Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

KEBIJAKAN JEPANG SEMASA PENDUDUKANNYA DI INDONESIA

CLARISSA ZASKIA LARASATI

0906535385

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

DEPOK

2013

Kebijakan Jepang ..., Clarissa Zaskia Larasati, FIB UI, 2013


KEBIJAKAN JEPANG SEMASA PENDUDUKANNYA DI INDONESIA

Clarissa Zaskia Larasati


Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 1624

czl_icha@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kebijakan yang dibuat oleh Jepang
ketika masa pendudukannya di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis deskriptif, studi kepustakaan, dan beberapa artikel internet. Pembahasan ini
mengenai ekspansi Jepang yang berlandaskan pada slogan negaranya yaitu Wakon Yosai dan
Fukoku Kyohei serta berbagai faktor pendorong terjadinya imperialisme. Serta akan
membahas mengenai pengaruh imperialisme Jepang di Indonesia pada masa pendudukannya
dan yang masih tersisa hingga saat ini.

JAPAN POLICY DURING THE OCCUPATION IN INDONESIA


Abstract

This research objective is to explain the effect of Japanese policy throughout their occupation
in Indonesia. The methods used in this study are descriptive analysis, literature study, and
internet articles. This study discusses the application of Japanese slogans Wakon Yosai as well
as Fukoku Kyohei on their expansion and various factors that lead to imperialism.
Furthermore, it discusses the influence of Japanese imperialism in Indonesia during their
occupation and the effects it has in the present day.

Key Words: Fukoku Kyohei; Imperialisme; Indonesia; Jepang; Wakon Yosai


PENDAHULUAN

Awal mula terjadinya hubungan antara Jepang dan Indonesia yang dulunya disebut
Hindia Belanda dimulai sejak tahun 1880an ketika karayuki-san1 atau kadang disebut
joshigun2 masuk ke Indonesia di daerah Medan, Palembang, Batavia (Jakarta), dan Surabaya.
Setelah karayuki-san datang, kemudian masuklah orang Jepang dari golongan pedagang
(Meta Sekar P. A. 2008:xxxiii).

Dalam catatan sejarah, tahun 1868 Jepang mulai tumbuh menjadi negara modern.
Peristiwa ini dikenal dengan Restorasi Meiji. Gerakan pembaharuan ini juga mengacu pada
slogan yang dimiliki Jepang yaitu Wakon Yosai (Kepribadian Jepang, Teknologi Barat) dan
Fukoku Kyohei (Negara Kaya, Militer Kuat) inilah yang mendorong Jepang melakukan
modernisasi di segala bidang secara besar-besaran. Setelah kira-kira 10 tahun berjalan, proses
pembaharuan tersebut berjalan dengan pesat. Karena adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan
bahan mentah dan pemasaran hasil industrinya, maka mendorong Jepang menjadi negara
imperialis.

Banyak faktor yang mendorong Jepang bisa sampai ke wilayah Indonesia. Pertama,
lonjakkan pertumbuhan yang pesat tidak sebanding dengan wilayah Jepang yang sempit serta
miskinnya sumber daya alam menjadi masalah bagi rakyat Jepang. Kedua, keadaan ekonomi
yang belum stabil dan terjadinya krisis ekonomi global yang berdampak bagi Jepang makin
memperparah rakyatnya dalam menjalani kehidupan di Jepang. Ketiga, kemenangan Jepang
atas Rusia pada tahun 1905 membuat Jepang diakui dan sejajar dengan bangsa Barat.3 Hal
inilah yang menjadi motivasi orang Jepang untuk mencari peruntungan dengan menyebrangi
daerah selatan, termasuk Indonesia.

Hal yang akan menjadi permasalahan dalam penulisan jurnal ini adalah faktor
pendorong dan pengaruh pendudukan Jepang di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut,

1
Karayuki-san adalah Pekerja Seks Komersial (PSK) dari Jepang. Kara berarti CinadanYukiartinyamenuju atau
pergi ke suatu arah. Jadi secara harfiah, karayuki-san adalah wanita yang pergi untuk berkeja ke Cina,
khsusnya Shanghai dan Honkong, meskipun sebenarnya tidak hanya ke Cina.
2
Joshigun sama artinya dengan karayuki-san tapi arti harfiahnya adalah tentara perempuan

" Nathaniel Peffer. 1937. Price of Japanese Imperialsm. Council of Foreign Reations. hal. 30
berikut beberapa pertanyaan penilitian yang ingin diteliti melalui penulisan jurnal ini, antara
lain:

1. Apa faktor pendorong pendudukan Jepang di Indonesia?

2. Apa saja kebijikan yang dibuat oleh Jepang selama menduduki Indonesia?

3. Apa pengaruh pendudukan Jepang di Indonesia bagi rakyat Indonesia?

Berdasarkan dari pokok masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penulisan
ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan faktor pendorong bangsa Jepang menduduki Indonesia

2. Menjelaskan kebijakan apa saja yang dibuat oleh Jepang selama menduduki
Indonesia

3. Menjelaskan pengaruh pendudukan Jepang di Indonesia bagi rakyat Indonesia

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan yaitu metode
deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data pustaka dan artikel internet yang
terkait dengan penelitian penulisan.
IMPERIALISME JEPANG

Awalnya Indonesia bukan daerah tujuan utama bangsa Jepang untuk berdagang di
daerah Asia Tenggara. Pada umumnya tujuan utama mereka adalah Singapura dan Malaysia.
Namun, setelah mendapat informasi tentang kemudahan untuk menjalankan perdagangan di
Indonesia, akhirnya mereka beralih ke Indonesia.

Dalam buku Apakah Mereka Mata-mata Jepang?, dijelaskan hubungan dagang antara
Jepang di Indonesia ditandai dengan kedatangan karayuki-san yang masuk melalui Singapura,
kemudian ke Indonesia dan tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Karayuki-san memegang
peran penting bagi Jepang. Bentuk bantuan nyatanya adalah mengirim uang kepada
keluarganya di Jepang, secara tidak langsung hal ini membantu Jepang untuk mendapatkan
devisa. Bantuan ini cukup bearti bagi Jepang yang keadaan ekonominya pada saat itu masih
belum maju.

Setelah datangnya karayuki-san ini, membuka kesempatan bagi para pedagang


keliling Jepang masuk ke Indonesia. Dalam bukunya, Shimizu Hajime meneliti mengenai
hubungan para pedagang tersebut dengan karayuki-san. Karayuki-san berfungsi sebagai
“pintu masuk” jalur perdagangan pedagang Jepang. Shimizu Hajime menjelaskan barang
yang diperdagangkan para pedagang tersebut yaitu :

Awal mulanya orang-orang Jepang yang berada di daerah Asia Tenggara sampai
sebelum Perang Dunia I banyak melakukan aktivitas dagang, khususnya untuk para
karayuki-san. Mereka melakukan perdagangan berupa persewaan kamar beserta kedai
makanan, salon kecantikan yang menyediakan jasa penyanggulan rambut cara Jepang,
4
aseosris pakaian, stagen untuk kimono, barang-barang kelontong.

Jepang mulai tumbuh dan berkembang menjadi negara modern setelah mengubah
kebijakan Politik Pintu Tertutup (sakoku) selama 215 tahun menjadi Politik Pintu Terbuka
(kaikoku). 5 Hal tersebut dikenal dengan Restorasi Meiji. Jepang mulai membuka dirinya

# Shimizu Hajime, et., al., Zenki Hojin no Tonan Ajia Shinshutsu “Perkembangan Migrasi Orang-Orang Jepang
di Asia Tenggara Sebelum Perang”, dalam Apakah Mereka Mata-mata?(Yogyakarta: Ombak, 2008).

$ Marius B. Jansen. 2008. The Cambridge History of Japan Volume 5. Cambridge University Press. hal. 309
sejak Jenderal Matthew Calbraith Perry berhasil memaksa Jepang untuk menandatangani
perjanjian pembukaan negara pada tanggal 8 Juli 1853. 6

Masa Restorasi Meiji merupakan “Tahun-tahun Kebangkitan” dan “Awal Mukijizat


Pereknomian Jepang” terutama di bidang industri. Kebangkitan ini mengubah Jepang dari
negara agraris menjadi negara industri.7 Kebangkitan di bidang ekonomi, industri, politik, dan
perdagangan mendorong ekspansi Jepang ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia
(Michael Kublin, Hyman Kublin.1990:121).

Mengacu pada dasar pemikiran Jepang yang berkembang pada masa itu yaitu Wakon
Yosai (Kepribadian Jepang, Teknologi Barat) dan Fukoku Kyohei (Negara Kaya, Militer
8
Kuat) diperlukan pengembangan sumber daya manusianya terlebih dahulu. Untuk itu,
pemerintah Jepang melakukan pengiriman ilmuwan dan cendikiawan ke negara Barat untuk
menyerap ilmu dan teknologi baru dari Barat dengan tujuan mengadakan pembaharuan
teknologi. Pada masa ini, teknologi modern Barat di bidang industri diserap, ditiru, dan
dikembangkan oleh Jepang. Sebelumnya industrinya masih bersifat tradisional dan
bergantung pada tenaga kerja manusia menjadi menggunakan mesin dan mulai menerapkan
sistem organisasi dan manajerial perusahaan cara Barat dalam menjalankannya.

Selain dalam bidang teknologi yang sudah maju, sistem perbankan Jepang pun mulai
mantap pada tahun 1900. Bank-bank mulai meniru sistem perbankan yang ada di Jerman dan
Perancis, seperti Bank Hipotik Jepang, Bank Industri Jepang, Bank Kolonial Hokkaido, dan
Bank Taiwan. Bank Industri berperan dalam menaikkan dana dalam negeri maupun luar
negeri untuk investasi jangka panjang untuk memajukan kepentingan Jepang di daerah Asia.

Alasan pendorong orang Jepang hijrah ke daerah lain termasuk Indonesia, pertama
adalah karena pertumbuhan pendudukan yang tinggi dan tidak sebanding dengan wilayah
Jepang yang sempit. Jepang menyadari bahwa dalam jangka panjang, wilayahnya tidak
mampu menampung pertumbuhan penduduk yang bertambah pesat. Untuk itu, dibutuhkan
tempat baru untuk menampung penduduk Jepang. Untuk mengatasi hal tersebut, Jepang
meniru cara Barat dengan memperluas serta mengekspansi wilayah kekuasaan mereka melalui

% Ibid. hal. 269

& Howard Hoube, et., al., Emergence of a National Economy: An Economic History of Indonesia, 1800-2000.
hal.3

' Peter Duus. 2008. The Cambridge History of Japan Volume 6. hal. 123
upaya kolonialisasi di kawasan Asia. Selain untuk mengatasi jumlah penduduk yang
meningkat, perluasan wilayah juga bertujuan untuk memasarkan hasil produksi mereka.

Dalam perluasan wilayahnya, Jepang memusatkan ekspansinya ke Korea, Cina, dan


Rusia untuk ekspansi wilayah bagian utara (hokushin-ron) dan Lautan Selatan atau wilayah
Asia Tenggara untuk ekspansi wilayah bagian selatan (ninshin-ron) (Mitsuo Nakamura.
1970:16). Ekspansi pertama yang dilakukan Jepang ke wilayah utara dimulai dari pendudukan
Jepang di Cina pada tanggal 25 Juli 1894, tentara Jepang menyerang kawasan pesisir dan
daratan Cina, peristiwa ini dikenal dengan Peperangan Sino-Jepang Pertama (1894-1895). 9
Kemudian untuk mengatasi masalah tersebut, dibuatlah perjanjian yang dikenal dengan
Perjanjian Shimonoseki yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1895 di kota Akamagaseki.
Isi perjanjian tersebut adalah Cina menyetujui untuk menyerahkan Formosa, Kepulauan
Pescadores, dan Semenanjung Liaodong ke tangan Jepang. Akibat dari penandatanganan
perjanjian tersebut, maka hak diplomatik kekaisaran Korea diambil alih dan Korea berada
dalam pendudukan Jepang pada tahun 1910-1945.

Kemudian Jepang menduduki Manchuria pada tanggal 18 September 1931. Manchuria


dikenal sebagai daerah yang subur, kaya batu bara, biji besi, dan populasinya sedikit menjadi
pendorong Jepang menduduki daerah ini. Peristiwa ini dikenal dengan Insiden Mukden. 10
Insiden ini menimbulkan perang antara Cina dan Jepang, karena pihak militer Jepang
menuduh Cina telah melakukan pemboman jalur kereta api milik Jepang. Sebenarnya hal ini
telah direkayasa oleh Jepang. Penyerangan ke Manchuria ini diwarnai dengan kekajaman
Jepang pada penduduk Cina. Puncak dari kekejaman Jepang adalah Peristiwa Nanking.
Dalam peristiwa ini banyak korban yang terbunuh dan perempuan Cina diperkosa oleh tentara
Jepang. Akhir dari penyerangan ini adalah insiden Jembatan Marco Polo pada tahun 1937
yang mengakibatkan kedua negara tersebut perang besar-besaran. Perang ini dikenal dengan
Perang Sino-Jepang Kedua. Hal tersebut membawa kemarahan bagi rakyat Cina, sehingga
Cina menggusur tentara Jepang dari wilayahnya. Akibatnya, Jepang meninggalkan Cina dan
berlanjut ke selatan (nashin-ron).

( Marius B. Jansen. 2008. The Cambridge History of Japan Volume 5. Cambridge University Press. hal. 305

)* Michele Kublin, et., al., Japan. Hal. 162


Jepang melakukan ekspansi territorial ke daerah selatan dengan tujuan khususnya
wilayah perairan.11 Pemikiran Barat mengenai daerah selatan sebagai daerah yang potensial,
kaya sumber daya alam, dan padat penduduknya dijadikan pemikiran dasar kaum cendikawan
berimigrasi ke daerah selatan (Howard Hoube,2002:7). Informasi-informasi mengenai
prospek perdagangan yang cerah di kawasan ini dan keadaan ekonomi Jepang yang belum
stabil pada saat itu menjadi faktor orang Jepang berimigrasi ke wilayah selatan. Ide bergerak
ke selatan pertama kali dicetuskan oleh Shiga Shigetaka tahun 1887 dalam karyanya yang
berjudul Nanjyo-jiji (Situasi Lautan Selatan).12

Terdapat perbedaan konsep mengenai ninshin-ron berdasarkan zamannya. Perbedaan


tersebut ada karena tujuan dari gerakan ninshin-ron pada zaman yang berbeda. Konsep
ninshin-ron dari dua zaman yang berbeda, yaitu :

i) Konsep ninshin-ron pada Zaman Edo (1603-1867)

Honda Toshiaki menjelaskan berupa gerakan aktif dalam perdagangan luar


negeri dan mengembangkan kolonilisasi untuk meningkatkan penghasilan
nasional. Sedangkan menurut Sato Nobuhiro, atas dasar pemikiran “Kebijakan
dengan Cara Imperialis”, ia mengusulkan agar Jepang memiliki koloni untuk
kepentingan perdagangan.

ii) Konsep ninshin-ron pada Zaman Meiji (1868-1911)

Tujuan dari gerakan ini yang dilakukan pada masa ini adalah untuk mengatasi
masalah pengangguran yang dihadapi oleh para bekas samurai yang tidak
punya pekerjaan. Selain itu keinginan Jepang menjadi negara Eropa di Asia
menjadi alasan jepang memperluas daerahnya ke selatan.
Dalam buku karya Takeshi Yosaburo yang berujudul Nangokuki (Sebuah
Catatan Mengenai Negara-negara Selatan) berisi slogan baru yaitu “Minami e!
Minami e!” (Ke selatan! Ke selatan!).13

Selain masalah lonjakan pertumbuhan pendudukan yang pesat sedangkan wilayah


Jepang yang sempit serta minimnya sumber daya alam yang dimiliki Jepang, masalah krisis

)) +,-. /,0.1 2345 67-3-58 9**': 6;.0.< +,1,0. +.-.=>.-.?: @ABC.0.1-.D E>F.0: G.H &:

)9 !"#$% <.H:&

)" !bid., hlm. 69


ekonomi yang melanda Jepang tahun 1920an menjadi pemikiran warga Jepang dalam
menjalani kehidupannya di Jepang. Krisis keuangan yang terjadi tahun 1927 mengakibatkan
bank-bank gulung tikar. Dua tahun kemudian terjadi kerugian di pasar bursa efek Amerika
yang menyebaban depresi ekonomi di Barat. Hal tersebut mempengaruhi ekspor bahan dan
kain sutra Jepang. Masalah ini berlanjut hingga tahun 1932.14

Pada tahun 1930an, Jepang sedang gencar-gencarnya memperluas wilayah


teritorialnya, maka dari itu Jepang membutuhkan bahan bakar untuk kapal-kapalnya. Jepang
meilirik Indonesia sebagai salah satu negara penghasil minyak terbesar, Di Indonesia, Jepang
mendirikan Konsulat Jendral Jepang di Batavia (Jakarta) dan orang Jepang di Indonesia
membentuk Nihon Kaigai Kyohai dan Nihonjinkai sehingga memudahkan bagi orang Jepag
khususnya pedagang untuk menduduki di Indonesia.

)# !"#$%8 <H>: )*=)):


PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA (1942-1945)

Pasukan Jepang menduduki Indonesia diawali dengan menduduki Tarakan pada


tanggal 10 Januari 1942, kemudian meluas ke Minahasa, Sulawei, Balikpapan, dan Ambon. 15
Pada bulan Februari 1942 pasukan Jepang berhasil menduduki Pontianak, Makasar,
Banjarmasin, Palembang, dan Bali.

Awal dari pendudukan Jepang di Indonesia disebabkan adanya Perang Pasifik.


Peristiwa tersebutlah yang mengawali Jepang ke Indonesia. pada tanggal 8 Maret 1942,
Letjen H. Ter Poerten, panglima tentara Hindia Belanda menandatangani piagam penyerahan
tanpa syarat di Kalijati kepada angkatan perang Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitoshi
Imamura.

Pendudukan Jepang di Palembang mempunyai arti penting karena wilayahnya yang


strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia sebagai pusat kedudukan Belanda di
Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan Inggris. Kemudian pasukan Jepang
mendarat ke Jawa di daerah Banten, Indramayu, dan Kragan. Selanjutnya menyerang pusat
kekuasaan Belanda di Batavia pada tanggal 5 Maret 1942, di Bandung tanggal 8 Maret 1942
dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada Panglima Tentara Jepang Imamura
di Kalijati pada tanggal 8 Maret 1942. Dengan demikian, seluruh wilayah Indonesia telah
menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang.

Kedatangan Jepang ke Indnesia bertujuan menambah kekuatan pasukannya melawan


Sekutu. Selain itu, Jepang juga mempunyai tujuan yang lain, yaitu :

a. Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil minyak bumi demi kepentingan


industri Jepang

b. Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasl industri Jepang karena


jumlah penduduk Indonesia sangat banyak

)$ Shigeru Sato. 2006. Indonesia 1939-1945: Prelude to The Japanese Occupation. Cambridge University Press.
hal. 247
c. Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang
banyak dengan upah rendah16

Tentara Jepang memegang kekuasaan militer dan semua kekuasaan yang dulu dikuasai
Belanda. Dalam pelaksanaannya, pembagian kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh
angkatan perang yaitu angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Indonesia dibagi
menjadi dua wilayah kekuasaan :

i) Jawa, Madura, Sumatera, dan Semenanjung Tanah Melayu di bawah


kekuasaan rikugun

ii) Kalimantan, Sulawesi, Nusa tenggara, Maluku dan Irian di bawah kekuasaan
kaigun

Kebijakan-kebiajakan yang dibuat oleh Jepang guna menjalankan misinya pada masa
pendudukannya di Indonesia, di antaranya:

1. Bidang politik

Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang)


adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 8 September 1942
dikeluarkan UU no. 2 Jepang yang mengendalikan seluruh organisasi nasional.

Dalam rangka menancapkan kekuasaan di Indonesia, pemerintah militer


Jepang melancarkan strategi politisnya dengan membentuk gerakan yang
dipimpin oleh Syamsuddin SH, yaitu gerakan Tiga A (Nippon Pelindung Asia,
Nippon Cahaya Asia, dan Nippon Pemimpin Asia).17 Gerakan ini merupakan
upaya Jepang untuk merekrut dan mengerahkan tenaga rakyat yang akan
dimanfaatkan dalam perang Asia Timur Raya. Berbagai propaganda akan
dilakukan agar gerakan tersebut sukses dan Indonesia dapat meyakini bahwa
Jepang adalah bangsa Asia yang memiliki kelebihan dan dapat membebaskan
Indonesia dari penjajahan Barat. Gerakan Tiga A dalam realisasinya, tidak
mampu bertahan lama, karena rakyat Indonesia tidak sanggup menghadapi

)% Hikita Yasuyuki. 1996. Japanies Companies Inroads into Indonesia Under Japanese Military Domination.
KITLV, Royal Netherlands Institue of Southeast Asian and Caribbean Studies. hal. 661

)& Harry. J. Benda. 1956. The Beginnings of The Japanese Occupation of Java. Association for Asian Studies.
hal. 554
kekejaman militer Jepang dan berbagai bentuk eksploitasi yang dilakukan.

Ketidaksuksesan gerakan Tiga A, membuat Jepang mencari cara lain untuk


dapat menarik simpati rakyat Indonesia. Upaya yang dilakukan adalah
menawarkan kerjasama dengan para pemimpin Indonesia untuk membentuk
"Putera" (Pusat Tenaga Rakyat). Organisasi ini didirikan oleh empat serangkai,
yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas
Mansyur. Dengan dibentuknya Putera diharapkan agar para pemimpin nasional
dapat membujuk kaum nasionalis sekuler dan intelektual untuk mengabdikan
pikiran dan tenaganya demi kepentingan perang melawan Sekutu.

Keberhasilan organisasi Putera, tidak lepas dari kemampuan para pemimpin


serta tingginya kepercayaan rakyat Indonesia pada para tokoh nasional untuk
memperjuangkan Indonesia merdeka. Hal tersebut dapat dilihat dari kemajuan
organisasi Putera sampai ke berbagai daerah dan kemandirian Putera dalam
menjalankan kegiatan operasional tanpa suntikan dana dari pemerintah Jepang.
Meskipun Putera tidak mampu menghasilkan karya konkrit bagi perjuangan
pergerakan nasional, tapi dengan adanya Putera, mentalitas bangsa Indonesia
secara tidak langsung sudah dipersiapkan untuk dapat memperjuangkan
proklamasi kemerdekaan. Hal tersebut dapat dilihat dengan dibentuknya
organisasi militer PETA (Pembela Tanah Air).

Tujuan awal dari pembentukan PETA adalah untuk memenuhi kepentingan


perang Jepang di Laut Pasifik. Namun, dalam kenyataannya PETA justru sangat
bermanfaat bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Hal tersebut
disadari cepat oleh Jepang bahwa akan membahayakan Jepang di wilayah
Indonesia sehingga organisasi tersebut dibubarkan. Kemudian Jepang mendirikan
Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa) pada tahun 1944 di bawah
komando militer Jepang. Organisasi ini merupakan organisasi resmi pemerintah.
Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk mengumpulkan tenaga rakyat.
Struktur kepemimpinan di organisasi ini langsung dipegang oleh gunseikan
(kepala pemerintahan militer). Pada masa ini, golongan nasionalis disisihkan,
mereka diberi jabatan baru dalam pemerintahan, tapi semua kegiatannya diawasi
ketat.
Jepang pun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia
dengan cara sebagai berikut (Harry. J. Benda. 1956:50) :

a. Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia

b. Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar

c. Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji

d. Menarik simpati organisasi Islam MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia)

e. Mengajak tokoh-tokoh pejuang nasional untuk bergabung, seperti: Ir.


Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan
tokoh tersebut dari penahanan Belanda.

Selain mendirikan organisasi-organisasi guna membantu Jepang dalam perang


melawan Sekutu. Untuk memudahkan pengaturan pemerintahan oleh Jepang
maka Jepang menggunakan sistem sentralisasi kekuasaan. Untuk itu, Jepang
mengatur struktur birokrasi pemerintahan militer dan sipil di Indonesia pada masa
pendudukan Jepang :

i) Struktur militer Jepang

Gunshireikan (Panglima Tertinggi) Hitoshi Imamura

Gunbaikan (Kepala Pemerintahan Militer)  Mayjen Seizaburo Okasaki


Gunseikanbu (Staf Pemerintahan Militer Pusat)

Somubu (Dept. Zaimubu Shihobu (Dept.


Urusan Umum) (Dept. Kehakiman)
Keuangan)

Sangyobu (Dept. Perusahaan, Gunseibu (Koordinator


Industri, Kerajinan Tangan, Kotsubu (Dept.
Lalu Lintas) Pemerintahan Militer Setempat)
dan Ekonomi)
Gubernur terdiri :

Jabar berkedudukan di Badung,


Jateng berkedudukan di Semarang,
Jatim berkeduduka di Surabaya

ii) Struktur Pemerintahan Sipil

DAERAH KOTA

Shu (Keresidenan) Shi (Pemerintahan Kota)

Shi (Kotapraja) Ken (Kabupaten) Shuchokan (Pimpinan Residen)

Gun (Kewedanan) Tokubetsushi (Daerah Istimewa)

Son (Kecamatan) Shi-cho (Walikota)

Ku (Desa/Kelurahan) Bunken (Sub. Kabupaten)

Aza (Dusun)

'()# IJKL

2. Bidang ekonomi dan sosial

Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah


Jepang adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang, maka seluruh potensi
sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung
mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, bank dan
perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat
kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut
menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan
meningkat drastis.

2) Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi yang ketat.18 Pengawasan


tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa barang serta
pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan
perkebunan teh, kopi, karet, dan tebu sekaligus memonopoli penjualannya.
Pembatasan teh, kopi, dan tembakau karena tidak langsung berkaitan dengan
kebutuhan perang.19

3) Menerapkan sistem ekonomi untuk perang dan sistem autarki (memenuhi


kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang). 20 Konsekuensinya
tenaga rakyat dan semua kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang.

4) Pada tahun 1944, kondisi politik dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga
tuntutan akan kebutuhan perang semakin meningkat. Untuk mengatasinya,
pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan
barang secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi
pertanian), serta instansi resmi pemerintah.

Adapun kebijakan pemerintah Jepang di bidang sosial yang dapat dirasakan


manfaatnya seperti pembentukan Tonarigumi (RT). Pembentukan RT ini bertujuan
untuk memudahkan pengawasan dan memudahkan dalam mengorganisir kewajiban
rakyat serta memudahkan pengawasan dari pemerintah desa.

3. Bidang kebudayaan

)' Ibid., hal. 542

)( Shigeru Sato. 2006. Indonesia 1939-1945: Prelude to The Japanese Occupation. Cambridge University Press.
hal. 248

9* http://budisma.web.id/materi/sma/sejarah-kelas-xi/dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia/
Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah
menghilangkan diskriminasi siapa yang boleh mendapat pendidikan. Pada masa
Belanda, yang dapat merasakan pendidikan formal hanya rakyat dari kalangan
menengah ke atas, sementara rakyat kecil tidak memiliki kesempatan.21

Rakyat dari lapisan manapun berhak untuk mendapat pendidikan formal.


Jepang juga menerapkan jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu SD 6
tahun, SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun. Sistem ini masih diterapkan oleh
pemerintah Indonesia sampai saat ini sebagai satu bentuk warisan Jepang.

Salah satu kelemahan dari aspek pendidikan masa pendudukan Jepang adalah
penerapan sistem pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan
untuk kepentingan perang. Siswa wajib mengikuti latihan dasar kemiliteran dan
mampu menghafal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya,
diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di
sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus
bahasa Jepang yang diadakan.22

4. Bidang militer

Badan-badan militer yang dibuat Jepang semata-mata hanya karena kondisi


militer Jepang yang semakin terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk itu, memasuki
tahun kedua pendudukannya, Jepang semakin intensif mendidik dan melatih
pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. 23 Hal ini disebabkan karena situasi
semakin menyulitkan posisi Jepang. Mulai dari serangan Sekutu pada pertempuran
laut di Midway bulan Juni 1942 dan sekitar Laut Karang bulan Agustus 1942-
Februari 1943. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan jatuhnya
Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik pada bulan
Agustus 1943.

9) R. Murray Thomas. 1966. The Japanese in Indonesia. University of California Press. hal. 633

99 Ibid. hal. 633

9" Vitchek. Et., al. Indonesia : Archipelago of Fear. hal. 19


Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan
menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga
potensial yang akan diikutsertakan dalam pertempuran menghadapi Sekutu.24

Bentuk-bentuk barisan militer yang dipersiapkan oleh Jepang25 :

a. 9 Maret 1943 didirikan gerakan Seinendan (Barisan Pemuda). Tujuannya untuk


melatih dan mendidik para pemuda, agar mampu menjaga dan mempertahankan
tanah air dengan kekuatan sendiri

b. Pembentukan Barisan Pelajar (Gokutai) untuk pelajar SD - SLTA

c. Pembentukan barisan bantu polisi (Keibodan) dengan syarat yang lebih ringan dari
Seinendan, usia yang diprioritaskan ± 23-25 tahun. Untuk Keibodan ini ada
keharusan untuk setiap desa (ku) yang memiliki pemuda dengan usia tersebut dan
berbadan sehat wajib menjadi Keibodan. Sistem pengawasan Keibodan ini
diserahkan pada polisi Jepang

d. Pembentukan barisan pembantu Prajurit Jepang (Heiho) bulan April 1943.


Anggota Heiho adalah pemuda berusia ± 18-25 tahun, dengan pendidikan
terendah SD. Mereka akan ditempatkan langsung pada angkatan perang Jepang
(AL-AD)

e. Pembentukan barisan semi militer khusus direkrut dari golongan Islam dengan
nama : Hizbullah (Tentara Allah) tokoh di antaranya adalah Otto Iskandinata dan
Dr. Buntaran Martoatmojo

f. Pembentukan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) pada tanggal 3 Oktober 1943
didirikan oleh Letjen Kumakichi

g. Pembentukan Jawa Hokokai. Memasuki tahun 1944 kondisi Jepang bertambah


buruk. Satu persatu wilayahnya berhasil dikuasai Sekutu, bahkan serangan

9# Harry. J. Benda. 1956. The Beginnings of The Javanese Occupation of Java. Association for Asian Studies.
hal. 544

9$ http://belajar.kemdiknas.go.id/index3.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Modul%20On
line/SMP/view&id=116&uniq=1108

Kebijakan Jepang ..., Clarissa Zaskia Larasati, FIB UI, 2013


langsung mulai diarahkan ke negeri Jepang sendiri. Melihat kondisi tersebut pada
tanggal 9 September 1944, PM Kaiso mendeklarasikan janji kemerdekaan untuk
Indonesia di kemudian hari. Janji ini semata-mata untuk memotivasi bangsa
Indonesia agar tetap setia membantu perjuangan militer Jepang dalam
menghadapi Sekutu. Beberapa hari sesudah janji kemerdekaan dibentuklah
Benteng Perjuangan Jawa (Jawa Sentotai) ini merupakan badan perjuangan dalam
Jawa Hokokai, bahkan organisasi lainpun dibentuk seperti Barisan Pelopor
(Suisyintai) dipimpin langsung oleh Ir. Soekarno, Sudiro, RP. Suroso, Otto
Iskandardinata, dan Dr. Buntaran Martoatmojo.

Kebijakan Jepang ..., Clarissa Zaskia Larasati, FIB UI, 2013


KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa masuknya Jepang ke


wilayah Indonesia adalah karena semangat imperialisme Jepang dan membawa dampak
kemarahan rakyat setempat dan kerugian akibat perang selama menduduki negara sekitarnya,
seperti Cina dan Korea. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang pesat tidak diimbangi dengan
luas wilayah Jepang serta minimnya sumber daya alam yang dimiliki, menjadi pendorong
pemerintah Jepang untuk melakukan ekspansi ke negara lain. Krisis ekonomi global pada
tahun 1930an memberi dampak buruk bagi perekonomian Jepang. Oleh sebab itu, Jepang
melakukan ekspansi untuk menstabilkan ekonomi negaranya. Hal ini juga merupakan
pendorong Jepang memperluas kekuasaannya hingga ke Indonesia.

Pada umumnya pendudukan oleh suatu negara di negara lain memberikan dampak
negatif bagi rakyat di negara jajahan. Setelah melihat uraian di atas, jelas bagi bangsa
Indonesia dengan adanya pendudukan Jepang sangatlah menyiksa rakyat Indonesia. Bahkan
ada persepsi bahwa pendudukan Jepang di Indonesia lebih kejam daripada pendudukan pada
masa Belanda walaupun masa pendudukan Jepang jauh lebih singkat daripada Belanda.

Pengaruh kebijakan yang dibuat oleh Jepang yang dirasakan rakyat Indonesia pada
masa pendudukannya di Indonesia adalah digunakannya kembali Bahasa Indonesia setelah
dihapusnya Bahasa Belanda. Dalam hal pendidikan, rakyat miskin dapat mengenyam
pendidikan yang selama masa pendudukan Belanda hanya orang kalangan kelas atas saja yang
bisa mendapat pendidikan. Kemudian diajarkannya para pemuda dalam bidang militer yang
awalnya untuk membantu Jepang dalam menghadapi perang melawan Sekutu, tapi ajaran
tersebut dimanfaatkan oleh tentara Indonesia untuk perang melawan Jepang. Dalam bidang
sosial, pembentukan Tonarigumi (RT) yang bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan
memudahkan dalam mengorganisir kewajiban rakyat serta memudahkan pengawasan dari
pemerintah desa. Sistem tersebut masih digunakan hingga saat ini di seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Benda, Harry J. 1956. The Beginnings of Japanese Occupation of Java. Assosiaction for
Asian Studies.

Duus, Peter. 2008. The Cambridge History of Japan Volome 6. Amerika. Cambridge
University Press.

Hoube, Howard., Dick, & Vincent J. H. Lindblad. 2002. Emergence of A National Economy:
An Economic History of Indonesia, 1800-2000. Allen & Unwin.

Jansen, Marius B. 2008. The Cambridge History of Japan Volume 5. Amerika: Cambridge
University Press.

Kublin, Michael., Kublin, Hyman. 1990. Japan. Houghton Mifflin Harcourt Publishing
Company.

Peffer, Nathaniel. 1937. The Price of Japanese Imperialsm. Council on Foreign Relations.

Sato, Shigeru. 2006. Indonesia 1939-1942: Prelude to The Japanese Occupation. Cambridge
University Press.

Sekar, P. A., Meta. 2008. Apakah Mereka Mata-mata? Yogyakarta: Ombak.

Vitchek., Chomsky, Andre. 2012. Indonesia: Archipelago of Fear. Pluto Press.

Yasuyiki, Hikita. 1996. Japanese Companies Inroads into Indonesia Under Japanese
Military Domination. KITLF, Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and
Caribbean Studies.

http://belajar.kemdiknas.go.id/index3.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Belaj
ar/Modul%20Online/SMP/view&id=116&uniq=1108

http://www.kumpulansejarah.com/2012/10/sejarah-penjajahan-jepang-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai