Anda di halaman 1dari 17

Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut

Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

BAB 3 SAMBUNGAN DENGAN


BAUT

3.1 Pendahuluan

Komponen-komponen stuktur baja harus disambung dengan suatu alat penyambung.

Alat alat penyambung pada struktur baja

1. Paku keling (rivet)


2. Baut (bolt)
3. Las (weld)

Paku keling (rivets)


Dimasa yang lalu paku keling merupakan alat penyambung yang banyak digunakan, tetapi
sekarang tidak lagi digunakan. Paku keling dibentuk dari batang baja silindris yang salah
satu ujungnya mempunyai kepala. Mula mula batang tersebut dipanaskan sampai
membara, kemudian dimasukkan kedalam lubang yang telah disiapkan (seperti pada
baut) dan kemudian pada ujung yang satu lagi dipasang sebuah cetakan dan dipukul
sehingga terbentuk kepala baru. Akibat pemukulan tersebut, lubang paku keling terisi
penuh dengan batang paku keling.

Sebab-sebab tidak digunakannya paku keling pada masa sekarang ini.


1. Pekerjaan ini membutuhkan empat orang yang terlatih untuk mengerjakannya
sedangkan untuk high strength bolt tidak memerlukan ketrampilan yang tinggi
untuk memasangnya.
2. Pemeriksaan sulit
3. Pemotongan dan penggantian paku keling yang jelek memerlukan biaya yang
mahal.

Syarat kekuatan sambungan, dengan metode LRFD dinyatakan sebagai berikut.

R u ≤ φR n 3.1

Dimana R u adalah gaya yang bekerja pada sambungan akibat beban kombinasi, R n
adalah kekuatan nominal sambungan.

Alat Penyambung Baut

Tipe tipe Baut

Ada dua tipe baut

1. Unfinished bolt. Juga disebut ordinary atau common bolt.

18
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

2. High strength bolt

Unfinished bolt
Unfinished bolt adalah baut yang terbuat dari baja carbon rendah. Juga disebut common
bolt atau ordinary bolt. Di USA ordinary bolt klasifikasi ASTM A307. Dibuat dari carbon
steel dengan karakteristik serupa dengan baja A36. Harganya paling murah, tetapi hal ini
tidak berarti harga sambungan yang dibuat dengan unfinished bolt merupakan
sambungan dengan harga yang paling murah. Kekuatan unfinished bolt ditentukan oleh
kekuatan geser batang baut atau kekuatan tumpu.

High strength bolt


Adalah baut dengan mutu baja yang tinggi. Dalam penggunaan dapat dibedakan menjadi,
1. Snug tight bolt, yaitu bila dikencangkan dengan kondisi snugtight, yaitu
dikencangkan dengan kunci biasa dan menggunakan kekuatan manual. Snug tight
bolt digunakan bila persyaratan untuk pretension bolt dan slip critical bolt tidak
disyaratkan.
2. Pretensioned joint. Baut dikencangkan sampai mencapai kira kira 70 % minimum
tensile strength. Pretensioned joint diperlukan pada sambungan untuk
sambungan yang mengalami beban bolak balik dimana beban rencana penuh atau
hampir penuh dikerjakan pada satu arah dan kemudian beban penuh atau hampir
penuh dikerjakan diarah sebaliknya. Hal ini terjadi pada beban gempa. Sambungan
pretensioned juga diperlukan untuk kondisi dimana terjadi masalah kelelahan
(fatigue) dimana tidak ada pembalikan arah beban. Sambungan pretension dapat
digunakan bila ketahanan terhadap slip tidak disyaratkan.
3. Slip critical connection. Cara pengencangannya sama dengan pretensioned yaitu
mencapai 70 % minimum tensile strength. Tetapi ada suatu treatment untuk
permukaan kontaknya. Slip critical connection digunakan bila ada gaya geser atau
kombinasi geser dan tarik. Tetapi kalau masalahnya hanya beban tarik, tidak
digunakan slip critical connection. Juga digunakan untuk oversized hole atau
o o
slotted hole dengan beban tegak lurus slot (yaitu antara 80 sampai dengan 100
terhadap arah slot)

Ada dua tipe high strength bolt


1. High strength bolt dengan klasifikasi ASTM A325
2. High strength bolt dengan klasifikasi ASTM A490

Baut A325 dan A490 ada tiga tipe: tipe 1, tipe 2 dan tipe 3.
Tipe 1 A325 terbuat dari medium carbon steel.
Tipe 1 A490 terbuat dari alloy steel
Tipe 2 untuk A325 dan A490 dari low carbon martensite steel, digunakan sebagai
alternatif dari tipe 1 pada aplikasi temperatur atmosfer. Bila temperatur operasi diatas
atmosfer, mutlak harus pakai tipe 1.
Tipe 3 untuk A325 dan A490 bersifat tahan korosi, digunakan untuk aplikasi di tempat
terbuka.

19
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Dalam bab ini akan dibahas prinsip prinsip menghitung kekuatan sambungan dengan
alat penyambung baut.

3.2 SAMBUNGAN BAUT

Ragam kegagalan
Kegagalan pada sambungan baut tipe tumpu ada beberapa ragam.
1. Kegagalan karena geser pada baut.
2. Kegagalan geser pada pelat yang disambung
3. Kegagalan tumpu pada baut.
4. Kegagalan tumpu pada pelat
5. Kegagalan tarik pada baut
6. Kegagalan tarik pada pelat.
7. Kegagalan lentur pada baut

Gambar 3.1 Ragam kegagalan pada sambungan baut


(dikutib dari Salmon and Johnson)

20
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Tabel kekuatan baut (dikutib dari table 4.4.1 Salmon)

ASTM Bolt Proof load, Proof load, Minimum


Diameter length yield strength tensile
measurement method, ksi strength, ksi
method, ksi (MPa) (MPa)
(MPa)
A307, low carbon 0,25 s/d 4 - - 60 (420)
steel Grades A and B (6,35 –
104)
A325, high strength 0,5 – 1 85 (585) 92 (635) 120 (825)
steel tipe 1,2,3 (12,7-
Tipe 1,2,3 25,4) 74 (510) 81 (560) 105 (725)
1,125-1,5
(28,6-
38,1)
A449 , quenched and 0,25 to 1 85 (585) 92 (635) 120 (825)
tempered steel. (6.35 to
(AISC permits use 25.4)
only for bolt larger 1,125 to 74 (510) 81 (560) 105 (725)
than 1,5 in and for 1,5 (28.6
threaded rods and to 38.1)
anchor bolts 1,75 to 3 55 (380) 58 (400) 90 (620)
(44.45 to
76.2)

A490, quenched and 0,5 to 1,5 120 (825) 130 (895) 150 (1035)
tempered aloy steel (12.7 to
38.1)

3.3 Jarak antar baut minimum


2
Menurut AISC artikel J3.3, jarak minimum antar baut adalah 2 diameter nominal baut.
3
Persyaratan ini tidak berkaitan dengan kekuatan baut, melainkan untuk kepentingan
pelaksanaan, diperlukan ruang yang cukup untuk kunci baut. Tetapi biasanya diambil 3
kali diameter baut.

21
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

3.4 Jarak tepi minimum (Minimum edge distance)


Jarak dari suatu pusat baut ke tepi terdekat pelat yang disambung dapat dilihat pada
tabel J3-4 AISC.

Edge distance (jarak tepi) sebagaimana ditunjukkan pada tabel J3-4 tidak didasarkan
pada kekuatan tetapi pada standard fabrikasi dan pengerjaan.

Jarak tepi minimum untuk oversize dan slotted hole adalah sama dengan jarak tepi
minimum untuk standard hole ditambah suatu nilai pertambahan C 2 sebagaimana
ditunjukkan dalam tabel J3-5 AISC.

3.5 Jarak antar baut maksimum :

Untuk sambungan yang di cat atau tidak dicat ditempat yang tidak korosif maksimum
jarak baut adalah 24 x tebal pelat terkecil atau 305 mm

Untuk sambungan yang tidak dicat ditempat yang korosif (terbuka) jarak antar baut tidak
boleh lebih besar dari 14 kali diameter atau 180 mm

Jarak maksimum dari pusat baut ke tepi terdekat adalah 12 kali ketebalan pelat yang
disam-bung tetapi tidak boleh lebih besar dari 150 mm.

Jarak maksimum antar baut ini diambil untuk mencegah korosi yang diakibatkan oleh
masuknya kelembaban diantara dua bagian yang disambung.

3.6 Ukuran lubang baut


Ukuran lubang baut dibedakan menjadi standard size, oversized, short slotted dan long
slotted. Ukurannya disyaratkan dalam tabel J3.3 AISC
Standard size berukuran 2 mm lebih besar dari diameter baut.
Oversized berukuran 4 mm lebih besar dari diameter.
Short slotted lubangnya dibuat memanjang dengan ukuran seperti tercantum pada tabel
Long slotted hole ukurannya dibuat memanjang dengan ukuran seperti tercantum pada
tabel.
Ukuran tersebut dibuat lebih besar untuk keperluan pelaksanaan.

22
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Dikutib dari AISC 2010

23
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Dikutib dari AISC 2010

24
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

TABLE J3.5M
Values of Edge Distance Increment C2, mm

Oversized Slotted Holes


Nominal
Holes
Diameter of Long Axis Perpendicular to Edge Long Axis
Fastener, Parallel to Edge
mm Short Slots Long Slots[a]

≤ 22 2 3 0.75d 0

24 3 3

≥ 27 3 5
[a]
When length of slot is less than maximum allowable (see Table J3.3M), C2 is permitted to be reduced by
one-half the difference between the maximum and actual slot lengths.

3.7 Kekuatan Baut

3.7.1 Tensile strength baut

R n = Fub A n 3.2

dimana : Fub adalah tensile strength dari material baut dan A n luas penampang yang
melalui bagian yang ada thread. Rasio luas penampang yang ada thread dibanding luas
bruto bervariasi antara 0,75 sampai dengan 0,79. Bila dimyatakan dalam luas gross,
tensile strength baut adalah,

R n = Fub (0,75 A b ) 3.3

Koefisien reduksi untuk tension adalah 0,75

25
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

3.7.2 Shear strength baut

Kekuatan geser sambungan baut ditentukan oleh kuat geser material baut, luas
penampang baut dan banyaknya bidang geser. Banyaknya bidang geser
diilustrasikan pada Gambar 3.

(a)

(b)

Gambar 3.2 (a) Baut berpotongan tunggal


(b) Baut berpotongan dobel

Luas penampang yang dilalui bidang geser ditentukan oleh diameter baut dan apakah
potongannya melalui thread atau tidak. Dari hasil eksperimen, kuat geser material baut
adalah 0,62 kali kuat tariknya.

Bila bidang geser tidak melalui thread,

Kekuatan geser sambungan satu baut bila bidang geser tidak melalui thread adalah,

R n = m A b τ u = m A b (0,62 Fub )

Besaran m adalah banyaknya potongan. Untuk sambungan berpotongan tunggal m=1


dan sambungan berpotongan dobel m=2. A b adalah luas nominal baut.
Karena kekuatan geser baut pada sambungan yang terdiri dari beberapa baut lebih kecil
dari jumlah masing masing kekuatan baut, dan sampai dengan panjang sambungan 100
cm (50 inci) penurunan kekuatan berkisar antara 20 % maka kekuatan nominal baut
diambil 80% dari persamaan diatas.

R n = 0,8 m A b (0,62 Fub )

Didapat (dengan pembulatan),

R n = 0,5 Fub m A b 3.4

26
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Bila bidang geser melalui thread

Secara rata rata, luas penampang bidang yang melalui thread kurang lebih adalah 75%
luas penampang nominal. Maka kekuata geser satu baut adalah,

R n = reduksi karena panjang sambungan x (0,62 Fu ) m 0,75 A b

R n = 0,8 0,62 Fub m 0,75 A b = 0,372 Fub m A b

dibulatkan menjadi,

R n = 0,4 Fub m A b 3.5

Koefisien reduksi untuk geser adalah φ = 0,75 (LRFD)

Dalam Tabel J3.2 AISC dicantumkan tegangan geser nominal baut. Dalam table tersebut,
tegangan geser nominal untuk tarik adalah 0,75 kuat tarik (yaitu memperhitungkan
penguranglan luas penampang akibat thread. Dan tegangan geser nominal adalah 0,4
kali kuat tarik. Jadi Tabel tersebut menganggap bidang geser melalui thread.
Bila digunakan table tersebut maka kuat Tarik dan kuat geser adalah luas penampang
kali tegangan nominalnya.

27
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Dikutib dari AISC Spec 2010

3.7.3 Bearing strength pada lubang baut menurut AISC 2010

Bearing strength (kuat tumpu) baut ditentukan oleh dua hal :

1. Deformasi disekeliling baut


2. Shear tear out failure

Shear tear out failure diperlihatkan pada gambar 3.3

28
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Lc
Gambar 3.3 Bidang geser untuk shear tear out sambungan baut

a. Bila deformasi lubang baut disyaratkan kurang dari 0,25 in

R n = 1,2 Lc t Fu ≤ 2,4 d t Fu (AISC J3-6a) 3.6

1,2 Lc t Fu adalah untuk mencegah tear out (sobek); 2,4 d t Fu untuk mencegah agar
deformasi pada lubang baut tidak lebih dari 0,25 in. Bila baut mengalami gaya lebih
besar dari 2,4 d t Fu maka deformasi disekitar lubang baut akan lebih besar dari 0,25 in.

Koefisien 1,2 dapat diturunkan sebagai berikut.

Kekuatan pada bidang geser adalah,

R n = 2 Lc t τu

R n = 2 L c t 0,6 Fu

R n = 1,2 L c t Fu

Kalau dikehendaki tidak tejadi tear out maka harus,

1,2 Lc t Fu ≥ 2,4 d t Fu

Lc ≥ 2 d

Untuk baut tepi

Le ≥ 2,5 d

Untuk bukan baut tepi, jarak antar baut

29
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Le ≥ 3 d

Maka jarak antar baut biasanya diambil minimum 3 d.

b. Bila deformasi lubang baut tidak ditinjau

R n = 1,5 Lc t Fu ≤ 3 d t Fu (AISC Pers. J3-6b) 3.7

c. Baut dengan long slotted hole dengan slot tegak lurus bekerjanya gaya,

R n = 1,0 Lc t Fu ≤ 2,0 d t Fu (AISC Pers. J3-6c) 3.8

dimana,

Lc adalah jarak bersih pusat baut ke tepi lubang baut diarah gaya. Bila persamaan
tersebut diterapkan pada baut tengah maka Lc adalah jarak bersih antar baut.

Lc

Gambar 3.4. Jarak bersih antar baut

Perlu diperhatikan oversized hole tidak dapat digunakan untuk sambungan tipe tumpu.
Short dan long slotted hole dapat digunakan untuk sambungan baut tipe tumpu bila
gaya yang bekerja tegak lurus slot (persamaan diatas dapat digunakan untuk slotted
hole).

Gambar 3.5. Beban tegak lurus sloted hole

30
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Contoh 3.1: Baut yang memikul tegangan geser.

Pu = 200000 Newton
30 mm
50mm
50 mm
30 mm

Gambar 3.6. Gambar sambungan untuk Contoh 3.1

Tebal pelat 8 mm
Tebal pelat penyambung 8 mm
Tegangan leleh pelat dan pelat penyambung 250 MPa.
Tensile strength pelat 410 MPa.
Baut yang digunakan adalah A325. Hitung berapa banyaknya baut yang diperlukan.

Jawab:
Misalkan digunakan baut diameter 16 mm. Jarak tepi 30 mm dan jarak antar baut 50
mm.

Kekuatan geser baut. Baut berpotongan dua. Anggap bidang geser melalui thread.

Fub = 825 MPa (dari tabel catatan kuliah)


Diameter baut 16 mm, luas penampang baut,
1 1
Ab = 4 π d2b = 2 π 162 = 201 mm2

31
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

Kuat geser baut.


φR n = 0,75 m 0,4 A b Fub
φR n = 0,75 2 0,4 201 825 = 99525 Newton

Kuat tumpu baut.


Diameter lubang = 16 + 2 = 18 mm

Baut tepi.
Karena pelat yang disambung ada dua maka tebalnya 2 x 8 mm = 1,6 mm. Pelat buhul
hanya satu jadi tebal pelat hanya 8 mm. Maka yang menentukan adalah pelat buhul
dengan tebal 8mm.

φR n = 0,75 1,2 (30 - 9) 0,8 410 = 61992 Newton

Syarat deformasi lubang baut,


φR n = 0,75 2,4 16 8 410 = 94464Kg
Yang menentukan adalah φ R n = 61992Kg

Untuk baut tengah Jarak bersih adalah 50 – diameter lubang = 32 mm

Syarat tear-out,

φR n = 0,75 1,2 32 8 410 = 94464 Kg

Syarat deformasi,

φR n = 0,75 2,4 16 8 410 = 94464Kg

Jadi yang menentukan adalah 8525 Kg.

Dipasang tiga baut dengan design strength,

φR n = 61992 + 2 94464 = 250920 Newton  200000 Newton jadi OK.

Catatan:
Untuk selanjutnya, bila jarak antar baut lebihj besar atau sama dengan 3d, maka tidak
perlu dicek syarat shear tear-out karena sudah pasti syarat deformasi akan lebih kecil.
Bila jarak tepi lebih besar atau sama dengan 2,5d, juga tidak perlu dicek syarat shear
tear out karena pasti lebih kecil atau sama dengan syarat deformasi.

Contoh 3.2:

32
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

3
α = arctg
4 B
A

Gambar 3.7. Struktur untuk Contoh 3.2

Tegangan leleh baja : Fy = 2400 Kg/cm 2


Ultimate tensile strength baja : Fu = 3700 Kg/cm 2
Baut A307, minimum tensile strength: 60 ksi = 4200 Kg/cm2
Tebal pelat BC dan pelat buhul (pelat penyambung) 6 mm
Beban P : Beban mati P = 6000 Kg
Beban hidup P = 4000 Kg

LRFD:
Kombinasi beban :

Beban ultimate :
Kombinasi 1 : Pu = 1,4 DL = 1,4 x 6000 = 8400 Kg
Kombinasi 2 : Pu = 1,2 DL + 1,6 LL
Pu = 1,2 x 6000 + 1,6 x 4000 = 13600 Kg

Gaya tarik batang tarik BC:

5
Su = x 13600 = 22666 Kg
3

Gunakan diameter baut 16 mm dengan jarak antar baut 50 mm untuk baut tengah jarak
tepi juga 50 mm.
π 1,6 2
Luas nominal penampang baut : A b = = 2 cm 2
4

Kekuatan geser baut


R ng = A b 0,5 Fub = 2 0,5 4200 = 4200 Kg
φR ng = 0,75x 4200 = 3150 kg

Kuat tumpu

33
Struktur Baja 1 Bab 3 Sambungan dengan Baut
Paulus Karta Wijaya 13 Agustus 2017

R nt = 2,4 d t Fu = 2,4 1,6 0,6 3700 = 8524 kg


φR nt = 0,75 8524 = 6393 Kg

Kekuatan geser lebih menentukan.

22666
Jumlah baut = n = = 7,1
3150

dipasang 8 baut.

50mm
50m

Gambar 3.8. Gambar posisi baut untuk contoh 3.2

Contoh 3.3
Sama dengan contoh 1, tetapi pelat penggantung (pelat BC) ada dua buah tebal 6 mm
dan tebal pelat penyambung juga 6 mm

Gambar 3.9. Baut berpotongan dobel untuk Contoh 3.3

Maka kekuatan geser baut:

R ng = 2 A b 0,5 Fub = 2 2 0,5 4200 = 8400 Kg


φR ng = 0,75 8400 = 6300 Kg
Yang menentukan tetap kuat geser. (Kuat tumpu 6393 Kg)

22666
Jumlah baut = n = = 3,6
6300

Pakai 4 baut

34

Anda mungkin juga menyukai