Anda di halaman 1dari 17

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Pendudukan Jepang, Proklamasi,


dan Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan
Judul Kegiatan Belajar (KB) KB.1 Pemerintahan Militer
Jepang di Indonesia
KB.2 Kondisi Sosial Masyarakat
dan Dampak Pendudukan
Jepang di Indonesia
KB.3 Persiapan dan Pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
KB.4 Perang dan Diplomasi
Mempertahankan Kemerdekaan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang Pemerintahan Militer Jepang di
dipelajari Indonesia
1. Latar Belakang Pemerintahan Jepang
di Indonesia
Kedatangan Jepang di Indonesia
merupakan bagian dari imperium di Asia.
Politik imperialisme di Indonesia terlihat
berorientasi pada eksploitasi sumber daya
alam, serta mengupayakan mobilisasi
tenaga kerja untuk kepentingan perang
Asia Timur Raya. Ajaran Hakko I Chiu juga
menjadi salah satu bentuk konkret faktor
imperialisme. Berdasarkan itulah Jepang
secara ekstensif melakukan eksploitasi
ekonomi, penetrasi politik, dan tekanan
kultural pada masyarakat Indonesia hingga
tingkat pedesaan.

2. Strategi Pergerakan Masa


Pemerintahan Militer Jepang
1) Gerakan 3A
Pada bulan April 1942 usaha pertama
untuk gerakan rakyat yaitu "Gerakan
Tiga A" dimulai di Jawa yang dipimpin
oleh Mr. Syamsuddin, seorang nasionalis
yang kurang terkenal.
Secara umum Gerakan Tiga A ini
tidak berhasil mencapai tujuan-
tujuannya dan dinilai kurang berguna.
Pada bulan Maret 1943 Gerakan Tiga A
dihapuskan dan digantikan dengan
Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Badan ini
berada dalam pengawasan ketat pihak
Jepang, tetapi ketuanya diangkat dari
orang-orang terkemuka Indonesia pada
waktu itu, yaitu: Sukarno, Hatta, Ki
Hadjar Dewantara, dan KH Mas Mansur.
2) Organisasi Militer dan Semi Militer
Awal tahun 1943 usaha ke arah
mobilisasi mulai memberi prioritas tinggi
terhadap gerakan-gerakan pemuda.
Korps Pemuda yang bersifat semi militer
(Seinendan) dibentuk pada bulan April
1943
Kemudian disusul dengan
pembentukan Korps Kewaspadaan
(Keibodan) sebagai organisasi polisi,
kebakaran, dan serangan udara
pembantu. Demikian juga dibentuk
Pasukan Pembantu (Heiho) sebagai
bagian dari Angkatan Darat dan
Angkatan Laut Jepang di Indonesia.
Kemudian dibentuk Jawa Hokokai
(kebangkitan Rakyat Jawa) pada 1 Maret
1944. Pimpinan tertinggi adalah
Gunseikan, sedang Ir. Sukarno
menjabat sebagai Komon (penasihat).
Jawa Hokokai merupakan hasil
peleburan dari Fujinkai (perkumpulan
Kaum Wanita), Masyumi (Majelis Sura
Muslim Indonesia), Kakyo Sokai
(Perhimpunan Cina); Taiku Kai
(Perkumpulan Oleh Raga); Keimin Bunka
Syidosyo (Himpunan Kebudayaan), dan
sebagainya.

3) Kelompok-kelompok di Masa Jepang:


Dalam menghadapi penjajahan Jepang,
para pejuang Indonesia memiliki strategi
yang berbeda. Ada yang bekerja sambil
berjuang untuk kemerdekaan, tetapi ada
pula yang menolak kerja sama. Berikut
kelompok-kelompok pejuang
kemerdekaan:
a) Kelompok Sjahrir :
Golongan ini adalah pendukung
Demokrasi Parlementer model Eropa
Barat. Golongan ini memiliki pengikut
kaum pelajar di berbagai kota seperti
Jakarta, Surabaya, Cirebon, Garut,
Semarang, dsb. Syahrir menentang
Jepang dengan cara sembunyi-
sembunyi atau dengan strategi bawah
tanah.
b) Kelompok Amir Syarifudin:
Kelompok ini juga anti fasis dengan
menolak sama sekali kerjasama
dengan Jepang. Ia sangat keras
mengkritik Jepang sehingga ia
ditangkap pada tahun 1943 dan
dijatuhi hukuman mati tahun 1944.
Atas bantuan Soekarno, hukumannya
diubah menjadi seumur hidup.
Setelah Jepang menyerah dan
Indonesia merdeka, ia bebas dari
hukuman
c) Golongan Persatuan Mahasiswa:
Yang termasuk dalam golongan ini
adalah J. Kunto, Supeno, Subandrio.
Kelompok ini juga anti Jepang dan
bekerjasama dengan kelompok
Syahrir.
d) Kelompok Sukarni:
Termasuk dalam golongan ini adalah
Adam Malik, Pandu Wiguna, Chaerul
Saleh, Maruto Nitimihardjo, dsb.
Kelompok ini besar peranannya dalam
proklamasi kemerdekaan
e) Golongan Kaigun:
Anggotanya bekerja pada Angkatan
Laut Jepang. Akan tetapi secara
terus-menerus menggalang dan
membina kemerdekaan. Mereka
memiliki hubungan dekat dengan
tokoh-tokoh Angkatan Laut Jepang
yang simpati terhadap kemerdekaan
Indonesia. Termasuk dalam kelompok
ini yaitu Mr. Ahmad Soebardjo, Mr.
Maramis, Dr. Samsi, Dr. Buntaran
Martoatmodjo. Kelompok Kaigun ini
mendirikan asrama Indonesia
Merdeka. Ketuanya Wikana
sedangkan para pengajarnya antara
lain Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, dan
Sutan syahrir. Kelompok ini juga
bekerjasama dengan kelompok bawah
tanah yang lain. Hanya saja dengan
penuh kehati-hatian untuk
menghindari kecurigaan Jepang
f) Pemuda Menteng:
Kelompok ini bermarkas di gedung
Menteng 31 Jakarta. Mereka
kebanyakan pengikut Tan Malaka dari
partai Murba. Tokoh terkemuka dari
kelompok ini yaitu Adam Malik,
Chaerul Saleh dan Wikana.
g) Gerakan Angkatan Baru
Anggotanya berisi Pemuda Asrama
Menteng 31 tujuannya radikal yakni
mencapai persatuan kompak antara
seluruh golongan masyarakat
Indonesia, menanamkan semangat
revolusioner masa atas dasar
kesadaran sebagai rakyat yang
berdaulat, membentuk nkri,
mempersatukan Indonesiabahu-
membahu dengan Jepang tetapi bila
perlu gerakan tersebut bermaksud
untuk mencapai kemerdekaan dengan
kekuatan sendiri
h) Gerakan Rakyat Baru
Anggotanya seluruh rakyat Indonesia
dari berbagai golongan dan ras.
Tujuannya mengobarkan semangat
dan cinta tanah air.

3. Perubahan-Perubahan Akibat
Pemerintahan Militer Jepang
Pendudukan Jepang telah
menagkibatkan perubahan-perubahan
yang mendasar pada masyarakat
pedesaan Indonesia, khususnya Jawa.
Tekanan-tekanan yang sifatnya politis
terhadap lembaga-lembaga politik
tradisional maupun politik legal telah
menghancurkan tatanan sistem politik
pedesaan. Berikut aspek-aspek
perubahan:
a) Perubahan dalam Aspek Politik
Pemerintahan
Pada tanggal 7 Maret 1942
Pemerintah Balatentara dai Nippon
mengeluarkan Undang-undang
Nomor 1. Undang-undang tersebut
secara tegas menggariskan bahwa
diberlakukannya pemerintahan
militer untuk sementara waktu dan
jabatan Gubernur Jenderal
dihapuskan dengan diganti oleh
tentara Jepang di Jawa. Namun
demikian, pada tanggal 5 Agustus
1942 pemerintahan Jepang
mengeluarkan Undang-undang
nomor 27 tentang Perubahan Tata
Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang nomor 28 tentang Aturan
Pemerintahan Syu dan Tokubetu-Syi
pada tanggal 7 Agustus 1942.
Dengan dikeluarkannya Undang-
undang tersebut maka berakhirlah
pemerintahan yang bersifat
sementara dan berlakulah
pemerintahan pendudukan jepang di
Indonesia. Perubahan-perubahan
struktural telah mengakibatkan
perubahan yang mendasar dalam
kehidupan politik, pemerintahan
dan sikap masyarakat terhadap
lembaga politik. Dalam posisi sistem
pemerintahan pendudukan, rakyat
hanyalah sebagai obyek politik dan
segala kepentingan politik yang
dibebankan kepadanya. Dalam
kalimat lain, pada saat itu
masyarakat pedesaan merupakan
obyek eksploitasi dan penetrasi demi
kepentingan pemerintah
pendudukan Jepang.
b) Perubahan dalam Aspek Sosial-
Ekonomi
Bentuk eksploitasi ekonomi yang
berimplikasi terhadap perubahan
sosial ekonomi secara mendasar
pada masa pendudukan jepang di
Jawa adalah diberlakukannya politik
penyerahan padi secara paksa,
selain itu daerah-daerah dituntut
untuk mencukupi kebutuhanya
sendiri. Di lain sisi, masyarakat
secara fisik dan mentalitas semakin
memburuk. Kelaparan dan kematian
semakin meningkat, ini menandakan
kualitas perkeonomian masyarakat
yang sangat tidak stabil.
c) Perubahan Mentalitas Masyarakat
Praktik-praktik :
Romusha merupakan bentuk nyata
dari praktik eksploitasi tenaga kerja
dan manusia pada pendudukan
Jepang di Indonesia. Hal itu
sekaligus bentuk pemiskinan
mentalitas masyarakat Indonesia
akibat penetrasi politik dan tekanan-
tekanan politik, ekonomi, sosial,
maupun kultural sehingga
berkembang menjadi ketakutan
kolektif dan kegelisahan komunal.

Kondisi Sosial Masyarakat dan Dampak


Pendudukan Jepang di Indonesia
1. Kondisi Sosial Masyarakat pada Masa
Pendudukan Jepang
Pada struktur masyarakat
Indonesia terjadi perubahan yaitu
masyarakat peringkat atas yaitu orang
Jepang, kedua orang Indonesia dan yang
terakhir adalah orang kulit putih.
Jepang

Bumiputera

Eropa

Propaganda juga gencar dilakukan


oleh Jepang guna menarik simpati
rakyat Indonesia. Pada masa
pendudukan Jepang, kondisi
masyarakat Indonesia sangat
memprihatinkan karena kelaparan dan
kematian merajalela oleh karena
kebijakan Romusha yang diterapkan.
Pengaruh-pengaruh sosial, ekonomi dan
budaya juga turt merubah tatanan
kehidupan masyarakat Indonesia pada
saat itu.

2. Dampak Pendudukan Jepang terhadap


Masyarakat Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia sangat
membawa dampak yang mendalam bagi
masyarakat Indonesia, baik negatif
maupun positif, diantaranya:
1) Dampak Bidang Sosial
 Kerja Paksa/Romusha:
Romusha merupakan sebuah
kebijakan pada amsa Jepang
dengan memperkerjakan secara
paksa amsyarakat Indonesia ke
proyek-proyek pembangunan
pemerintahan Jepang. Dampak
bagi pekerja, banyak terjadi
kelaparan, kesengsaraan dan
kematian merajalela dimana-mana
sebab mereka hanya dijadikan
budak tanpa memperhatikan
kesejahteraan.
 Jugun Ianfu:
Jugun Ianfu merupakan wanita-
wanita yang dipekerjakan guna
memenuhi nafsu para tentara
Jepang di Indonesia. Selain
kekerasan fisik yang diterima, para
gadis ini juga mendapat trauma
psikologis yang terus-menerus
dirasakan.
 Tonarigumi:
Tonarigumi merupakan sebuah
struktur masyarakat yang dibuat
oleh Jepang yang membatasi
jumlah penduduk pada sebuah
wilayah kecil. Tonarigumi berada di
bawah kendali Rikugun yang
kemudian menyebar ke Kaigun
karena sistem yang serupa juga di
adopsi di wilayah timur Indonesia.
Ketika pendudukan Jepang
berakhir, sistem tersebut
dihapuskan. Namun, saat ini
sistem tersebut diadopsi untuk
dijadikan acuan administrasi sipil.

2) Dampak Bidang Ekonomi


Sistem ekonomi autarki yang ketat
membuat kehidupan masyarakat
Indonesia ketika itu cukup sulit.
Namun ada bebrapa kebijakan
Jepang juga yang memberikan
dampak signifikan pada kehidupan
masyarakat Indonesia:
 Pertanian dan Perkebunan:
pada pemerintahan Jepang lebih
mengutamakan produk-produk
yang berguna untuk keperluan
perang seperti perkebunan jarak
dan penanaman padi pertanian
 Keuangan
kebijakan keuangan Jepang
diantaranya, menyita peninggalan
kekayaan Belanda, mengawasi dan
memonopoli penjualan the, kopi,
karet, kina; kampanye pengerahan
barang-barang dan menambah
bahan pangan; mengganti
perkebunan dengan bahan pangan.
Selain itu juga terdapat kebijakan
tentang diberlakukannya
penggunaan mata uang Jepang,
mewajibkan untuk menanam
pohon jarak, rakyat hanya memiliki
40% dan sisanya milik Jepang.
3) Dampak Bidang Budaya
 Pendidikan
Awalnya, Jepang harus menghapus
doktrin-doktrin barat yang kental
dengan mentalitas ala Jepang.
Anak-anak sekolah juga dibekali
dengan latihan baris-berbaris.
Selain itu dunia pendidikan juga
dilengkapi dengan senam Taiso
untuk kebugaran. Sementara itu
sistem pendidikan yang dianut
hampir mirip dengan masa
sekarang jika mengacu pada
jenjang sekolah, misalnya
pendidikan dasar (Gokumin Gakko)
yang dilaksanakan selama 6 tahun,
pendidikan lanjutan (Shoto Chu
Gakko) selama 3 tahun, pendidikan
menengah (Kogyo Gakko) dan
pendidikan kejuruan selama 3
tahun.
 Penggunaan Simbol-Simbol
pada masa pendudukan Jepang,
penggunaan simbol-simbol seperti
penggunaan Bahasa Indonesia,
menyanyikan lagu Indonesia Raya,
pengibaran bendera merah putih
boleh dilakukan karena pada
awalnya ini digunakan sebagai
salah satu propaganda Jepang
untuk menarik simpati rakyat
Indonesia. Selain itu, terbit koran
yang berbahasa Jepang dan
Bahasa Indonesia, Film dengan
bahasa Belanda dilarang, dan
diberlakukan tradisi Seikerei yaitu
membungkukkan badan kearah
matahari terbit sebagai wujud
penghormatan Kaisar Jepang dan
dewi matahari.
 Seikerei dan Tarikh Surema
Penggunaan kalender Jepang atau Tarikh
Sumera mulai diberlakukan sejak tahun
1942. Selain itu, sejak diberlakukan
kalender Tarikh Sumera, masyarakat
Indoneia wajib merayakan hari Tenchosetsu
atau hari kelahiran Kaisar Hirohito. Di lain
sisi, budaya membungkukkan ke arah
matahari terbit juga mulai diberlakukan.
Namun, kebiasaan ini ditentang oleh
sebagian umat muslim Indonesia. Hal ini
pula yang memecah konflik antara umat
Islam dan Pemerintahan jepang, salah
satunya perlawanan dari KH. Zainal Mustafa
dari Singaparna.

Persiapan dan Pelaksanaan Proklamasi


Kemerdekaan Indonesia
1. Persiapan Menuju Kemerdekaan
Memasuki tahun 1944 kekuatan
bala tentara Jepang dalam perang
dengan Sekutu mulai tampak
kemundurannya dan posisinya semakin
terjepit.
Salah satu langkah kebijakan yang
diambil oleh Koiso dalam rangka tetap
mempertahankan pengaruh Jepang di
daerah-daerah yang didudukinya adalah
mengeluarkan pernyataan tentang "janji
kemerdekaan di kemudian hari".
Menghadapi situasi yang sangat kritis
tersebut, maka pemerintah pendudukan
Jepang di Jawa di bawah pimpinan
Letnan Jenderal Kumakici Harada
mencoba merealisasikan janji
kemerdekaan di kemudian hari dengan
mengumumkan pembentukan Dokuritsu
Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Badan ini bertugas
untuk mempelajari dan menyelidiki hal-
hal yang penting yang berhubungan
dengan pelbagai hal yang menyangkut
pembentukan negara Indonesia yang
merdeka.

2. Perbedaan Pendapat antar Kelompok


Sejak berdirinya organisasi
pergerakan nasional pertama, yakni
Boedi Oetomo hingga masa pendudukan
Jepang, kamu pergerakan dibedakan
menjadi dua kelompok, yakno golongan
muda dan golongan tua. Pada saat
menjelang kemerdekaan ketegangan
anatara kedua kelompok ini kembali
merebak. Kedua saling adu argumen
tentang waktu pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan. Ketegangan ini
mengakibatkan terjadinya peristiwa
Rengasdengklok. Dimana golongan
muda yang ingin segera
memproklamasikan kemerdekaan
kemudian mengasingkan Soekarno dan
Hatta ke Rengasdengklok dengan tujuan
agar golongan tua ini terhindar dari
pengaruh Jepang. Berdasarkan
kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak
pemuda dan Subardjo yang diikuti
sekretaris pribadinya, mbah Diro
menuju ke Rengasdengklok untuk
menjemput Sukarno. Rombongan tiba
pada pukul 17.30 WIB. Akhmad
Subardjo memberi jaminan dengan
taruhan nyawa kepada para pemuda
bahwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia akan diumumkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 selambat-
lambatnya pukul 12.00 WIB. Akhirnya
Cudanco Subeno bersedia melepaskan
Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta.

3. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Setelah mendapat persetujuan dari para
pemuda, maka rombongan yang terdiri
dari Mr. Achmad Soebardjo, Sudiro
(Mbah Diro) dan Yusuf Kunto segera
berangkat menuju ke Rengasdengklok,
tempat di mana Soekarno dan
Mohammad Hatta diamankan oleh
pemuda. Rombongan menuju ke rumah
Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol
No. 1. Di tempat itulah pemuda-pemuda
Indonesia dan golongan tua berkumpul
menyusun teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Keesokan
harinya, pada 17 Agustus 1945 pagi,
proklamasi kemerdekaan
dikumandangkan.

4. Makna Proklamasi
Makna atau arti penting Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yaitu:
1) dari sudut ilmu hukum, maka
proklamasi berisikan keputusan
bangsa Indonesia telah
menghapuskan tata hukum kolonial
untuk pada saat itu juga digantikan
dengan tatanan hukum nasional
(Indonesia)
2) dari segi politik-ideologis, maka
proklamasi berisikan keputusan
bangsa Indonesia telah berhasil
melepaskan diri dari belenggu
penjajahan dan sekaligus
membangun perumahan baru, yaitu
perumahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bebas,
merdeka dan berdaulat penuh.

Perang dan Diplomasi Mempertahankan


Kemerdekaan
1. Peristiwa Sekitar Proklamasi
Kemerdekaan
a. Sidang PPKI (18 Agustus 1945)
sidang pertama PPKI
menghasilkan hal-hal berikut,
diantaranya: (1) menetapkan dan
mengesahkan pembukaan UUD RI
dan rancangan preambule hukum
dasar dengan perubahan; (2)
menetapkan dan mengesahkan
UUD RI, dari rancangan hukum
dasar dengan beberapa
perubahan; (3) memilih dan
menetapkan presiden dan wakil
presiden Indoneisa (4) menetapkan
Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP); (5) menetapkan dan
mengesahkan Pancasila sebagai
dasar negara Republik Indonesia
b. Sidang PPKI (19 Agustus 1945)
Sidang PPKI edua menghasilkan
keputusan tentang penyusunan
kementerian negara dan
pembagian wilayah provinsi
Republik Indonesia
c. Sidang PPKI (22 Agustus 1945)
sidang ketiga PPKI menghasilkan
keputusan yaitu pembentukan
Komite Nasional Indonesia,
Penetapan PNI sebagai partai
tunggal, dan pembentukan Badan
Keamanan Rakyat (BKR)
d. Pembentukan TKR
dibentuk pada tanggal 23 Agustus
1945 di pusat dan berbagai daerah
di indonesia dengan tugas utama
sebagai Badan Penolong Keluarga
Korban Perang (BPKKP)
e. Pembentukan partai politik
demi perkembangan demokrasi
rakyat Indonesia, KNIP
emnganjurkan untuk rakyat
membuat partai-partai politik
f. Perubahan sistem pemerintahan
presidensil ke parlementer
lahirnya maklumat Pemerintah 14
November 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahan
negara
2. Perjuangan Fisik dan Konfrontasi
a. Kedatangan Sekutu di Indonesia
Tentara sekutu datang pada tgl 15
september 1945, mereka tergabung
dalam pasukan yang disebut afnei
(Allied Forces Netherlands East Indies)
pimpinan Letnan Jendral Phillip
Christison, afnei berada dibawah
komando SEAC ( South East Asia
Command) pimpinan Jendral Lord
Mountbatten. Tugas Afnei antara lain
adalah sbb :
a) melucuti senjata tentara Jepang
yang ada di Indonesia, dan
mengembalikan mereka ke
Jepang.
b) Membebaskan tawanan perang
sekutu yang ditawan oleh jepang
selama Pendudukan Jepang di
Indonesia.
c) Menjaga ketertiban dan keamanan
sampai diserahkannya kekuasaan
pada pemerintahan sipil
d) Mencari dan mengadili penjahat
perang
Kedatangan mereka juga diboncengi
oleh tentara Belanda yang disebut
NICA (Netherlands Indhische Civil
Administratie), Pimpinan Jendral Van
Der Plas, sebagai usaha Belanda
untuk kembali berkuasa di Indonesia.
b. Pertempuran Surabaya
Awal pertempuran adalah ketika pada
tanggal 30 Oktober 1945 terjadi
pertempuran di Gedung Bank
Internatio, Surabaya yang
menewaskan Brigjen AWS Mallaby.
Oleh karena itu, pada tanggal 9
November, Jendral Manserg (Inggris)
memberi ultimatum kepada kita yang
berisi “ Semua pemimpin, dan para
pemuda Indonesia harus
menyerahkan senjatanya dan
menyerahkan diri dengan mengangkat
tangan selambat-lambatnya pukul
06.00 tanggal 10 November. Jika
tidak Ingris akan menyerang dari
darat, laut, dan udara”. Namun
ultimatum tersebut ditolak rakyat.
Maka pada tanggal 10 November
1945, meletuslah sebuah
pertempuran sengit. Tentara Sekutu
mengarahkan lebih dari 10.000 orang
pasukan. Para pemuda Indonesia
yang dipimpin oleh Bung Tomo
berjuang habis-habisan. Hampir tiga
minggu lamanya, Surabaya digempur
oleh Ingris, namun karena pihak
Ingris memakai senjata modern, maka
kita terdesak dan pasukan kita
menyebar ke Mojokerto, Gresik dan
Pasuruhan.
Untuk memperingati banyaknya
korban yang gugur dalam
pertempuran ini, maka setiap tanggal
10 November diperingati sebagai hari
Pahlawan.
c. Perang Ambarawa
Pada tanggal 20 Oktober 1945,
pasukan Sekutu di bawah Brigadir
Jenderal Bethell mendarat di
Semarang, kedatangannya mengurus
tawanan dan tentara Jepang yang
berada di Jawa Tengah. Awalnya
kedatangannya diterima dengan
tangan terbuka dari rakyat Indonesia,
namun mereka kemudian
membebaskan secara sepihak para
tawanan Belanda. Akibatnya
terjadilah pertempuran antara
Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
dengan tentara Sekutu/NICA.
Pertempuran berlangsung dari tanggal
20 november-15 Desember 1945.
Pada tanggal 26 November 1945,
pimpinan pasukan TKR, yang berasal
dari Purwokerto, Kolonel Isdiman
gugur, oleh karena itu pasukan
dipimpin oleh Panglima Divisi di
Purwoketo, Kolonel Soedirman yang
berhasil memukul mundur pasukan
Sekutu, pada tanggal 15 Desember
1945.
Maka, untuk memperingati hari ini
setiap tanggal 15 Desember
diperingati sebagai Hari Infantri dan
di Ambarawa didirikan sebuah
monumen yang diberi nama
monumen Ambarawa.
d. Perang Bandung Lautan Api
Awalnya tanggal 12 Oktober 1945,
Sekutu meminta izin pada pemerintah
RI untuk memasuki Bandung dengan
tujuan untuk mengurus para
tawanan Jepang.
Lalu pada tanggal 23 November 1945,
Sekutu mengeluarkan ultimatum agar
mengosongkan Bandung Utara dari
pemuda bersenjata, tetapi ultimatum
itu tidak dihiraukan oleh pemuda
Bandung.
Terjadi pertempuran besar yang
dimulai tanggal 1 Des 1945, Tentara
Sekutu terdesak dan meminta
bantuan Pemerintah RI di Jakarta
untuk menghentikan pertempuran,
dengan alasan upaya mereka unuk
melucuti tentara Jepang terganggu.
Pemerintah RI menyetujui permintaan
Sekutu dan meminta agar pasukan
kita mengosongkan kota Bandung
Lalu pada tanggal 24 Maret 1946,
para pejuang Bandug meningalkan
kota, tetapi sebelum itu, mereka
membumihanguskan kota Bandung
beserta semua barang, bangunan,
gedung, yang dapat dimanfaatkan
oleh musuh.
Dan dari sejak itu, sejak tanggal 24
Maret kita mengenal hari Bandung
Lautan Api, dengan tokoh utama
perjuangan ini adalah Mohammad
Toha dan Mohamad Ramdhan karena
mereka dengan berani
mengorbankan nyawa demi membela
bangsa dan negara.

e. Pertempuran Medan Area


Pada tanggal 9 Oktober, tentara Ingris
mendarat di Medan, dpimpin oleh
T.E.D. Kelly. Awalnya untuk
membebaskan tawanan Belanda yang
ditahan oleh Jepang. Banyak eks
Tahanan yang kemudian dipersenjatai
kembali oleh Sekutu/NICA. Tanggal
13 Oktober, terjadi insiden dalam
sebuah hotel di Jalan Bali, Medan.
Tentara Belanda menginjak-injak
bendera Merah Putih yang membuat
para pemuda Indonesia menjadi
sangat marah. Hotel tersebut
dikepung oleh para pemuda dan
terjadilah pertempuran yang sengit.
Sekutu mengeluarkan ultimatum agar
rakyat menyerahkan senjatanya pada
Sekutu, namun tidak pernah
dihiraukan oleh rakyat. Pada tanggal
1 Desember, Inggris (Sekutu)
memasang papan yang bertuliskan “
Fixed Boundaries Medan Area”
artinya, Ingris menetapkan secara
sepihak batas-batas kekuasaan
mereka di Medan dan sekitarnya.
Sekutu pada tanggal 10 Desember
1945, melakukan serangan besar-
besaran thd kota Medan, hingga jatuh
ke tangan Sekutu/NICAPerlawanan
Rakyat di Wilayah Kekuasaan
Belanda
f. Perlawanan Rakyat di Wilayah
Kekuasaan Belanda
Peringatan hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi
momentum untuk mengobarkan
kembali semangat nasionalisme.
Berbagai rakyat di daerah nampak
merayakan dan menyuarakan
kemerdekaan
g. Agresi Militer Belanda I
Pada 21 Juli 1947 Belanda
melakukan serangan terhadap
wilayah-wilayah yang dikuasai
Indonesia. Tujuannya untuk
menguasai wilayah-wilayah yang kaya
sumber daya alam. Tetapi Belanda
menyebutnya sebagai “aksi
polisional”. Pada 29 Agustus 1947
Belanda membuat garis demarkasi
van mook yang menyebabkan wilayah
Indonesia hanya sepertiga pulau
Jawa.

h. Agresi Militer Belanda II


Pada 19 Desember 1948 Belanda
kembali melakukan aksi polisionalnya
dan bertujuan menangkap presiden
Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta
dan pemimpin perang gerilya
Panglima Soedirman. Dalam waktu
singkat, Belanda menguasai
Yogyakarta dan menangkap Soerno
dan Moh. Hatta.

3. Perjuangan Diplomasi
a. Perjanjian Linggarjati
Perundingan Linggarjati dimulai
pada 10 November 1946 dan
ditandangi pada 25 Maret 1947
yang berisi: (1) Belanda mengakui
wolayah indonesia secara de facto
meliputi Jawa, Sumtra dan
madura paling lambat 1 Januari
1949; (2) Indonesia dan Belanda
akan bekerjasama membentuk
RIS; (3) RIS dan Belanda akan
membentuk Uni Indonesia-
Belanda yang diketuai oleh Ratu
belanda
b. Perundingan Renville
Perjanjian Renville dimulai pada 8
Desember 1947. Pihak indonesia
dipimpin oleh Amir Syarifuddin
dan Belanda diwakili oleh
bdulkadir Wijoyoatmojo. Isi
perjanjian Renville, yaitu: (1) Pihak
indonesia setuju dibentuknya
negara Indonesi Serikat; (2)
Belanda dapat membentuk
negara-negara federal di daerah-
daerah yang didudukinya; (3)
pemerintah Indonesia menarik
pasukannya serta mengosongkan
daerah-daerah di belakang garis
van mook.
c. Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian Roem-Royen dimulai
pada 17 April 1949. Pihak
Indonesia diwakili oleh Mr. Roem
dan Belnda diwakili oleh Federick
van Roeyen. Isi perjanjian Roem-
Royen antara lain: (1) pihak
Indonesia yang bersenjata bersedia
mengehntikan perang gerilya; (2)
pihak Indonesia akan turut serta
dalam menjaga kemanan,
ketertiban dan perdamaian; (3)
pihak Indonesia akan turut serta
dalam KMB; (4) Belanda
mengembalikan pemimpin
Indonesia ke Yogyakarta; (5)
Belnda menyetujui pembebasan
tahanan politik; (6) Menyetujui
Indonesia sebagai bagian dari
Negara Indonesia Serikat
d. Konferensi Inter Indonesia
Konferensi Inter-indonesia
merupakan konferensi yang
diadakan antara Indonesia dengan
BFO. Bertujuan untuk tercapai
kesepakatan bersama antara
Indonesia dan kumpulan negara
bagian menghadapi KMB.

4. Konferensi Meja Bundar (KMB) dan


Pengakuan Kedaulatan
Konferensi Meja Bundar
diselenggarakan di Den Haag, Belnda
pada 23 Agustus 1949. Pihak
Indonesia dipimpin oleh Mohammad
Hatta, sedangkan Belanda diwakili
oleh Sultan Hamid II dan UNCI. Pada
2 November 1949 tercapai
kesepakatan antara Indonesia dan
Belanda, sebagai berikut: (1) Belanda
mengakui keberadaan Republik
Indonesia Serikat yang terdiri dari
Republik Indonesia dan lima belas
negara bagian yang dibentuk Belanda
; (2) penyelesaian Irian Barat akan
ditunda penyelesaiannya selama
setahun; (3) Pembentukan APRIS
dengan TNI sebagai kekuatan inti; (4)
Kerajaan Belanda akan membentuk
Uni Indonesia-Belanda yang
merupakan badan konstitusi
bersama; (5) Indonesia harus
membayar hutang –hutang Belanda
sejak tahun 1942.

2 Daftar materi yang sulit 1. Strategi Pergerakan Masa Pemerintahan


dipahami di modul ini Militer Jepang
2. Kondisi Sosial Masyarakat pada Masa
Pendudukan Jepang

3 Daftar materi yang sering 1. Konferensi Meja Bundar (KMB) dan


mengalami miskonsepsi Pengakuan Kedaulatan
2. Makna Proklamasi

Anda mungkin juga menyukai