Anda di halaman 1dari 6

BAB II: ISI DAN PEMBAHASAN

a. Latar Belakang Penajajahan Jepang di Indonesia

Masa Penjajahan Jepang di Indonesia secara umum diketahui berlangsung antara


tahun 1942 sampai berakhirnya pada Agustus 1945 yang ditandai dengan
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penjajahan Jepang di Indonesia meski relatif
singkat secara waktu disbanding penjajahan Belanda, namun memberikan dampak
yang cukup luas, bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu pendorong
Indonesia untuk bisa bisa bersatu menjadi negara merdeka adalah penjajahan Jepang
di Indonesia. Penjajahan Jepang juga memberikan luka mendalam di Indonesia
seperti romusha (kerja paksa untuk kebutuhan perang Tentara Kekaisaran Jepang)
Jepang merupakan kekuatan Asia pertama yang mampu mengalahkan dominasi
negara-negara Eropa. Setelah Restorasi Meiji terjadi, Jepang berhasil menjadi salah
satu kekuatan besar di Asia. Restorasi Meiji terjadi atas kesadaran bangsa Jepang
akan ketertinggalannya bangsa-bangsa non-Eropa terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan dan pendidikan, sehingga Kaisar Jepang Meiji atas kesadaran ini,
menodernisasi Jepang, dengan semangat untuk dapat setara dengan kekuatan-
kekuatan Barat yang dianggap semakin mengancam kedaulatan Bangsa Jepang yang
tertutup. Seperti yang terjadi ketika tentaraangkatan laut Amerika Serikat berhasil
memaksa Jepang untuk membuka perbatasannya demi kepentingan perdagangan
bangsa-bangsa barat.
Restorasi Meiji berfokus pada pendidikan, modernisasi birokrasi pemerintahan
Jepang, dan perombakan sistem pemerintahan dengan tetap mempertahankan nilai-
nilai luhur dan kekaisaran Jepang. Restorasi Meiji diikuti dengan revolusi industri,
berhasil menjadikan Jepang di akhir abad 19 yang merupakan negara tertutup
menjadi negara yang kuat secara politik, ekonomi, sosial dan budaya di kawasan
Asia Timur di abad ke 20. Namun ternyata pandangan untuk setara dengan negara
Barat juga diikuti pandangan Jepang untuk imperialisasi dan kolonialisasi yang pada
era itu merupakan hal yang lumrah dan Jepang tidak mau ketinggalan dalam
memperluas wilayah kekuasaannya seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa
Eropa di Asia dan Afrika.
Pasca restorasi Meiji, nasionalisme dan patriotisme bangsa Jepang, serta
kepercayaan diri bangsa Jepang semakin meningkat. Lebih lagi setelah kemenangan
perang Jepang atas Rusia pada perang Jepang -Rusia pada tahun 1905. Bangsa
Jepang menjadi bangsa Asia pertama setelah ratusan tahun era imperialis dominasi
bangsa Eropa menang perang melawan bangsa Eropa. Keberhasilan bangsa Jepang
pada awalnya menjadi inspirasi bangsa-bangsa Asia lain untuk bisa meniru
keberhasilan mereka. Namun sentimen ini mulai pudar ketika Jepang melakukan
serangkaian agresi dan penjajahan seperti penjajahan atas Korea, Manchuria
(China), Perang Sino-Jepang, invasi ke Taiwan(Formosa) dan sebagainya.
Sikap penajajahan Jepang semakin meningkat ketika bergabungnya Jepang
dalam perang dunia dua di blok poros, yang terdiri dari Jerman, Italia, dan Jepang
sendiri. Jerman, Jepang dan Italia menganut paham fasisme dan sosialisme yang
kuat dan masing-masing memandang bangsanya sebagai superior dan menjadikan
alasan untuk menjajah bangsa lain. Jepang sendiri mengusung propaganda Asia
Timur Raya, paralel dengan Jerman dengan konsep Lebensraum (Jerman Raya yang
mencakup hampir seluruh Eropa sebagai milik pusaka bangsa Jerman), Italia
mengusung semangat membangkitkan kembali kekaisaran Romawi, merasa Italia
sebagai penerus peradaban Latin-Roma. Semangat nasionalis berlebih ini kini kenal
dengan istilah chauvinisme, merasa bangsanya lebih daripada bangsa lain, dan
pandangan ini yang akhirnya menjadi pembenaran bangsa Jepang akan perlakuan
kejam terhadap bangsa lain dibawah kekuasaannya termasuk negara kita Indonesia
yang dianggap bangsa kelas dua. Motivasi penjajahan masif ini juga didukung fakta
bahwa Jerman, Jepang, dan Italia terlambat dalam melakukan penjajahan ketimbang
bangsa lain seperti Inggris, Prancis, Portugal, Belanda, dan beberapa kekuatan lama
lainnya, yang sudah lebih dulu mengklaim wil;ayah-wilayah di dunia sebagai milik
mereka, seperti Belanda terhadap Indonesia (saat itu Hindia Timur), Inggris atas
India(kemaharajaan India), Portugal dan Spanyol di Amerika Selatan, dan negara-
negara Eropa lainnya yang sudah memiliki jajahan di Asia dan Afrika, sehingga
merasa bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan wilayah jajahan dan
memperkuat pengaruh mereka di panggung politik dunia adalah dengan menyerang
kekuatan-kekuatan lama ini, yang saat itu tergabung dalam pasukan sekutu.
Paham Asia Timur Raya, dan Jepang sebagai pemimpinnya, nasionalisme
Jepang, dan gerakan pan-Asia (pan=seluruh) menjadi motivasi invasi Jepang ke
Asia. Jepang melakukan pembenaran dengan propaganda 3A, Jepang Cahaya Asia,
Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Pemimpin Asia. Jepang membenarkan tindakan
invasi sepihak mereka dengan merasa datang sebagai pembebas Asia dari hegemoni
dan dominasi Barat di Asia. Seperti invasi Jerpang ke Manchuria (China Utara) dan
China daratan (Dinasti Qing), Jepang merasa bangsa China yang selama ini
dianggap sebagai nenek moyang bangsa Jepang telah menjadi lemah, dan
memalukan, dengan kegagalan Dinasti Qing mempertahankan kedaulatan negaranya
dan harga diri negaranya di hadapan bangsa Barat. Memang kondisi negara
Tiongkok saat itu sedang lemah dan menjadi bulan-bulanan bangsa barat. Perasaan
itu lama kelamaan menjadi perasaan benci, dan terjadilah pembantaian Nanking saat
invasi Jepang ke Tiongkok.
Perlakuan Jepang ke Tiongkok ternyata senada dengan poerlakuannya ke
jajahannya yang lain. Juga ke tentara sekutu yang tertangkap menjadi tawanan
perang. Sikap Jepang yang begitu bangga (prideful,honor) membuat mereka
memandang bangsa lain, yang menyerah ketika kalah, berbandiung terbalik dengan
konsep seppuku yang mereka terapkan. Jepamg dengan berbagai kemenangannya
semakin sombong dan semakin memandang rendah bangsa lain. Lemahnya bangsa
Asia saat itu juga menjadi alasan pesatnya invasi Jepang ke Asia Timur. Dalam
kurun waktu relatif singkat Jepang dengan pesat menyapu bersih Asia Timur dari
kekuatan Barat.
Kekuatan Barat di Asia yang kala itu membentuk koalisi A,B,D,A (Amerika,
Inggris, Belanda, dan Australia) gagal membendung kekuatan Pasukan Jepang.
Bangsa Eropa yang selama ini merasa kekuatannya tidak tertandingi, lamngsung
dengan cepat dikalahkan tentara kekaisaran Jepang. Dari Tiongkok, Korea,
Myanmar, Indochina (Vietnam, Laos dan Kamboja) hingga Hindia Timur (Indonesia
saat ini) disapu bersih dari kekuatan Barat. Dan tahun 1942 menjadi tahun puncak
kekuasaan Kekaisaran Jepang atas Asia Timur.
Tibanya Pasukan Jepang ke Indonesia, ditandai beberapa peristiwa penting
seperti pendaratan pertama tentara JEpang ke Jawa, yang saat itu adalah pusat
kekuatan Belanda. Pertempuran Laut Jawa yang mengakibatkan tewasnya Admiral
Laut Karel Doormann, yang merupakan Laksamana Angkatan Laut Belanda yang
juga pimpinan pasukan ABDA. Kedatangan Jepang yang begitu cepat dan
mengejutkan menggemparkan Asia, dan awalnya disambut baik oleh para kaum
nasionalis Indonesia.
Namun pasca kekalahan beruntun pasukan Jepang mulai dari pertempuran
Midway, Jepang semakin tertekan dengan kekuatan pasukan Amerika di Pasifik dan
Asia Timur, yang ternyata masih bukan tandingan kekaisaran Jepang. Satu-persatu
kejayaan Jepang huilang, dan dalam posisi semakin tertekan, sikap umum
kekaisaran Jepang semakin keras ke jajahannya untuk membantu kekuatan perang
Jepang. Sejumlah hal buruk diterapkan sperti romusha(kerja paksa), jugun
ianfu(wanita penghibur), dan paramiliter pembantu tentara Jepang seperti PETA.
Semua dilakukan atas nama propaganda demi mengalahkan bangsa Barat yang
mulai kembali memenangkan peperangan.

b. Kondisi Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan Jepangg

Seperti yang telah dijelaskan di subbab sebelummnya, awalnya Bangsa


Indonesia menyambut positif kedatangan tentara Kekaisaran Jepang ke Indonesia.
Setelah lama dijajah bangsa Barat, untuk pertama kalinya bangsa Indonesia seperti
melihat saudaranya datang untuk membebaskan Indonesia. Namun ternata sikap
Jepang ke Indonesia tidak kalah kejam dengan Belanda. Bahkan menurut beberapa
sumber, relatif lebih kejam. Apalagi di awal 1920 an pemerintah Belanda mulai
menerapkan politik etis, sehingga ketika Jepang tiba, perlakuan Jepang semakin
membuat sengsara masyarakat Indonesia. Dapat dicatat juga bahwa Tindakan
Jepang ke warga Belanda di Indonesia juga kejam dan menempatkan mereka di
kamp konsentrasi. Hal ini berpengaruh besar karena itu hingga kini dapat kita lihat
betapa sedikitnya populasi orang keturunan Belanda di Indonesia.
Masa pendudukan Jepang berlangsung singkat, namun ternyata memberikan
bekas yang mendalam bagi bangsa kita. Masa pendudkan Jepang yang kejam
membuat kesadaran nasional di Indonesia meningkat, dan keinginan merdeka
semakin kuat. Apalagi di akhir masa pendudukan Jepang, Jepang seolah mulai
berbalik arah mendukung kemerdekaan Indonesia, meski dengan tujuan tersembunyi
, yaitu agar bangsa Indonesia mau membantu usaha perang Jepang melawan Sekutu.
Dalam usahanya mendapatkan kembali hati bangsa Indonesia di akhir masa
perang Dunia II, Jepang menjannjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dan
mendirikan dua kongres untuk persiapan kemerdekaan (BPUPKI dan PPKI) dan
kedua organisasi ini membantu menjadi awal peletakan dasar negara Indonesia saat
ini. Tokoh-tokoh bangsa dapat berkumpul dan memberikan gagasan, bagaimana
seharuisnya bentuk negara ini, nilai apa yang dianut, dasar negara apa yang dapat
digunakan dan sebagainya. Pendudukan Jepang dibalik kejamnya, menjadi katalis
kemerdekaan Indonesia, hingga akhirnya saat Jepang kalah perang Dunia II setelah
peristiwa Hiroshuima dan Nagasaki, Indonesia berhasil memerdekakan dirinya.

c. Pendidikan Indonesia di Masa Pendudukan Belanda dan Jepang

Selain kondisi buruk yang telah ditulis di atas, saya menyorot bahwa dalam
bidang pendidikan, di bawah pendudukan Jepang, mandapat kemunduran ketimbang
era Belanda. Meski di era Belanda awalnya pendidikan juga menjadi hal yang
sangat terlarang bagi kaum bumiputera, demi mencegah perlawanan terhadap
hegemoni Belanda, namun mulai 1920 sebenarnya Belanda mulai membangun
infrastruktur pendidikan yang cukup baik, dan melalui politik etisnya mulai
mengizinkan golongan tertentu dari bumiputera untuk mengenyam pendidikan.
Sebut saja STOVIA (sekolah dokter Jawa) yang menjadi tempat lahirnya banyak
topkoh pergerakan Nasional seperti Boedi Utomo, Sekolah Tinggi Teknik di
Bandung (Technische Hoogeschool te Bandoeng)yang menjadi tempat Ir. Soekarno
menempuh sekolah tinggi, dan menjadi cikal bakal ITB Bandung.
Belanda yang sudah lebih lama menjajah Indonesia sudah membangun banyak
fasilitas pendidikan mumpuni, meski tidak bisa dinikmati seluruh golongan terutama
bumiputera. Namun pada era pendudukan Jepang, banyak dari fasilitas pendidikan
ini diambil alih Jepang dan dirampingkan, sebagian dialihfungskikan demi
kepentingan Jepang di Indonesia. Hal ini mengakibatkan penurunan pendidikan
Indonesia di era Jepang. Kurikulum yang diajarkan pun sarat propaganda untuk
membantu usaha memenangkan perang Jepang melawan sekutu.

Hal ini berbanding terbalik dengan latar belakan restorasi Meiji yang telah saya
tulis seblumnya yang diterapkan Jepang yang menitikberatkan pada pendidikan. Ini
menjadi salah satu bukti niat Jerpang bukan untuk memajukan Indonesia, namun
untuk kepentingan memenangkan perang melawan sekutu. Orang muda Indonesia
dipandang sebagai tenaga kerja untuk mendukung industri perang Jepang, dan orang
berpendidikan tidak begitu dibutuhkan, karena dianggap dapat mengancam posis
Jepang di Indonesia. Jepang juga lebih banyak berfokus pada organisasi buruh dan
paramiliter sehingga membantu Jepang dalam usaha perangnya di Asia Timur dan
Pasifik.

Menurunnya kualitas pendidikan juga terlihat pada pendidikan Tinggi yang jauh
menurun kertimnbang era Belanda. Sejumlah fasilitas pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan diambil alih Tentara Jepang guna kepentingan
perang, seperti Pasteur Institute di Bandung, yang semakin difokuskan untuk
pengembangan obat malaria bagi tentara Jepang. Organisasi yang tidak sejalan
dengan tujuan Jepang juga ditekan habis selama era Jepang di Indonesia, dan tokoh
Nasional hanya diizinkan bergerak di bawah koridor yang disediakan Jepang seperti
PETA, Heiho, Seinendan, dan Keibodan.

Pendidikan merupakan hal yang penting untuk suatu bangsa menentukann


nasibnya sendiri, seperti keberhasilan restorasi Meiji di Jepang, dan Jepang sadar
akan hal ini.

Anda mungkin juga menyukai