LK 0.1 Modul 4 Dwi Atika Fitriningtiyas
LK 0.1 Modul 4 Dwi Atika Fitriningtiyas
3. Perubahan-Perubahan Akibat
Pemerintahan Militer Jepang
Pendudukan Jepang telah
menagkibatkan perubahan-perubahan
yang mendasar pada masyarakat
pedesaan Indonesia, khususnya Jawa.
Tekanan-tekanan yang sifatnya politis
terhadap lembaga-lembaga politik
tradisional maupun politik legal telah
menghancurkan tatanan sistem politik
pedesaan. Berikut aspek-aspek
perubahan:
a) Perubahan dalam Aspek Politik
Pemerintahan
Pada tanggal 7 Maret 1942
Pemerintah Balatentara dai Nippon
mengeluarkan Undang-undang
Nomor 1. Undang-undang tersebut
secara tegas menggariskan bahwa
diberlakukannya pemerintahan
militer untuk sementara waktu dan
jabatan Gubernur Jenderal
dihapuskan dengan diganti oleh
tentara Jepang di Jawa. Namun
demikian, pada tanggal 5 Agustus
1942 pemerintahan Jepang
mengeluarkan Undang-undang
nomor 27 tentang Perubahan Tata
Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang nomor 28 tentang Aturan
Pemerintahan Syu dan Tokubetu-Syi
pada tanggal 7 Agustus 1942.
Dengan dikeluarkannya Undang-
undang tersebut maka berakhirlah
pemerintahan yang bersifat
sementara dan berlakulah
pemerintahan pendudukan jepang di
Indonesia. Perubahan-perubahan
struktural telah mengakibatkan
perubahan yang mendasar dalam
kehidupan politik, pemerintahan
dan sikap masyarakat terhadap
lembaga politik. Dalam posisi sistem
pemerintahan pendudukan, rakyat
hanyalah sebagai obyek politik dan
segala kepentingan politik yang
dibebankan kepadanya. Dalam
kalimat lain, pada saat itu
masyarakat pedesaan merupakan
obyek eksploitasi dan penetrasi demi
kepentingan pemerintah
pendudukan Jepang.
b) Perubahan dalam Aspek Sosial-
Ekonomi
Bentuk eksploitasi ekonomi yang
berimplikasi terhadap perubahan
sosial ekonomi secara mendasar
pada masa pendudukan jepang di
Jawa adalah diberlakukannya politik
penyerahan padi secara paksa,
selain itu daerah-daerah dituntut
untuk mencukupi kebutuhanya
sendiri. Di lain sisi, masyarakat
secara fisik dan mentalitas semakin
memburuk. Kelaparan dan kematian
semakin meningkat, ini menandakan
kualitas perkeonomian masyarakat
yang sangat tidak stabil.
c) Perubahan Mentalitas Masyarakat
Praktik-praktik :
Romusha merupakan bentuk nyata
dari praktik eksploitasi tenaga kerja
dan manusia pada pendudukan
Jepang di Indonesia. Hal itu
sekaligus bentuk pemiskinan
mentalitas masyarakat Indonesia
akibat penetrasi politik dan tekanan-
tekanan politik, ekonomi, sosial,
maupun kultural sehingga
berkembang menjadi ketakutan
kolektif dan kegelisahan komunal.
Bumiputera
Eropa
4. Makna Proklamasi
Makna atau arti penting Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yaitu:
1) dari sudut ilmu hukum, maka
proklamasi berisikan keputusan
bangsa Indonesia telah
menghapuskan tata hukum kolonial
untuk pada saat itu juga digantikan
dengan tatanan hukum nasional
(Indonesia)
2) dari segi politik-ideologis, maka
proklamasi berisikan keputusan
bangsa Indonesia telah berhasil
melepaskan diri dari belenggu
penjajahan dan sekaligus
membangun perumahan baru, yaitu
perumahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bebas,
merdeka dan berdaulat penuh.
3. Perjuangan Diplomasi
a. Perjanjian Linggarjati
Perundingan Linggarjati dimulai
pada 10 November 1946 dan
ditandangi pada 25 Maret 1947
yang berisi: (1) Belanda mengakui
wolayah indonesia secara de facto
meliputi Jawa, Sumtra dan
madura paling lambat 1 Januari
1949; (2) Indonesia dan Belanda
akan bekerjasama membentuk
RIS; (3) RIS dan Belanda akan
membentuk Uni Indonesia-
Belanda yang diketuai oleh Ratu
belanda
b. Perundingan Renville
Perjanjian Renville dimulai pada 8
Desember 1947. Pihak indonesia
dipimpin oleh Amir Syarifuddin
dan Belanda diwakili oleh
bdulkadir Wijoyoatmojo. Isi
perjanjian Renville, yaitu: (1) Pihak
indonesia setuju dibentuknya
negara Indonesi Serikat; (2)
Belanda dapat membentuk
negara-negara federal di daerah-
daerah yang didudukinya; (3)
pemerintah Indonesia menarik
pasukannya serta mengosongkan
daerah-daerah di belakang garis
van mook.
c. Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian Roem-Royen dimulai
pada 17 April 1949. Pihak
Indonesia diwakili oleh Mr. Roem
dan Belnda diwakili oleh Federick
van Roeyen. Isi perjanjian Roem-
Royen antara lain: (1) pihak
Indonesia yang bersenjata bersedia
mengehntikan perang gerilya; (2)
pihak Indonesia akan turut serta
dalam menjaga kemanan,
ketertiban dan perdamaian; (3)
pihak Indonesia akan turut serta
dalam KMB; (4) Belanda
mengembalikan pemimpin
Indonesia ke Yogyakarta; (5)
Belnda menyetujui pembebasan
tahanan politik; (6) Menyetujui
Indonesia sebagai bagian dari
Negara Indonesia Serikat
d. Konferensi Inter Indonesia
Konferensi Inter-indonesia
merupakan konferensi yang
diadakan antara Indonesia dengan
BFO. Bertujuan untuk tercapai
kesepakatan bersama antara
Indonesia dan kumpulan negara
bagian menghadapi KMB.