Anda di halaman 1dari 38

Pengembangan Desa Wisata

Berbasis Komunitas Masyarakat


BPPMD Bengkulu

PEMANDU
Nama: HOTLIN SINURAT
Alamat : Padang Jaya, Kab. Bengkulu
Utara
No.Telp : 081368698777
Jabatan : PSM Ahli Muda
Unit Kerja : BPPMDDTT Bengkulu,
Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi RI
Pengembangan Desa Wisata Berbasis Komunitas

1. Latar Belakang

• Murphy 1988 bahwa sumber daya dan keunikan komunitas


(kelompok) lokal baik berupa elemen fisik maupun non fisik (nilai-
nilai, norma-norma, adat dan tradisi) yang melekat pada komunitas
tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan budaya dan
pariwisata
• Wearing (2001) yang menegaskan bahwa sukses atau keberhasilan
jangka panjang kegiatan (industri) budaya dan pariwisata akan
sangat tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari
komunitas lokal.
2. Pelibatan Masyarakat Di Bidang Pariwisata
• Pelibatan masyarakat memiliki tingkatan diantaranya 1) community
involvement (Keperdulian komunitas), 2) community engagement
(Keterlibatan Komunitas), 3)community participation (Partisipasi
Komunitas, 4) community empowerment (Pemberdayaan Komunitas)
• Aktivitas pariwisata adalah fenomena hubungan antara tuan rumah dengan
tamu (hosts-guests relation) yang juga berarti kontak budaya. Oleh karena itu,
aspek pertama yang akan mengalami perubahan adalah kebudayaan materi
(material culture), seperti pakaian, peralatan, dan benda-benda material lainnya.
• Desa wisata adalah sebuah lingkungan pariwisata yang dapat berkembang
dan berdaya guna apabila para pelaku pariwisata yang ada di dalamnya
adalah masyarakatnya sendiri. Sehingga diperlukan suatu upaya agar
masyarakat desa yang tadinya belum menjadi pelaku pariwisata kemudian
dibentuk menjadi masyarakat yang berada pada tahap aktif dan berinisiatif
(berdaya).
3. Menyusun Rencana Hubungan Dan Keterlibatan Masyarakat

Morrison dan Rosadi (2017:40) terdapat 5 (lima) pertanyaan yang harus


dipenuhi dalam penyusunan rencana hubungan dan keterlibatan masyarakat.
Ke 5 (lima) pertanyaan tersebut adalah:
Dimana kita Sekarang?, Kemana tujuan kita?, Bagaimana kita sampai
disana?, Bagaimana kita memastikan kita sampai disana?, dan
Bagaimana kita tahu kita sampai disana?

Untuk menjawab 5 (lima) pertanyaan tersebut, diperlukan juga 5 (lima)


kegiatan yaitu sebagai berikut:
• Menentukan Analisis Situasi
• Menentukan Strategi dan Tujuan
• Mengembangkan dan Melaksanakan Rencana
• Implementasi Rencana Pemantauan
• Mengevaluasi Keberhasilan Rencana
Sumber Daya Pariwisata di Pedesaan
1. Manfaatkan Potensi Desa 2. Unsur Yang Dipertimbangkan Dalam
• Potensi produk/daya tarik wisata unik Pengembangan Desa Wisata
• Daya Tarik/Atraksi Yang Dimiliki
dan khas
• Fasilitas
• Tingkat penerimaan/Komitmen dari
• Aktivitas
masyarakat
• Potensi SDM lokal yang mendukung
• Peluang akses terhadap pasar
wisatawan
5. Peran Masyarakat sebagai Subjek Dalam Pengembangan Desa Wisata

Pengembangan Pariwisata Berbasisi Masyarakat


Community Based Tourism

Perencanaan Pengembangan Dampak


Memposisikan Peran aktif masyarakat Peran dan posisi
masyarakat dalam pelaksanaan dan masyarakat dalam
sebagai subjek pengembangan program memperoleh nilai
pengembangan serta pengelolaannya manfaat signifikan
(ekonomi dan sosbud)
individu ataupun
kolektif
Masyarakat Sadar Wisata
1. Latar Belakang

• Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) sebagai


respon atas kepedulian yang semakin tinggi akan lingkungan, yang tercermin
dengan adanya wisata alternatif
• Salah satu bentuk wisata alternatif yang menyentuh langsung kepada masyarakat
dan secara signifikan dapat mengurangi kecenderungan fenomena urbanisasi
masyarakat dari desa ke kota adalah pengembangan wisata pedesaan (Pujon Kidul
(Malang); Desa Ponggok ( Klaten);desa Kete Kesu (Toraja)
• pengembangan wisata pedesaan dan desa wisata berjalan begitu pesat dan
menyebar di hampir seluruh wilayah provinsi di Indonesia, terlebih dengan adanya
dorongan program PNPM Mandiri Pariwisata. Hal tersebut mampu menyaingi
wisata massal yang sudah berlangsung sejak lama (wisata pantai, hutan, mall,
kuliner, dll)
Desa Wisata dan Peran Masyarakat
• Desa adalah suatu • Sumber-sumber • Wisata Pedesaan merupakan
• Desa yang
wilayah geografis geografi di pedesaan bentuk produk wisata yang
berkembang atau
memiliki sumberdaya merupakan unsur dikembangkan di kawasan, dikembangkan
geografi yang terdiri pembentuk daya tarik area pedesaan, adapun menjadi desa wisata
wisata sehingga bentuk kegiatan wisatanya tentu harus mampu
dari iklim, bentang
diminati oleh orang membawa wisatawan pada menyiapkan diri
alam baik
untuk menikmati pengalaman untuk melihat menjadi tempat tujuan
pegunungan ataupun wisata, terutama
keindahan dan dan mengapresiasi keunikan
pantai (unsur alam) masyarakat desa dan
keunikannya kehidupan dan tradisi
dan sumberdaya unsur-unsur
masyarakat di pedesaan
penunjangnya
sejarah dan budaya dengan segala potensinya.
(unsur kebudayaan).
Desa Wisata dan Peran Masyarakat
• Keberhasilan pariwisata di pedesaan sangat ditentukan oleh bagaimana desa wisata
sebagai lokasi geografis aktivitas wisata dapat memberikan pengalaman wisata yang
baik bagi pengunjung (wisatawan). Pengalaman wisata pengunjung (wisatawan)
tercipta dari bagaimana desa wisata mampu mengemas sumberdaya pedesaan yang
ada (unsur daya tarik fisik, program acara / even desa, paket wisata desa dan
masyarakat desa) menjadi produk wisata unggulan khas bagi desa wisata tersebut.

• Untuk mengembangkan produk wisata pedesaan tentu peran pelaku (manusia) sebagai sumberdaya
manusia menjadi penting, terutama dalam menciptakan system dan memberikan pelayanan kepada para
tamu sehingga mereka (para tamu) memperoleh pengalaman wisata yang baik.

• Memberikan layanan yang baik bagi para tamu (wisatawan) di desa wisata merupakan
proses pengembangan perilaku masyarakat desa agar lingkungan pedesaan menjadi
lingkungan yang ramah kepada para wisatawan
Membangun Karakter Masyarakat
Pendekatan yang selama ini digunakan oleh
Kementrian Pariwisata dalam membangun karakter
masyarakat desa menjadi lebih menerima dan mau
melayani terhadap para wisatawan yang datang ke
desa tersebut dinamakan program sadar wisata, yang
di dalamnya menyatu dengan tujuh indikator yang
dapat menjadikan suatu destinasi pariwisata menjadi
mempesona. Tujuh indikator tersebut dinamakan
Sapta Pesona (7 pesona).
Masyarakat Sadar Wisata

• Aman
• Bersih
• Tertib
• Sejuk • Indah
• Ramah • Kenangan

Sebuah masyarakat desa yang berhasil melaksanakan sadar


wisata sebagai karakter perilaku masyarakat desa dapat
dilihat dari bagaimana indikator sadar wisata berupa 7
pesona (Sapta Pesona) diimplementasikan secara utuh di
desa tersebut. Berikut penjabaran nilai nilai Sapta Pesona
dapat diimplementasikan di suatu desa :
5.3. Pelayanan Prima Berdasarkan Kearifan Lokal (Hospitality skills)

• Produk wisata bersifat jasa dan terpadu dari berbagai komponen produk, yaitu
aksesibilitas, fasilitas wisata, aktivitas wisata, daya Tarik wisata dan pelayanan
wisata.
• Pelayanan faktor penentu keberhasilan produk wisata dalam memenuhi kebutuhan
dan kepuasan para wisatawan dalam usaha membantu menyiapkan dan mengurus
apa yang diperlukan dan dibutuhkan oleh wisatawan
• Permasalahan utama dalam pembangunan desa wisata bagaimana wisatawan bisa
datang ke destinasi wisata dan merasa puas dan mau untuk datang lagi ke destinasi
tersebut?
Konsep Kualitas Pelayanan Dalam
Kegiatan Pariwisata

Menurut Parasuraman bahwa kepuasan sangat bersifat subjektif yang


dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
Dimana:
• Komunikasi dari mulut ke mulut Y = tingkat kepuasan
R = layanan yang diterima
• Kebutuhan Pribadi E = layanan yang diharapkan
• Pengalaman pada masa lalu; dan
Y=R/E
• Komunikasi eksternal
Untuk mempermudah pemahamam terhadap tingkat kepuasan wisatawan (Y)
yang diperbandingkan antara harapan (E=Expected Services) dan kenyataan
pelayanan yang diterimanya (R=Received Services), secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai berikut: Jika Y = 1, memberikan makna bahwa layanan yang diterima sesuai dengan harapan
wisatawan. Jika Y>1, bermakna sangat puas, dan sebaliknya jika Y<1, bermakna
layanan yang diterima tidak memuaskan atau tidak memenuhi harapan wisatawan.
Pelayanan Prima Dalam Kegiatan Pariwisata
Pengertian pelayanan/Service sebagai berikut: Sifat-sifat pelayanan dan sekaligus membedakan dengan
S Smile for everyone: selalu tersenyum pada setiap orang. sifat-sifat benda (Goods) menurut Zeithaml & Bitner
(1996 : 19-21) adalah sebagai berikut:
E Excellence in everything we do: selalu melakukan yang
terbaik dalam bekerja. GOODS SERVICES

R  Tangible ; nyata  Intangible: tidak berbentuk, tetapi


Reaching out to every guest with hospitality: menghadapi
dapat dirasakan melalui proses
setiap tamu dengan penuh keramahan.
pelayanan
V Viewing every guest as special: melihat setiap tamu  Standarised Heterogeneous: tidak ada output

sebagai orang yang istimewa. penyampaian jasa yang persis sama

I  Production separate  Simultaneous production and


Inviting guest to return: mengundang tamu untuk datang
from consumption; consumption: produksi dan konsumsi
kembali ke prusahaan kita. prroduksi dan
dilakukan pada waktu bersamaan,
C kosumsi dilakukan
Creating a warm atmosphere: menciptakan suasana ditentukan oleh kualitas interaksi
secara terpisah
hangat saat berhadapan dengan tamu (Moment of Truth)
E Eye contact that shows we care: kontak mata dengan tamu
untuk menunjukkan bahwa kita penuh perhatian terhadap  Nonperishable;  Perishable: Jasa tidak dapat disimpan,
tamu. tahan lama langsung habis sesaat setelah
disampaikan
Delapan (8) Dasar Pelayanan Prima Untuk
Wisatawan

1. Pusatkan perhatian pada kebutuhan wisatawan;


2. Berikan pelayanan yang efisien;
3. Naikkan harga diri wisatawan dan jangan mengabaikan;
4. Bina hubungan baik dan harmonis dengan wisatawan;
5. Berikan penjelasan dan informasi sebaik mungkin;
6. Ketahuilah apa keinginan wisatawan;
7. Jelaskan pelayanan apa saja yang bisa diberikan oleh
perusahaan;
8. Alihkan tugas pada yang lebih mampu bila tak mampu

melayaninya sendiri.
Kawasan Mandalika dskt
Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan
bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan
kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Ciri-ciri kearifan lokal tersebut adalah sebagai
berikut:
• Mampu bertahan terhadap budaya luar;
• Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
• Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalambudaya asli;
• Mempunyai kemampuan mengendalikan;
• Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Kearifan Lokal Dalam Melakukan Pelayanan Prima
Daya tarik unsur-unsur budaya dan kearifan lokal
sebagai dasar pengembangan budaya dalam era
global ini dapat lebih rinci berdasarkan alasan-
alasan sebagai berikut:
• Dari perspektif strategi kebudayaan
• Dari perspektif desentralisasi atau otonomi
daerah
5.4. Pengembangan Leadership Pengelola Desa Wisata
Kepemimpinan Desa Wisata
• Desa Wisata dapat diasumsikan sebagai destinasi pariwisata kecil, oleh karenanya
kepemimpinan pengelola destinasi pariwisata adalah arah visioner dari lembaga di desa
dan seluruh stafnya yang merupakan para profesional yang berkualifikasi dan
berpengalaman dalam mengelola destinasi pariwisata.
• Pemimpin organisasi/lembaga pengelola destinasi pariwisata harus bertindak sebagai
"perwakilan utama" pariwisata di komunitas mereka, membangkitkan minat,
antusiasme, dan keterlibatan untuk program dan kegiatan pengelola destinasi pariwisata
• Peran kepemimpinan dalam pengelolaan destinasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi,
bahkan peran kepemimpinan dan koordinasi merupakan peran yang melekat di dalam
mengelola suatu destinasi pariwisata.
• Pengelola destinasi pariwisata mendorong kelompok dan individu untuk bekerja sama
secara harmonis dengan cara yang terorganisasi untuk mencapai tujuan atau sasaran
tertentu
Inisiatif Utama Kepemimpinan Pengelola Desa Wisata
A. Inisiatif Kepemimpinan
B. Kegiatan Pengelola Desa Wisata Terkait Fungsi
Kepemimpinan
C. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Desa Wisata Terkait
Kemitraan dan Pembangunan Tim.
D. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Desa Wsata Terkait
Hubungan dan Keterkaitan dengan Masyarakat
E. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Desa Wisata Terkait
Perencanaan dan Penelitian
F. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Desa Wisata Terkait
Pengembangan Produk
G. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Destinasi Pariwisata
Terkait Pemasaran dan Promosi.
2.Inisiatif Utama Kepemimpinan Pengelola Desa Promotor/Promoter– Memimpin pemasaran
Wisata pariwisata: Menetapkan arah pemasaran bagi
pemangku kepentingan sektor pariwisata untuk diikuti
.
Visioner/Visionary - Menetapkan agenda pariwisata: dan membuka kesempatan bermitra untuk mencapai
Menciptakan visi jangka panjang untuk pariwisata dan tujuan dan sasaran pemasaran
mengoordinasikan semua upaya para pemangku Pelayan Pengunjung/Visitor Servant Membantu
kepentingan untuk mencapainya wisatawan: Memberikan informasi tentang
pariwisata di destinasi pariwisatanya; membantu
Pelatih/Coach - Membimbing dan mengoordinasikan dalam mengambil langkah-langkah untuk
para pemangku kepentingan sektor pariwisata: menjamin keamanan dan keselamatan
Membawa semua tim dan pemangku kepentingan pengunjung serta kemudahan pergerakan mereka
termasuk masyarakat untuk fokus pada seperangkat di dalam destinasi pariwisata
tujuan dan sasaran bersama Kontrol Kualitas/Quality Controller - Memastikan
standar kualitas pariwisata: Berpartisipasi dalam
Pejuang/Champion - Mewakili pariwisata: pengaturan dan pemantauan standar kualitas pariwisata
Terus mengkomunikasikan dan mengonfirmasi dan memastikan bahwa standar kualitas sesuai dengan
kontribusi positif pariwisata terhadap destinasi pariwisata ny
positioning dan branding destinasi pariwisata serta
ekspektasi pengunjung
Cendekia-Guru/Scholar-Teacher – Melakukan edukasi
tentang pariwisata: membuat setiap orang termasuk Pengurus/Steward-Melindungi sumberdaya:
masyarakat di destinasi menjadi lebih memahami Mendorong pendekatan berkelanjutan dalam
pariwisata dan tren di sektor pengembangan pariwisata dan menjadi pengelola yang
cermat atas dana dan sumberdaya lain
b. Kegiatan Pengelola Desa Wisata Terkait c. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Desa Wisata
Fungsi Kepemimpinan
Terkait Kemitraan dan Pembangunan Tim.
Terdapat enam kegiatan kepemimpinan yang harus dilakukan oleh  Mengidentifikasi mitra potensial
pengelola destinasi pariwisata:
 Membentuk kemitraan di dalam dan di luar
 Membuat visi destinasi pariwisata destinasi pariwisata
 Mendorong para pemangku kepentingan untuk bekerja  Menetapkan tujuan untuk kemitraan dan tim
sama  membangun dan memotivasi tim di dalam dan di
 Memastikan tata kelola yang efektif luar destinasi
 Menetapkan kebijakan pariwisata  Mengevaluasi kemitraan dan tim
 Melakukan lobi untuk pariwisata dan komunitas lokal
 Mengukur kinerja
 Menganalisis sikap, pendapat, dan perilaku
d. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Desa Wsata Terkait masyarakat;
Hubungan dan Keterkaitan dengan Masyarakat  Berkomunikasi, mendengarkan, dan mendidik
masyarakat setempat;
Masyarakat lokal dan penduduknya berperan penting dalam
 Mendukung, melibatkan, dan memberi manfaat
keberhasilan pariwisata di semua destinasi. Masyarakat tidaklah
kepada penduduk setempat;
homogen dan koordinasi juga dibutuhkan di sini. Ada lima kegiatan  Mewakili dan melobi atas nama dan untuk
kepemimpinan terkait hubungan dan pelibatan masyarakat oleh kepentingan masyarakat lokal dan pariwisata;
pengelola desa wisata:  Mengevaluasi kegiatan kepemimpinan
masyarakat
e. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Desa Wisata Terkait g. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Destinasi Pariwisata Terkait
Perencanaan dan Penelitian Pemasaran dan Promosi.
Pengelola desa wisata harus menunjukkan kepemimpinan dalam melakukan Pemasaran merupakan peran penting lain pengelola destinasi pariwisata dan
perencanaan dan penelitian pariwisata. Berikut adalah lima kegiatan spesifik: merupakan peran yang diharapkan oleh sektor pariwisata untuk dijalankan atas
nama/untuk kepentingan semua. Ada lima peran kepemimpinan pemasaran dan
 Mendorong pelaksanaan perencanaan pariwisata yang teratur/regular promosi yang spesifik untuk pengelola desa wisata:
 Mencari masukan dan partisipasi lokal dalam berbagai rencana dan
membangun kepemilikan
 Mengembangkan rencana penelitian berkesinambungan  Mengembangkan berbagai pendekatan positioning dan branding desa
 Mencari co-sponsor (pembiayaan bersama) penelitian wisata
 Menetapkan tujuan dan sasaran pemasaran
 Menafsirkan dan membagikan hasil penelitian
 Mengembangkan rencana pemasaran
berbagai
 Melaksanakan rencana pemasaran, termasuk inisiatif
f. Kegiatan Kepemimpinan Pengelola Desa Wisata Terkait kerjasama
Pengembangan Produk  Mengukur kinerja pemasaran

Pengelola destinasi pariwisata memiliki peran penting dalam pengembangan


produk pariwisata di masyarakat mereka. Ada lima kegiatan kepemimpinan
pengelola desa wisata yang terkait dengan pengembangan produk:

 Mengidentifikasi strategi pengembangan pariwisata


 Mempromosikan peluang pengembangan pariwisata
 Mendorong proyek pembangunan yang spesifik
 Bermitra dengan pengembang dan instansi pemerintah
 Mengevaluasi strategi pengembangan pariwisata
Kode Etik dan Praktik
Kepemimpinan Untuk
Di Desa Wisata
A. Perilaku Etis Kepemimpinan
B. Etika Untuk Pariwisata
C. Kriteria Global Sustainable
Tourism Council (GSTC)
D. Kode Etik Program Akreditasi
Pemasaran Destinasi (DMAP
3. Kode Etik dan Praktik Kepemimpinan Untuk Di Desa
Wisata
a. Perilaku Etis Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu bentuk tertentu hubungan antar manusia.


Beberapa tanda dari hubungan ini adalah adanya kekuatan dan/atau
pengaruh, visi, kewajiban, dan tanggung jawab. Dengan
memahami etika dari hubungan ini, kita memeroleh pemahaman yang
lebih baik mengenai kepemimpinan, karena beberapa isu utama
dalam etika juga merupakan isu utama kepemimpinan. Isu-isu ini
antara lain tantangan pribadi terkait otentisitas, kepentingan pribadi,
disiplin diri, dan kewajiban moral terkait keadilan, tugas, kompetensi,
dan kebaikan.
3. Kode Etik dan Praktik Kepemimpinan Untuk Di Desa
Wisata
B. Etika Untuk Pariwisata
Destinasi pariwisata telah menyertakan tanggung jawab etis terhadap
masyarakat, budaya dan warisannya, ekonomi, dan lingkungan. Pengelola
desa wisata harus mematuhi standar pariwisata seperti Kode Etik Global
untuk Pariwisata (Global Code of Ethic for Tourism/GCET-UNWTO) dan
Global Sustainable Tourism Council (GSTC).

Kode Etik Dunia untuk Pariwisata atau GCET diadopsi pada tahun 1999. GCET diperkenalkan untuk
mempromosikan tatanan pariwisata dunia yang adil, bertanggung jawab, dan berkelanjutan, yang manfaatnya
akan dirasakan oleh semua sektor masyarakat dalam konteks ekonomi internasional yang terbuka dan
liberal.
3. Kode Etik dan Praktik Kepemimpinan Untuk Di Desa
Wisata
Kesepuluh prinsip GCET ini mencakup komponen-komponen ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
dari perjalanan dan pariwisata:

Pasal 1. Kontribusi pariwisata terhadap terciptanya saling pengertian dan saling menghormati antara manusia
dan masyarakat
Pasal 2. Pariwisata sebagai wahana pemenuhan kebutuhan individual dan kolektif.
Pasal 3. Pariwisata sebagai faktor pembangunan berkelanjutan.
Pasal 4. Pariwisata sebagai pengguna warisan budaya umat manusia dan kontributor bagi peningkatannya.
Pasal 5. Pariwisata sebagai kegiatan yang bermanfaat bagi negara dan masyarakat tuan rumah.
Pasal 6. Kewajiban pemangku kepentingan dalam pengembangan pariwisata. Hak atas pariwisata.
Pasal 7. Hak atas Pariwisata
Pasal 8. Kebebasan pergerakan wisatawan.
Pasal 9. Hak pekerja dan pengusaha dalam industri pariwisata
Pasal 10. Penerapan prinsip-prinsip Kode Etik Global untuk Pariwisata
C. Kriteria Global Sustainable Tourism Council
(GSTC)

 Memperlihatkan pengelolaan destinasi


pariwisata

yang berkelanjutan.
 Memaksimalkan manfaat ekonomi bagi
masyarakat sekitar dan meminimalkan dampak
negatif.
 Memaksimalkan manfaat bagi masyarakat,
pengunjung, dan budaya sekaligus meminimalkan
dampak negatif
 Memaksimalkan manfaat bagi lingkungan dan
meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
d. Kode Etik Program Akreditasi Pemasaran Destinasi (DMAP)
Kode Etik dalam DMAP mengharuskan semua organisasi pengelola destinasi pariwisata:
 Menyediakan layanan pelanggan yang luar biasa dan informasi rinci tentang produk dan layanan destinasi
pariwisatanya.
 Memperlakukan semua pemangku kepentingan, termasuk anggota Asosiasi pariwisata, secara sopan, etis,
dan profesional.
 Secara aktif mendorong integrasi etika ke dalam semua aspek pengelolaan kegiatan pengelola destinasi
pariwisata.
 Membangun hubungan kolaboratif dengan para profesional di industri pengelola destinasi pariwisata dan
yang lainnya untuk kemajuan profesi pemasaran dan pengelolaan destinasi pariwisata.
 Menangani semua pertanyaan, permintaan, transaksi, korespondensi, dan keluhan dengan cepat, sopan,
dan adil.
 Menyediakan fasilitas dan peralatan yang bersih dan terpelihara dengan baik untuk kepuasan pelanggan
(anggota dan klien).
 Membiasakan jujur di dalam semua materi promosi mengenai
fasilitas, layanan, dan kelengkapan yang disediakan dan menjelaskan secara logis kepada publik apabila
tidak dapat memberikan pelayanan atau fasilitas seperti yang diiklankan. Materi promosi yang dipasok
oleh anggota harus sesuai untuk semua khalayak.
 Memberikan informasi lengkap kepada pelanggan tentang harga, kebijakan dan layanan pembatalan serta
memastikan pelanggan menerima pertukaran mata uang asing yang wajar.
 Mempromosikan penggunaan sumber daya lingkungan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan pada
saat memberikan layanan dan produk kepada pelanggan.
 Mematuhi undang-undang yang berlaku.
Pentingnya Koordinasi
di Desa Wisata

A.Fragmentasi upaya di desa wisata

B.Persaingan antar pengelola desa wisata

C. Pariwisata dan beberapa organisasi pengelola

desa wisata menderita “silo effect” (efek

berkembang sendiri sendiri tanpa koordinasi).


4. Pentingnya Koordinasi di Desa Wisata
Situasi yang dihadapi Pengelola Desa menjadi destinasi wisata
Umumnya:
c. Pariwisata dan beberapa organisasi
a. Fragmentasi upaya b. Persaingan antar
pengelola desa wisata menderita “silo
di desa wisata pengelola desa wisata
effect” (efek berkembang sendiri sendiri
tanpa koordinasi).
Desa sebagai destinasi wisata  Buat sebuah visi yang menyatukan
ditandai dengan banyaknya Hal ini dipahami bahwa lansekap
 Bekerjasama menuju tujuan tertinggi
upaya- upaya kecil yang pariwisata yang terfragmentasi dan
sumber pendanaan yang sangat
 Memotivasi dan memberi insentif
terpisah-pisah, yang merupakan
salah satu faktor yang beragam dapat menghambat kepada stakeholder untuk mencapai
menjadikan desa wisata salah koordinasi efektif dalam hal penawaran tujuan menyeluruh
pariwisata dan promosinya. Bila
satu entitas yang paling sulit  Fokus pada tindaklanjut dan eksekusi
dikelola. pengelola destinasi pariwisata lokal yang positif
bersaing satu sama lain –bukannya  Berinovasi dan berbagi pengetahuan
berkolaborasi—, akan lebih secara luas
menyulitkan wisatawan dan bisnis atau
usaha pariwisata
Jalur Menuju Koordinasi Yang Efektif
Diagram berikut menggambarkan enam jalur menuju koordinasi pariwisata
yang lebih efektif dalam suatu destinasi pariwisata. Kumpulan panah ini
menunjukkan skenario" sebelum dan sesudah".Sisi kiri adalah "sebelum"
dan sisi kanan adalah "sesudah".
Untuk mencapai kondisi yang diinginkan tersebut diperlukan
mekanisme koordinasi yang dapat:
• Memfasilitasi identifikasi dan kesadaran atas kepentingan dan tujuan
bersama.
• Membentuk kemitraan yang diperlukan dan membangun kerangka kerja
kolaboratif.
• Mengakui dan mengartikulasikan peran dan tanggung jawab.
• Membantu setiap pihak untuk mendapatkan dan mengalokasikan
sumber daya ke area yang akan memberikan nilai tambah yang paling
banyak dalam
Membangun Sinergi Melalui Koordinasi
Kegiatan Pengelola Terkait Koordinasi Desa Wisata

A. Kegiatankoordinasi menyeluruh yang harus dimainkan oleh pengelola


desa wisata:
• Membangkitkan rasa kepemilikan bersama terhadap visi destinasi
pariwisata.
• Menjaga kemitraan dan semangat tim di antara pemangku kepentingan.
• Menyinkronisasi upaya dan masukan masyarakat untuk pariwisata.
• Meyakinkan para pemangku kepentingan untuk mengikuti branding dan
pemasaran yang seragam.
• Mengatur pelaksanaan baku/standar atas kebijakan dan perencanaan.
• Mengelola tata kelola destinasi pariwisata dengan masukan dari semua
pihak.
A. Kegiatan koordinasi khusus dalam menjalankan B. KegiatanKoordinasi pengelola desa
peran terkait kemitraan dan membangun tim , wisata terkait hubungan dan pelibatan
yaitu:
• Mengatur pertemuan dan mencatat hasil rapat masyarakat:
kemitraan dan tim. • Mengatur dan mencatat hasil pertemuan
• Merayakan kesuksesan kemitraan dan tim. dengan penduduk setempat dan
• Menciptakan tujuan dan sasaran untuk kemitraan dan perwakilan mereka.
tim. • Mengoordinasikan keterlibatan penduduk
• Menjaga tingkat motivasi dan kegiatan kemitraan dan
tim.
lokal dalam program dan kegiatan
• Memantau dan mengevaluasi kinerja kemitraan dan pengelola destinasi pariwisata.
tim. • Mengumpulkan informasi dan data
tentang sikap, pendapat, dan perilaku
penduduk terhadap pariwisata di destinasi
pariwisata.
• Mengintegrasikan upaya untuk mewakili
dan melobi untuk kepentingan masyarakat
dan pariwisata.
• Mengukur dampak pariwisata terhadap
masyarakat lokal.
D. Kegiatan Koordinasi pengelola desa
C. Kegiatan Koordinasi pengelola desa wisata terkait
wisata terkait Pengembangan Produk
Perencanaan Desa Wisata • Mengoordinasikan penawaran event dan
• Mengoordinasikan proses perencanaan pariwisata festival di dalam destinasi pariwisata.
untuk desa wisata Mengoordinasikan promosi investasi untuk
• Mengembangkan peluang untuk berbagai kerja pengembangan produk pariwisata.
sama penelitian. • Mengintegrasikan usaha semua pihak
• Mengintegrasikan temuan penelitian dan analisis dalam hal pengembangan masing-masing
statistik pariwisata di dalam desa wisata. produk pariwisata.
• Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan • Mengelola program untuk
perencanaan pariwisata. mengembangkan produk dan pengalaman
• Mengukur dampak pariwisata terhadap desa pariwisata yang inovatif dan baru.
dengan masukan yang dikoordinasikan dari • Mengelola informasi perjalanan dan layanan
pemangku kepentingan dan lainnya. lainnya bagi pengunjung.
E. Kegiatan Koordinasi pengelola desa wisata terkait
Pemasaran dan Promosi
• Menciptakan dan mengoordinasikan kemitraan
pemasaran.
• Memandu dan mengoordinasikan penggunaan branding
destinasi pariwisata.
• Mengatur dan mengelola kerja sama kampanye promosi
dan event.
• Memantau dan mengoordinasikan tindakan dan
tanggapan di media sosial yang berkaitan dengan desa
wisata.
38

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai