Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BERBASIS


BUDAYA DI KAMPUNG ADAT KEWAR KECAMATAN LAMAKNEN
KABUPATEN BELU

OLEH

MARIANUS YULIANTO

1623780602

JURUSAN PARIWISATA

PROGRAM STUDI USAHA PERJALANAN WISATA

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2020
A. Judul
Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Berbasis Budaya Di
Kampung Adat Kewar Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu

B. Latar Belakang
Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan
seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula untuk menikmati
kegiatan pertamasyaan atau rekreasi dan bukan dengan maksud untuk mencari
nafkah di tempat yang dikunjunginya (Koen Meyers, 2009).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009
tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu
sementara.
Pariwisata adalah industri terbesar dan paling cepat berkembang di
dunia dewasa ini dan “pariwisata budaya” merupakan segmen yang semakin
populer dan semakin banyak diminati. Permasalahan pengembangan dan
promosi pariwisata, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah semakin
penting untuk mendukung pembangunan nasional. Demikian juga kekayaan
alam dan budaya yang dimiliki Indonesia perlu mendapat perlindungan serta
membutuhkan upaya pelestarian agar dapat menjadi daya tarik wisata, yang
pada akhirnya dapat menarik jumlah kunjungan wisata baik domestik maupun
mancanegara.
Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara
lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor,
Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat. Provinsi ini
terdiri dari kurang lebih 550 pulau, empat pulau utama di Nusa Tenggara
Timur adalah Flores, Sumba, Timor dan Alor. NTT merupakan provinsi

1
kepulauan dengan berbagai etnis, budaya, agama serta dialek bahasa yang
berbeda-beda. Keunikan dan keragaman budaya daerah NTT secara nasional
dan internasional telah mendapat pengakuan dari berbagai pihak sebagai satu
kekayaan dan warisan leluhur yang perlu dilestarikan. Provinsi ini menempati
bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas
provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi
Negara Timor Leste pada tahun 2002. Nusa Tenggara Timur biasa dikenal
dengan bumi Flobamora karena merupakan singkatan dari nama pulau-pulau
besar yang merangkai Propinsi tersebut yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor
di samping itu banyak pulau-pulau lain yang berada di dalamnya. Berikut ini
adalah data jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Propinsi Nusa
Tenggara Timur baik domestik maupun mancanegara.

Tabel 01. Data kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Provinsi


NTT tahun 2014-2017

Tahun Wisatawan Wisatawan Jumlah


Domestik Mancanegara
2014 331.604 65.939 379.543
2015 374.456 66.680 441.316
2016 430.582 65.499 496.081
2017 1.006.191 185.241 1.192.442
Sumber: Bps provinsi NTT Tahun 2020
Berdasarkan data kunjungan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kunjungan wisatawan untuk empat tahun tersebut, mengalami peningkatan
mulai dari tahun 2014 hingga 2017. Peningkatan jumlah wisatawan ini
dipengaruhi oleh gencarnya promosi wisata yang dilakukan untuk mendukung
berbagai festival atau event budaya yang diselenggarakan di berbagai daerah
di provinsi NTT.
Kabupaten Belu merupakan sebuah Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten ini beribukota di Kota Atambua.
Memiliki luas Wilayah 1.284,94 km2 terbagi dalam 12 kecamatan, 12
kelurahan dan 96 desa termasuk 30 desa dalam 8 kecamatan di perbatasan.
Kabupaten Belu berbatasan dengan, bagian Utara Selat Ombai, bagian Selatan

2
Kabupaten Malaka, bagian Barat Kabupaten Timor Tengah Utara, bagian
Timur Timor Leste. Kampung Adat Kewar merupakan salah satu kampung
yang berada di ujung Timur Kabupaten Belu dan berbatasan langsung dengan
Negara Timor Leste. Kabupaten Belu memiliki banyak kampung tradisional
yang menyimpan nilai-nilai sejarah dan budaya yang kental dan memiliki
sejuta pesona yang belum dijelajahi, bahkan oleh sebagian besar penduduk
Indonesia sendiri. Ironisnya, dokumentasi malah lebih sering dilakukan oleh
peneliti asing. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi para peneliti pariwisata
Indonesia sebab sebenarnya kita masih belum tahu banyak tentang kekayaan
pariwisata nusantara yang sebenarnya. Salah satu destinasi wisata budaya
yang menarik di Kabupaten Belu adalah Kampung Adat Kewar. Kampung
Adat Kewar mempunyai seorang pemimpin yang disebut Reu Loro, Nai
(orang-orang Tes Gatal dan rumah adat Tes Gatal). Kampung Adat Kewar
memiliki atap yang mempunyai tanda khusus dengan bahasa setempat diberi
Nama Reu Maten Kes, adapun susunanya Loro (pemimpin) sedangkan Nai,
Tamong, Rato, Kabu, Makleat adalah khusus untuk mengontrol kebun adat.
Kampung Adat Kewar masih belum dikembangkan secara baik dan
memiliki aksesibilitas serta amenitas yang masih sangat minim. Keberadaanya
cukup jauh dari pusat kota sehingga cukup sulit bagi wisatawan untuk
berkunjung. Di Kampung Adat Kewar wisatawan bisa menikmati indahnya
pemandangan gunung di sore hari. Kampung Adat Kewar juga berbatasan
langsung dengan Negara Timor Leste. Selain pemandangan yang indah
wisatawan juag bisa menikmati buah-buahan seperti jambu, jeruk nipis, jeruk
lemon, jeruk Bali, dan buah-buhan lainnya. Buah-buahan di Kampung Adat
Kewar sangat segar karena dipetik langsung dari pohonnya.
Kampung Adat Kewar sudah memiliki nilai- nilai budaya, namun
belum digali secara lebih dalam sehingga potensinya perlu diangkat dan
dikembangkan agar dapat dijadikan sebagai atraksi wisata budaya dalam
pengembangan Kampung Adat Kewar. Berikut adalah data kunjungan
wisatawan domestik dan mancanegara ke Kabupaten Belu.

3
Tabel 02. Data kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke
Kabupaten Belu Tahun 2014-2017

No Wisatawan domestik
1 Tahun Jumlah (orang)
2 2014 16.369
3 2015 17.792
4 2016 24.999
5 2017 24.445
6 Wisatawan mancanegara
7 2014 2.427
8 2015 2.894
9 2016 3.831
10 2017 3.750
Sumber: Website Resmi Pemerintah Provinsi NTT tahun 2020

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kunjungan


wisatawan domestik yang berkunjung ke Kabupaten Belu mengalami
penurunan di tahun 2017 dan untuk tiga tahun sebelumnya mengalami
peningkatan yang signifikan, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan dan tahun 2017
jumlah kunjungan mengalami penurunan. Dari kedua data kunjungan
wisatawan tersebut di atas pada tahun 2017 mengalami penurunan hal ini di
sebabkan oleh beberapa faktor di antarnya kurangnya promosi objek wisata
yang ada di Kabupaten Belu, kreatifitas dan inovasi dari masyarakat masih
belum maksimal, Selain itu media promosi juga masih menjadi kendala dalam
pemasaran terhadap konsumen. Atraksi wisata serta potensi wisata belum di
manfaatkan secara Maksimal oleh masyarakat maupun Pemerintah Setempat.

Melihat fenomea-fenomea tersebut, maka penelitian ini penting


dilakukan untuk menentukan potensi sumber daya alam dan sumber daya
budaya yang mendukung pariwisata Kampung Adat Kewar, serta menentukan
strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan Kampung Adat Kewar.
Sehingga potensi-potensi budaya di Kampung Adat Kewar dapat
dikembangkan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang signifikan
terhadap kegiatan ekonomi masyarakat di Kampung Adat Kewar.

4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Potensi budaya apa yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
pariwisata di Kampung Adat Kewar, Kabupaten Belu?
2. Bagaimana strategi pengembangan Kampung Adat Kewar sebagai wisata
budaya?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui potensi budaya yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan pariwisata di Kampung Adat Kewar Kabupaten Belu.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan Kampung Adat Kewar sebagai
wisata berbasis budaya di Kabupaten Belu.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat berbermanfaat serta
memberikan sumbangan pemikiran dalam Jurusan Pariwisata khususnya
program studi Usaha Perjalanan Wisata. Selain itu, penelitian ini
bermanfaat sebagai bahan informasi para pihak yang ingin melakukan
penelitian lanjutan, juga sebagai sarana akademis ilmiah untuk
membuktikan tentang teori-teori desa wisata.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pemerintah daerah maupun stakeholders pariwisata dalam menganalisis
potensi yang sudah dimiliki oleh Kampng Adat Kewar, serta sebagai
sumber informasi dan bahan pertimbangan secara referensi untuk
menentukan langkah-langkah taktis dan strategis dalam pengembangan
wisata budaya, selain itu diharapkan juga dapat meningkatkan
kesejahteraan dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat

5
di sektor pariwisata baik dalam bidang pelayanan jasa maupun sektor
penunjang lainnya.

F. Tinjaun Pustaka
1. Konsep Kepariwisataan
Istilah kepariwisataan sebenarnya merupakan gabungan atau cakupan
dari beberapa istilah sebelumnya yakni istilah wisata, pariwisata dan
kepariwisataan. Kepariwisataan ini berarti keseluruhan kegiatan wisata
yang dilakukan oleh wisatawan dengan dilengkapi oleh fasilitas dan
infrastuktur pendukung yang disediakan oleh para stakeholders pariwisata.
Namun unsur yang paling utama dalam suatu pengembangan
kepariwisataan adalah unsur daya tarik wisata.
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,
yangdimaksud pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukungberbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha,pemerintah, dan pemerintah daerah.Pengertian pariwisata
adalah secara lengkap dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam pasal 1
menyatakan :
a) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagai bagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata.
b) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
c) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha usaha
yang terkait di bidang tersebut.
d) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
e) Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan
jasa pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan obyek dan daya

6
tarik wisata, usaha pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang
tersebut.
f) Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi
sasaran wisata.
g) Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Jenis-jenis pariwisata menurut James J. Spillane (dalam Leonardo


Sinurat, 2014) berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu:
a) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan
tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi
kehendak ingin-tahunya, mengendurkan ketegangan syaraf, melihat
sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat
rakyat setempat, dan mendapatkan ketenangan.
b) Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)
Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk
beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, dan
menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahan. Dapat dilakukan pada
tempat yang menjamin tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan
yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat
peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
c) Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan
untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-
istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda,
mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-
pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian
rakyat dan lain lain.
d) Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)
e) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

7
Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk
profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan
pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan wewenang kepada
seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.
f) Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika
diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta
yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu di negara yang
mengadakan konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi
akan mendirikan bangunanbangunan yang menunjang diadakannya
pariwisata konvensi.

2. Konsep Pariwisata Budaya


Sillberberg dalam Damanik (2013: 118) mendefinisikan pariwisata
budaya sebagai kunjungan orang dari luar destinasi yang didorong oleh
ketertarikan pada objek-objek atau peninggalan sejarah, seni, ilmu
pengetahuan dan gaya hidup yang dimiliki oleh kelompok, masyarakat,
daerah ataupun lembaga. Sedangkan Kristiningrum (2014: 47)
mendefinisikan pariwisata budaya sebagai wisata yang didalamnya
terdapat aspek/nilai budaya mengenai adat istiadat masyarakat, tradisi
keagamaan, dan warisan budaya di suatu daerah.
Pariwisata budaya berhubungan erat dengan daya tarik wisata budaya.
Penjelasan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
(RIPPARNAS) pasal 14 ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa daya tarik
wisata budaya adalah daya tarik wisata berupa hasil olah cipta, rasa dan
karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata budaya
dibedakan menjadi dua yaitu daya tarik wisata budaya yang bersifat
berwujud (tangible) dan daya tarik wisata budaya yang bersifat tidak
berwujud (intangible).

8
3. Konsep Daya Tarik Wisata
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009,
Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki
keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
kunjungan wisatawan.
Menurut Cooper (1993) daerah tujuan wisata harus didukung empat
komponen utama daya tarik wisata atau yang dikenal dengan “4A” yaitu:
a) Attraction
Attraction atau atraksi adalah motivasi utama bagi wisatawan dalam
melakukan perjalanan ke suatu daerah. Atraksi berkaitan dengan what
to see dan what to do, yaitu hal yang dapat dilihat dan dilakukan oleh
wisatawan di destinasi tersebut. Atraksi bisa berupa keindahan dan
keunikan alam, budaya masyarakat setempat, peninggalan bangunan
bersejarah, serta atraksi buatan seperti sarana permainan dan hiburan.
Seharusnya sebuah atraksi harus mempunyai nilai diferensiasi yang
tinggi. Unik dan berbeda dari daerah atau wilayah lain.
b) Amenities
Secara umum pengertian amenities (fasilitas) adalah segala macam
fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah
tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti akomodasi
(hotel, guest house, homestay, losmen, perkemahan, villa, toilet
umum, rest area, tempat parkir, klinik kesehatan, dan sarana ibadah)
serta usaha makanan dan minuman (restoran, warung, cafe). Tentu
saja fasilitas-fasilitas tersebut juga perlu melihat dan mengkaji situasi
dan kondisi dari destinasi sendiri dan kebutuhan wisatawan. Tidak
semua amenitas harus berdekatan dan berada di daerah utama
destinasi. Destinasi alam dan peninggalan bersejarah sebaiknya agak
berjauhan dari amenitas yang bersifat komersial, seperti hotel,
restoran dan rest area.

9
c) Accessibility
Accessibility atau aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk
menuju destinasi. Akses infrastruktur (kendaraan umum, air, jalan,
listrik, pelabuhan), ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu
penunjuk jalan merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi.
Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam
dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak
mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan
dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk
mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik
saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana
transportasi. Bagi individual tourist, transportasi umum sangat
penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri
tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana
dan fasilitas publik.
d) Ancilliary
Ancilliary berkaitan dengan ketersediaan sebuah organisasi atau
pelaku pariwisata (stakeholders) yang mengurus sebuah destinasi. Ini
menjadi penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi,
aksesibilitas dan amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang
mengatur dan mengurus maka ke depannya pasti akan terbengkalai.
Organisasi sebuah destinasi akan melakukan tugasnya seperti sebuah
perusahaan. Mengelola destinasi sehingga bisa memberikan
keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat
sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya. Dalam
penelitian ini, komponen 4A akan digunakan sebagai alat analisis
upaya pengembangan potensi pariwisata di Kampung Adat Kewar,
Kabupaten Belu karena dianggap sesuai untuk menganalisis potensi
pariwisata di Desa Kewar.

10
3. Konsep Desa Wisata
Menurut Chafid Fandeli (2002) secara lebih komprehensif
menjabarkan desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan yang
menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian desa, baik
dari segi kehidupan sosial budaya, adat istiadat, aktifitas keseharian,
arsitektur bangunan, dan struktur tata ruang desa, serta potensi yang
mampu dikembangkan sebagai daya tarik wisata, misalnya: atraksi,
makanan dan minuman, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata
lainnya.
Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku. Suatu desa wisata memiliki daya tarik yang khas (dapat berupa
keunikan fisik lingkungan alam perdesaan, maupun kehidupan sosial
budaya masyarakatnya) yang dikemas secara alami dan menarik sehingga
daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan ke desa
tersebut (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011).
Masyarakat menjadikan rumah-rumah mereka atau sebagian kamar-
kamar mereka menjadi tempat tinggal tamu sementara (homestay) dalam
suatu desa wisata. Akan menjadi komplit apabila tamu-tamu bisa
menikmati keseharian rakyat (live in) merasakan sajian makan dan jenis
atraksi kebudayaan desa. Desa wisata akan sukses kalau seluruh anggota
masyarakat baik kepala keluarga, ibu-ibu rumah tangga, pemuda, dan
anak-anak ikut mendukung keberadaan desa wisata tersebut (Hasbullah
Asyari, 2010).

4. Konsep Budaya
Soelaiman Soemardi dan Selo Soemardjan (1995) menerangkan
bahwa budaya adalah hasil kerja atau usaha manusia yang berupa benda
maupun hasil buah pemikiran manusia dimasa hidupnya. Potensi budaya
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budaya yang berwujud

11
kebendaan (tangible) seperti monumen, arsitektur bangunan, tempat
peribadatan, peralatan, kerajinan tangan, dan budaya yang tidak berwujud
kebendaan (intangible) berupa berbagi atribut kelompok atau masyarakat,
seperti cara hidup, folklore, norma daken tata nilai.

5. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Berbasis Budaya


Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah sebagai usaha-usaha terencana yang disusun secara
sistematis yang dilakukan untuk mengembangkan segala potensi yang ada
dalam usaha meningkatkan dan memperbaiki obyek wisata budaya,
sehingga kelangsungan hidup masyarakat di Kampung Adat Kewar dapat
dinikmati oleh wisatawan nantinya dan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak.
Menurut Destination British Columbia (2014), berikut tujuh strategi
yang dapat membantu dalam pengembangan wisata di pedesaan:
a) Identify cultural amenities.
b) Create tourism business cluster initiatives by partnering with others.
c) Use a regional approach to develop visitor experiences.
d) Use circle tours or routes to draw visitors into rural areas.
e) Use cooperative marketing tools.
f) Promote a unique rural experience.
g) Con duct market research to minimize risk and enhance experience.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai strategi yang dapat


membantu pengembangan wisata budaya di pedesaan:
a) Identify cultural amenities (Mengidentifikasi fasilitas pariwisata).
Langkah terpenting yang paling utama adalah mewawancarai orang-
orang di komunitas untuk mengembangkan pemahaman yang kuat
tentang jenis fasilitas budaya unik yang ada di wilayah pedesaan.
Wawancarailah partisipasi yang luas seperti stakeholder yang
memiliki kepentingan yang berbeda, bukan hanya mereka yang
terlibat dalam kegiatan pariwisata. Penduduk asli, para tetua, pemuda

12
dan sejarawan merupakan contoh kelompok yang bisa memberikan
perspektif tentang cerita yang tak terhitung yang dapat membuat
wisatawan tertarik.

Tabel 03. Identifikasi Fasilitas Budaya


Nilai Fasilitas
Peran dalam
(nilai yang
Kategori Potensi Pembangunan
berasal dari
Pariwisata
kemudahan)
Budaya Situs Bangunan: situs Koneksi ke Dapat
warisan, museum, situs warisan, dipromosikan dan
arkeologi, situs suci, rute. patriotisme, diakui sebagai
Acara dan kegiatan: cerita, perayaan, atribut daerah
tradisi, festival dan acara keluarga, dan pedesaan yang
warisan terkait. masyarakat menarik untuk
obligasi. mendorong
migrasi,
kunjungan dan
firma, dan harus
dilindungi untuk
mempertahankan
nilai masa depan
Rekreasi Fasilitas yang dibangun: Akses ke
dan bukit ski, jalan, taman, kesempatan
Olahraga lapangan golf, marina, liburan,
gelanggang es, pertanian, kesehatan,
arena pertunjukan dan kesejahteraan,
pusat berkuda. Acara dan ekspresi,
kegiatan: rekreasi outdoor identitas, gaya
dan pariwisata berbasis hidup, status, nilai
alam (ski, kereta luncur, properti.
balap kereta salju, berburu,
menunggang kuda,
memancing, kano, skating,
mendaki, kayak, satwa
liar).
Seni Fasilitas yang dibangun: Acara dan
galeri, pusat, bioskop. kegiatan:
perayaan, festival,
pertunjukan (seni,
tari, musik).
Akses ke
kesempatan
liburan,
kesehatan,
kesejahteraan,
ekspresi,
identitas, gaya
hidup, status.
Pekerjaa Kehutanan, perikanan, Akses ke
n pertambangan, pertanian, pekerjaan yang
energi, pariwisata, ritel, berarti, ekspresi

13
jasa, tenaga kerja mandiri. diri, nilai, status,
pendapatan,
rezeki.
Komunit Berwujud: bangunan Rasa memiliki,
as bersejarah, makanan, keterhubungan,
arsitektur, ruang hijau, pemandangan,
lansekap, pemakaman, dan ekspresi, nilainilai
komunitas kecantikan. bersama,
Tidak berwujud: suasana, keamanan,
kecepatan, keramahan, warisan dan nilai
ketenangan, semangat, properti.
nilainilai, milik, bahasa.
Sumber: Destination British Columbia Corp. 2014. Cultural and Heritage
Tourism Development. Canada: Destination BC Corp.

b) Create tourism business cluster initiatives by partnering with others


(Membuat inisiatif kelompok usaha pariwisata melalui kemitraan
dengan orang lain).
Setelah fasilitas regional telah dipahami dan diprioritaskan dengan
lebih baik untuk digunakan dalam budaya pariwisata, penting untuk
terhubung dengan masyarakat yang berdekatan atau bisnis yang
berbagi tujuan yang sama. Ketika melakukan hal ini, lihat melalui
pendekatan sektor tradisional untuk pariwisata; berpikir tentang siapa
yang harus berkontribusi, dan manfaat dari pengembangan pariwisata
budaya.
c) Use a regional approach to develop visitor experiences
(Menggunakan pendekatan regional untuk mengembangkan
pengalaman wisatawan).
Sejalan dengan hal di atas, ingat bahwa wisatawan berkunjung ke
daerah dan melalui komunitas untuk pengalaman otentik.Sebar dan
bagikan tujuan pariwisata budaya anda dengan kelompok-kelompok
regional dan temukan bagaimana mereka dapat membantu anda.Atau
jika diperlukan, buatlah grup sub-regional yang dapat berkolaborasi
dengan anda.
d) Use circle tours or routes to draw visitors into rural areas
(Menggunakan treking atau rute untuk menarik wisatawan ke wilayah
pedesaan).

14
Trekking atau rute membuat wisatawan jauh lebih mudah dalam
melakukan perjalanan ke daerah pedesaan. Menggabungkan peta,
pengalaman dan informasi membuat perjalanan lebih mudah diakses.
Ketika ada kisaran dari potensi pengalaman pariwisata yang tersedia,
bisnis pariwisata pedesaan dapat mengatasi hambatan waktu dan
jarak.
e) Use cooperative marketing tools (Menggunakan alat pemasaran
koperatif).
Banyak pengusaha besar dan usaha skala kecil pariwisata atau non
profit asosiasi pariwisata budaya memiliki anggaran pemasaran yang
terbatas.Mirip dengan dasar pemikiran untuk treking dan rute,
bekerjalah dengan asosiasi regional anda dalam inisiatif pemasaran
koperatif untuk membantu dalam memasarkan profil destinasi anda ke
pasar yang tepat.
f) Promote a unique rural experience. (Mempromosikan pengalaman
pedesaan yang unik).
Terkadang ada kecenderungan untuk mencoba dan meniru
pengalaman perkotaan di tempat pedesaan.Ingat bahwa budaya
pedesaan adalah bagian yang membuat pengalaman wisatawan
meenjadi otentik. Menahan diri untuk meniru standar di daerah
perkotaan, gambarkan warna lokal dan budaya hidup yang otentik di
daerah pedesaan anda. Hal ini juga akan memastikan wisatawan
memperoleh apa yang telah dijanjikan, dan warga akan merasa seperti
bagian dari keseluruhan pengalaman.
g) Conduct market research to minimize risk and enhance experience.
(Melakukan riset pasar untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan
pengalaman).
Temukan cara untuk berkolaborasi di kawasan ini untuk memperoleh
informasi wisatawan, seperti dengan melakukan survei, menggunakan
jaringan sosial, atau mengajukan beberapa pertanyaan sederhana pada
wisatawan di situs utama di wilayah ini. Ini merupakan cara untuk

15
lebih memahami siapa yang datang dan mengapa, apa yang mereka
lakukan, dan yang paling penting, seberapa puas mereka dengan
pengalaman mereka.

Dalam penelitian ini, strategi pengembangan daya Tarik wisata


berbasis budaya akan digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan
yang ada di Kampung Adat Kewar, Kabupaten Belu, karena dianggap
lebih sesuai untuk menganalisis strategi pengembangan berbasis budaya
yang ada di Kampung Adat Kewar.

1. Konsep Potensi Wisata


Menurut Mariotti (dalam Yoeti 1983) potensi wisata adalah segala
sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik
agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Sukardi
(1998), juga mengungkapkan pengertian yang sama mengenai potensi
wisata, sebagai segala yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dan
berguna untuk mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut. Jadi
yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat
dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata.
Dalam penelitian ini potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu
potensi alam, budaya, dan potensi manusia. Yang dimaksud dengan
potensi alam adalah keadaan fisik suatu daerah, jenis flora dan fauna suatu
daerah, dan bentang alam suatu daerah, misalnya gunung dan hutan.
Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan
dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya akan menarik wisatawan
untuk berkunjung ke obyek tersebut. Yang dimaksud dengan potensi
budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat
dan istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah nenek
moyang berupa bangunan, dan monument. Manusia juga memiliki potensi
yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan dan
pertunjukan seni budaya suatu daerah.

16
Dalam penelitian ini, potensi yang dimaksud adalah potensi desa yang
berhubungan dengan komponen utama dalam pariwisata atau yang dikenal
dengan 4A (attraction, amenities, accessibilities, dan ancilliary) yang ada
di Kampung Adat Kewar.

G. Kajian Empirik

Tabel 04. Penelitian terdahulu

No Nama dan Jenis


Tahun Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1 M. Agus Strategi Analisis Desa Selumbung memiliki
Sutiarso, dkk pengembangan SWOT peluang untuk
(2018) pariwisata berbasis mengembangkan produk
budaya di Desa wisata berbasis budaya.
Selumbung, Produk wisata tersebut berupa
Karangasem rangkaian aktivitas pariwisata
yang dapa dikemas ke dalam
paket wisata. Berdasarkan
hasil penelitian, maka dapat
disarankan bahwa dalam
pengembangan pariwisata
berbasis budaya di desa
Selumbung dibutuhkan
koordinasi dan kerja sama
seluruh stakeholder pariwisata
(pemerintah, swasta,
perguruan tinggi, lembaga
swadaya masyarakat) dalam
setiap pelaksanaan program
pemberdayaan.
2 Riska Saputri Strategi Kualitatif Pengembangan wisata ini
(2018) pengembangan desa mengalami hambatan dalam
wisata Limbasari usaha pengembangannya.
melalui hambatannya adalah
pemberdayaan kurangnya promosi,
masyarakat kurangnya toko souvenir atau
Kecamatan pusat oleh-oleh, terbatasnya
Bobotsari, Kabupaten dana dan kurangnya
Purbalingga koordinasi dengan pemerintah.

17
3 Ni Ketut Strategi Analisis Berdasarkan analisis factor
Larasati dan pengembangan deskriptif internal dan eksternal, strategi
Dian Pariwisata budaya kualitatif, pengembangan pariwisata
Rahmawati yang berkelanjutan analisis budaya yang berkelanjutan
(2017) pada Kampung konten, pada Kampung Lawas Maspati
Lawas Maspati, IFAS dan berada pada posisi
Surabaya EFAS, menguntungkan karena
dan memiliki faktor peluang dan
matrik kekuatan yang lebih dominan
SWOT dan Growth Strategy.
Berdasarkan hasil analisis
terhadap fakor internal dan
eksternal dengan
menggunakan matriks SWOT,
terdapat empat strategi utama
pengembangan pariwisata
yang berkelanjutan yang dapat
diimplementasikan yaitu :
Strategi optimalisasi
pengelolahan pariwisata
budaya, strategi optimalisasi
potensi home based
enterprises pada kampung
untuk mendukung kegiatan
pariwisata, pemanfaatan
budaya intangible , pada
kampung sebagai produk
pariwisata budaya, dan
pengelolaan asset budaya
tangible pada kampung
melalui peluang kerja sama.
Sumber: Penulis, diolah kembali 2020

H. Konsep Penelitian

Tabel 05. Konsep Penelitian

Variabel Defenisi Indikator


Strategi Suatu rangkaian upaya untuk 1. Daya Tarik
Penegembangan mewujudkan keterpaduan (attraction)
Pariwisata dalam menggunakan sebagai 2. Sarana dan
(Sunaryo, 2013: 153) sumber daya pariwisata prasarana

18
danmengintegrasikan segala (Accessibility)
bentuk aspek dari luar 3. Fasilitas
pariwisata yang berkaitan (amenities)
secara langsung maupun 4. Fasilitas Umum
tidak langsung akan (Ancillary service)
kelangsungan pengembangan 5. Kelembagaan
pariwisata (institution)
Sumber: Sunaryo, 2013: 159

I. Kerangka Berpikir
Strategi pengembangan pariwisata merupakan sebuah langka yang
dipersiapkan dengan konsep-konsep untuk pengembangan suatu daerah yang
memiliki potensi wisata untuk dikembangkan. Konsep strategi pengembangan
melalui analisis SWOT (strength, Weaknesses, opportunities, thereats) yang
mengidentiikasi strategi untuk pengembangan daya tarik wisata budaya
Kampung Adat Kewar, secara lebih rinci konsep kerangka pemikiran
penelitian ini akan disajikan pada gambar berikut:

Gambar 01. Strategi pengembangan daya tarik wisata berbasis budaya

ANALISIS SWOT

POTENSI WISATA BUDAYA

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK


WISATA BERBASIS BUDAYA DI KAMPUNG
ADAT KEWAR

(Sumber: Rancangan Peneliti, 2020)

J. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
merupakan prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat
diamati.

19
2. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua minggu di Dinas Pariwisata
Kabupaten Belu dan Objek Wisata Kampung Adat Kewar.
a) Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang memberi informasi
(informan) mengenai latar belakang tempat penelitian. Pengambilan
sumber data/subjek penelitan ini menggunakan teknik “purposive
sampling” yaitu sumber data/subjek yang didasarkan pada pilihan
penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat
situasi tertentu dan saat ini terus menerus sepanjang penelitian,
sampling yang bersifat purposive yaitu tergantung pada tujuan fokus
suatu saat. Dalam saat ini penentuan sumber/subjek penelitian atas
dasar informasi apa saja yang dibutuhkan. Subjek dalam penelitian ini
adalah pengelola Objek wisata budaya Kampung Adat Kewar dan toko
masyarakat. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi dan sumber data diperoleh dapat diakui kebenarannya.
b) Objek penelitian
Objek utama dalam penelitian ini yaitu komponen sistem pariwisata
yang meliputi aspek potensi, atraksi wisata (ritual adat) dan kehidupan
masyarakat setempat. Proses penggalian informasi tentang objek
penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap kepala
adat atau masyarakat setempat dan berkoordinasi dengan Dinas
Pariwisata Kabupaten Belu. Pada proses untuk mendapatkan informasi
pendekatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan wawancara
dalam memberikan pandangan sesuai dengan persepsi mereka
mengenai kondisi Kampung Adat Kewar.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak
akan mendapatkan data untuk memenuhi standar data yang ditetapkan

20
(sugiyono, 2012: 63). Dalam pengumpulan data-data yang diperlukan
penulis menggunakan beberapa cara yaitu:
a) Observasi
Observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan
penelitian langsung dengan kondisi lingkungan objek penelitian yang
mendukung kegiatan penelitian, sehingga mendapatkan gambaran
secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut (siregar, 2013).
b) Wawancara
Menurut Sugiyono (2010:194) wawancara merupakan teknik
pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalah yang harus diteliti ingin
mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya lebih sedikit/kecil. Adapun teknik pengumpulan data
dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah data
yang diperoleh kutipan secara langsung dari orang-orang tentang
pengalaman, pendapat perasaan dan memberikan informasi kepada
penelitian. Narasumber dalam wawancara ini adalah Kepala Bidang
Destinasi Bapak Yanuarius Bere Asa SE, Dinas Pariwisata Kabupaten
Belu dan masyarakat Kampung Adat Kewar.
c) Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2011: 239) adalah suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,
dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh (Sugiyono,
2015:247). Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

21
a) Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dicatat dalam catatan
lapangan yang berisi tentang apa yang didengar, dirasakan, disaksikan,
dialami, dan juga temuan tentang apa yang dijumpai selama penelitian
dan merupakan bahan rencana pengumpulan data.
b) Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal- hal yang penting, yang behubungan dengan
permasalahan penelitian, rangkuman, catatan lapangan itu kemudian
disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam
serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu
diperlukan kembali.
c) Analisis Data
Analisis isi yaitu teknik penelitian yang ditujukan untuk membuat
kesimpulan dengan cara mengidentifikasi karakteristik tertentu pada
pesan-pesan secara sistematis dan objektif.
d) Verifikasi Data atau Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif menjadi inti jawaban rumusan
masalah dan isinya merupakan kristalisasi data lapangan yang berharga
bagi praktik dan pengembangan ilmu. Kesimpulan diharapkan dapat
menemukan temuan baru yang sebelumnya belum ada.
e) Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para
pemimpin menciptakan gambaran umum yang cepat mengenai situasi
strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi
yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber
daya organisasi (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya
(peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan
kekuatan dan peluang orgaisasi serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman jika diterapkan secara akurat. Asumsi sederhana ini memiliki
implikasi yang bagus dan mendalam dari desain strategi yang berhasil

22
(pearce and Robison 2011:200) dari Bahasa analisis SWOT, maka
peluang-peluang dan dari hasil analisis eksternal, bersama dengan
kekuatan-kekuatan dan kelemahan organisasi dari hasil analisis
internal akan menjadi masukan dalam penyusun analisis SWOT.
Kekuatan (strengths) merupakan faktor-faktor yang dimiliki oleh suatu
organisasi yang meliputi keterampilan, produk atau sebagainya dalam
mencapai tujuan organisasi. Kelemahan (weaknesses) yang terdapat
dalam suatu organisasi seperti keterbatasan dalam hal sumber,
ketrampilan dan kemampuan yang menjadi halangan serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan.Peluang
(opportunities) merupakan sebagian situasi lingkungan yang
menguntungkan bagi suatu perusahaan. Sedangkan ancaman (threat)
merupakan faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan.
f) Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2006), matriks SWOT dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel
kemungkinan alternatif strategi. Sedangkan pendekatan pendekatan
kualitatif matriks TOWS atau SWOT sebagaimana dikembangkan oleh
Rangkuti (2015) menampilkan delapan kotak yaitu empat sel berisi
inventorivariabel internal dan lingkungan bisnis (eksternal) dan empat
sel lainnya berisi implikasi strategi yang ditimbulkannya. Sel pertama
diisi daftar kekuatan (S) perusahaan yang berhasil dibangun oleh
manajemen dan sel kedua berisi daftar kelemahan (W) yang ingin
dihilangkan. Oleh karena itu sel yang pertama dan kedua secara
berturut-turut disebut sel S dan W. sel ketiga berisi daftar peluang (O)
bisnis yang dimiliki pada masa sekarang dan yang akan datang dan sel
yang keempat berisi daftar ancaman (T) yang sedang dihadapi
sekarang dan yang akan datang. Oleh karena itu sel ketiga dan keempat
secara berturut-turut disebut sel O dan sel T.

23
Table 06. Matrix SWOT

Faktor-Faktor Kekuatan (S) Kelemahan (w)


Interna Daftar Daftar
Kekuatan internal Kelemahan Internal di
di sini sini

Faktor-Faktor
Eksternal

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O


Daftar Buat strategi di sini Buat strategi disini yang
Peluang Eksternal di menggunakan memanfaatkan peluang
sini kekuatan untuk untuk mengatasi
memanfaatkan kelemahan
peluang

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T


Daftar ancaman Buat strategi Buat strategi yang
eksternal ada di sini disinimenggunakan meminimalkan kelemahan
kekuatan untuk dan menghindari ancaman
menghindari
ancaman

Sumber: Rangkuti (2015)

A. S-O Strategi : menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.


B. W-O strategi : memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan.
C. S-T Strategi : memanfaatkan kekuatan untuk mengurangi/mengatasi
dampak dari ancaman
D. W-T Strategi : menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar tidak
rentang terhadap ancaman.

24
K. Jadwal Penelitian

Tabel 07. Jadwal Penelitian


Keterangan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengumpulan Data Pra
Penelitian
Penyusunan Proposal

Pengumpulan Data
Pengelolahan Data
Penyusunan Skripsi
Sumber penulis 2020

25
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten Belu diakses pada tanggal 25 April 2020

https://ntt.bps.go.id/subject/16/pariwisata.html#subjekViewTab3 Data jumlah


kunjungan wisatawan ke provinsi Nusa Tenggara Timur. Di akses
Sabtu, 04 Juli 2020

Indonesia, Undang-Undang Republik. "Nomor 10. Tahun 2009. Tentang


Kepariwisataan." (2009).

Khotimah, Khusnul, and Wilopo Wilopo. "Strategi pengembangan destinasi


pariwisata budaya (Studi kasus pada kawasan Situs Trowulan sebagai
Pariwisata Budaya Unggulan di Kabupaten Mojokerto)." Jurnal
Administrasi Bisnis 42.1 (2017): 56-65.

Meyers, Koen. "Pengertian Pariwisata." Jakarta: Unesco Office (2009).

Osin, Rosvita Flaviana, Irawinne Rizky Wahyu Kusuma, and Dewa Ayu
Suryawati. "Strategi Pengembangan Objek Wisata Kampung
Tradisional Bena Kabupaten Ngada-Flores Nusa Tenggara Timur
(NTT)." Jurnal Ekonomi dan Pariwisata 14.1 (2019).

Retnowati, Endang. "Makna Budaya Tradisional Belu bagi Multikulturalisme:


Tinjauan Filsafat." Jurnal Masyarakat dan Budaya 19.2 (2018): 175-
188.

Rangkuti, Freddy. 2015. Personal SWOT analysis. Gramedia Pustaka Utama.

Sutiarso, Moh Agus. "Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Di


Desa Selumbung, Karangasem-Bali." (2018).

Sugiyono. 2012. MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung:


Alfabeta

Trianto, M. (2015). Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2013)

26
Yuliani, Ni Nyoman, et al. "Kajian Etnofarmakologi Suku Marae Terhadap
Pengobatan Tradisionaldi Desa Kewar Kecamatan Lamaknen Kabupaten
Belu." Jurnal Kesehatan (2020): 1-8.

27

Anda mungkin juga menyukai