Dosen Pengampu :
Ketut Suardita, SH., M.H
Oleh :
2004551113
B/Reguler Pagi
DENPASAR
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas anugerahnya, saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ketut Suardita, SH, M.H selaku dosen mata kuliah Hukum Keariwisataan . Selain itu, penulisan
tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai “Hukum Kepariwisataan” bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketut Suardita, SH., M.H selaku dosen
mata kuliah Hukum Kepariwisataan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan penugasan ini.
Penulis
STRATEGI PENGEMBANGAN DESTINASI BURUNG
KOKOKAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BERBASIS
TRADISI DAN SAPTA PESONA
(Studi Pengembangan Destinasi Wisata Di Desa Petulu, Ubud-
Gianyar)
Abstrak
Salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam bidang pariwisata adalah keadaan
alam yang disertai satwa langka yang dimiliki, dan dukungan dari tradisi dari
masyarakat setempat. Burung Kokokan merupakan satwa yang dimiliki oleh Desa
Petulu dengan letaknya yang strategis, dapat dijadikan sebagai destinasi pariwisata
dengan berbasis tradisi. Namun, terdapat beberapa permasalahan terkait dengan
pengembangan destinasi Burung Kokokan sebagai daya tarik wisata di Desa Petulu,
serta kondisi dari burung tersebut yang datangnya musiman. Oleh sebab itu,
dibutuhkan strategi terkait dengan pengembangan destinasi Burung Kokokan
sebagai potensi daya tarik wisata, aksesibilitas, fasilitas pendukung, dan prinsip-
prinsip tradisi maupun Sapta Pesona sebagai pondasi dalam mengembangkan
destinasi pariwisata Burung Kokokan di Desa Petulu Data dalam penulisan ini
diambil melalui observasi dan kepustakaan. Hasil dari penulisan ini adalah
tersusunnya strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan destinasi
pariwisata Burung Kokokan berbasis tradisi di Desa Petulu meliputi: 1) Pembuatan
penangkaran Burung Kokokan; 2) Peningkatan dalam pengelolaan Tourist
Information; 3) Peningkatan dalam mengedukasikan masyarakat setempat terkait
usaha UMKM yang kreatif berbasis seni; 4) Pemerdayaan fasilitas; 5) Pemanfaatan
jalur persawahan sebagai jalur tracking; 6) Pelestarian Burung Kokokan dengan
tradisi yang didukung dengan Sapta Pesona sebagai pondasi sejak dini.
Kata Kunci : Strategi Pengembangan Pariwisata, Destinasi Pariwisata, Tradisi,
Burung Kokokan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Strategi
Strategi berasal dari dari bahasa Yunani, yaitu “strategos” (stratos = militer
dan ag = memimpin), yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh
para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Secara
umum, strategi sebagai cara mencapai tujuan. Strategi merupakan rencana jangka
panjang untuk mencapai tujuan. Menurut (George Steiner, Strategic Planning,
1979, Free Press) dalam (Thomas, 2018), strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas
penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Kemudian dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) strategi dapat diartikan sebagai (1) lmu dan seni
menggunakan semua sumber daya untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu
dalam perang dan damai; (2) ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang
menguntungkan; (3) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus. Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi
merupakan rencana dalam jangka panjang dengan aktivitas yang cermat dan
penting untuk mencapai sebuah tujuan tertentu
2. Pengembangan
3. Strategi Pengembangan
4. Pariwisata
5. Destinasi Wisata
6. Tradisi
Latar belakang dan cerita sejarah kehidupan burung bangau atau kokokan
ini di desa Petulu terbilang cukup unik dan menarik. Migrasi burung kokokan ke
desa adat Petulu Ubud mulai pada tahun 1965, pada saat itu burung yang datang
hanya sekitar 5 ekor saja, kemudian setiap bulan jumlahnya semakin meningkat.
Penduduk yang melihat ini mulai tertarik untuk memelihara burung tersebut bahkan
diburu untuk dikonsumsi. Namun anehnya mereka yang menangkap burung bangau
tersebut beberapa hari kemudian kembali untuk melespakannya. Mereka
mengatakan tidak kuat karena didatangi oleh makhluk bertubuh hitam tinggi besar
serta menyeramkan setelah menangkap burung tersebut. Makhluk tersebut tidak
hanya datang dalam mimpi saja tetapi dalam kenyataan, dan semua orang yang
menangkap mengalami kejadian serupa. Mengetahui kejadian tersebut tetua desa
berinisiatif mengadakan upacara untuk memohon maaf atas kejadian tersebut dan
melalui pewisik (wangsit) diketahui bahwa burung kokokan atau bangau di desa
adat Petulu Ubud ini adalah rencang atau pengawal Ida Batara, dewa atau
manifestasi Tuhan yang dipuja warga setempat. Burung-burung tersebut adalah
pasukan desa yang secara niskala menjaga desa dari gangguan baik itu penyakit
ataupun hama yang menyerang pertanian. Dan itu terbukti setelah dibuatkan
pelinggih atau tugu untuk tempat persembahan terhadap kokokan, desa ini menjadi
makmur, hasil sawah meningkat karena berkurangnya hama termasuk kotoran dari
burung juga memberi kesuburan serta tidak ada bahaya yang mengancam, termasuk
sekarang desa adat Petulu menjadi tujuan wisata yang berpotensi menambah
pendapatan desa dan warga.
Puluhan tahun hidup berdampingan dengan koloni burung kokokan atau bangau
putih, krama Adat Desa Petutu, terus berupaya menjaga keharmonisan. Melalui
Pecaruan di Palinggih Ratu Kokokan, warga memohon agar koloni kokokan
memanfaatkan hutan itu, selain pohon-pohon di pinggir jalan. Prosesi diikuti oleh
seluruh krama dan prajuru adat setempat yang dipimpin oleh Pemangku Pura. Kali
ini, upacara yang bertepatan dengan Hari raya Kuningan itu, terbilang khusus
karena dirangkai dengan pecaruan guru pidhuka. Serangkaian prosesi, warga
bersesaji dihadapan stana ratu kokokan. Sebagai ungkapan syukur atas
kemakmuran desa, semenjak kehadiran burung kokokan setengah abad lalu, Dan
untuk menjaga kelangsungan hidupnya ke depan, kokona yang disucikan itu
diharapkan memanfaatkan hutan baru yang telah disiapkan sejak beberapa tahun
lalu. Dari penuturan Ketua Badan Pegelola Konservasi Kokokan Petulu, I Wayan
Suardana, prosesi di Palinggih Ratu Kokokanm sudah dilakukan secara rutin.
Berkaitan dengan keberadaan koloni burung kokokan atau bangau putih yang
hidup berdampingan dengan warga desa adat Petulu yang memiliki nilai sosio-
historis. Hingga kini pun warga menyakini kekeramatan burung ini dan mensyukuri
keberadaannya dengan menggelar upacara kokokan. Ditambahkan oleh mantan
Bendesa Adat Petulu, I Wayan Beneh, dari keyakinan warga ini pula, habitat
kokokan selalu dilindungi warga. Didukung dengan aturan adat yang memastikan
pengganggu burung bakal dikenai sangsi adat yang cukup berat. Dengan adanya
kegiatan yang rutin ini dapat mendukung ketertarikan wisatawan untuk berkunjung
ke Desa Petulu. Selain itu, Masyarakat juga mengenal akan konsep Tri Hita Karana,
yang mana lebih menitikberatkan cara manusia untuk berprilaku saling mengormati
antar sesama, alam, serta Tuhannya.
A. Sapta Pesona Sebagai Pondasi Dalam Pengembangan Daya
Tarik Wisata Sejak Dini
Kesimpulan
Desa Petulu merupakan sebuah desa unik dengan ikon Burung Kuntul
Kerbau yang selanjutnya diberi nama Burung Kokokan. Burung ini datang dengan
membawa cerita magis yang diyakini oleh masyarakat setempat, dimana awal
kedatanggannya sekitar tahun 1965 dengan jumlah 5 ekor, yang kemudian
bertambah secara perlahan-lahan. Di Indonesia, Burung Kuntul dilindungi sesuai
dengan Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam Undang-Undang
No. 5 Tahun 1990. Desa Petulu memiliki letak yang strategis yaitu diantara Desa
Tegallalang dan Pusat Kota Ubud yang menjadi nilai tambah dalam pengembangan
wisata. Namun, masyarakat lokal saat ini masih kurang memahami bagaimana cara
mengembangkan Desa Petulu dengan potensi yang ada. Berbagai upaya harus terus
dilakukan untuk menangani dan juga meningkatkan daya tarik wisatawan untuk
berkunjung ke Desa Petulu. Strategi pengembangan yang dimaksud adalah dengan
memanfaatkan situasi dan kondisi daerah sekitar yang dilandasi dengan sebuah
tradisi serta konsep Tri Hita Karana untuk menjalin suatu hubungan yang harmonis
antar sesama individu, alam, serta Tuhan. Cara sederhana yang dapat dilakukan
meliputi pembuatan penangkaran burung kokokan, membuat website resmi,
pembuatan jalur tracking, serta pengembangan bagi masyarakat lokal untuk
meningkatkan UMKN berdasarkan seni yang dimiliki. Tidak lupa juga untuk
menerapkan unsur-unsur sapta pesona sebagai pondasi dalam pengembangan daya
tarik wisata sejak dini, seperti keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramah-tamahan, dan kenangan
Saran
Hamzah, F., & Utomo, E. T. (2016). Sapta Pesona pada Museum Mandala
Country. 8–35.
https://www.hestanto.web.id/pengertian-strategi/
https://kbbi.web.id/strategi
https://kbbi.web.id/kembang
https://kbbi.web.id/tradisi
https://m.medcom.id/bali-nusa/peristiwa-bali-nusa/8Ky7L6rb-warga-petulu-
tangkar-burung-kokokan-demi-puaskan-wisatawan
https://www.nusabali.com/berita/60974/wisata-kokokan-petulu-masih-sepi-turis
https://balitribune.co.id/content/krama-petulu-gelar-ritual-ratu-kokokan
https://www.kompasiana.com/i48775/5fc4914ed541df23d25e9813/kokokan-
petulu-konservasi-tradisional-berspirit-ritual
https://www.balipost.com/news/2019/10/10/89540/Wisatawan-Kerap-Tak-Temui-
Ikon...html
https://ihategreenjello.com/pesona-keindahan-wisata-desa-petulu-di/
https://www.balitoursclub.net/desa-petulu-
ubud/#:~:text=Latar%20belakang%20dan%20cerita%20sejarah,setiap%20bulan%
20jumlahnya%20semakin%20meningkat.
https://test.sid.my.id/opensid/index.php/first/artikel/99
https://www.balitoursclub.net/desa-petulu-ubud/