PENDAHULUAN
Pariwisata telah berkembang pesat dan telah menjadi salah satu industri yang
menjanjikan dalam mendatangkan devisa bagi Negara atau daerah yang mempunyai potensi
wisata. Penambahan devisa bagi Negara sejalan dengan terciptanya banyak lapangan pekerjaan
yang memberikan banyak kesempatan kerja. Indonesia memiliki banyak destinasi yang menarik
dan wajib dikunjungi, baik oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Destinasi-destinasi tersebut tersebar di berbagai propinsi di Indonesia. Salah satu propinsi yang
mempunyai potensi wisata adalah NTT. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
2025, NTT dijadikan sebagai koridor ekonomi bersama Bali dan NTB (Nusa Tenggara Barat).
Tema Pembangunan koridor ekonomi Bali-Nusa Tenggara adalah pintu gerbang pariwisata dan
pendukung pangan nasional. Terdapat 4 pusat ekonomi dalam pembangunan ini yaitu Denpasar,
Lombok, Kupang, dan Mataram. Kegiatan ekonomi utama dalam pembangunan ini adalah
pariwisata, perikanan, dan peternakan. Keberadaan peraturan pemerintah ini sangat membantu
Nusa Tenggara Timur memiliki banyak destinasi yang mempunyai potensi dalam
menarik minat wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Dan
sebagian besar destinasi utama yang telah menjadi icon pariwisata NTT berada di Pulau Flores,
seperti pulau Komodo, pulau Rinca, pulau Bidadari, pink beach (pantai yang pasirnya berwarna
merah muda), sawah laba-laba, danau Kelimutu (danau tiga warna), cunca rami (air terjun), goa
batu cermin dan Wae Rebo. Destinasi-destianasi tersebut tersebar di berbagai kabupaten di Pulau
Flores. Dan salah satu Kabupaten yang mempunyai potensi dalam mengembangkan pariwisata
adalah Kabupaten Manggarai Tengah. Manggarai Tengah memiliki banyak destinasi yang
mempunyai potensi dalam menarik minat wisatawan, seperti, sawah laba-laba, pantai cepi watu,
pantai Bondey, danau Rana Mese, Liang bua dan Wae Rebo. Namun keberadaan fasilitas
penunjang kegiatan pariwisata dan aksesbilitas menuju destinasi tersebut belum memadai. Selain
itu juga keberadaan pariwisata memang belum terlalu popular di mata masyarakat Manggarai
Tengah, seperti halnya Bali yang telah menjadikan pariwisata sebagai sector andalan dalam
menghasilkan devisa dan menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini disebabkan
karena tingkat SDM masyarakat yang masih terbilang rendah dan kurangnya sosialisasi dari
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam memajukan pariwisata NTT, misalnya
dengan melakukan berbagai pelatihan dan kursus bahasa inggris untuk pemberdayaan
Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) tahun 2010-2025 dan diadakannya sail komodo 2013 sangat
berperan penting dalam memajukan pariwisata NTT, diadakannya event ini memberi kesempatan
bagi NTT untuk mempromosikan destinasi-destinasi pariwisatanya kepada para wisatawan, hal
ini terlihat dari banyaknya wisatawan yang datang selama tahun 2013. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Pariwisata NTT, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke NTT pada
tahun 2013 mencapai 80.810 wisatawan, meningkat dari tahun 2012 sebanyak 47.000 wisatawan.
Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara mencapai 595.680 wisatawan atau meningkat
dari tahun 2012 sebesar 349.000 wisatawan. Dan pada tahun 2014 kunjungan wisatawan
mancanegara mencapai 201. 345 wisatawan dan kunjungan wisatawan nusantara mencapai
800.000 wisatawan.
Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke NTT tidak terlepas dari keberadaan Bali
sebagai icon pariwisata Indonesia. Bali merupakan pintu masuk bagi wisatawan yang datang ke
NTT. Selain itu juga pariwisata Bali saat ini mulai ditinggalkan oleh para wisatawan, hal ini
disebabkan karena jumlah kunjungan wisatawan yang setiap hari semakin meningkat tidak
sebanding dengan daya tampung pulau Bali. Hal ini disebabkan karena perkembangan pariwisata
Bali telah mengarah pada mass tourism. Meskipun berdampak pada terbukanya begitu banyak
lapangan pekerjaan, pembangunan infrastruktur yang memadai dan penambahan devisa bagi
daerah, tetapi juga memberi dampak negatif bagi daerah yaitu kerusakan lingkungan, angka
kriminalitas yang semakin bertambah, kemacetan dan bahkan sudah mulai merusak tatanan
kebudayaan masyarakat Bali yang sebenarnya merupakan daya tarik utama. Hal inilah yang
membuat wisatawan lambat laun mulai meninggalkan Bali dan mencari destinasi baru yang
masih “perawan”. Apalagi saat ini para wisatawan lebih suka mengunjungi destinasi-destinasi
yang masih jarang dikunjungi dan masih alami. Hal ini sejalan dengan tren pariwisata saat ini
dimana para wisatawan lebih menyukai alternative tourism. NTT memiliki banyak destinasi
yang masih jarang dikunjungi oleh wisatawan, dimana kondisi lingkungannya masih alami, salah
Manggarai Tengah, Nusa Tenggara Timur. Wae Rebo merupakan sebuah desa kecil terpencil
yang letaknya berada di tengah-tengah hutan. Pada awalnya Wae Rebo merupakan sebuah
destinasi yang dikunjungi oleh para wisatawan, gaung pesonanya hanya sayup-sayup terdengar
karena lokasinya yang terpencil berada di tengah hutan lindung Manggarai Tengah. Keunikan
Wae Rebo adalah Mbaru Niang yang merupakan rumah adat atau rumah khas masyarakat
Manggarai. Keunikan mbaru niang ini terlihat dari bentuknya yang kerucut dan konstruksinya
yang unik yang tidak menggunakan paku sebagai penguat melainkan menggunakan kayu yang
biasa disebut ketilo. Hal inilah yang menarik perhatian seorang arsitek asal Perancis Catherine
Allerton merupakan wisatawan mancanegara dan sekaligus wisatawan pertama yang datang ke
Wae Rebo, yang kemudian berjasa mempromosikan Wae Rebo ke dunia internasional, yang
kemudian membuat Wae Rebo semakin banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik
Mbaru Niang Wae Rebo sebanyak 7 buah dan hanya tiga yang masih layak tinggal. Hal
inilah yang membuat Yori Antar seorang arsitek asal Jakarta memprakarsai program pembuatan
mbaru niang yang dibantu oleh yayasan rumah asu. Kegiatan ini bertujuan mencegah kepunahan
mbaru niang. Dan mereka berhasil membangun 2 buah mbaru niang yang disambut baik oleh
masyarakat lokal. Kegiatan konservasi ini mendapat penghargaan dari UNESCO pada 27
Agusutus 2012 yaitu award of excellence pada UNESCO Asia-Pasifik Awards For Cultural
Heritage Conservation.Selain keunikan mbaru niang, daya tarik Wae Rebo juga terlihat dari
kebiasaan dan aktivitas masyarakat setempat yang masih memperthankan keaslian budaya
Manggarai dan kondisi hutan yang masih lebat yang mengelilingi desa ini.
Untuk menempuh desa kecil ini kita bisa menggunakan pesawat dan kapal laut dan tiba di
Labuan Bajo, dari Labuan Bajo kita mnuju Ruteng menggunakan bus, dari Ruteng kita menuju
Dintor desa terakhir sebeum Wae Rebo. Dari Desa Dintor kita akan berjalan kaki menuju Wae
Rebo selama 4-5 jam. Hal inilah yang membuat Wae Rebo memberikan pengalaman berbeda
Keunikan tersebut yang membuat Wae Rebo menarik cukup banyak kunjungan
wisatawan, selain itu juga promosi baik dilakukan para wisatawan maupun dinas pariwisata
Kabupaten Manggarai Tengah sangat mempermudah Wae Rebo untuk mempromosikan dirinya
ke para wisatawan. Semakin gencarnya promosi membuat Wae Rebo dikunjungi oleh wisatawan,
baik mancanegar maupun nusantara. Berikut jumlah kunjungan wisatawan ke Wae Rebo dari
Tabel 1.1
Jumlah Wisatawan
Tahun Jumlah
(Orang)
(Orang)
Nusantara Mancanegara
2011 48 345 393
2012 300 383 683
2013 617 424 1.041
2014 1.398 1.158 2.556
2015 *) 249 108 357
Jumlah 2.612 2.418 5.030
Keterangan *) :Tahun 2015 data bulan Januari –Maret
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Tengah
Berdasarkan data pada table 1.1 jumlah kunjungan wisatawan ke Wae Rebo dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh promosi yang dilakukan oleh dinas pariwisata
kabupaten Manggarai, wisatawan dan media massa. Kunjungan wisatawan paling banyak terjadi
pada tahun 2014 yaitu sebanyak 2.556 wisatawan. Meningkatnya kunjungan wisatawan pada
tahun 2014 disebabkan karena diadakannya sail komodo2013, yang sangat membantu destinasi
berkembang seperti Wae Rebo untuk memperkenalkan diri kepada para wisatawan, sehingga
bisa membangun citra yang baik di mata wisatawan. Sedangkan kunjungan wisatawan paling
sedikit terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 393 wisatawan. Pada awal perkembangannya,
kunjungan wisatawan mancanegara ke Wae Rebo lebih banyak dibandingkan wisatawan
domestic, data tersebut dapat dilihat pada tabel di atas yaitu pada tahun 2011 sebesar 345
wisatawan mancanegara berbanding 48 wisatawan nusantara, dan pada tahun 2012 sebesar 383
wisatawan mancanegara dan 300 wisatawan nusantara. Hal ini disebabkan pada awalnya Wae
Rebo hanya dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan belum banyak wisatawan domestic
yang mengetahui tentang Wae Rebo, karena minimnya promosi. Tetapi pada tahun 2013, jumlah
yaitu sebesar 617 wisatawan nusantara berbanding 424 wisatawan mancanegara, dan pada tahun
2014 sebesar 1.398 wisatawan nusantara berbanding 1.158 wisatawan mancanegara. Hal ini
disebabkan karena adanya sail komodo 2013, sehingga kegiatan promosi semakin efektif, yang
membuat Wae Rebo semakin dikenal baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Wae Rebo, maka
diperlukannya fasilitas yang dapat menunjang kegiatan pariwisata. Berikut fasilitas-fasilitas yang
terdapat di Wae Rebo, untuk menunjang aktivitas pariwisata pada tahun 2015:
Tabel 1.2.
Jumlah
Jenis Fasilitas
Toilet 4
Homestay 2
Puskesmas 1
Taman Bacaan 1
Jumlah 8
Sumber : Lembaga Pariwisata Wae Rebo tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, keberadaan fasilitas di Wae Rebo belum memadai, untuk
menunjang kegiatan pariwisata di Wae Rebo, sehingga perlu dibangun fasilitas pariwisata. Selain
itu juga pembangunan fasilitas pariwisata tersebut harus didasari pada kondisi pengembangan
pariwisata di Wae Rebo, dimana pengembangan pariwisata di Wae Rebo berbasis ekowisata.
Oleh sebab itu perlu dibuat sebuah perencanaan fasilitas pariwisata yang tetap mengacu pada
Pembangunan fasilitas tersebut juga didasari oleh kebutuhan wisatawan akan fasilitas pariwisata.
Kebutuhan wisatawan akan fasilitas pariwisata dapat dilihat berdasarkan pola kunjungan
wisatawan ke Wae Rebo. Dengan mengetahui pola kunjungan wisatawan kita dapat mengetahui
kebutuhan wisatawan, sehingga bisa dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan fasilitas di Wae
Rebo.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola kunjungan wisatawan di Wae Rebo, Desa Satar Lenda,
Kabupaten Manggarai Tengah, Nusa Tenggara Timur.
2. Untuk mengetahui perencanaan fasilitas pariwisata di Wae Rebo,Desa Satar
Lenda,Kabupaten Manggarai Tengah,Nusa Tenggara Timur.
1 Manfaat Akademik
terutama teori dan konsep yang berkaitan dengan perencanaan fasilitas pariwisata di destinasi
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi pengaruh positif bagi pengembangan dan
pengelolahan Wae Rebo. Selain itu juga hasil penelitian ini juga diharapkan dipakai sebagai
bahan referensi dalam perencanaan dan pengembangan fasilitas pariwisata di Wae Rebo. Agar
pengelolah bisa mengidentifikasi fasilitas pariwisata yang tepat digunakan di Wae Rebo.
Sehingga dapat menarik minat wisatawan tanpa mengurangi keindahan dan keaslian Wae Rebo
1.5.Sistematika Penulisan
Bab ini merupakan bagian penutup yang terdiri dari hasil dan
pembahasan tentang permasalahan yang diteliti serta saran yang
diberikan oleh peneliti.