Anda di halaman 1dari 19

PAPER HUKUM KEPARIWISATAAN

Dosen Pengampu :
Ketut Suardita, SH., M.H

Oleh :

Anak Agung Adik Sri Utari

2004551113

B/Reguler Pagi

DENPASAR
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas anugerahnya, saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ketut Suardita, SH, M.H selaku dosen mata kuliah Hukum Keariwisataan . Selain itu, penulisan
tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai “Hukum Kepariwisataan” bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketut Suardita, SH., M.H selaku dosen
mata kuliah Hukum Kepariwisataan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan penugasan ini.

Ubud, 26 Maret 2021

Penulis
STRATEGI PENGEMBANGAN DESTINASI BURUNG
KOKOKAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BERBASIS
TRADISI DAN SAPTA PESONA
(Studi Pengembangan Destinasi Wisata Di Desa Petulu, Ubud-
Gianyar)

Anak Agung Adik Sri Utari


Fakultas Hukum
Universitas Udayana
Bali
Email : gung.adik60@gmail.com

Abstrak
Salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam bidang pariwisata adalah keadaan
alam yang disertai satwa langka yang dimiliki, dan dukungan dari tradisi dari
masyarakat setempat. Burung Kokokan merupakan satwa yang dimiliki oleh Desa
Petulu dengan letaknya yang strategis, dapat dijadikan sebagai destinasi pariwisata
dengan berbasis tradisi. Namun, terdapat beberapa permasalahan terkait dengan
pengembangan destinasi Burung Kokokan sebagai daya tarik wisata di Desa Petulu,
serta kondisi dari burung tersebut yang datangnya musiman. Oleh sebab itu,
dibutuhkan strategi terkait dengan pengembangan destinasi Burung Kokokan
sebagai potensi daya tarik wisata, aksesibilitas, fasilitas pendukung, dan prinsip-
prinsip tradisi maupun Sapta Pesona sebagai pondasi dalam mengembangkan
destinasi pariwisata Burung Kokokan di Desa Petulu Data dalam penulisan ini
diambil melalui observasi dan kepustakaan. Hasil dari penulisan ini adalah
tersusunnya strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan destinasi
pariwisata Burung Kokokan berbasis tradisi di Desa Petulu meliputi: 1) Pembuatan
penangkaran Burung Kokokan; 2) Peningkatan dalam pengelolaan Tourist
Information; 3) Peningkatan dalam mengedukasikan masyarakat setempat terkait
usaha UMKM yang kreatif berbasis seni; 4) Pemerdayaan fasilitas; 5) Pemanfaatan
jalur persawahan sebagai jalur tracking; 6) Pelestarian Burung Kokokan dengan
tradisi yang didukung dengan Sapta Pesona sebagai pondasi sejak dini.
Kata Kunci : Strategi Pengembangan Pariwisata, Destinasi Pariwisata, Tradisi,
Burung Kokokan.
BAB I
PENDAHULUAN

Dunia Pariwisata merupakan sebuah aktivitas yang sudah melekat dalam


diri manusia. Kegiatan pariwisata ini merupakan suatu industri yang sangat
berkembang pesat di seluruh dunia. Di setiap negara tanpa kecuali di Indonesia
mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat
wisatawan agar berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya pembangunan serta pengembangan dalam pariwisata di berbagai
wilayah di Indonesia. Sektor pariwisata dikembangkan karena dianggap menjadi
sumber industri andalan yang dapat memberikan lapangan pekerjaan,
menguntungkan masyarakat, pemerintah, maupun pihak swasta, serta menggeser
kegiatan-kegiatan industri manufaktur dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat
mengeksploitasi sumber daya alam. Oleh karena itu pengembangan di pariwisata
gencar dilakukan di berbagai wilayah Indonesia terutama bagi daerah yang
memiliki keterbatasan dalam sumber daya alam, tetapi mempunyai potensi maupun
keunikan panorama dan seni budaya. Potensi itulah yang dapat digunakan sebagai
menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu
daerah tujuan wisata yang sangat digemari oleh wisatawan lokal maupun
mancanegara di Indonesia adalah Pulau Bali.

Bali yang sudah menjadi primadona bagi wisatawan domestik maupun


mancanegara ini memiliki berbagai julukan yang sudah dikenal yaitu Pulau Seribu
Pura, Pulau Dwata, hingga Pulau Eksotik. Bali memiliki daya taris tersendiri serta
Keunikan tradisi dan adat-istiadat Masyarakat Bali membuat wisatawan seakan
tidak pernah merasa bosan berkunjung ke Bali. Jika dilihat dari data Badan Pusat
Statistik Provinsi Bali, kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Bali
menurut kawasannya mengalami peningkatan kurang lebih 5 tahun terakhir ini
yaitu dari tahun 2014-2019 diantaranya sebagai berikut :

Jumlah / 3 766 4 001 4 927 5 697 6 070 473 6 275 210


Total: 638 835 937 739
Pertumbuhan 14,89 6,24 23,14 15,62 6,54 3,37
/ Growth Rate
(%)

Berdasarkan data kunjungan wisatawan di atas, dapat diketahui bahwa


kunjungan wisatawan ke Bali mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan
yang terjadi tidak lepas dari banyaknya daya tarik wisata yang berada di Bali.
Dengan memanfaatkan potensi keindahan alam serta kekayaan budaya yang
dimiliki membuat Pulau Bali terkenal sebagai daerah tujuan wisata yang memiliki
berbagai jenis daya tarik wisata, salah satunya adalah daerah Ubud sebagai
Kawasan pariwisata budaya yang mampu menyajikan panorama alam, seni
pertunjukan dan adat istiadat masyarakat lokal. Kecamatan Ubud terdiri dari
delapan desa, dimana masing-masing desa memiliki daya tarik tersendiri bagi
wisatawan yang berkunjung ke Ubud. Selain kelestarian alamnya, keramah-
tamahan penduduk lokal juga menjadi nilai plus bagi kepariwisataan di Ubud.
Tidak heran jika wisatawan tidak pernah bosan datang ke Ubud, salah satu wisata
utama di Ubud adalah kesenian, seperti seni tari, seni pahat, maupun seni lukis.
Namun siapa sangka ternyata salah satu desa di Ubud yang memiliki ikon tersendiri
dengan cirikhasnya adanya sebuah burung bangau putih yang disebut dengan
Burung Kokokan yang hidup berbaur dengan masyarakat desa yaitu di Desa Petulu.
Jarak dari pusat Ubud menuju tempat wisata di desa Petulu sekitar 10 menit
berkendara, dari sentral Ubud, menuju Timur, sampai di ujung jalan sebuah
pertigaan, belok kiri menuju jurusan objek wisata Tegalalang, sekitar 2 km belok
kiri anda akan bertemu dengan pertigaan lagi, belok kiri menuju jalan raya Petulu.
Jarak dua tempat wisata ini berdekatan, sehingga jika agenda tour di Bali menuju
Ubud tidak berkunjung juga ke desa adat Petulu.

Namun, keberadaan objek wisata Burung Kokokan yang sudah digarap


sejak tahun 2008 ini masih jarang terdengar bagi wisatawan maupun mancanegara
sehingga sepi pengunjung. Menurut informasi dari Ketua BUMDes Petulu, I Wayan
Sudira mengatakan bahwa objek wisata Burung Kokokan ini merupakan objek
wisata musiman. Selain hanya menentukan musim, gerombolan burung kokokan
itu pun datangnya pada setiap Bulan Purnama tiba. Biasanya musim kedatangan
Burung Kokokan dengan jumlah yang banyak yaitu sekitar bulan November sampai
Maret. Ketika tidak musim, gerombolan burung itu hanya datang kurang dari lima
ribu. Namun sudah musimnya, bisa mencapai 10.000an lebih yang memenuhi
ranting pohon di sepanjang Desa Petulu. Disamping itu pula, kurangnya masyarakat
lokal untuk mengembangkan objek wisata Burung Kokokan dikarenakan fasilitas
yang disediakan masih umum seperti adanya area parkir yang memadai, wantilan
dengan dilengkapi tempat untuk istirahat bagi wisatawan, toilet, penginapan, serta
warung-warung kecil yang dikembangkan oleh masyarakat desa.

Jika dilihat dengan kondisi tersebut, membuat para wisatawan yang


berkunjung merasa kurang puas dan cepat bosan, terutama untuk wisatawan yang
kurang memiliki jiwa alam dikarenakan setiap area desa tersebut akan disuguhkan
dengan aroma yang khas dari kotoran Burung Kokokan. Maka dari itu, perlu adanya
sebuah strategi pengembangan destinasi Burung Kokokan sebagai daya tarik wisata
berbasis tradisi yang di dukung dengan Sapta Pesonsa di Desa Petulu.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut: pertama, bagaimanakah asal mula kedatangan burung kokokan
datang ke Desa Petulu. Kedua, bagaimana masyarakat selama ini mengelola burung
kokokan untuk menjadi objek pariwisata. Ketiga, tradisi apa yang dimiliki Desa
Petulu yang sampai sekarang masih dilestarikan. Tujuan dari adanya penulisan ini
adalah untuk mengetahui bagaimanakah asal mula kedatangan burung kokokan
tersebut bisa sampai ke Desa Petulu. Selanjutnya, untuk mengetahui upaya yang
selama ini telah dilakukan oleh masyarakat terkait dalam pengelolaan destinasi
burung kokokan menjadi objek wisata, serta agar dapat mengetahui tradisi yang
menjadi ciri khas bagi Desa Petulu yang sampai saat ini masih dilestarikan.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Strategi
Strategi berasal dari dari bahasa Yunani, yaitu “strategos” (stratos = militer
dan ag = memimpin), yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh
para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Secara
umum, strategi sebagai cara mencapai tujuan. Strategi merupakan rencana jangka
panjang untuk mencapai tujuan. Menurut (George Steiner, Strategic Planning,
1979, Free Press) dalam (Thomas, 2018), strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas
penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Kemudian dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) strategi dapat diartikan sebagai (1) lmu dan seni
menggunakan semua sumber daya untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu
dalam perang dan damai; (2) ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang
menguntungkan; (3) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus. Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi
merupakan rencana dalam jangka panjang dengan aktivitas yang cermat dan
penting untuk mencapai sebuah tujuan tertentu
2. Pengembangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengembangan merupakan


proses, cara, perbuatan mengembangkan. Kemudian, menurut Abdul Majid dalam
(Gürbilek, 2015) pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan
melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain
pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala
sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan
memperhatikan potensi dan kompetensi peserta didik. Selain itu, menurut
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam (Ii, 2015) pengembangan adalah
proses, cara, perbuatan mengembangkan, pembangunan secara bertahap dan teratur
yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Pengembangan yang berarti suatu
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah


suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan
moral dan pengembangan terfokus pada aspek jasmani seperti ketangkasan,
kesehatan, cakap, kreatif, dan sebagainya. Pengembangan tersebut dilakukan dalam
institusi dan juga luar institusi seperti di dalam keluarga maupun masyarakat.

3. Strategi Pengembangan

Menurut (Ii et al., 2017) secara konseptual strategi pengembangan dalam


konteks industri adalah upaya untuk melakukan analisis terhadap kondisipasar baik
internal yang meliputi kelemahan dan kekuatan dan kondisi pasar eksternalyaitu
peluang dan ancaman yang akan dihadapi, kemudian diambil alternatif untuk
menentukan strategi yang harus dilakukan. Analisis pasar internal merupakan suatu
proses untuk menilai faktor-faktor keunggulan strategis perusahaan/organisasi
untuk menentukan dimana letak kekuatan dan kelemahannya, sehingga penyusunan
strategi dapat dimanfaaatkan secara efektif, kesempatan pasar dan menghadapi
hambatannya, mengembangkan profil sumber daya dan keunggulan,
membandingkan profil tersebut dengan kunci sukses, dan mengidentifikasikan
kekuatan utama dimana industry dapat membangun strategi untuk mengeksploitasi
peluang dan meminimalkan kelemahan dan mencegah kegagalan.

4. Pariwisata

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Bab 1, Pasal 1 tentang


Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah. Menurut Yoeti (1996:118) dalam (Maiti &
Bidinger, 1981) menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat lain, dengan maksud bukan untuk usaha atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan
yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat lain dengan maksud bukan untuk berbisnis ataupun melakukan pekerjaan
dan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.

5. Destinasi Wisata

Menurut Hadinoto (1996:115) dalam (Maiti & Bidinger, 1981), destinasi


merupakan spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana dia dapat tinggal
selama waktu tertentu. Kata destinasi dapat digunakan untuk terencana, yang
sebagian atau seluruhnya dengan amenitas dan pelayanan produk wisata, fasilitas
rekreasi, restoran, hotel, atraksi, toko pengecer yang dibutuhkan pengunjung.
Menurut Kotler (2010:29) dalam (Maiti & Bidinger, 1981) menjelaskan bahwa
destinasi wisata merupakan tempat dengan bentuk yang memiliki nyata atau
berdasarkan persepsi, baik berupa secara fisik (pulau), secara politik, atau
berdasarkan pasar.

6. Tradisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tradisi merupakan adat


kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat; penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan
yang paling baik dan benar. Menurut Hasan Hanafi dalam (Hakim Moh, 2013),
tradisi (turats) merupakan segala warisan masa lampau yang masuk ke dalam
kebudayaan yang sekarang berlaku. Dengan demikian, tradisi tidak hanya
merupakan persoalan peninggalan sejarah, tetapi sekaligus merupakan persoalan
kontribusi zaman kini dengan berbagai tingkatan.

Di dalam tradisi diatur bagaimana manusia berhubungan dengan manusia


lain atau satu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya, bagaimana
manusia bertindak terhadap lingkungannya, dan bagaimana perilaku manusia
terhadap alam yang lain. Ia berkembang menjadi suatu sistem, memiliki pola, dan
norma yang sekligus juga mengatur penggunaan sanksi bagi yang melanggarnya.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Kedatangan Burung Kokokan di Desa Petulu

Latar belakang dan cerita sejarah kehidupan burung bangau atau kokokan
ini di desa Petulu terbilang cukup unik dan menarik. Migrasi burung kokokan ke
desa adat Petulu Ubud mulai pada tahun 1965, pada saat itu burung yang datang
hanya sekitar 5 ekor saja, kemudian setiap bulan jumlahnya semakin meningkat.
Penduduk yang melihat ini mulai tertarik untuk memelihara burung tersebut bahkan
diburu untuk dikonsumsi. Namun anehnya mereka yang menangkap burung bangau
tersebut beberapa hari kemudian kembali untuk melespakannya. Mereka
mengatakan tidak kuat karena didatangi oleh makhluk bertubuh hitam tinggi besar
serta menyeramkan setelah menangkap burung tersebut. Makhluk tersebut tidak
hanya datang dalam mimpi saja tetapi dalam kenyataan, dan semua orang yang
menangkap mengalami kejadian serupa. Mengetahui kejadian tersebut tetua desa
berinisiatif mengadakan upacara untuk memohon maaf atas kejadian tersebut dan
melalui pewisik (wangsit) diketahui bahwa burung kokokan atau bangau di desa
adat Petulu Ubud ini adalah rencang atau pengawal Ida Batara, dewa atau
manifestasi Tuhan yang dipuja warga setempat. Burung-burung tersebut adalah
pasukan desa yang secara niskala menjaga desa dari gangguan baik itu penyakit
ataupun hama yang menyerang pertanian. Dan itu terbukti setelah dibuatkan
pelinggih atau tugu untuk tempat persembahan terhadap kokokan, desa ini menjadi
makmur, hasil sawah meningkat karena berkurangnya hama termasuk kotoran dari
burung juga memberi kesuburan serta tidak ada bahaya yang mengancam, termasuk
sekarang desa adat Petulu menjadi tujuan wisata yang berpotensi menambah
pendapatan desa dan warga.

2. Jenis Burung Kokokan yang Berada di Desa Petulu

Nama Kokokan merupakan nama lokal Bali. Nama umumnya di Indonesia


untuk jenis burung ini adalah Burung Kuntul Kerbau, dengan nama latinnya
adalah Bubulcus ibis. Burung ini dikenal dengan sebutan Kuntul Kerbau atau ternak
(cattle egret) karena mereka sering berada bersama-sama dengan ternak sapi atau
kerbau, memangsa serangga atau vertebrata kecil lainnya yang menghinggapi tubuh
ternak tersebut. Kuntul Kerbau adalah spesies terkecil burung dalam
family Ardeidae atau Kuntul-kuntulan. Cangak dan Kowak juga termasuk keluarga
Kuntul. Ukuran Kuntul Kerbau ini hanya sekitar 48--53 cm saja. Bulu burung
berwarna putih dengan sapuan jingga pada dahi. Burung ini tinggal berkoloni,
berkumpul dan membangun sarangnya di dahan pohon-pohon lebat. Kuntul Kerbau
statusnya tercatat sebagai spesies dengan risiko rendah (least concern) dalam daftar
IUCN. Burung Kuntul termasuk burung yang dilindungi undang-undang,
sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan
dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:

1. Barang siapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan,


memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a), diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
2. Barang siapa dengan sengaja menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut,
dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati (Pasal 21 ayat
(2) huruf b), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat
(2));
3. Dengan sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau
bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari
bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke
tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
3. Pengembangan Burung Kokokan oleh Warga Setempat Untuk
Menjadi Daya Tarik Wisata

Petulu, merupakan sebuah desa yang memiliki cerita tersendiri dengan


berjuta makna. Letaknya yang strategis dengan didukung keberadaan dari burung
kokokan, membuat daerah ini cocok untuk dijadikan destinasi wisata. Desa Petulu
di apit oleh dua Desa wisata yang tidak kalah menarik yaitu di sebelah utara
berdekatan dengan Desa Tegallalang yang terkenal akan pesona alam dan sawahnya
atau Ceking Terrace, kemudian terdapat konservasi Luwak, Gajah Putih, dan
sebagainya. Selain itu di sepanjang jalan dari Petulu menuju Tegallalang akan
banyak menemui sebuah toko kerajinan seperti patung, ukiran, baju, anyaman, dan
berbagai souvenir Bali. Kemudian di sebelah selatan berdekatan langsung dengan
pusat Kota Ubud, yang tanpa dipungkiri lagi Ubud merupakan sebuah Kota dengan
pesona budaya yang sangat unik dan beragam. Dari potensi itulah, masyarakat Desa
Petulu mulai untuk mengembangkan Burung Kokokan ini menjadi sebuah objek
wisata yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang Ke
Desa Petulu. Berbagai upaya telah dilakukan untuk pengembangan wisata di daerah
ini seperti, masyarakat mulai membangun sebuah tempat yang nyaman untuk
bersantai melihat kondisi Burung Kokokan secara langsung serta mengambil spot
foto. Selain itu, fasilitas yang didapatkan juga lumayan memadai seperti tersedianya
toilet, adanya sebuah area parkir yang luas, penginapan, warung-warung kecil, serta
sudah adanya sebuah Tourist Information bagi wisatawan yang baru datang ke Desa
Petulu. Pengembangan wisata ini membuat peningkatan pemasukan desa setempat.
Namun, karena keberadaan Burung Kokokan ini datangnya musiman, membuat
penghasilan desa tidak menentu serta terkadang para wisatawan merasa kecewa
karena keberadaan Burung Kokokan sangat minim.

A. Strategi Pengembangan Destinasi Burung Kokokaan


Sebagai Daya Tarik Wisata Yang Dapat Diberikan

Berbagai permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya, membuat


potensi yang dimiliki masyarakat lokal sebenarnya harus ditingkatkan sesuai
dengan perkembangan zaman. Berbagai upaya harus terus dilakukan demi
kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu, penulis berusaha untuk mengkaji upaya
apa saja yang dapat dikembangkan masyarakat demi meningkatnya pengembangan
wisata di Desa Petulu ini meliputi :

A. Burung Kokokan yang datangnya musiman dapat diupayakan dengan


membuat sebuah Penangkaran Burung Kokokan. Wacana ini sebenarnya
sudah dicanangkan oleh Kepala Desa Petulu Tjokorda Agung Setia Dharma
yang didampingi Kepala Banjar Petulu Gunung Made Rawa mengatakan
penangkaran burung Kokoan dilakukan menggunakan dana desa sebesar
Rp259.000.000,00 (Dua Ratus Lima Puluh Sembilan Juta Rupiah).
Penggunaan dana desa itu juga atas kesepakatan warga.
B. Peningkatan dalam pengelolaan Tourist Informationt, yang tidak hanya
menjual tiket masuk, tetapi lebih kepada membuat sebuah web yang dapat
diakses untuk wisatawan terkait informasi Burung Kokokan seperti
taksonomi, morfologi, jalur migrasi, bahkan waktu yang tepat untuk
dikunjungi. Hal tersebut untuk mencegah rasa kekecewaan bagi para
wisatawan untuk berkunjung ke Desa Petulu.
C. Pengembangan bagi masyarakat lokal untuk lebih kreatif dengan berbagai
inovasi baru untuk mendukung UMKM dengan membangun sebuah
warung, namun dengan keadaan yang higenis dan bersih. Jika
memungkinkan dapat membuatkan sebuah toko souvenir dari hasil
kerajinan masyarakat setempat yang dikembangkan secara bersama-sama.
D. Terkait fasilitas seperti toilet, area parker, serta penginapan agar lebih
diperhatikan kebersihannya, terutama toilet. Selain itu, perlu adanya untuk
membuat papan arah, dikarenakan untuk memudahkan wisatawan terkait
tempat-tempat yang dituju.
E. Memanfaatkan area persawahan untuk membuat jalur tracking untuk
menambah rasa kepuasan wisatawan menikmati keindahan alam disertai
nuansa Burung Kokokan yang hinggap di ranting pohon dengan kicauannya
yang menjadi ciri khas.

Dengan pengembangan destinasi Burung Kokokan sebagai daya tarik wisata


membuat kehidupan masyarakat desa lebih sejahtera. Menurut dari keterangan
Kepala Desa Tjokorda Agung Setia Dharma pendapatan desa Petulu dari objek
wisata Burung Kokokan ini secara kotor kurang lebih Rp. 50.000.000,00 (Lima
Puluh Juta Rupiah) itu pun sebelum masa pandemi. Melihat hal tersebut,
pengembangan destinasi wisata Burung kokokan perlu terus ditingkatkan dari
masa-kemasa tanpa menghingkan unsur tradisi yang dimiliki masyarakat setempat.

4. Tradisi Yang Dimiliki Oleh Desa Adat Petulu

Puluhan tahun hidup berdampingan dengan koloni burung kokokan atau bangau
putih, krama Adat Desa Petutu, terus berupaya menjaga keharmonisan. Melalui
Pecaruan di Palinggih Ratu Kokokan, warga memohon agar koloni kokokan
memanfaatkan hutan itu, selain pohon-pohon di pinggir jalan. Prosesi diikuti oleh
seluruh krama dan prajuru adat setempat yang dipimpin oleh Pemangku Pura. Kali
ini, upacara yang bertepatan dengan Hari raya Kuningan itu, terbilang khusus
karena dirangkai dengan pecaruan guru pidhuka. Serangkaian prosesi, warga
bersesaji dihadapan stana ratu kokokan. Sebagai ungkapan syukur atas
kemakmuran desa, semenjak kehadiran burung kokokan setengah abad lalu, Dan
untuk menjaga kelangsungan hidupnya ke depan, kokona yang disucikan itu
diharapkan memanfaatkan hutan baru yang telah disiapkan sejak beberapa tahun
lalu. Dari penuturan Ketua Badan Pegelola Konservasi Kokokan Petulu, I Wayan
Suardana, prosesi di Palinggih Ratu Kokokanm sudah dilakukan secara rutin.
Berkaitan dengan keberadaan koloni burung kokokan atau bangau putih yang
hidup berdampingan dengan warga desa adat Petulu yang memiliki nilai sosio-
historis. Hingga kini pun warga menyakini kekeramatan burung ini dan mensyukuri
keberadaannya dengan menggelar upacara kokokan. Ditambahkan oleh mantan
Bendesa Adat Petulu, I Wayan Beneh, dari keyakinan warga ini pula, habitat
kokokan selalu dilindungi warga. Didukung dengan aturan adat yang memastikan
pengganggu burung bakal dikenai sangsi adat yang cukup berat. Dengan adanya
kegiatan yang rutin ini dapat mendukung ketertarikan wisatawan untuk berkunjung
ke Desa Petulu. Selain itu, Masyarakat juga mengenal akan konsep Tri Hita Karana,
yang mana lebih menitikberatkan cara manusia untuk berprilaku saling mengormati
antar sesama, alam, serta Tuhannya.
A. Sapta Pesona Sebagai Pondasi Dalam Pengembangan Daya
Tarik Wisata Sejak Dini

Berdаsаrkаn Keputusаn Menteri Pаriwisаtа, Pos dаn Telekomunikаsi


Nomor.5/UM.209/MPPT-89 tentаng Pedomаn Penyelenggаrааn Sаptа Pesonа.
Sаptа Pesonа didefinisikаn sebаgаi kondisi yаng hаrus diwujudkаn dаlаm rаngkа
menаrik minаt wisаtаwаn untuk berkunjung kesuаtu dаerаh аtаu wilаyаh di negаrа
Indonesiа. Sаptа Pesonа terdiri dаri tujuh unsur yаitu аmаn, tertib, bersih, sejuk,
indаh, rаmаh, dаn kenаngаn. Sehubungаn dengаn meningkаtnyа kinerjа
pembаngunаn pаriwisаtа, mаkа Progrаm Sаptа Pesonа kemudiаn disempurnаkаn
dаn menjаdi jаbаrаn konsep Sаdаr Wisаtа. Setiаp unsur sаptа pesonа di definisikаn
sebаgаi berikut :

1. Аmаn. Suаtu kondisi lingkungаn di destinаsi pаriwisаtа yаng memberikаn


rаsа tenаng, bebаs dаri rаsа tаkut dаn kecemаsаn bаgi wisаtаwаn.
2. Tertib. Suаtu kondisi lingkungаn dаn pelаyаnаn di destinаsi pаriwisаtа yаng
mencerminkаn sikаp disiplin yаng tinggi sertа kuаlitаs fisik dаn lаyаnаn
yаng konsisten dаn terаtur sertа efisien.
3. Bersih. Suаtu kondisi lingkungаn sertа kuаlitаs produk dаn pelаyаnаn di
destinаsi pаriwisаtа yаng mencerminkаn keаdааn yаng sehаt/higienis.
4. Sejuk. Suаtu kondisi lingkungаn di destinаsi pаriwisаtа yаng mencerminkаn
keаdааn yаng sejuk dаn teduh yаng аkаn memberikаn perаsааn nyаmаn dаn
“betаh” bаgi wisаtаwаn.
5. Indаh. Suаtu kondisi lingkungаn di destinаsi pаriwisаtа yаng mencerminkаn
keаdааn yаng indаh dаn menаrik yаng аkаn memberikаn rаsа kаgum dаn
kesаn yаng mendаlаm bаgi wisаtаwаn.
6. Rаmаh. Suаtu kondisi lingkungаn yаng bersumber dаri sikаp mаsyаrаkаt di
destinаsi pаriwisаtа yаng mencerminkаn suаsаnа yаng аkrаb, terbukа dаn
penerimааn yаng tinggi kepаdа wisаtаwаn.
7. Kenаngаn. Suаtu bentuk pengаlаmаn yаng berkesаn di destinаsi pаriwisаtа
yаng аkаn memberikаn rаsа senаng dаn kenаngаn indаh yаng membekаs
bаgi wisаtаwаn.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Desa Petulu merupakan sebuah desa unik dengan ikon Burung Kuntul
Kerbau yang selanjutnya diberi nama Burung Kokokan. Burung ini datang dengan
membawa cerita magis yang diyakini oleh masyarakat setempat, dimana awal
kedatanggannya sekitar tahun 1965 dengan jumlah 5 ekor, yang kemudian
bertambah secara perlahan-lahan. Di Indonesia, Burung Kuntul dilindungi sesuai
dengan Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam Undang-Undang
No. 5 Tahun 1990. Desa Petulu memiliki letak yang strategis yaitu diantara Desa
Tegallalang dan Pusat Kota Ubud yang menjadi nilai tambah dalam pengembangan
wisata. Namun, masyarakat lokal saat ini masih kurang memahami bagaimana cara
mengembangkan Desa Petulu dengan potensi yang ada. Berbagai upaya harus terus
dilakukan untuk menangani dan juga meningkatkan daya tarik wisatawan untuk
berkunjung ke Desa Petulu. Strategi pengembangan yang dimaksud adalah dengan
memanfaatkan situasi dan kondisi daerah sekitar yang dilandasi dengan sebuah
tradisi serta konsep Tri Hita Karana untuk menjalin suatu hubungan yang harmonis
antar sesama individu, alam, serta Tuhan. Cara sederhana yang dapat dilakukan
meliputi pembuatan penangkaran burung kokokan, membuat website resmi,
pembuatan jalur tracking, serta pengembangan bagi masyarakat lokal untuk
meningkatkan UMKN berdasarkan seni yang dimiliki. Tidak lupa juga untuk
menerapkan unsur-unsur sapta pesona sebagai pondasi dalam pengembangan daya
tarik wisata sejak dini, seperti keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramah-tamahan, dan kenangan
Saran

1. Peran berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam terciptanya


kepariwisataan yang baik harus lebih ditingkatkan. Peran dari Pemerintah
Kota Gianyar khusunya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Gianyar
hendaknya lebih meningkatkan kualitas objek wisata yang digali dari
potensi alam serta masyarakat lokal.
2. Koordinasi antara pengurus desa, masyarakat, dan investor dalam
pengembangan pariwisata di Desa Petulu juga harus ditingkatkan. Dalam
mengembangkan objek wisata, seharusnya ada keseimbangan untuk
mengembangkan objek wisata buatan/ theme park, wisata alam dan wisata
berbasis tradisi dari masyarakat lokal. Sehingga manfaat dari adanya
pariwisata dapat menjadi nilai tambah bagi pendapatan pemerintah dan
pendapatan masyarakat lokal serta lingkungan alam yang tetap terjaga.
3. Berdasarkan minimnya informasi yang didapatkan wisatawan tentang
Burung Kokokan sebaiknya peran pemerintah, beserta seluruh lapisan
masyarakat Desa Petulu dalam mempromosikan keindahan alam Burung
Kokokan lebih ditingkatkan. Sehingga wisatawan dapat menerima
informasi yang seimbang.
4. Bagi pelaku usaha pengembangan pariwisata di Desa Petulu yang
menginginkan wisatawan untuk datang mengunjungi tempat objek wisata
berbasis tradisi, harus menerapkan unsur-unsur sapta pesona sebagai
pondasi dalam pengembangan daya tarik wisata sejak dini, seperti
keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramah-
tamahan, dan kenangan
DAFTAR PUSTAKA

Gürbilek, N. (2015). Definisi Pengembangan. Journal of Chemical Information

and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Hakim Moh, N. (2013). Islam Tradisional dan Reformasi Pragtisme. Islam

Tradisiional Dan Reformasi Pragtisme, 29.

Hamzah, F., & Utomo, E. T. (2016). Sapta Pesona pada Museum Mandala

Wangsit Siliwangi Kota ImplementasiBandung. Jurnal Pariwisata, III(2).

Ii, B. A. B. (2015). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ( Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Balai Pustaka:2003)h. 473 2 Evelopment

Country. 8–35.

Ii, B. A. B., Usaha, A. S. P., & Pengembangan, P. S. (2017). Strategi

Pengembangan Industri Rumah Tangga Kerajinan Bambu Di Kinilow

Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon. Cocos, 1(8), 14–50.

Maiti, & Bidinger. (1981). 済無No Title No Title. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Thomas, T. (2018). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Bisnis. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Wilopo, K. K., & Hakim, L. (2017). Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata

Budaya (Studi Kasus pada Kawasan Situs Trowulan sebagai Pariwisata

Budaya Unggulan di Kabupaten Mojokerto). Jurnal Administrasi Bisnis S1

Universitas Brawijaya, 42(1), 58.


https://bali.bps.go.id/

https://www.hestanto.web.id/pengertian-strategi/

https://kbbi.web.id/strategi

https://kbbi.web.id/kembang

https://kbbi.web.id/tradisi

https://m.medcom.id/bali-nusa/peristiwa-bali-nusa/8Ky7L6rb-warga-petulu-

tangkar-burung-kokokan-demi-puaskan-wisatawan

https://www.nusabali.com/berita/60974/wisata-kokokan-petulu-masih-sepi-turis

https://balitribune.co.id/content/krama-petulu-gelar-ritual-ratu-kokokan

https://www.kompasiana.com/i48775/5fc4914ed541df23d25e9813/kokokan-

petulu-konservasi-tradisional-berspirit-ritual

https://www.balipost.com/news/2019/10/10/89540/Wisatawan-Kerap-Tak-Temui-

Ikon...html

https://ihategreenjello.com/pesona-keindahan-wisata-desa-petulu-di/

https://www.balitoursclub.net/desa-petulu-

ubud/#:~:text=Latar%20belakang%20dan%20cerita%20sejarah,setiap%20bulan%

20jumlahnya%20semakin%20meningkat.

https://test.sid.my.id/opensid/index.php/first/artikel/99

https://www.balitoursclub.net/desa-petulu-ubud/

Anda mungkin juga menyukai