Anda di halaman 1dari 9

BAB.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata telah berkembang pesat dan telah menjadi salah satu industri yang

menjanjikan dalam mendatangkan devisa bagi Negara atau daerah yang mempunyai potensi

wisata. Penambahan devisa bagi Negara sejalan dengan terciptanya banyak lapangan pekerjaan

yang memberikan banyak kesempatan kerja. Indonesia memiliki banyak destinasi yang menarik

dan wajib dikunjungi, baik oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.

Destinasi-destinasi tersebut tersebar di berbagai propinsi di Indonesia. Salah satu propinsi yang

mempunyai potensi wisata adalah NTT. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) tahun 2010-

2025, NTT dijadikan sebagai koridor ekonomi bersama Bali dan NTB (Nusa Tenggara Barat).

Tema Pembangunan koridor ekonomi Bali-Nusa Tenggara adalah pintu gerbang pariwisata dan

pendukung pangan nasional. Terdapat 4 pusat ekonomi dalam pembangunan ini yaitu Denpasar,

Lombok, Kupang, dan Mataram. Kegiatan ekonomi utama dalam pembangunan ini adalah

pariwisata, perikanan, dan peternakan. Keberadaan peraturan pemerintah ini sangat membantu

dalam menentukan arah pembangunan daerah, khususnya bagi NTT.

Nusa Tenggara Timur memiliki banyak destinasi yang mempunyai potensi dalam

menarik minat wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Dan

sebagian besar destinasi utama yang telah menjadi icon pariwisata NTT berada di Pulau Flores,

seperti pulau Komodo, pulau Rinca, pulau Bidadari, pink beach (pantai yang pasirnya berwarna

merah muda), sawah laba-laba, danau Kelimutu (danau tiga warna), cunca rami (air terjun), goa

batu cermin dan Wae Rebo. Destinasi-destianasi tersebut tersebar di berbagai kabupaten di Pulau
Flores. Dan salah satu Kabupaten yang mempunyai potensi dalam mengembangkan pariwisata

adalah Kabupaten Manggarai Tengah. Manggarai Tengah memiliki banyak destinasi yang

mempunyai potensi dalam menarik minat wisatawan, seperti, sawah laba-laba, pantai cepi watu,

pantai Bondey, danau Rana Mese, Liang bua dan Wae Rebo. Namun keberadaan fasilitas

penunjang kegiatan pariwisata dan aksesbilitas menuju destinasi tersebut belum memadai. Selain

itu juga keberadaan pariwisata memang belum terlalu popular di mata masyarakat Manggarai

Tengah, seperti halnya Bali yang telah menjadikan pariwisata sebagai sector andalan dalam

menghasilkan devisa dan menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini disebabkan

karena tingkat SDM masyarakat yang masih terbilang rendah dan kurangnya sosialisasi dari

pemerintah pada masyarakat tentang pariwisata.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam memajukan pariwisata NTT, misalnya

dengan melakukan berbagai pelatihan dan kursus bahasa inggris untuk pemberdayaan

masyarakat, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Rencana Induk Pembangunan

Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) tahun 2010-2025 dan diadakannya sail komodo 2013 sangat

berperan penting dalam memajukan pariwisata NTT, diadakannya event ini memberi kesempatan

bagi NTT untuk mempromosikan destinasi-destinasi pariwisatanya kepada para wisatawan, hal

ini terlihat dari banyaknya wisatawan yang datang selama tahun 2013. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Dinas Pariwisata NTT, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke NTT pada

tahun 2013 mencapai 80.810 wisatawan, meningkat dari tahun 2012 sebanyak 47.000 wisatawan.

Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara mencapai 595.680 wisatawan atau meningkat

dari tahun 2012 sebesar 349.000 wisatawan. Dan pada tahun 2014 kunjungan wisatawan

mancanegara mencapai 201. 345 wisatawan dan kunjungan wisatawan nusantara mencapai

800.000 wisatawan.
Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke NTT tidak terlepas dari keberadaan Bali

sebagai icon pariwisata Indonesia. Bali merupakan pintu masuk bagi wisatawan yang datang ke

NTT. Selain itu juga pariwisata Bali saat ini mulai ditinggalkan oleh para wisatawan, hal ini

disebabkan karena jumlah kunjungan wisatawan yang setiap hari semakin meningkat tidak

sebanding dengan daya tampung pulau Bali. Hal ini disebabkan karena perkembangan pariwisata

Bali telah mengarah pada mass tourism. Meskipun berdampak pada terbukanya begitu banyak

lapangan pekerjaan, pembangunan infrastruktur yang memadai dan penambahan devisa bagi

daerah, tetapi juga memberi dampak negatif bagi daerah yaitu kerusakan lingkungan, angka

kriminalitas yang semakin bertambah, kemacetan dan bahkan sudah mulai merusak tatanan

kebudayaan masyarakat Bali yang sebenarnya merupakan daya tarik utama. Hal inilah yang

membuat wisatawan lambat laun mulai meninggalkan Bali dan mencari destinasi baru yang

masih “perawan”. Apalagi saat ini para wisatawan lebih suka mengunjungi destinasi-destinasi

yang masih jarang dikunjungi dan masih alami. Hal ini sejalan dengan tren pariwisata saat ini

dimana para wisatawan lebih menyukai alternative tourism. NTT memiliki banyak destinasi

yang masih jarang dikunjungi oleh wisatawan, dimana kondisi lingkungannya masih alami, salah

satunya Wae Rebo.

Wae Rebo terletak di Desa Satarenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten

Manggarai Tengah, Nusa Tenggara Timur. Wae Rebo merupakan sebuah desa kecil terpencil

yang letaknya berada di tengah-tengah hutan. Pada awalnya Wae Rebo merupakan sebuah

destinasi yang dikunjungi oleh para wisatawan, gaung pesonanya hanya sayup-sayup terdengar

karena lokasinya yang terpencil berada di tengah hutan lindung Manggarai Tengah. Keunikan

Wae Rebo adalah Mbaru Niang yang merupakan rumah adat atau rumah khas masyarakat

Manggarai. Keunikan mbaru niang ini terlihat dari bentuknya yang kerucut dan konstruksinya
yang unik yang tidak menggunakan paku sebagai penguat melainkan menggunakan kayu yang

biasa disebut ketilo. Hal inilah yang menarik perhatian seorang arsitek asal Perancis Catherine

Allerton merupakan wisatawan mancanegara dan sekaligus wisatawan pertama yang datang ke

Wae Rebo, yang kemudian berjasa mempromosikan Wae Rebo ke dunia internasional, yang

kemudian membuat Wae Rebo semakin banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik

mancanegara maupun nusantara.

Mbaru Niang Wae Rebo sebanyak 7 buah dan hanya tiga yang masih layak tinggal. Hal

inilah yang membuat Yori Antar seorang arsitek asal Jakarta memprakarsai program pembuatan

mbaru niang yang dibantu oleh yayasan rumah asu. Kegiatan ini bertujuan mencegah kepunahan

mbaru niang. Dan mereka berhasil membangun 2 buah mbaru niang yang disambut baik oleh

masyarakat lokal. Kegiatan konservasi ini mendapat penghargaan dari UNESCO pada 27

Agusutus 2012 yaitu award of excellence pada UNESCO Asia-Pasifik Awards For Cultural

Heritage Conservation.Selain keunikan mbaru niang, daya tarik Wae Rebo juga terlihat dari

kebiasaan dan aktivitas masyarakat setempat yang masih memperthankan keaslian budaya

Manggarai dan kondisi hutan yang masih lebat yang mengelilingi desa ini.

Untuk menempuh desa kecil ini kita bisa menggunakan pesawat dan kapal laut dan tiba di

Labuan Bajo, dari Labuan Bajo kita mnuju Ruteng menggunakan bus, dari Ruteng kita menuju

Dintor desa terakhir sebeum Wae Rebo. Dari Desa Dintor kita akan berjalan kaki menuju Wae

Rebo selama 4-5 jam. Hal inilah yang membuat Wae Rebo memberikan pengalaman berbeda

bagi para wisatawan, terutama wisatawan yang menyukai adventure tourism.

Keunikan tersebut yang membuat Wae Rebo menarik cukup banyak kunjungan

wisatawan, selain itu juga promosi baik dilakukan para wisatawan maupun dinas pariwisata
Kabupaten Manggarai Tengah sangat mempermudah Wae Rebo untuk mempromosikan dirinya

ke para wisatawan. Semakin gencarnya promosi membuat Wae Rebo dikunjungi oleh wisatawan,

baik mancanegar maupun nusantara. Berikut jumlah kunjungan wisatawan ke Wae Rebo dari

tahun 2011 sampai tahun 2015:

Tabel 1.1

umlah kunjungan wisatawan ke Wae Rebo Tahun 2011-2015

Jumlah Wisatawan
Tahun Jumlah
(Orang)
(Orang)
Nusantara Mancanegara
2011 48 345 393
2012 300 383 683
2013 617 424 1.041
2014 1.398 1.158 2.556
2015 *) 249 108 357
Jumlah 2.612 2.418 5.030
Keterangan *) :Tahun 2015 data bulan Januari –Maret
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Tengah

Berdasarkan data pada table 1.1 jumlah kunjungan wisatawan ke Wae Rebo dari tahun ke

tahun semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh promosi yang dilakukan oleh dinas pariwisata

kabupaten Manggarai, wisatawan dan media massa. Kunjungan wisatawan paling banyak terjadi

pada tahun 2014 yaitu sebanyak 2.556 wisatawan. Meningkatnya kunjungan wisatawan pada

tahun 2014 disebabkan karena diadakannya sail komodo2013, yang sangat membantu destinasi

berkembang seperti Wae Rebo untuk memperkenalkan diri kepada para wisatawan, sehingga

bisa membangun citra yang baik di mata wisatawan. Sedangkan kunjungan wisatawan paling

sedikit terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 393 wisatawan. Pada awal perkembangannya,
kunjungan wisatawan mancanegara ke Wae Rebo lebih banyak dibandingkan wisatawan

domestic, data tersebut dapat dilihat pada tabel di atas yaitu pada tahun 2011 sebesar 345

wisatawan mancanegara berbanding 48 wisatawan nusantara, dan pada tahun 2012 sebesar 383

wisatawan mancanegara dan 300 wisatawan nusantara. Hal ini disebabkan pada awalnya Wae

Rebo hanya dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan belum banyak wisatawan domestic

yang mengetahui tentang Wae Rebo, karena minimnya promosi. Tetapi pada tahun 2013, jumlah

kunjungan wisatawan nusantara lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan mancanegara,

yaitu sebesar 617 wisatawan nusantara berbanding 424 wisatawan mancanegara, dan pada tahun

2014 sebesar 1.398 wisatawan nusantara berbanding 1.158 wisatawan mancanegara. Hal ini

disebabkan karena adanya sail komodo 2013, sehingga kegiatan promosi semakin efektif, yang

membuat Wae Rebo semakin dikenal baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Wae Rebo, maka

diperlukannya fasilitas yang dapat menunjang kegiatan pariwisata. Berikut fasilitas-fasilitas yang

terdapat di Wae Rebo, untuk menunjang aktivitas pariwisata pada tahun 2015:

Tabel 1.2.

Fasilitas yang ada di Wae Rebo pada tahun 2015

Jumlah
Jenis Fasilitas
Toilet 4
Homestay 2
Puskesmas 1
Taman Bacaan 1
Jumlah 8
Sumber : Lembaga Pariwisata Wae Rebo tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, keberadaan fasilitas di Wae Rebo belum memadai, untuk

menunjang kegiatan pariwisata di Wae Rebo, sehingga perlu dibangun fasilitas pariwisata. Selain

itu juga pembangunan fasilitas pariwisata tersebut harus didasari pada kondisi pengembangan

pariwisata di Wae Rebo, dimana pengembangan pariwisata di Wae Rebo berbasis ekowisata.

Oleh sebab itu perlu dibuat sebuah perencanaan fasilitas pariwisata yang tetap mengacu pada

pengembangan pariwista yang berbasis atau sesuai dengan prinsip-prinsip ekowisata.

Pembangunan fasilitas tersebut juga didasari oleh kebutuhan wisatawan akan fasilitas pariwisata.

Kebutuhan wisatawan akan fasilitas pariwisata dapat dilihat berdasarkan pola kunjungan

wisatawan ke Wae Rebo. Dengan mengetahui pola kunjungan wisatawan kita dapat mengetahui

kebutuhan wisatawan, sehingga bisa dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan fasilitas di Wae

Rebo.
1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola kunjungan wisatawan di Wae Rebo, Desa Satar Lenda,


Kabupaten Manggarai Tengah, Nusa Tenggara Timur ?
2. Bagaimana perencanaan fasilitas pariwisata di Wae Rebo, Desa Satar Lenda,
Kabupaten Manggarai Tengah Nusa Tenggara Timur ?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola kunjungan wisatawan di Wae Rebo, Desa Satar Lenda,
Kabupaten Manggarai Tengah, Nusa Tenggara Timur.
2. Untuk mengetahui perencanaan fasilitas pariwisata di Wae Rebo,Desa Satar
Lenda,Kabupaten Manggarai Tengah,Nusa Tenggara Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi terhadap penambahan wawasan terutama

mengenai perencanaan fasilitas pariwisata pada destinasi-destinasi pariwisata yang baru

berkembang, mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah kepariwisataan dan untuk

mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang diperoleh selama proses perkuliahan,

terutama teori dan konsep yang berkaitan dengan perencanaan fasilitas pariwisata di destinasi

yang baru berkembang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi pengaruh positif bagi pengembangan dan

pengelolahan Wae Rebo. Selain itu juga hasil penelitian ini juga diharapkan dipakai sebagai

bahan referensi dalam perencanaan dan pengembangan fasilitas pariwisata di Wae Rebo. Agar

pengelolah bisa mengidentifikasi fasilitas pariwisata yang tepat digunakan di Wae Rebo.

Sehingga dapat menarik minat wisatawan tanpa mengurangi keindahan dan keaslian Wae Rebo
1.5.Sistematika Penulisan

Penelitian yang berjudul “PerencanaanFasilitas Pariwisata di Wae Rebo, Kecamtan


Satarlenda, Kabupaten Manggarai,Nusa Tenggara Timur” menggunakan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II: LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sebelumna dan


diskripsi konsep meliputi Landasan Konsep dan Teori Analisis
tentang: Teori siklus hidup destinasi wisata (destination area
lifecycle), konsep pengembangan pariwisata, dan konsep
perencanaan.

BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang lokasi penelitian, ruang


lingkup penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan
data, teknik penentuan informan dan teknik analisis data.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum lokasi


penelitian, hasil dan pembahasan terhadap pokok permasalahan
yang diteliti.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian penutup yang terdiri dari hasil dan
pembahasan tentang permasalahan yang diteliti serta saran yang
diberikan oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai