Jepang tumbuh menjadi sebuah negara industri dan kapitalis yang kuat. Di dalam
taraf permulaan hasil industri mereka masih menjadi ejekan karena mutunya yang
rendah dan harganya murah. Hasil industri Jepang belum mampu menyaingi hasil
industri Barat, tidak sanggup membuat mutunya sama tinggi dengan industri Barat
mereka tidak meminjam uang kepada negara lain, mereka menjual obligasi di luar
Jepang. Mutu industri yang jadi ejekan terus diperbaiki, sedikitnya dipergunakan
Setelah Jepang membuka diri dari isolasinya dari dunia luar dengan
30 juta jiwa dan sekitar tahun 1930 penduduk Jepang berjumlah 70 juta jiwa,
dengan kira-kira hanya 500 ribu orang Jepang yang tersebar di daerah-daerah
1
R. S Boender, op.cit, hlm 172
10
11
Tiongkok-Jepang yang terjadi pada 18942, modal yang ditanam berjumlah 308
juta yen, sedangkan pada tahun 1930 meningkat hampir seratus kali. 3 Modal
perdagangan.
struktur dalam masyarakatnya. Pada abad ke-20 timbul dalam masyarakat Jepang
suatu golongan baru, yaitu golongan bangsawan berdasarkan kekayaan modal dan
militer dan negara, timbul pula suatu organisasi atas dasar modal, perdagangan
ini, menyebabkan rakyat pada umumnya tidak menerima bagian yang setimpal
dari perindustrian. Taraf hidup rakyat masih rendah, juga disebabkan karena
perkembangan industri yang demikian cepat. Hal ini dapat dikatakan sebagai
Tujuannya adalah mencari pasar-pasar baru untuk hasil industrinya. Disamping itu,
Jepang sendiri adalah negara yang miskin akan bahan-bahan mentah dan
penduduk Jepang meningkat serta sumber daya alam tak mampu mengimbangi
2
Irish Chang, The Rape of Nanking: Holocaust yang Terlupakan Dari Sejarah Perang Dunia Kedua
(terj), (Yogyakarta, NARASI, 2009), hlm 28
3
Peter Kasenda, op.cit, hlm 13
4
Ibid, hlm 16
12
Jepang. Pada tahun 1923 terjadi gempa di Kanto, termasuk kota Tokyo. Di Tahun
1927 krisis keuangan mengakibatkan bank-bank mulai gulung tikar. Dua tahun
kemudian, terjadi kerugian besar di pasar bursa efek di Amerika Serikat yang
Amerika ini mempengaruhi ekspor bahan dan kain sutra Jepang.5 Akibatnya
mulai timbul banyak konflik antara tuan tanah dan petani atau pengusaha dan
buruh.
Namun di balik itu, depresi ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika
Serikat malah menguntungkan pihak Jepang. Eropa yang semula merupakan pusat
pada saat itu mulai kebanjiran produk industri yang diakibatkan oleh gerakan
golongan militer sebagai satu-satunya golongan yang tidak korup, didorong untuk
kalangan petani menengah atau dari klen samurai yang jatuh miskin. Golongan ini
dalam kabinet. Selain itu juga menteri-menteri yang memiliki hubungan langsung
pertama dari politik ini adalah Manchuria, yang status internasionalnya pada
waktu itu dapat diragukan, karena Manchuria pada waktu itu dikuasai oleh Chang
mencoba menduduki Manchuria dan hal ini terlaksana pada akhir 1932.7 Ketika
keluar dari organisasi tersebut. Pada tahun 1937 sekali lagi Jepang menyerang
Cina secara brutal. Perbuatan ini dijuluki sebagai The Rape of Nanking. Sebanyak
20.000 pria dewasa dan anak-anak dijadikan sasaran latihan tembak atau bayonet,
dan 20.000 wanita tua atau muda diperkosa dulu sebelum dibunuh. Jepang tidak
Serikat mulai naik pitam terhadap tindakan Jepang tersebut dan mulai bertindak
tegas dengan membekukan semua harta benda Jepang di Amerika dan melakukan
embargo minyak. Bisa dikatakan tindakan Amerika ini sudah sangat terlambat.
6
Irish Chang, op.cit, hlm 35
7
Ong Hok Ham, Runtuhnya Hindia Belanda, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm 13
8
R.S Boender, op.cit, hlm. 11
14
Persiapan perang Jepang untuk berbaris ke Selatan sudah sangat jauh, sudah
sangat matang.
bahan baku industri terutama minyak. Minyak yang merupakan “sumber dari
segala sumber”, tentu saja memiliki makna yang sangat besar bagi Jepang.
Tidaklah terlalu dibesarbesarkan kalau dikatakan Perang Asia Timur Raya itu
dimulai dari minyak dan kalah dengan minyak.9 Bisa dikatakan perhatian
Angkatan Darat yang lebih memilih wilayah Utara yaitu daratan Tiongkok dan
semenanjung Korea.
wilayah vital bagi Jepang sehingga sangatlah wajar jika Angkatan Laut menaruh
perhatian besar terhadap wilayah Selatan, khususnya Indonesia. Hal ini ditinjau
dari melimpahnya sumber alam terutama minyak, pasar perdagangan yang sangat
dengan masalah penduduk yang pada saat itu menjadi masalah utama
pemerintahan Jepang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dihimbau kepada
9
Ken’ichi Goto, Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia (terj), (Jakarta:Yayasan Obor
Indonesia, 1998), hlm 3
15
ikan di atas pohon. Hasil penelitian menghimbau kepada Angkatan Darat Jepang
agar “Putarlah arah mata angin kita, lihatlah negeri Selatan! Disana terhampar
tanah yang luas tanpa dikembangkan. Tanah itu menyimpan sumber alam yang
sangat kaya dan tak terhingga banyaknya, dan sedang menunggu kita untuk
bentuk yang lebih konkret sebagai berikut: (1) Keperluan sumber alam Jepang
menggabungkan modal dan teknologi Jepang dengan tenaga kerja orang Cina dan
orang asli setempat. (2) Penduduk kita yang terlalu banyak itu dipindahkan ke
Australia dan Selandia Baru. (3) Mendidik orang-orang asli yang masih primitif
untuk menjadi konsumen kuat barang buatan kita. (4) Kekuatan dan kekuatan
Negara Kekaisaran harus jauh melampaui Inggris dan Amerika Serikat dengan
menjalin hubungan secara erat antara Angkatan Laut dan satuan kapal dagang
Negara Kekaisaran yang sedang berlayar di luar negeri dengan pemerintah Negara
Namun, di dalam tubuh Angkatan Laut sendiri terdapat pihak yang setuju
dan yang tidak setuju. Salah satu pihak yang setuju atas pentingnya ekspansi ke
merupakan bahan keperluan militer yang terbukti sangat penting dalam Perang
Inukai Tsuyoshi (1932) dan Perdana Menteri Jepang Saito Makoto (1936) serta
tujuh Tokoh Masyarakat Jepang, dibunuh oleh militer Jepang pada tahun 1930-
Selatan, tidak dipedulikan oleh kaum militer pada saat itu dan pada akhirnya
Telah dikatakan di awal, bahwa tujuan utama dari kaum militer yang
berkuasa semenjak tahun 1930-an itu ialah ekspansi ekonomi dan politik. Sebagai
persiapan untuk tujuan ini mereka perlu mengekang rakyat dengan jalan
memupuk nilai moral dan tradisi-tradisi kebudayaan yang cocok bagi kaum
militer seperti mereka. Rakyat perlu dikekang untuk mendapatkan loyalitas dan
pengabdian terhadap mereka. Loyalitas dan pengabdian rakyat itu perlu dilakukan,
ekspansi.
lain bukan merupakan suatu hal yang baru. Anggapan sebagai “bangsa terpilih”
suci” dari Jepang. Tugas suci ini adalah untuk menaklukkan dan sekaligus untuk
menguasai negara lain. Bahkan lebih kurang dua ribu enam ratus tahun yang lalu
kaisar Jepang pertama, Djimmu Tenno, disebut sebagai raja pemberi “Sabda Suci”
Hakko Ichiu, yang bertujuan menguasai delapan penjuru mata angin di bawah
12
Film dokumenter BBC, Horror in the East: Episode 2, menit ke-14.05. Lihat Juga Irish Chang,
op.cit, hlm 34.
17
panji-panji Dai Nippon.13 Filsafat Hakko Ichiu merupakan ajaran tentang kesatuan
keluarga umat manusia. Jepang sebagai negara yang telah maju, mempunyai
wilayah Indonesia.
ketergantungan Amerika Serikat dan Inggris akan sumber alam terutama minyak
dan juga untuk meneruskan perang di Tiongkok. Namun, untuk mulai berperang
juga diperlukan sebuah ideologi untuk meyakinkan dunia internasional dan warga
Jepang sendiri. Kaum Militer pun membangun dasar-dasar nasional yang kokoh
bahwa Jepang adalah suatu “bangsa terpilih” untuk menyusun suatu dunia baru.
Tidak mengherankan bahwa kaum militer yang amat ambisius itu mencari nilai-
nilai moral dan tradisi-tradisi kebudayaan dalam sejarah Jepang. yang cocok untuk
kepada kepribadian bangsa sendiri. Mereka juga tidak suka terhadap kaum
“moga”, yaitu sebuah sebutan bagi dari “modern girl”, dan kaum “mobo” atau
kepada kebiasaan-kebiasaan dan cara berpikir meniru bangsa Barat, dianggap oleh
kaum militer dan ultranasionalis yang berkuasa sebagai sifat yang akan
13
M. A. Aziz, Japan’s Colonialism and Indonesia, (The Hague, M. Nijhoff, 1955), hlm. 3
18
menjadi rakyat dari Dewa Raja turunan Dewi Amaterasu o-Mikami yang suci.
sama bagi seluruh bangsa Jepang, yang dapat dihidupkan kembali sebagai
Tenno Heika merupakan titisan para Dewa, dan bagi siapapun yang berkorban
Sebagai penguasa yang berasal dan keturunan “Dewi yang Suci”, Kaisar
merupakan simbol yang kokoh dari kesatuan bangsa. Kedudukan Kaisar yang
zaman Tokugawa (1600 — 1868) dan dengan sadar dipelihara oleh negarawan-
remaja dengan pemujaan fanatik dan kepercayaan buta terhadap Kaisar Tenno
Heika atau Mikado (Gerbang Sorga), mereka menjamin loyalitas dan pengabdian
kekaisaran ini. Sejak tahun 1930-an para penguasa baru itu memberi tafsiran yang
lebih menjulang tinggi terhadap pribadi Kaisar, karena Kaisar adalah negara.
Bangsa Jepang sejak dulu memiliki perasaan arogan bahwa Jepang adalah
negara-negara Barat dan kesadaran Jepang sebagai anggota Asia sangat tipis.
14
Ibid, hlm 7
19
dan mengklaim dirinya sebagai pemimpin Asia. Mulai saat itulah muncul ide
bahwa Asia harus dipimpin atau dibina oleh bangsa Asia sendiri. Karena itu,
berkembang ide bahwa Asia harus direbut serta dikuasai bangsa Asia. Asia yang
dijajah oleh negara Barat harus dibebaskan dari belenggu. Saat itu Jepang sama
sekali tidak memikirkan nasib Korea dan Taiwan. Mungkin menurut mereka
penjajahan Taiwan dan Korea oleh Jepang tidak masalah karena yang menjajah
tertindas adalah tugas Jepang sebagai pemimpin Asia, tentu saja merupakan salah
satu ciri khas paling utama pandangan orang Jepang tentang Selatan. Secara
dari jajahan Barat. Padahal pada kenyataannya, ekspansi Jepang ke Selatan itu
15
Peter Kasenda, op.cit, hlm 14
16
Ken’ichi Goto, op.cit,hlm. 16
20
perang akhir tahun 1941. Tetapi, motivasi ideologi lebih besar daripada hanya
usaha untuk memperoleh minyak. Bulan Juli 1940, Kabinet Konoye yang
nantinya digantikan oleh kabinet perang di bawah pimpinan Jenderal Hideki Tojo
sudah mulai berhubungan dengan Jepang sejak akhir 1800-an, hubungan yang
dilakukan hanya sebatas hubungan dagang saja. Akan tetapi, tahun 1930-an pada
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar dengan jarak
yang cukup dekat dengan negara Jepang. Jepang mulai mengadakan studi untuk
mengetahui sejauh mana prospek situasi Lautan Selatan (Indonesia) bagi mereka.
Pada masa tersebut kebijakan politik Jepang terhadap Hindia Belanda secara
yang semula difokuskan pada hubungan dagang, mulai keluar dari jalurnya karena
17
Peter Kasenda, op.cit, hlm. 21
21
Indonesia. Peristiwa ini terus berkembang dan mejadi konflik yang serius.
Belanda merasa semakin was-was terhadap Jepang, dari yang mula-mula hanya
bersifat murni tentang ekonomi, lambat laun berubah menjadi bersifat politik dan
pada prinsipnya menganut politik luar negeri netral. Akan tetapi, seiring semakin
Selain itu, para tukang potret dari Jepang mulai memasuki Indonesia di
sudut-sudut yang terpencil. Dimana tidak ada banyak hasil ekonomis dari
18
Ong Hok Ham, op.cit. hlm 39
22
perjalanan di Hindia Belanda dan terutama basis Angkatan Laut Hindia Belanda
sekitar Perang Dunia I. Selain pemerintah Jepang, banyak badan tak resmi atau
Nanyo Veem, seorang ultra nasionalis yang agresif menjadi kaki tangan dari
ekspansi Jepang ini. Masyarakat Jepang sendiri sebelum tahun 1930 merupakan
masyarakat migran, yang tenteram dan baik. Namun sejak tahun 1933 jatuh di
Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang sering meninjau wilayah Indonesia
sebagai turis, atau sebagai pedagang. Kapten Laut Unawa misalnya, hampir secara
wilayah Indonesia, didampingi oleh agen-agen Jepang yang lain. Kira-kira ada
dua puluh empat perwira yang melancong sebagai turis ke wilayah Indonesia19
Orang Indonesia yang sudah dewasa di sekitar tahun 1940-an pasti ingat
ketika banyak sekali orang Jepang di Indonesia. Ada yang membuka toko potret,
toko mainan anak, toko tekstil dan banyak lagi. Bahkan ada orang Jepang yang
19
Ibid, hlm 40
23
menjadi tukang riba, dan tak segan pergi ke pelosok kampung menagih piutang.
hanya 100 meter dari benteng Belanda. Kantor ini kemudian ditingkat menjadi
dua, kemudian tiga, lalu empat. Setelah mencapai ketinggian yang diperlukan,
Pernah pula seorang pemilik toko orang Jepang yang dianggap orang aneh, ia
punya hobi memancing ikan di malam hari, tidak membawa pulang ikan ia tidak
peduli. Kesukaannya berdiam diri lama-lama di tepi danau atau pantai. Rupanya
hobi memancing ikan hanya dalih untuk menyelidiki kedalaman air dan jenis pasir
Malaysia tak banyak berbeda. Inggris dan Amerika tidak banyak melakukan
masuk ke Indonesia pada tahun 1937 dan merupakan salah seorang mata-mata
yang bekerja untuk Angkatan Laut Jepang. Ia adalah sarjana lulusan Universitas
Tokyo jurusan bahasa Jerman yang sangat tertarik dengan studi internasional,
20
Wawancara dengan Soedirmo, orang Indonesia yang turut dalam Perang Pasifik. Dalam R.S
Boender, hlm 14
24
yang pada saat itu masih di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.
lingkungannya sendiri, beberapa tokoh Jepang di duga juga turut campur dalam
diam antara pihak mata-mata Jepang dengan para nasionalis Indonesia meskipun
dengan jalan yang rumit dan sembunyi-sembunyi. Seperti kata Nishijima, “sangat
susah sekali bagi kami untuk menjalin hubungan dengan pihak seperti mereka.
Pemerintah Belanda sangat kuat dan keras. Tidak ada sama sekali kontak secara
langsung antara kami dengan kaum nasionalis. Namun demikian, kita dapat
21
Meta Sekar Puji Astuti,op.cit, hlm. 134
22
Ibid, hlm 135