rajapermas. Ayahnya merupakan pejuang kemerdekaan pada

26

masa

itu.

Kedua

orang

tuanya

bersikeras

untuk

menyekolahkannya Sartika di Sekolah Belanda walaupun hal


tersebut bertentangan dengan budaya adat pada waktu itu.
Saat menjadi patih di Bandung, Raden Somanagara
menentang Pemerintah Hindia-Belanda, yang menyebabkan
istrinya dibuang di Ternate. Dewi diasuh oleh pamannya yang
merupakan kakak dari ibunya, yang bernama Arya yang pada
saat itu menjabat sebagai Patih di Cicalengka. Ia diasuh oleh
pamannya lantaran ayahnya meninggal dunia dan juga
ibunya yang telah diasingkan ke Ternate.

myindischool.c
om
Dewi Sartika mendapatkan pengetahuan mengenai
kebudayaan Sunda dari pamannya. Ia juga berwawasan
kebudayaan Barat yang didapatkannya dari seorang nyonya
Asisten Residen berkebangsaan Belanda. Ia menunjukkan
potensinya dalam dunia pendidikan saat masih kecil. Hal
tersebut

didukung

oleh

kegemarannya

yang

sering

memperagakan praktik yang ia terima di sekolah, belajar


membaca-menulis, dan bahasa Belanda, yang ia ajarkan
kepada anak-anak pembantu di kepatihan, ia melakukannya
sambil bermain di belakang gedung kepatihan. Sederhana
saja, alat yang ia gunakan adalah papan bilik kandang kereta,
arang, dan pecahan genting yang dijadikannya sebagai alat
bantu belajar.

27

Anak-anak pembantu yang ada di Kepatihan mampu


untuk membaca, menulis beberapa kata dalam bahasa
Belanda yang membuat masyarakat di Cicalengka gempar.
Masyarakat di sana kaget karena pada waktu itu belum ada
anak (anak rakyat jelata) yang mempunyai kemampuan
seperti itu. Mereka memiliki kemampuan tersebut karena
diajari oleh Dewi Sartika.
Saat remaja, Dewi Sartika kembali ke Bandung dan
tinggal bersama ibunya. Ia semakin yakin untuk mewujudkan
cita-citanya selama ini, yaitu mendirikan sebuah sekolah yang
bertujuan untuk memajukan pendidikan untuk kaum wanita.
Cita-citanya tersebut sejalan dengan cita-cita yang dimiliki
oleh pamannya. Namun cita-citanya tersebut sulit untuk
diwujudkan

karena

hukum

adat

pada

saat

itu

yang

mengekang kaum wanita untuk berpendidikan.


Kegigihan

dalam

berusaha

tidak

akan

pernah

menghianati, hasilnya Dewi Sartika berhasil mendidirikan


sebuah sekolah yang dikhususkan untuk kaum wanita. Materi
yang ia ajarkan masih sedikit hanya meliputi: merenda,
memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, yang bertujuan
untuk membuat wanita mempunyai keterampilan.
Pada tanggal 16 Januari 1904, setelah berkonsultasi
dengan Bupati R.A.A Martanagara, Dewi Sartika membuka
sebuah

sekolah

yang

bernama

Sakola

Istri

(Sekolah

Perempuan) pertama yang ada di Hindia-Belanda. Sakolah


Istri

yang

bertempat

di

ruangan

pendopo

kabupaten

Bandung, ia dibantu oleh dua saudara sepupunya, yaitu Ny.


Poerwa dan Nyi. Oewid dalam mengajar. Murid angkatan
pertamanya terdiri dari 20 orang.
Pada

tahun

1905,

sekolahnya

menambah

kelas,

sehingga membuatnya pindah lokasi ke Jalan Ciguariang,


Kebon cau. Tempat ini dibeli oleh Dewi Sartika dengan uang

28

tabungannya dan bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung.


Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan
Agah Suriawati. Suaminya juga seorang guru di sekolah
Karang Pamualang, yang saat itu merupakan sekolah Latihan
Guru. Dari pernikahan tersebut mereka memiliki putra
bernama R. Atot, yang merupakan Ketua Umum BIVB,
sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal dari
Persib Bandung.
Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah
Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, yang dikelola
oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita
yang sama dengan Dewi Sartika. Lulusan pertama dari Sakola
Istri, yaitu pada tahun 1909.
Pada tahun 1912, sudah berdiri sembilan Sakola Istri di
setengah dari seuruh kota-kota kabupaten Pasundan. Tahun
1914,

Sakola

Istri

berganti

nama

menjadi

Sakola

Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kotakota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki
Sakola Kautamaan Istri hanya tinggal 3/4. Pada tahun 1920
seluruh

wilayah

Pasundan

lengkap

memiliki

Sakola

Kautamaan Istri. Sakola Istri juga didirikan di Bukittinggi, yang


didirikan oleh Encik Rama Saleh.
Pada

bulan

September

1929,

tepat

saat

Sakola

Kautamaan Istri berusia 25 tahun, Dewi Sartika mengadakan


peringatan atas pendirian sekolah tersebut dan juga pada
saat itu Sakola Kautamaan Istri berganti nama menjadi
Sakola Raden Dewi. Atas dedikasinya dalam bidang ini, ia
dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Dewi Sartika meninggal pada tanggal 11 September
1947

di

Tasikmalaya.

Di

makamkan

di

pemakamanan

Cigagadon Desa Rahayu Kecamatan Cincem. Tiga tahun

29

kemudia di makamkan kembai di kompleks Pemakaman


Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
Dedikasinya

dalam

mencerdaskan

bangsa

dan

perjuangannya dalam pendidikan di Indonesia. Ia diberi gelar


kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar
kehormatan tersebut diberikan pada tanggal 1 Desember
1966.
7. R.A. Kartini
Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal Ibu Kartini
merupakan keturunan keluarga terpandang Jawa. Dia lahir 21
April 1879, dimana adat istiadat masih kukuh dipegang oleh
masyarakat, termasuk keluarganya. Satu hal yang diwariskan
dari keluarganya adalah pendidikan. Ya, Kartini pernah
merasakan bangku sekolah hingga tamat pendidikan dasar.
Karakternya yang haus akan ilmu pengetahuan membuatnya
ingin terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Sayangnya,

ayahnya

tidak

memberikan

izin

Kartini

melanjutkan sekolah. Mengetahui sikap ayahnya, Kartini


sebenarnya

sedih.

Namun,

dia

tidak

bisa

mengubah

keputusan itu. Sebab, dia adalah anak pada zamannya yang


masih terbelenggu oleh keadaan.

Alhasil, justru Kartini tidak boleh lagi keluar dari rumah


sampai

waktunya

menikah.

Istilahnya

dipingit.

Demi

menghilangkan rasa bosan dan suntuk berada di rumah


terus. Kartini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
membaca buku ilmu pengetahuan. Kesukaannya membaca ini

30

berubah menjadi rutinitas harian. Bahkan, dia tidak segan


untuk bertanya kepada ayahnya bila ada hal yang tidak
dimengertinya. Lambat laun pengetahuannya bertambah dan
wawasannya pun meluas.
Banyak

karya

dan

pemikiran

wanita

Eropa

yang

dikaguminya. Terlebih kebebasan mereka untuk bisa terus


bersekolah.

Rasa

kagum

itu

menginspirasinya

untuk

memajukan wanita Indonesia. Dalam pandangannya, wanita


tidak hanya harus bisa urusan belakang rumah tangga saja.
Lebih dari itu, wanita juga harus bisa dan punya wawasan
dan ilmu yang luas. Dia pun mulai bergerak mengumpulkan
teman-teman

wanitanya

untuk

diajari

baca

tulis

dan

pengetahuan lainnya. Makin hari, Kartini makin disibukkan


dengan aktivitas membaca dan mengajarnya.
Dia juga punya banyak teman di Belanda dan sering
berkomunikasi

dengan

mereka.

Bahkan,

dia

sempat

memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk memberinya


beasiswa sekolah di Belanda. Belum sempat permohonan
tersebut dikabulkan dia dinikahkah oleh Adipati Rembang
bernama Raden Adipati Joyodiningrat.
Berdasarkan data sejarah, R.A. Kartini ikut dengan
suaminya ke Rembang setelah menikah. Walau begitu api
cita-citanya tidak padam. Beruntung Kartini memiliki suami
yang

mendukung

cita-citanya.

Berkat

kegigihan

serta

dukungan sang suami, Kartini mendirikan Sekolah Wanita di


berbagai daerah. Seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta,
Malang, Madiun, Cirebon, dan sebagainya. Sekolah Wanita itu
dikenal dengan nama Sekolah Kartini.
Kartini merupakan seorang wanita Jawa yang memiliki
pandangan melebihi zamannya. Meski dia sendiri terbelenggu
oleh zaman yang mengikatnya dengan adat istiadat. Pada 17
September 1904, Kartini menghembuskan napas terakhir di

31

usia 25 tahun, setelah melahirkan anak pertama dan satusatunya. Dia salah satu wanita yang menjadi

pelopor

emansipasi wanita di tanah Jawa.


Surat-surat korespondensinya dengan teman-temannya
di Belanda kemudian dibukukan oleh Abendanon dengan
judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Buku ini telah menginspirasi banyak wanita, tidak saja,
wanita di zamannya tapi juga wanita kini dan masa depan.
Sesuai Keppres No. 108 Tahun 1964 pada 2 Mei
1964,

Kartini

resmi

digelari

pahlawan

nasional

oleh

pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal


21 April sebagai Hari Kartini. Namanya kini diabadikan
sebagai nama jalan. Tidak hanya di kota-kota di Indonesia
saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti Kota Utrecht,
Venlo, Amsterdam, dan Harleem. WR. Supratman bahkan
membuatkan lagu berjudul Ibu Kita Kartini untuk mengenang
jasa-jasanya.
Beberapa buku biografi Kartini yang melukiskan tentang
Perjuangan R.A. Kartini. Antara lain: Imron Rosyadi, R.A
Kartini Biografi Singkat 1879-1904, Garasi: Yogyakarta, 2012;
Ishadi, RA Kartini, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta: 1986; Farhan MH, Ayo Mengenal Lebih Dekat
Biografi R.A. Kartini, Bintang Cemerlang, tkt: tt; dan masih
banyak lagi lainnya.
8. Biografi Christina Martha Tiahahu

32

Christina Martha Tiahahu seorang pahlawan nasional,


putri pemimpin dan pejuang rakyat Maluku, Kapitan Paulus
Tiahahu. Lahir di Nusa Laut Maluku 4 Januari 1800, wafat di
Laut Maluku 2 Januari 1818. Beliau adalah sosok perempuan
pemberani seperti halnya Cut Nyak Dien, dan Cut Mutia yang
gigih

melawan

Belanda

hingga

rela

mengorbankan

nyawanya.
Sejalan dengan semakin meluasnya perlawanan rakyat
Saparua yang di pimpin Kapitan Patimurra, penduduk Nusa
Laut juga gigih berjuang melawan pendudukan Belanda.
Christina Martha Tiahahu saat itu masih sangat belia namun
ikut berperang mendampingi sang ayah Kapitan Paulus
Tiahahu. Christina dan ayahnya juga sempat berhasil merebut
benteng Beverwijk.
Untuk memadamkan perlawanan rakyat Nusa Laut,
Belanda kemudian mengerahkan armada laut yang sangat
besar dengan persenjataan moder. Perlawanan rakyat Nusa
Laut akhirnya dapat dipatahkan dan Benteng Beverwijk
berhasil direbut kembali tanggal 10 November 1817.
Christina

dan

ayahnya

akhirnya

dapat

ditangkap

Belanda. Paulus Tiahahu dijatuhi hukuman matidengan di


tembak di hadapan rakyat Nusa Laut. Christina dibebaskan
karena masih belum cukup umur, dan ia menyaksikan
ayahnya ditembak mati oleh Belanda. Ia dengan tegar
menyaksikan eksekusi ayahnya, namun di dalam hatinya
terselip amarah dan rasa ingin membalas dendam.
Setelah dibebaskan dari hukuman, Christina bangkit
lagi

untuk

mengadakan

perlawanan

terhadap

Belanda.

Namun ia bersama 39 pejuang lainnya berhasil di tangkap


Belanda kemudian di buang ke Pulau Jawa. Ia diberangkatkan
ke Pulau JAwa dengan kapal Evertzen. Di atas kapal, Christina
jatuh sakit, namun karena menolak di beri obat oleh Belanda

33

ia akhirnya meninggal dunia dalam perjalanan. Jenazahnya


secara diam-diam diturunkan ke Laut oleh Perwira Angkatan
Laut Belanda yang secara diam-diam bersimpati terhadap
perjuangannya.
Untuk menghormati jasa-jasanya, berdasarkan Surat
Keputusan

Presiden

RI

No

012/TK/1969

pemerintah

menganugerahi gelar pahlawan kemerdekaan nasional.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.biografipedia.com/2015/06/biografi-bung-tomopahlawan-indonesia.html
http://www.biografipedia.com/2015/05/biografi-cut-nyakdhien.html
http://www.biografipedia.com/2015/12/biografi-dewi-sartika.html
http://www.biografipedia.com/2015/08/biografi-ir-soekarnopresiden-pertama-indonesia.html
http://www.biografipedia.com/2015/08/biografi-ki-hajardewantara.html
https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/01/biografipangeran-antasari-pahlawan.html

34

http://www.dbiografi.com/2013/12/biografi-ra-kartini-peloporemansipasi-wanita-indonesia.html
http://biografiteladan.blogspot.co.id/2010/10/biografi-christinamartha-tiahahu.html

35

Anda mungkin juga menyukai