Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

PERANCANGAN KAWASAN HOMESTAY DI DESA WISATA SERANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Arsitektur Tematik

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

Kinanthi Barru

Pembimbing:

Ofita Purwani, S.T., M.T. Ph.D.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Judul
1.1.1. Homestay
Homestay adalah rumah yang ditinggali seseorang sebagai tamu yang membayar
untuk jangka waktu singkat. Tamu disediakan akomodasi dan layanan oleh keluarga
maupun secara individu (pelayan) dalam homestay. Homestay umumnya dibangun di
daerah perdesaan (rural destination) dengan upaya menarik wisatawan yang telah
datang ke daerah perkotaan (urban destination) dengan menawarkan suasana
lingkungan alam perdesaan, akomodasi yang nyaman, aktivitas selama tinggal di
homestay, makanan yang terjaga kebersihannya serta harga yang bersaing sesuai
dengan fasilitas yang disediakan. Homestay menawarkan pengalaman unik dan
menarik, dengan pengalaman belajar dengan lingkungan serta berinteraksi sosial
dengan masyarakat. Tak jarang dalam kegiatan wisatawan di homestay, para
wisatawan menganggap tuan rumah pemilik usaha akomodasi sebagai saudara
angkat mereka. Kenyamanan dan rasa kekeluargaan yang diciptakan dalam
melakukan kegiatan wisata di homestay menjadi bagian kenangan wisatawan
(Homestay Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan, Pusat Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua-Bali, I Wayan
Mertha, Putu Diah Sastri Pitanatri, 2018)
1.1.2. Desa Wisata
Desa wisata adalah sebuah kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik
khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih
memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor
pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai
sebuah kawasan desa wisata. (Pelaksanaan Pengelolaan Homestay Di Desa Lubuk
Kembang Bunga Kawasan Eko Wisata Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan Provinsi
Riau, Ali Ria Aminudin, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas Riau, 2015)
1.2. Latar Belakang
Pariwisata didefinisikan sebagai perpindahan seseorang atau sekelompok orang menuju
tempat tujuan di luar tempat tinggalnya untuk sementara waktu dan melakukan aktivitas di
tujuan wisata itu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka [ CITATION Mat82 \l 1033 ].
Selain itu, pariwisata juga dianggap sebagai industri terbesar yang berkembang pesat di
dunia [ CITATION Sch08 \l 1033 ] dalam menyumbang pemasukan devisa. Hal tersebut
dilihat dari 10% total ketenagakerjaan, 11% GDP global serta total wisatawan diprediksi
terus meningkat sampai 1.6 milyar pada tahun 2020 (Speirs, 2010 dalam Setyaningsih,
2016)
Sesuai dengan visi pengembangan pariwisata yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional tahun 2010 sampai dengan tahun 2005, yaitu Indonesia sebagai
destinasi pariwisata yang berdaya saing dan berkelas dunia dapat mendorong pembangunan
daerah serta kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan, salah satunya dengan
perencanaan dan pengembangan desa wisata yang mempunyai kearifan lokal sebagai
destinasi pariwisata berkelanjutan (Nuryanti, 2009 dalam Setyaningsih, 2016 )
Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi
yang besar dalam pengembangan pariwisata. Berdasarkan data dari Dinas Pemuda,
Olahraga, dan Pariwisata, Kabupaten Purbalingga memiliki berbagai jenis wisata yaitu (1)
wisata alam seperti Goa Lawa, agrowisata kebun stroberi, desa wisata Karangbanjar, Bukit
Sendaren dan beberapa curug seperti Curug Tanalum, Curug Silintang, Curug Kali Karang
dan lain sebagainya; (2) wisata religi yaitu Masjid Agung Darussalam, Masjid Cheng Ho,
Petilasan Ardi Lawet; (3) wisata sejarah yaitu Museum Jendral Soedirman; (3) wisata buatan
seperti Owabong, taman kota Usman Janatin, taman reptil dan sebagainya. Berdasarkan data
pada Purbalingga Dalam Angka 2010, tingkat kunjungan wisatawan selalu meningkat yaitu
mengalami kenaikan 2,66% pada tahun 2010 sampai dengan 2013.
Pada tahun 2017, wisatawan yang datang mencapai 1.748.009 dengan tamu menginap
sebesar 39.205 [CITATION Pur18 \l 1033 ] Potensi kunjungan wisata yang besar menjadi
langkah awal yang dapat diambil oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk
mengembangkan potensi yang ada sebagai destinasi wisata unggulan khususnya di Jawa
Tengah.
Pembentukan dan pengembangan desa wisata merupakan salah satu program yang
diusung pemerintah Kabupaten Purbalingga yang diatur dalam Peraturan Bupati No 58
Tahun 2017. Berdasarkan data dari Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata, Kabupaten
Purbalingga, desa wisata yang akan dikembangkan yaitu terdapat 6 desa, salah satunya yaitu
Desa Serang yang sejalan dengan peraturan tersebut untuk menjadikan Desa Serang sebagai
kawasan agrowisata yang dianggap dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal
dengan potensi keunikan yang dimiliki.
Desa Serang merupakan daerah pegunungan yang mempunyai tanah yang subur. Hal
tersebut ditandai dengan banyaknya lahan pertanian dan perkebunan yang menjadi sumber
mata pencaharian utama masyarakat setempat dengan komoditas utama sayuran dan stroberi
sebagai komoditas unggulan desa ini. Desa Serang dikenal sebagai desa wisata buah
stroberi.
Jumlah wisatawan di Kabupaten Purbalingga khususnya di Desa Wisata Serang yang
terus meningkat tiap tahunnya, maka diperlukan sebuah akomodosi sebagai pendukung
sarana dan prasarana destinasi kawasan pariwisata. Akan tetapi saat ini hanya terdapat
beberapa rumah masyarakat lokal yang dijadikan sebagai homestay dengan persebaran yang
tidak merata. Oleh karena itu maka diperlukan adanya perencanaan akomodasi yang tepat
demi keberlanjutan desa wisata ini agar dapat menguntungkan bagi masyarakat setempat.
Homestay merupakan program yang diperkenalkan oleh Menteri Pariwisata pada tahun
1990 sebagai salah satu alternatif akomodasi yang ditawarkan pada wisatawan yang
berkunjung.Perancangan kawasan homestay bertujuan untuk memfasilitasi akomodasi para
wisatawan yang berkunjung di Desa Serang. Berbeda dengan bentuk penginapan lain seperti
hotel, homestay menawarkan bagi para wisatawan yang tertarik mengalami kehidupan
pedesaan dan berinteraksi langsung serta melakukan “culture exchange” dengan host
family. Hal tersebut memberikan pengalaman yang unik bagi para wisatawan yang bisa
belajar budaya, gaya hidup, dan industri ekonomi lokal yang ada.
Konsep homestay ini dipilih sebagai bentuk aplikasi Community Based Tourism yang
telah diterapkan sebagai alat pengembangan desa khususnya di negara ASEAN. Program
homestay dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat setempat melalui pemasukan,
dukungan budaya lokal, serta upaya konservasi alam guna mendukung pariwisata
berkelanjutan.
Homestay dirancang dengan pendekatan arsitektur vernakular yang mencerminkan
identitas lokal untuk mewakili gaya hidup otentik masyarakat pedesaan. Konsep
perencanaan kawasan homestay mencakup ruang yang mampu mewadahi kegiatan seperti
pertunjukan budaya lokal, aktivitas yang mendorong partisipasi aktif antara komunitas lokal
dengan wisatawan, mengunjungi atraksi yang menjadi daya tarik di sekeliling area serta
melibatkan wisatawan dalam kegiatan pertanian dan berkebunan.
1.3. Permasalahan dan Persoalan
1.3.1. Permasalahan
Bagaimana merancang kawasan homestay edukatif di Desa Wisata Serang yang
aman, nyaman, dan indah serta dapat menunjang aktivitas dapat mengakomodasikan
wisatawan?
1.3.2. Persoalan
1.3.2.1. Bagaimana konsep tata ruang kawasan agar dapat sesuai dengan
homestay yang edukatif dan mengatur blok plan yang terintegrasi dengan
aksesibilitas yang baik?
1.3.2.2. Bagaimana konsep bentuk dan fasad bangunan agar terlihat otentik dan
mencerminkan budaya lokal sehingga menyatu dengan lingkungan?
1.3.2.3. Bagaimana konsep pemilihan material yang tepat dan mencerminkan
budaya lokal sehingga menyatu dengan lingkungan?

1.4. Tujuan dan Sasaran


1.4.1. Tujuan
Mewujudkan kawasan homestay di Desa Wisata Serang yang mampu mewadahi
segala kegiatan wisatawan dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan,
keamanan dan keindahan.
1.4.2. Sasaran
1.4.2.1. Mendapatkan konsep tata ruang kawasan agar dapat sesuai dengan
homestay yang edukatif dan mengatur blok plan yang terintegrasi dengan
aksesibilitas yang baik.
1.4.2.2. Mendapatkan konsep bentuk dan fasad bangunan agar terlihat otentik dan
mencerminkan budaya lokal sehingga menyatu dengan lingkungan?
1.5. Lingkup dan Batasan
1.5.1. Lingkup
Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur, yaitu desain yang mampu
mewadahi kegiatan homestay, mencerminkan identitas budaya lokal, serta
terintegrasi dengan karakter visual bangunan dan lingkungan di sekitarnya.
1.5.2. Batasan
Pembahasan ditekankan pada permasalahan perencanaan dan perancangan tata ruang
kawasan serta fasilitas budaya dan pariwisata penunjang homestay dengan
mempertimbangkan faktor fisik dan non fisik lingkungan site. Sedangkan hal-hal di
luar lingkup disiplin ilmu arsitektur akan dilakukan pembahasan sesuai dengan
hubungan keterkaitannya.
1.6. Metode

Metode yang digunakan dalam perancangan kawasan homestay ini terbagi menjadi tiga yaitu
pencarian data, analisis data dan hasil analisis data. Pencarian data meliputi dua bagian yaitu
untuk mendapatkan data primer yaitu data eksisting site/tapak melalui survey lapangan dan
wawancara serta data sekunder yang didapat dari studi literatur dan preseden yang membahas
mengenai; (1) Pengertian dan fungsi homestay; (2) Peruangan dan fasilitas berdasarkan
ASEAN Homestay Standard. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan
permasalahan dan persoalan yang ada. Dari hasil analisis tersebut menghasilkan beberapa
konsep yaitu konsep peruangan, konsep tapak, konsep tampilan dan gubahan massa, konsep
struktur, dan konsep utilitas yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan tahap
transformasi desain dalam bentuk fisik bangunan kawasan homestay.
1.7. Sistematika Kepenulisan
1.7.1. Bab I Pendahuluan, bab ini akan memaparkan mengenai esensi judul, latar belakang,
permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, lingkup dan batasan, metode
perancangan dan sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dan dasar dalam
perancangan kawasan homestay di Desa Wisata Serang.
1.7.2. Bab II Tinjauan Teori, bab ini akan memaparkan tinjauan mengenai homestay,
fasilitas, zonasi, sirkulasi, tapak, bahan material bangunan, struktur bangunan,
estetika dasar, sistem utilitas, dan preseden yang bersumber dari sumber kepustakaan
dan observasi langsung.
1.7.3. Bab III Tinjauan Data, bab ini akan memaparkan mengenai tinjauan Kabupaten
Purbalingga terkait dengan lokasi site yang akan dibangun meliputi gambaran umum
kota, konteks kota, peraturan kota, dan lokasi site yang akan dibangunn.
1.7.4. Bab IV Analisis Perencanaan, bab ini berisi analisis desain rancangan yang akan
dicapai yaitu terkait analisis perencanaan yang secara utuh didalamnya memuat visi,
misi dan tujuan, penentuan lokasi/site, spesifikasi kegiatan, kebutuhan ruang. Dari
analisis tersebut, maka mampu diambil kesimpulan yang selanjutnya akan digunakan
sebagai konsep perencanaan dan konsep perancangan kawasan homestay.
1.7.5. Bab V Analisis Perancangan, bab ini berisi analisis desain rancangan yang akan
dicapai yaitu terkait analisis perancangan yang memuat analisis ruang, analisi tapak,
analisis struktur dan konstruksi, dan analisis utilitas. Dari analisis tersebut, maka
mampu diambil kesimpulan yang selanjutnya akan digunakan sebagai konsep
perencanaan dan konsep perancangan kawasan homestay.
1.7.6. Bab VI Konsep Perencanaan dan Perancangan, bab ini akan memaparkan hasil
kesimpulan dari pembahasan analisis yang telah dilakukan sehingga menghasilkan
konsep desain dalam merancang kawasan homestay.

Anda mungkin juga menyukai