Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 1 XII IBBU

Nama Anggota Kelompok:

1. Tria Marsella sebagai Ketua


2. Imelsya Fitri sebagai Anggota
3. Rafi Syahriq sebagai Anggota
4. Bramansyah sebagai Anggota
5. Syazha Nabila sebagai Anggota

Gugurnya Sang Kusuma Bangsa

Orientasi dan Latar Belakang Masalah : (Rafi Syahriq dan Tria Marsella)

Di kota yang kini terlihat hingar bingar itu, terdapat sebuah sejarah dibaliknya.

Pada abad ke-18, terjadilah konflik antara Kesultanan Berau dan Belanda, hal ini
terjadi karena Belanda ingin mengadu domba dua kesultanan yang ada di Berau, yaitu
Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung.

Belanda melakukan itu semua karena ingin menghancurkan dua kesultanan ini dan
ingin mengambil alih kota berau. Sebelum itu, Belanda merencanakan strategi untuk
mengambil alih Kota Berau dengan melakukan De Vide Et Impera (politik adu domba).
Tujuannya agar kedua kesultanan ini fokusnya tertuju pada pertikaian saja.

Penjajah Belanda berbondong bondong memasuki Kesultanan Berau yang aman dan
damai dengan berkedok sebagai pedagang (VOC). Kelicikan Belanda yang berbuah hasil itu
berhasil memecah Kerajaan Berau, sehingga kerajaan terpecah menjadi dua Kesultanan yaitu
Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.

Pengungkapan Peristiwa : (Rafi Syahriq)

Kurang lebih pada tahun 1834, Alimuddin atau biasa disebut sebagai Alim adalah
seorang sultan yang bersifat gagah dan berani dalam melawan penjajahan Belanda terhadap
Indonesia.

1
Maka Alim membuat siasat agar bisa melawan Belanda dengan cara membentuk
sebuah persekutuan yang berisikan oleh pejuang-pejuang dari suku Bugis, Sulu, dan
Makassar. Setelah itu ia membangun benteng yang kuat di daerah pulau Batu Putih, Tanjung
Mangkalihat.

Ia mengerahkan seluruh pasukannya untuk segera membangun benteng itu karena


berjaga-jaga menghadapi serangan Belanda yang apabila datang secara tiba-tiba.

"Jainuddin, cepat segera kau kerahkan seluruh prajurit kita untuk cepat membagun
benteng di sebelah arah barat dan utara. Berjaga-jaga bila nanti orang-orang Belanda itu
datang." Kata Alimuddin kepada tangan kanannya, Jainuddin, menteri sekaligus penasehat
kerajaan.

"Baik, yang mulia", sahutnya.

Di satu sisi, Belanda yang bersiap untuk menghadapi Sultan Alimuddin mulai
bersiaga dengan angkatan lautnya sejak bulan April 1834.

Pada saat itu Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur sedang
mengalami peperangan karena adanya provokasi dari Belanda yang menyebabkan kedua
kesultanan ini melakukan peperangan, dan pada saat mereka melakukan perang, saat itulah
Belanda mengambil kesempatan untuk mengambil alih Berau dan sekitarnya.

Pada saat itu lah, Berau dan sekitarnya dijajah oleh Belanda. Belanda berhasil
menguasai daerah Berau dan sekitarnya. Pada saat itu Kesultanan Sambaliung dan Gunung
Tabur masih melakukan peperangan, mereka belum sadar bahwa Berau telah berhasil
dikuasai oleh Belanda. Seiring berjalannya waktu pada akhirnya Kesultanan Sambaliung dan
Gunung Tabur pun sadar bahwa ia sedang dijajah oleh Belanda.

Menuju Konflik : (Tria Marsella)

Dengan dalih pengaduan Aji Kuning II, Sultan Gunung Tabur, yang saat itu
melaporkan bahwasannya, Alim dan sekutunya sering sekali mengganggu dan memprovokasi
warga, untuk memberontak pada keamanan bagian perairan Kalimantan Timur dengan
melakukan pembajakan dan perampokan di seluruh isi kapal milik Belanda.

2
Berawal dari pemberontakan yang dilakukan oleh Belanda kepada rakyat Berau, Alim
sang pemimpin tangguh akhirnya bertemu sang pujaan hati sekaligus mampu memukul
mundur para koloni berkat kegigihannya.

Marianne, atau yang biasa dipanggil Anne adalah putri dari seorang Jendral beringas
yang berasal dari Belanda. Entah bagaimana takdir mempertemukan Anne dengan Alim, tiba-
tiba saja ketika Alim dan para petinggi Belanda melakukan diplomasi, Anne yang juga ikut
bersama dengan Ayahnya begitu tertarik ketika melihat Alim yang dengan gagah dan lantang
mengajukan perjanjian-perjanjian yang mana harapannya dapat mempengaruhi para koloni
dalam hal perampasan tanah-tanah milik rakyat Berau.

Selang beberapa hari setelah diplomasi terjadi, Anne yang sudah tak tahan merasa
penasaran dengan Alim, ia akhirnya memutuskan untuk mendatangi kesultanan di malam
hari. Ia menyelinap dan melihat Alim beserta tangan kanannya, Jainuddin sedang bercakap-
cakap.

“Hallo Tuan, perkenalkan saya Mariaanne” dengan terbata-bata disertai gaya bicara
seorang Netherland, Anne memberanikan diri untuk datang menghampiri Alim yang sudah
tinggal sendirian duduk di dekat perapian kesultanan.

Alim yang terkenal sangat baik hati dan lemah lembut tidak langsung serta merta
mengusir Marianne dari tempat itu. Ia bertanya dengan selembut mungkin agar Anne tidak
merasa takut, padahal sebenarnya Anne memang tidak pernah merasa begitu terhadap Alim.
“Kenapa nona bisa datang kemari? Apakah nona membutuhkan sesuatu? Ataukah nona
tersesat?”

“Nee, um aku datang kemari untuk bertemu denganmu, Tuan” Anne tersenyum ketika
mengatakan kalimat itu, tampak sekali ia sangat gugup berhadapan dengan Alim sang
dambaan hati. Sejak awal melihat Alim, Marianne tanpa pikir panjang langsung menaruh hati
pada sang Sultan yang merupakan Inlander. Dan begitulah percapakan pertama mereka
terjadi, mengalir begitu saja hingga fajar menyingsing dan Alim meminta Anne untuk
kembali ke perkemahan Belanda.

Kejadian malam itu terus berulang hingga keduanya saling mengungkapkan perasaan
satu sama lain.

Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Alim
dan Anne akhirnya tertangkap oleh koloni Belanda. Ayah Anne yang merupakan Jenderal

3
tinggi di koloninya merasa sangat malu, tapi di lain sisi ia juga sangat mencintai anak semata
wayangnya itu. Ia tidak mungkin marah terhadap Anne apalagi ibunda Anne yang sudah tidak
ada membuat sang Jenderal harus menjadi Ayah sekaligus Ibu bagi Marianne.

Akhirnya hubungan Alim dan Anne dibiarkan berjalan seperti itu saja.

Di sisi lain, Belanda yang semakin menjadi-jadi melakukan pemberontakan, membuat


Alim merasa semakin khawatir. Dengan berat hati ia memutuskan untuk menjadikan sang
kekasih sebagai taktik untuk mengalahkan Belanda, dengan sepengetahuan Anne tentunya.

Ia membuat Anne meminta kepada sang Ayah untuk berhenti memberontak dan
memprovokasi dengan cara mengadu domba. Anne yang sudah lelah juga dengan tindakan
bangsanya merasa sangat putus asa.

Puncak Konflik : (Imelsya Fitri)

Taktik yang Alim minta kepada Marianne tidak membuahkan hasil apapun, malah
membuat Anne merasa sangat putus asa dan kecewa pada Ayahnya. Anne yang merasa tidak
mampu menolong Inlnder memilih untuk mengakhiri hidup, ia merasa tidak berguna bagi
Alim.

Alim yang mengetahui kematian Anne merasa sangat terpuruk dan merasa putus asa.
Ia terus-terusan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.

Berakhirlah Belanda semakin beringas mengadu domba Kesultanan Sambaliung


dengan Kesultanan Gunung Tabur.

"Sudahlah Aji, kami sudah tak tahan dengan perbuatan Alimuddin. Ia dan para
sekutunya selalu saja melakukan hal-hal yang membuat kami marah dan kami rasa ini saat
yang tepat untuk mengambil tindakan," katanya berapi-api. Para Netherland pun mulai
menjalankan siasat adu dombanya pada kedua kerajaan ini, antara Kerajaan Sambaliung dan
Kerajaan Gunung Tabur.

Kemudian terhasutlah Aji Kuning untuk berniat membantu Belanda melemahkan


Kerajaan Sambaliung dengan cara mengambil alih pengelolaan Kerajaan Sambaliung itu, dan
menyerahkannya kepada Belanda.

4
Akibat kebohongan Belanda tersebut, Sultan Alimuddin ditawan hingga diasingkan ke
Makassar.

Hal ini pun memicu kemarahan rakyat-rakyat Berau, hingga akhirnya Sultan
Alimuddin dikembalikan ke Sambaliung.

Pada masa pendudukan Jepang, terdapat seorang lugu dan lusuh yaitu bunkenkarikan,
yang bertugas mengurus pemerintahan sipil di daerah jajahan.

Saat itu, Alim dan para pegawai pemerintahannya masih teguh untuk
mempertahankan kedudukannya.

Meski begitu, Alim tetap tidak bisa melakukan apa-apa layaknya anak kecil yang
masih tak paham, ketika melihat kesewenangan yang dilakukan Jepang kepada rakyat.

“Apalah daya kita ini Jain, kita sudah lemah. Para koloni-koloni biadab itu berhasil
melemahkan kesultanan yang dengan susah payah ini kubangun,” Alim begitu sedih atas apa
yang telah terjadi. Segala yang telah ia lakukan kini sia-sia hancur tak karuan, ia sudah tidak
bisa melakukan apa-apa untuk membela para rakyat yang lemah tak berdaya itu.

Rakyat-rakyat lemah tersebut dipaksa untuk menyerahkan bahan pangan dan pakaian
serta mengerahkan tenaga untuk kepentingan Jepang, yang berakibat pada bencana kelaparan
dan kekurangan bagi rakyat Sambaliung.

Selain kepasrahan yang telah terjadi itu, para pemuda juga wajib mengikuti seinendan
atau organisasi semi militer untuk membela Jepang dalam perang.

Resolusi : (Syazha Nabila)

Riwayat Kesultanan Sambaliung berakhir pada 1960, ketika Indonesia sudah merdeka
dan pada saat itu ia memutuskan wilayahnya digabungkan dengan Gunung Tabur menjadi
Kabupaten Berau. Kabupaten berau menjadi bagian kalimantan timur yang ditetapkan pada
tanggal 23 September 1959 sebagai hari jadi.

Sultan Sambaliung terakhir, yaitu Muhammad Aminuddin, diangkat sebagai bupati


pertama Kabupaten Berau. Lalu wafat pada tanggal 25 Mei 1989, mengidap penyakit serius
yang mengakibatkan ia sakit keras.

5
Sejak itu, Kabupaten Berau menjadi kota yang sangat kaya akan hasil alamnya.
Kabupaten Berau menjadi kota yang aman dan damai. Sekarang Kesultanan Sambaliung dan
Kesultanan Gunung Tabur menjadi sebuah sejarah yang diabadikan dengan cara
menjadikannya sebagai museum Keraton Sambaliung dan museum Keraton Gunung Tabur.

Koda : (Bramansyah)

Pesan atau amanat yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah apabila kita menjadi
manusia hendaknya janganlah terlalu egois, masing-masing di antaranya harus ada yang
saling mengalah agar tidak terpecah belahnya sebuah satu kesatuan dan janganlah suka
mengadu domba atau mencari-cari suatu kesalahan orang agar tidak terjadi sebuah pertikaian
dan alangkah baiknya kita membenahi diri sendiri terlebih dahulu, sebelum ikut mencampuri
urusan orang lain. Karena belum tentu juga diri sendiri sudah menjadi makhluk yang benar .
Jika diri sendiri. Pada hakikatnya alangkah baik apabila kita jangan terlalu ikut campur
terhadap hidup atau jalan kehidupan orng lain.

Referensi : Wikipedia, Sejarah Kesultanan Gunung Tabur.

6
7

Anda mungkin juga menyukai