Demokrasi Liberal
1950 - 1959
Gilang Nurwahid S.B (190210302113)
Muhammad Fahmi N. (190210302115)
Sumber Referensi
01 03
Dari RIS ke Negara Politik Bebas Aktif
Kesatuan
02 04
Sistem Liberal dan Masalah-Masalah
Pemilu I Angkatan Perang
01 Dari RIS ke Negara
Kesatuan
1. Republik Indonesia Serikat (RIS)
Sumber Gambar :
Pada tanggal 20 Desember, Kabinet RIS
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabinet_Republik_Indonesia_ terbentuk dengan Moh. Hatta sebagai perdana menteri,
Serikat
kabinet ini terbentuk atas 13 menteri dan 3 menteri negara.
https://titiknol.co.id/peristiwa/5-april-
1950-peristiwa-pemberontakan-andi-
azis/
Pemberontakan Andi Aziz
Pemberontakan Andi Aziz di
Makassar awal April 1950 mengakibatkan
terjadinya krisis kabinet NIT. Pada tanggal 20
April, tokoh Pemuda Indonesia Maluku, Pupella,
Pemberontakan APRA mengajukan mosi tidak percaya dalam Parlemen
Pemberontakan APRA bulan januari NIT.
1950 menyebabkan Wali Negara Pasundan R.A.A Akibatnya Perdana Menteri NIT Ir.
Winatakusumah mengundurkan diri. Kemudian P.D. Diapari mengundurkan diri dan kabinet bubar
pemerintah RIS mengangkat Sewaka sebagai dan penggabungan ke dalam RI.
Komisaris RIS untuk negara Pasundan.
Pengangkatan itu tidak sesuai dengan
tuntutan rakyat Jawa Barat yang menghendaki di
bubarkannya negara tersebut. Oleh karena itu, pada
tanggal 8 Maret 1950 terjadi demonstrasi di
Bandung yang menuntut pembubaran Negara
Pasundan dan penggabungan seluruh daerah Jawa
Barat ke dalam RI.
Di Sulawesi Selatan, gerakan – gerakan menuju unitarusme mendapat reaksi dari golongan federal yang
ingin tetap mempertahankan Negara Indonesia Timur (NIT). Pemerintah NIT melakukan penangkapan terhadap pemuda
yang menentang NIT. Berbagai demonstrasi yang menuntut pembubaran NIT dan memasukannya kedalam RI, terjadi di
Makassar, Gorontalo, Poso, Donggala, Takalar dan Jenoponto.
Pembubaran RIS
Pada akhir Maret 1950, tinggal NIT, NST dan Kalimantan Barat yang belum bergabung dengan RI. Akan
tetapi usaha penggabungan tetap dilakukan. Pada tanggal 3 April 1950 dilangsungkan konferensi antara RIS – NIT – NS.
Kedua negara bagian tersebut menyerahkan mandatnya kepada Perdana Menteri RIS, Hatta pada tanggal 12 Mei. Sebelum
itu tanggal 22 April Kalimantan Barat telah bergabung dengan RI.
Kesepakatan antara RIS dan RI untuk membentuk negara kesatuan tercapai pada tanggal 19 Mei 1950
dengan ditandatanganinya Piaga Persetujuan antarra pemerintah RIS dan pemerintah RI. Dalam piagam itu menyatakan
bahwa kedua belah pihak dalam waktu sesingkat – singkatnya bersama – sama melaksanakan pemb entukan negara
kesatuan.
Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan itu, dibentuklah Panitia Persiapan Undang – Undang yang bekerja
selama kurang lebih dua bulan dan pada tanggal 20 Juli 1950 telah merampungkan tugasnya.
Akibat mosi itu, menteri luar negeri Subardjo pun mengundurkan diri
dan pada tanggal 23 Februari 1952, Sukiman mengembalikan mandatnya kepada
presiden.
❑Kabinet Wilopo
1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjuk Sidik Djojosukarto (PNI) dan Prawoto
Mangkusasmito (Masyumi) untuk menjadi formatur, yang akan tetapi mengalami kegagalan.
Tanggal 19 Maret mereka mengembalikan manda, dan presiden menunjuk Mr. Wilopo (PNI)
sebagai formatur baru yang akhirnya setelah berusaha dua minggu.
Tanggal 30 Maret Wilopo mengajukan susunan kabinetnya yang didalamnya
diusahakan terdiri dari suatu tim yang padu sehingga dapat mendukung kebijakan pemerintah.
Dalam konstelasi politik itu, kehadiran partai – partai kecil diperhitungkan agar mencapai
mayoritas di parlemen.
Program kabiner Wilopo terutama ditujukan pada persiapan pemilihan umum
(Konstituante, DPR dan DPRD), kemakmuran, pendidikan rakyat, dan keamanan. Program luar
negeri ditujukan pada penyelesaian masalah hubungan antara Indonesia – Belanda dan
https://id.wikipedia.org/wiki/Wilopo
pengembalian Irian Barat ke Indonesia dan menjalankan politik bebas – aktif.
Akan tetapi kedudukan kabinet kemudian goyah karena soal tanah di Sumatra Timur yang rekenal dengan
nama peristiwa Tanjung Morawa. Peristiwa ini mendapat mosi tidak percaya yang dilancarkan sidik Kertapati dari Sarekat
Tani Indonesia (SAKTI). Dalam mosi itu, disampaikan runtutan peristiwa menghentikan usaha pengosongan tanah
tersebut dan semua tahanan di bebaskan. PNI cabang Sumatra Utara mendukung mosi Kertapati dengan ancaman akan
keluar dari PNI jika hal itu tidak dilakukan. Akibatnya, pada tanggal 2 Juni 1952, Wilopo mengembalikan mandatnya
kepada presiden. Kabinet kembali demisioner dan indonesia mengalami krisis pemerintahan lagi.
❑Kabinet Ali Sastroamidjojo I
Pada tanggal 30 Juli, kabinet baru
dilantik tanpa mengikut sertakan Masyumi, tetapi
memunculkan Nahdatul Ulama (NU) sebagai
kekuatan baru. Ali Sastroamidjojo diangkat sebagai
Perdana Menteri. Kabinet ini dikenal dengan nama
kabinet Ali I atau kabinet Ali - Wongso.
Kabinet Ali I ini banyak di hadapkan
dengan berbagai persoalan, selain soal keamanan di
daerah – daerah yang belum dapat dipulihkan, masih
harus dihadapkan persoalan dalam negeri yakni
Pada tanggal 20 Juli 1955, NU
persiapan pemilihan umum yang rencana akan
memutuskan untuk menarik kembali menteri –
diadakan pada pertengahan 1955.
menterinya. Walaupun kabinet Ali I ini dapat dikatakan
kabinet paling lama bertahan, akhirnya pada tanggal 24
Juli 1955 Ali Sastroamidjojo mengembalikan mandatnya.
Penyebab utamanya adalah persoalan
dalam TNI AD sebagai lanjutan dari peristiwa 17
Oktober dan soal pimpinan TNI AD menolak pimpinan
baru yang diangkat oleh Menteri Pertahanan Iwa
Kusumasumantri. Serta keadaan ekonomi yang semakin
buruk dan korupsi yang menyebabkan kepercayaan
rakyat merosot.
Politik
Bebas Aktif
03
1. Politik Luar Negeri Indonesia
Hubungan luar negeri yang dirintis sejak Perang Kemerdekaan
berkembang sesudah Pengakuan Kedaulatan tahun 1949. Kabinet
RIS di bawah Perdana Menteri Hatta melaksanakan hubungan
luar negeri yang difokuskan pada negara-negara Asia dan negara-
negara Barat.
Karena kepentingan ekonomi Indonesia masih terkait di Eropa,
pasaran hasil bumi Indonesia masih berpusat di :Negara Belanda
dan Eropa Barat pada umumnya.
Sumber Gambar :
https://asset.kompas.com/crops/WBZTuMjc9lri6SZTUszNPoyrAwI=/0x0
:911x607/750x500/data/photo/2018/10/17/722258249.JPG
2. Masalah Pimpinan Angkatan Darat
Usaha mengutuhkan kembali Angkatan Darat dicoba dengan
cara musyawarah antara golongan pro-17 Oktober dan golongan
anti-17 Oktober dalam pertemuan yang di hadiri oleh 29 orang
perwira senior Angkatan Darat di Yogyakarta yang berlan~ung
dari 21 sampai 25 Februari 1955. Pertemuan ini juga disebut
Rapat Collegial (Raco).
Raco menghasilkan Piagam Keutuhan Angkatan Darat Republik
Indonesia. Dengan ditandatangani Piagram Yogyakarta oleh
keduapuluh sembilan orang peserta Raco itu, Peristiwa 17
Oktober 1952 di kalangan Angkatan Darat dianggap selesai.