DISUSUN OLEH:
KELAS:
XI-F6
SMA NEGERI I KABANJAHE
2022/2023
MISI IWAKURA
Jepang menerapkan politik Sakoku (isolasi negara) yang dilaksanakan pada tahun
1639. Namun pada tahun 1850, Jepang mendapat tekanan dari Barat. Utusan Presiden
Amerika Serikat yaitu Komodor Amerika Serikat Matthew C. Perry datang ke Jepang dan
memaksa untuk bekerja sama perihal perdagangan, Komodor Perry datang ke Jepang menaiki
kapal super besar yang dilengkapi persenjataan dan teknologi yang jauh lebih superior
dibandingkan milik Jepang saat itu. Kemudian disusul oleh Inggris, Perancis, Rusia dan
Belanda ingin mengajukan permintaan yang sama. Setelah peristiwa itu, terbuka mata Jepang
bahwa Jepang jauh terbelakang dibandingkan dengan negara negara Barat, baik dalam hal
infrastruktur, teknologi dan Sumber Daya Manusia.
Politik Sakoku yang dijalankan lebih dari 250 tahun, membawa ketersiangan bagi
Jepang dari negara lain. Akibatnya Jepang juga mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari
bangsa-bangsa Barat karena kekebalan politik warga Barat yang sedang berada di Jepang.
Jepang mulai berusaha untuk tumbuh menjadi negara modern. Reformasi Jepang pertama
muncul yang disebut Restorasi Meiji.
Misi Iwakura atau Kedutaan Besar Iwakura adalah pelayaran diplomatik Jepang ke
Amerika Serikat dan Eropa yang dilakukan antara tahun 1871 dan 1873 oleh negarawan dan
sarjana terkemuka pada periode Meiji. Misi ini bukan satu-satunya pada saat itu, tetapi Misi
Iwakura adalah yang paling terkenal dan mungkin paling signifikan dalam hal dampaknya
terhadap modernisasi Jepang setelah lama terisolasi dari Barat. Pemimpin Misi Iwakura
adalah Iwakura Tomomi.
1. Amerika Serikat
Pada 15 Januari 1872, Iwakura bersama rombongannya sampai di San Fransisco.
Mereka lantas bertolak menggunakan kereta api dan singgah di Chicago, sebelum akhirnya
tiba di Washington DC. Di Washington DC, Iwakura bertugas untuk melakukan negosiasi
mengenai perjanjian yang dibuat Jepang sebelumnya agar bisa lebih adil. Namun, negosiasi
tidak membuahkan hasil yang baik.
2. Eropa
Setelah menghabiskan waktu cukup lama mempelajari budaya di Britania Raya, pada
16 Desember 1872, Iwakura meninggalkan Inggris dan pergi ke Prancis. Dari Prancis,
Iwakura dan perwakilannya lanjut ke negara-negara Eropa lainnya, seperi Belgia, Belanda,
Rusia, Jerman, Prusia, Denmark, Swedia, Bavaria, Austria, Italia, dan Swiss. Begitu urusan
mereka selesai di Eropa, Iwakura kembali ke Jepang. Dalam perjalanan pulang, mereka
menyempatkan diri untuk singgah di Mesir, Aden, Ceylon, Singapura, Saigon, Hong
Kong ,dan Shanghai. Hingga mereka tiba di Jepang pada 13 September 1873.
Pada zaman Muromachi, Shugoshoku adalah nama jabatan yang diberikan kepada
kelas penguasa untuk menjaga wilayah feodal yang disebut Kuni (provinsi). Penguasa yang
menjabat Shugoshoku kemudian sering disebut sebagai Shugo Daimyo. Di zaman Sengoku,
dikenal penguasa wilayah feodal yang disebut Taishin. Selain itu dikenal juga samurai lokal
yang berperan dalam pembangunan daerah yang disebut Kokujin. Sengoku Daimyō
merupakan sebutan untuk daimyō yang menguasai lebih dari satu wilayah kekuasaan.
Daimyō berasal dari kata Daimyōshu (kepala keluarga terhormat) yang berarti orang
yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah. Di dalam masyarakat samurai di Jepang,
istilah daimyō digunakan untuk samurai yang memiliki hak atas tanah yang luas (tuan tanah)
dan memiliki banyak bushi sebagai pengikut. Dalam istilah ini, dai berarti “hebat” dan myo
berarti myōden yang berarti tanah pribadi. Mereka berada di bawah shōgun, dan secara
nominal berada di bawah kaisar dan kuge. Istilah daimyo terkadang juga mengacu pada tokoh
utama klan, yang biasa disebut “Tuan”. Daimyo biasa menyewa samurai untuk melindungi
tanah mereka. Era daimyo berakhir tak lama setelah dengan adopsi sistem balai kota pada
tahun 1871.
Pembagian Daimyo
Sebelum Tokugawa Ieyasu menjadi pemimpin Jepang pada tahun 1603, ada beberapa
istilah daimyo. Misalnya, shugo daimyo yang berkuasa di wilayah Kyoto dan sengoku
daimyo yang berhasil menyatukan berbagai daerah menjadi satu wilayah teritorialnya. Akan
tetapi, bayangan yang akan muncul di benak orang Jepang pada umumnya sekarang jika
mendengar istilah "daimyo" adalah pimpinan daerah yang memiliki pasukan militer
(termasuk pasukan non-perang) lebih dari 200 orang pada tahun 1603 ke atas.
Saat Tokugawa Ieyasu memimpin Jepang, daimyo dibagi menjadi 3 jenis. Keluarga
Tokugawa disebut Shinpan Daimyo, daimyo yang sudah sejak lama berkuasa disebut Fudai
Daimyo, dan orang yang belum lama menjadi daimyo disebut Tozama Daimyo. Wilayah
yang penting dipegang oleh shinpan daimyo atau fudai daimyo. Sedangkan tozama daimyo
ditempatkan di wilayah yang jauh dari ibu kota Jepang saat itu, yaitu Edo (Tokyo).
Sejak 1467 hingga 1600 di Jepang diwarnai dengan kisah perang para tuan tanah dari
golongan samurai (daimyo) yang berebut gelar panglima (shogun) dalam pemerintahan
militer (keshogunan). Dari sejarah daimyo, terdapat tiga tuan tanah (daimyo) yang terkemuka
dan dikenal sebagai pemersatu Jepang.
Oda Nobunaga adalah daimyo dari Owari, sebuah provinsi pesisir di Jepang bagian
tengah. Ia dikenal sebagai seorang samurai yang tak kenal ampun, terampil dalam
menggunakan metode penyerangan di medan perang. Pada 1543, saat Portugis masuk ke
Jepang, Nobunaga adalah salah satu samurai yang memiliki ketertarikan terhadap teknologi
yang dibawa dari barat. Dalam gejolak zaman feodal, ia telah beberapa kali bentrok dengan
para pihak biara Buddha dan prajurit biksu yang memiliki kekuatan politik besar.
Selain itu, ia bertarung dengan para daimyo terkenal lainnya pada masa itu, di
antaranya Uesugi Kenshin dari Echigo dan Takeda Shingen dari Kai. Nobunaga
memenangkan pertempuran yang paling menentukan di Nagashino pada 1575 dengan
menggunakan senapan. Ia mengalahkan putra Takeda Shingen, Katsuyori dan
menghancurkan klan Takeda, yang membuka jalan Nobunaga untuk mengambil alih wilayah.
Di puncak kekuasaannya Nobunaga berhasil menduduki ibu kota kekaisaran Kyoto, tetapi
dikhianati oleh salah satu jenderalnya, Akechi Mitsuhide. Lalu, ia dipaksa untuk bunuh diri di
kuil Honno-ji dan musuh membakarnya.
Ia juga dikenal karena praktik upacara minum tehnya, di bawah bimbingan master teh
agung, Sen no Rikyu. Di bawah pemerintahannya, Hideyoshi menerapkan hukum yang
kontras dengan perjalanan hidupnya sendiri. Anak seorang petani ini menerapkan sistem
kelas sosial yang kaku di Jepang. Senjata para petani ditarik. Perubahan kelas sosial menjadi
hampir mustahil di bawah hukum pemerintahannya. Di periode akhir kekuasaannya,
Hideyoshi sempat melancarkan perang ke Korea, tetapi gagal. Tak lama setelah itu ia tewas
pada 18 September 1598 dengan menyesali mengirim pasukan perang ke Korea.
3. Tokugawa Ieyasu (1543-1616)
Tokugawa Ieyasu adalah daimyo diprovinsi Mikawa, tanah yang berdekatan dengan
Owari. Ieyasu juga seorang jenderal di bawah Oda Nobunaga. Dia adalah seorang komandan
yang cerdik, yang sesekali kalah. Saat kekalahan Nobunaga, awalnya ia bergerak juga untuk
membalas kematiannya, bersama Hideyoshi. Saat itu, kedudukannya masih berada di bawah
Hideyoshi. Namun setelah kematian Hideyoshi pada 1598, Ieyasu melakukan manuver untuk
menjadi wali ahli warisnya sebagai rencana untuk merebut kekuasaan. Ieyasu menghadapi
penentangan dari para jenderal setia Hideyoshi lainnya yang menjaga amanat untuk
mengawal putranya, Toyotomi Hideyori sebagai pewaris sah yang saat itu masih di bawah
umur. Perang untuk menguasai negara pun pecah lagi. Pada 1600, pasukan yang setia kepada
Toyotomi Hideyori, di bawah jenderal Ishida Mitsunari melawan Ieyasu dalam pertempuran
Sekigahara.
Disebutkan dalam sejarah Jepang bahwa ada 200.000 tentara terlibat dalam
peperangan sengit itu. Ieyasu menang dan pada 1615 pasukannya melenyapkan perlawanan
Toyotomi yang tersisa di Osaka. Ieyasu mendirikan pemerintahan barunya, Keshogunan
Tokugawa, di kota Edo yang sekarang dikenal sebagai Tokyo.
Sicca, Pradita Shintaloka (2021). “Sejarah 3 Samurai yang Dikenal sebagai Pemersatu
Jepang”, https://internasional.kompas.com/read/2021/06/10/121904570/sejarah-3-samurai-
yang-dikenal-sebagai-pemersatu-jepang?page=all, (diakses tanggal 21 Februari 2023 pukul
20.50)
Setiadi, Erwan (2022). “5 Fakta Menarik Daimyo, Pemimpin Tertinggi di Naruto dan
Boruto”,https://dafunda.com/otaku/fakta-menarik, https://dafunda.com/otaku/fakta-menarik-
daimyo/. (diakses tanggal 21 Februari 2023 pukul 22.05)
.